Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TOKSOPLASMOSIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Parasitologi Kebidanan


Dosen Pengampu : Adi Wibowo, M.Si.,Apt

Disusun Oleh :
Cindy Marcheila P20624522009
Dila Siti Nabila P20624522013
Ega Ratna Melia P20624522014
Komalasari P20624522026
Yunani P20624522039

PROGRAM STUDI TERAPAN DAN PROFESI BIDAN


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Toksoplasmosis tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
parasitologi kebidanan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Toksoplasmosis bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Adi Wibowo, M.Si.,Apt yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. .

Tasikmalaya, 11 April 2023

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................................... iii
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................................... iv
1.3 Tujuan........................................................................................................................................................................... iv
1.4 Manfaat ....................................................................................................................................................................... iv
BAB II ....................................................................................................................................................................................... vii
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................................................... vii
2.1 Definisi Toksoplasmosis ....................................................................................................................................... vii
2.2 Penyebab Toksoplasmiosis ................................................................................................................................. vii
2.3 Analisis Studi Kasus............................................................................................................................................... viii
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi .............................................................................................x
2.5 Pencegahan dan Pengobatan ...............................................................................................................................x
BAB III .................................................................................................................................................................................... xvii
PENUTUP ............................................................................................................................................................................. xvii
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................................................. xvii
3.2 Saran .......................................................................................................................................................................... xvii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................... xviii

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Toksoplasmosis pada manusia adalah suatu keadaan seseorang terinfeksi oleh Toxoplasma
gondii yang berasal dari binatang, baik binatang peliharaan misalnya kucing, anjing, unggas, dan
sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing, dan sebagainya yang bertindak
sebagai sumber penularan tersebut. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang
kurang matang atau sayuran mentah yang mengandung ookista atau pada anak-anak yang suka
bermain di tanah, serta ibu yang gemar berkebun dimana tangannya tertempel ookista yang berasal
dari tanah. Selain itu dapat terinfeksi melalui transfusi darah atau transplantasi organ. Toksoplasmosis
pada wanita hamil menyebabkan terjadinya abortus, lahir mati, dan kelainan kongenital.
Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu. Abortus dari faktor
janin disebabkan karena terdapat kelainan pada perkembangan genetik pada triwulan pertama,
sedangkan abortus dari faktor ibu yang berperan dalam kelainan genetik yaitu infeksi pada kehamilan,
salah satunya toksoplasmosis. Pada ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma gondii akan ditularkan ke
fetus secara langsung melalui plasenta. Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan menyebabkan
nekrosis plasenta serta jaringan sekitarnya, sehingga membahayakan janin dimana dapat terjadi
abortus.
Bayi yang baru lahir dapat terjadi toksoplasmosis kongenital dengan trias klasik, yaitu:
hidrosefalus, korioretinitis, dan kalsifikasi intrakranial. Manifestasi tersebut dapat disertai gejala
infeksi lainnya meliputi hepatosplenomegali, ikterus, trombositopenia, limfadenopati, dan kelainan
susunan saraf pusat. Toksoplasmosis kongenital juga dapat menimbulkan gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, dan fungsi intelektual anak yang terinfeksi juga mengalami penurunan.
Diagnosis yang terlambat terhadap gangguan pendengaran pada toksoplasmosis kongenital dapat
menimbulkan perkembangan bahasa yang buruk.
Infeksi dari Toxoplasma gondii bermanifestasi berat pada janin dan kadang bersifat
asimptomatis pada ibu, sehingga perlu dideteksi lebih dini. Jika ibu hamil positif terinfeksi
Toxoplasma maka diperlukan pengobatan untuk mencegah penularan dari ibu ke janin. Obat anti-
Toxoplasma yang aman untuk ibu hamil, yaitu spiramisin. Untuk ibu hamil yang memiliki
kemungkinan infeksi tinggi atau infeksi janin telah terjadi, pengobatan dengan spiramisin harus
ditambahkan pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah usia kehamilan 18 minggu.

iii
Pencegahan terhadap toksoplasmosis dapat dilakukan dengan cara memasak daging sampai matang,
menjaga kebersihan makanan dan minuman, serta kontrol serologi pada ibu hamil. Jika kontak
dengan kucing serta memiliki kebiasaan mengelus kucing hendaknya mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Jika memiliki kebiasaan berkebun hendaknya mencuci tangan dengan sabun dan
air yang mengalir setelah berkebun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi penyakit Toksoplasmosis ?

2. Bagaimana penyebab Toksoplasmosis ?

3. Bagaimana analisis situasi kasus dan hasil penelitian dari Toksoplasmosis ?

4. Bagaimana pengambilan sampel spesimen infeksi Toksoplasmosis ?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Toksoplasmosis ?

6. Bagaimana pengobatan atau pencegahan Toksoplasmosis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit Toksoplasmosis

2. Untuk mengetahui penyebab Toksoplasmosis

3. Untuk mengetahui analisis situasi kasus dan hasil penelitian dari Toksoplasmosis

4. Untuk mengetahui pengambilan sampel spesimen infeksi Toksoplasmosis

5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Toksoplasmosis

6. Untuk mengetahui pengobatan atau pencegahan Toksoplasmosis

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi :
• Manfaat bagi Penulis
Manfaat penulisan makalah Toksoplasmiosis bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan
untuk masa depan.
• Manfaat bagi Kampus
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan referensi akademis dan tambahan sumber
di perpustakaan.
• Manfaat bagi Masyakarat
Dapat di jadikan sebagai penambahan wawasan tentang Toksoplasmosis dan akan

iv
memberikan efek positif apabila masyarakat sudah mengetahui banyak tentang
Toksoplasmosis itu sendiri.

v
vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Toksoplasmosis


Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang telah
diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan kongenital) pada bayi dan keguguran (abortus)
pada ibu hamil. Infeksi toksoplasma dapat bersifat tunggal atau dalam kombinasi dengan infeksi lain
dari golongan TORSH-KM.
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara penularan-nya pada
manusia melalui:
1. Makanan dan sayuran/buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing).
2. Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi.
3. Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi
toksoplasma
4. Secara kongenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada
bulan-bulan pertama kehamilannya.
Toksoplasma pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir prematur, lahir mati, lahir
cacat atau infeksi toksoplasma bawaan. Bilamana ibu hamil terkena infeksi tokso-plasma maka risiko
terjadinya toksoplasmosis bawaan pada bayi yang dikandungnya berkisar antara 30-40%. Infeksi
toksoplasma bawaan ini dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami kerusakan mata,
perkapuran otak, dan keterbelakangan mental, namun seringkali gejala ini tidak terlihat pada bayi
yang baru lahir (neonatus). Beberapa faktor yang mungkin berperan atas munculnya gejala adalah
fungsi plasenta sebagai sawar (barrier), status kekebalan (imunitas) ibu hamil, dan umur kehamilan
ketika terjadinya infeksi pada ibu. Makin besar umur kehamilan ketika terjadinya infeksi, makin besar
pula kemungkinan terjadinya infeksi toksoplasma bawaan pada janin. Pada pihak lain, makin dini
terjadinya infeksi pada janin, makin berat kerusakan (kelainan) yang dapat terjadi pada janin dan
makin besar kemungkinan abortus.

2.2 Penyebab Toksoplasmiosis


Infeksi Toksoplasmiosis disebabkan oleh parasit bernama Toxoplasma gondii yang berasal
dari binatang, baik binatang peliharaan misalnya kucing, anjing, unggas, maupun binatang ternak
antara lain babi, kambing, dan sebagainya yang bertindak sebagai sumber penularan tersebut.
Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang kurang matang atau sayuran mentah
yang mengandung ookista atau pada anak - anak yang suka bermain di tanah, serta ibu yang gemar
vii
berkebun dimana tangannya tertempel ookista yang berasal dari tanah. Selain itu dapat terinfeksi
melalui transfusi darah atau transplantasi organ.

2.3 Analisis Studi Kasus


1. Kasus I : Toksoplasmiosis Dalam Kehamilan
Toksoplasmosis dalam kehamilan menyebabkan transmisi Toxoplasma gondii melalui
sirkulasi uteroplasenta ke janin. Terdapat korelasi positif yang sangat bermakna antara isolasi
toksoplasma dari jaringan plasenta dan infeksi neonatus. Pemeriksaan laboratorium yang lazim
dilakukan ialah anti toksoplasma IgG dan IgM, serta aviditas anti-Toksoplasma IgG. Pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pada ibu yang diduga terinfeksi Toxoplasma gondii sebelum atau selama
masa kehamilan, serta pada bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma gondii. Food and
Drug Administration (FDA) merekomendasikan untuk menginterpretasikan hasil tes serologi IgM
anti toksoplasma dengan cermat. Para dokter tidak boleh menegakkan diagnosis toksoplasmosis
hanya berdasarkan satu jenis pemeriksaan.Penggunaan spiramisin selama kehamilan menyebabkan
penurunan frekuensi transmisi vertikal. Spiramisin diberikan pada wanita yang diduga mengalami
infeksi toksoplasma akut pada trimester pertama atau awal trimester kedua, dan akan diberikan hingga
persalinan.Sebaiknya spiramisin tidak digunakan sebagai menoterapi pada kasus yang diduga terjadi
infeksi pada janin. Untuk ibu hamil yang memiliki kemungkinan infeksi yang tinggi atau telah terjadi
infeksi janin, pengobatan dengan spiramisin harus dibantu setelah usia kehamilan 18 minggu dengan
pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat.
PATOFISIOLOGI
Toksoplasmosis merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
dengan hospes definitif kucing dan hospes perantara manusia. Manusia dapat terinfeksi parasit ini
bila memakan daging yang kurang matang atau sayuran mentah yang mengandung ookista atau pada
anak-anak yang suka bermain di tanah, serta ibu yang gemar berkebun dimana tangannya tertempel
ookista yang berasal dari tanah. Perkembangan parasit dalam usus kucing menghasilkan ookista yang
dikeluarkan bersama tinja. Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari di tanah.
Ookista yang matang dapat hidup setahun di dalam tanah yang lembab dan panas, yang tidak terkena
sinar matahari secara langsung. Ookista yang matang bila tertelan tikus, burung, babi, kambing, atau
manusia yang merupakan hospes perantara, dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Toksoplasmosis
dikelompokkan menjadi toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan toksoplasmosis kongenital yang
sebagian besar gejalanya asimtomatik. Keduanya bersifat akut kemudian menjadi kronik atau laten.
Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lainnnya. Pada ibu
hamil yang terinfeksi di awal kehamilan, transmisi ke fetus umumnya jarang, tetapi bila terjadi

viii
infeksi, umumnya penyakit yang didapat akan lebih berat. Pada toksoplasmosis yang terjadi di bulan-
bulan terakhir kehamilan, parasit tersebut umumnya akan ditularkan ke fetus tetapi infeksi sering
subklinis pada saat lahir.
Pada ibu hamil yang mengalami infeksi primer, mula-mula akan terjadi parasitemia, kemudian darah
ibu yang masuk ke dalam plasenta akan menginfeksi plasenta (plasentitis). Infeksi parasit dapat
itularkan ke janin secara vertikal. Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan menghasilkan fokus-
fokus nekrotik yang menyebabkan nekrosis plasenta dan jaringan sekitarnya, sehingga
membahayakan janin dimana dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi.
GEJALA KLINIK
Toksoplasmosis akuisita biasanya bersifat asimtomatik. Bila seorang ibu hamil mendapat infeksi
primer, kemungkinan 50% bayi yang dilahirkan menderita toksoplasmosis kongenital, yang
umumnya hanya bermanifestasi sebagai limfadenopati asimtomatik pada kelenjar getah bening leher
bagian belakang, dapat menyebar atau terlokalisasi pada satu nodul di area tertentu. Tanda dan gejala
yang sering timbul pada ibu hamil ialah demam, sakit kepala, dan kelelahan. Beberapa pasien
menunjukkan tanda mononucleosis like syndrome seperti demam, ruam makulopapular (Blueberry
muffin) yang mirip dengan kelainan kulit pada demam tifoid. Pada janin, transmisi toksoplasmosis
kongenital terjadi bila infeksi Toxoplasma gondii didapat selama masa gestasi. Terdapat korelasi
positif yang sangat bermakna antara isolasi toksoplasma dari jaringan plasenta dan infeksi neonatus.
Korelasi ini merupakan hasil penelitian otopsi toksoplasmosis kongenital dan mengindikasikan
bahwa infeksi tersebut didapat melalui sirkulasi uteroplasenta. Sekitar setengah dari wanita yang
terinfeksi toksoplasmosis dapat menularkan infeksi melintasi plasenta ke janin in utero. Transmisi
penyakit ke janin lebih jarang terjadi pada awal kehamilan, namun infeksi pada awal kehamilan ini
dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada janin, meskipun ibunya tidak merasakan tanda dan
gejala infeksi toksoplasma. Terdapat trias klasik pada toksoplasmosis kongenital berat, yaitu:
hidrosefalus, korioretinitis, dan kalsifikasi intrakranial. Pada bayi baru lahir yang bergejala, salah satu
atau keseluruhan tanda dari trias klasik mungkin timbul, disertai gejala infeksi lainnya meliputi
hepatosplenomegali, ikterus, trombositopenia, limfadenopati, dan kelainan susunan saraf pusat. Lesi
pada mata merupakan salah satu manifestasi yang paling sering pada toksoplasmosis kongenital.
Gambaran lesi toksoplasmosis okular ialah adanya fokus nekrosis pada retina. Pada fase akut, lesi ini
timbul sebagai bercak putih kekuningan di fundus dan biasanya berhubungan dengan ruam pada
vitreus. Gejala yang timbul pada infeksi mata antara lain penglihatan kabur, fotofobia, nistagmus,
strabismus epifora, dan katarak. Manifestasi neurologik pada anak menunjukkan gejala-gejala
neurologik termasuk kalsifikasi intrakranial, hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental, dan
mikrosefalus. Fungsi intelektual anak yang terinfeksi juga mengalami penurunan. Sekuele yang
didapatkan pada bayi baru lahir dapat dikategorikan atas sekuele ringan dan berat. Pada sekuele
ix
ringan, ditemukan sikatriks korioretinal tanpa gangguan visus atau adanya kalsifikasi serebral tanpa
diikuti kelainan neurologik. Pada sekuele berat, terjadi kematian janin intrauterin atau neonatal,
adanya sikatriks korioretinal dengan gangguan visus berat atau kelainan neurologik.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi


Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 22,5% penduduk berusia ≥ 12 tahun telah terinfeksi
toksoplasma. Di berbagai tempat di dunia telah menunjukkan bahwa sampai 95% dari beberapa
populasi telah terinfeksi toksoplasma. Infeksi sering tertinggi di wilayah dunia yang beriklim panas,
lembab, dan dataran rendah.Toksoplasmosis biasanya tanpa gejala pada wanita hamil, tetapi dapat
menimbulkan dampak yang parah pada janin. Infeksi ditransmisikan ke janin pada sekitar 40 % kasus.
Risiko penularan meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Infeksi kongenital dengan
toksoplasmosis dapat menyebabkan gejala sisa yang serius, seperti kebutaan, keterbelakangan
mental, defisit neurologik, dan tuli. Pencegahan morbiditas dari toksoplasmosis tergantung pada
pencegahan infeksi pada wanita hamil, serta pengenalan dini dan pengobatan agresif infeksi pada ibu.

2.5 Pencegahan dan Pengobatan


• Pengobatan dengan spiramisin
Spiramisin merupakan antibiotik makrolid paling aktif terhadap toksoplasmosis dibandingkan
dengan antibiotika lainnya, dengan mekanisme kerja yang serupa dengan klindamisin. Spiramisin
menghambat pergerakan mRNA pada bakteri/parasit dengan cara menghambat 50s ribosom,
sehingga sintesis protein bakteri/parasit akan terhambat dan kemudian mati. Penggunaan antibiotik
spiramisin selama kehamilan dengan infeksi Toxoplasma gondii akut dilaporkan menurunkan
frekuensi transmisi vertikal. Proteksi ini terlihat lebih nyata pada wanita yang terinfeksi selama

x
trimester pertama. Spiramisin tidak dapat melewati plasenta, dan sebaiknya tidak digunakan sebagai
monoterapi pada kasus yang diduga telah terjadi infeksi pada janin. Sampai saat ini, tidak terdapat
fakta bahwa obat ini bersifat teratogenik. Pada wanita yang diduga mengalami infeksi toksoplasma
akut pada trimester pertama atau awal trimester kedua, spiramisin diberikan hingga persalinan
meskipun hasil pemeriksaan PCR negatif. Hal ini berdasarkan teori yang menyatakan bahwa
kemungkinan infeksi janin dapat terjadi pada saat kehamilan dari plasenta yang sebelumnya telah
terinfeksi di awal kehamilan.
Spiramisin diberikan hingga persalinan juga pada pasien dengan hasil pemeriksaan cairan
amnion negatif, karena secara teoritis kemungkinan infeksi janin dapat terjadi pada kehamilan lanjut
dari plasenta yang terinfeksi pada awal kehamilan. Untuk ibu hamil yang memiliki kemungkinan
infeksi tinggi atau infeksi janin telah terjadi, pengobatan dengan spiramisin harus ditambahkan
pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah usia kehamilan 18 minggu. Pada beberapa pusat
pengobatan, penggantian obat dilakukan lebih awal (usia kehamilan 12-14 minggu). Spiramisin
sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap antibiotik makrolid. Sejumlah kecil
ibu hamil menunjukkan gejala gangguan saluran cerna atau reaksi alergi. Dosis spiramisin yang
diberikan ialah 3 gram/hari.
• Pengobatan dengan pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat
Kombinasi pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat diindikasikan untuk ibu hamil yang
mengalami infeksi Toxoplasma gondii akut pada akhir trimester kedua (> 18 minggu) atau pada
trimester ketiga. Kombinasi ini juga diindikasikan untuk ibu hamil dengan infeksi janin atau janin
dengan toksoplasmosis kongenital yang terdeteksi melalui ultasonografi. Pirimetamin bersifat
teratogenik dan penggunaannya dikontraindikasikan pada trimester pertama. Pirimetamin dapat
menyebabkan depresi sumsum tulang belakang sehingga perlu dilakukan perhitungan jumlah sel
darah lengkap untuk mencegah toksisitas hematologi. Tingkat kejadian toksoplasmosis kongenital
pada bayi ibu hamil yang terinfeksi sebelum kehamilan hampir tidak pernah ditemukan. Di beberapa
negara, pengobatan tetap diberikan pada ibu hamil sehat dengan diagnosis infeksi T. gondii laten. Hal
tersebut didasarkan fakta bahwa kondisi imun setiap individu berbeda, fluktuatif, dan tidak dapat
terkontrol sebelumnya. Reaktivasi mungkin saja terjadi ketika imunitas seseorang menurun, terutama
pada ibu hamil yang memiliki kondisi untuk berbagi nutrisi dengan janinnya. Selain itu, aviditas IgG
setiap individu juga belum tentu tinggi dan matang meskipun infeksi terjadi setelah bertahun-tahun
yang lalu. Jika pemberian terapi ditunda hingga hasil pemeriksaan aviditas IgG pada trimester
pertama hasil IgG dan IgM (-), maka infeksi terjadi akibat reaktivasi. Untuk lebih memastikan bahwa
infeksi tidak terjadi, maka pemberian terapi menggunakan spiramisin tetap dilakukan. Disamping itu
risiko minimal spiramisin tidak menghalangi penggunaannya sebagai terapi pada trimester pertama.
Pirimetamin merupakan anti parasit yang secara kimiawi dan farmakologi menyerupai trimetroprim.
xi
Didalamnya terdapat zat aktif diaminopirimidin yang bekerja sebagai inhibitor poten dari dihidrofolat
reduktase dan bekerja secara sinergis dengan sulfonamid. Dosis pirimetamin 25-50 g per oral sekali
sehari dan dikombinasikan dengan sulfonamid selama 1-3 minggu, kemudian dosis obat dikurangi
setengah dari dosis sebelumnya, dan terapi dilanjutkan 4-5 minggu. Kekurangan asam folat akan
memicu agranulositosis, sehingga pemberian pirimetamin harus bersama dengan asam folat.
Sulfadiazin merupakan golongan sulfonamida dengan masa kerja sedang.
Mekanisme kerjanya bersifat bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam folat, serta
menghambat enzim yang membentuk asam folat dan para amino benzoic acid (PABA). Sebagian
bahan ini menginaktivasi enzim seperti dehidrogenase atau karboksilase yang berperan pada respirasi
bakteri. Dosis pemberian 2-4 gram per oral sehari sekali selama 1-3 minggu, kemudian dosis
dikurangi setengah dari dosis
sebelumnya dan terapi dilanjutkan hingga 4-5 minggu.
• Pengobatan pada bayi
Kombinasi sulfadiazin, pirimetamin, dan asam folat biasanya diberikan untuk bayi yang lahir dari ibu
dengan hasil positif pada cairan amnionnya atau yang sangat dicurigai menderita T. gondii. Dosis
pirimetamin 2 mg/kgBB/hari (maksimal 50 mg), dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari untuk 2-6 bulan, dan
setelah itu 1 mg/kgBB/hari 3 kali perminggu. Dosis sulfadiazin 50 mg/kgBB setiap 12 jam, dan dosis
asam folat 5 – 20 mg 3 kali perminggu.

Cara Pencegahan Infeksi Toksoplasma Dalam Kehamilan


Penting melaksanakan pemeriksaan darah terhadap kemungkinan infeksi penyakit ini pada masa
pranikah atau sebelum kehamilan bagi kelompok yang mampu, karena penyakit ini dapat diobati
sehingga dampak negatif seperti keguguran, lahir mati atau cacat setelah lahir dapat dihindari .
1. Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
2. Bersihkan dan cucilah buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.
3. Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai
untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan makanan
lainnya.
4. Jangan minum susu unpasteurized dari hewan
5. Bila akan membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung
tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga
lainnya, bila sedang hamil.
6. Pakailah sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk
menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
Untuk yang memelihara kucing :
xii
a) Bila memelihara kucing, maka saat mencoba untuk hamil atau sedang hamil,
serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.
b) Bersihkanlah kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk menggunakan
sarung tangan dan selalu mencuci tangan setiap selesai membersihkan.
c) Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing yang dipelihara.
d) Buanglah kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, jangan menanam atau
meletakanya di dekat kebun atau taman.
e) Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing yang dipelihara.
f) Periksakanlah ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing yang dipelihara terdapat
tanda-tanda sakit.
g) Kucing yang dipelihara didalam rumah, yang tidak diberi daging mentah, dan tidak
menangkap burung atau tikus, biasanya tidak terinfeksi
h) Tidak dianjurkan pemeriksaan skrinig toxoplasma secara masal mengingat biaya
relatif tinggi dan masih tingginya hasil positif palsu dari laboratorium. Hindari para
wanita hamil makan daging yang tidak dimasak matang.

2. Kasus II : Hubungan Infertilitas Dengan Toksoplasmosis Pada Wanita Sudah Menikah

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii golongan protozoa
yang sifatnya obligat intraseluler yang pertama kali ditemukan adalah Nicole dan Splendore pada
tahun 1908 padahewan pengerat (tenodactylus gundii) di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di
Brazil dan disebut sebagai kehamilan. Menurut data WHO (2012) Lebih dari 300 juta orang di daerah
tropis menderita toksoplasmosis (WHO, 2012). Kasus toksoplasmosis pada manusia di Indonesia
berkisar antara 43 - 88%, sedangkan pada hewan berkisar antara 6 – 70%. Prevalensi toksoplasmosis
di Indonesia diduga terus meningkat seiring dengan perubahan pola hidup yang ada pada masyarakat

PENYEBAB

Infeksi Toxoplasma gondii dengan kejadian infertilitas disebabkan karena Oosyct Toxoplasma gondii
yang masuk kedalam tubuh manusia berada pada stadium takizoit secara terus menerus yang
disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh pada wanita pasangan usia subur, takizoit yang aktif
dapat masuk kedalam jaringan endometrium, dimana takizoit akan memperbanyak diri pada jaringan
endometrium, perbanyakan dari takizoit akan dapat menimbulkan luka pada jaringan endometrium
sehingga terjadinya endometritis, terjadinya endometritis pada uterus dapat menghalangi
terbentuknya plasenta sehingga tidak dapat terjadinya kehamilan

ANALISI SITUASI KASUS


xiii
Wanita pranikah memiliki risiko terinfeksi Toksoplasma gondii yang berdampak pada kesuburan dan
kehamilan setelah menikah. Dalam siklus hidup Toxoplasma gondii, setelah menelan parasit dan
perkembangbiakan tachyzoite selama tahap akut, parasit biasanya terlokalisasi di organ yang berbeda
termasuk organ reproduksi pria dan wanita dari inang perantara sehingga dapat menyebabkan
beberapa efek buruk pada fungsi reproduksi. Wanita usia subur yang terinfeksi Toksoplasma gondii
dapat mengalami gangguan pada sistem reproduksinya seperti abortus dan infertilitas ketika sudah
menikah. Di Indonesia menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi dari beberapa hasil penelitian
ditemukan 67% wanita kasus infertilitas didapatkan sebanyak 10,3% disebabkan oleh Toxoplasma
gondii. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Infertilitas pada
wanita yang sudah menikah dengan toksoplasmosis.

HASIL ANALISIS

Menunjukkan hasil analisis Chi-square untuk melihat hubungan infertilitas dengan counfounding
lama/usia pernikahan dengan kejadian toksoplasmosis pada wanita sudah menikah dan diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa seorang wanita yang sudah menikah ≥5 tahun secara signifikan
berhubungan dengan toksoplasmosis dan lebih berisiko 5-6 kali lebih besar kemungkinan (OR =
5.646, p=0.000 < 0.05) mengalami penyakit toksoplasmosis dibanding wanita yang sudah menikah <
5 tahun dengan nilai OR > 1 yang berarti bahwa variable tersebut dapat meningkatkan risiko
terjadinya toksoplasmosis pada wanita yang sudah menikah (ibu ataupun calon ibu). Atau wanita
yang sudah menikah ≥5 tahun setidaknya memiliki risiko paling minimal 2-3 kali dan risiko paling
maksimal 11 kali (CI 95%, lower= 2.838, upper= 11.231) lebih berisiko mengalami penyakit
toksoplasmosis dibanding wanita yang sudah menikah <5 tahun. Sedangkan berdasarkan riwayat sulit
hamil/infertilitas atau wanita sudah menikah yang aktif melakukan hubungan seks dengan
pasangannya ± 6 bulan – 12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi namun tidak memiliki kemampuan
untuk mengandung dan melahirkan (11) secara signifikan berhubungan dengan toksoplasmosis dan

xiv
lebih bersiko 0.4 kali lebih besar kemungkinan (OR= 0.416, p=0.020 < 1 yang berarti bahwa variable
tersebut menurunkan risiko dan memberikan efek pencegahan terhadap kejadian penyakit
toksoplasmosis pada wanita yang sudah menikah (ibu ataupun calon ibu). Atau wanita yang sudah
menikah dan memiliki riwayat sulit hamil setidaknya memiliki risiko paling minimal 0.1-0.2 kali dan
risiko paling maksimal 0.8-0.9 kali (CI 95%, lower= 0.199, upper= 0.873) lebih berisiko mengalami
toksoplasmosis dibanding wanita yang tidak sulit hamil.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFEKSI

Sebagian besar distribusi anti toxoplasma IgG dan IgM diamati menurut kelompok usia menunjukkan
hasil yang lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena kelompok usia
tua memiliki waktu lama dalam kontak dengan tanah, memotong daging, kontak dengan hewan
domestik dirumah, khususnya kucing beserta semua faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan
kemungkinan pemaparan terhadap agen-agen mikroba seperti parasite Toxoplasma Gondii. Dengan
bertambahnya usia dan gejala sisa patologis lebih tinggi dan lebih mungkin terjadi toxoplasmosis .
Infeksi toxoplasma yang berlangsung terus menerus dapat menginfeksi saluran telur wanita. Bila
saluran ini menyempit atau tertutup, sel telur yang telah dihasilkan oleh indung telur (ovarium) tidak
dapat sampai ke rahim untuk dibuahi oleh sperma. Bila berlangsung terus menerus dapat
menyebabkan kemandulan. Infeksi Toxoplasma gondii dengan kejadian infertilitas disebabkan karena
Oosyct Toxoplasma gondii yang masuk kedalam tubuh manusia berada pada stadium takizoit secara
terus menerus yang disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh pada wanita pasangan usia subur,
takizoit yang aktif dapat masuk kedalam jaringan endometrium, dimana takizoit akan memperbanyak
diri pada jaringan endometrium, perbanyakan dari takizoit akan dapat menimbulkan luka pada
jaringan endometrium sehingga terjadinya endometritis, terjadinya endometritis pada uterus dapat
menghalangi terbentuknya plasenta sehingga tidak dapat terjadinya kehamilan.

A. Pengobatan

Pada orang yang sudah menikah dan tidak sedang hamil atau mengalami gangguan kekebalan
tubuh, toksoplasmosis umumnya ringan dan tidak memerlukan perawatan medis. Namun, pada
toksoplasmosis yang sampai menimbulkan gejala, dokter akan memberikan pengobatan sesuai
kondisinya. Berikut adalah penjelasannya:

Pasien tanpa gangguan kekebalan tubuh dan tidak hamil

Jika pasien mengalami infeksi toksoplasmosis akut dengan gejala, dokter dapat meresepkan beberapa
obat berikut ini:

xv
1. Pyrimethamine, Pyrimethamine adalah obat antiparasit yang digunakan untuk mengobati
toksoplasmosis, yaitu penyakit akibat infeksi
parasit Toxoplasma gondii. Pyrimethamine dapat digunakan untuk mengobati
toksoplasmosis pada ibu hamil. untuk menghambat pertumbuhan gondii dengan cara
menghambat penyerapan asam folat di dalam tubuh.

2. Leucovorin, Leucovorin adalah obat untuk menangani efek samping dari obat-obatan yang
dapat menghambat kerja asam folat, seperti methotrexate atau pyrimethamine. Pada kondisi
tertentu, obat ini juga dapat membantu pengobatan anemia megaloblastik akibat kekurangan
asam folat. untuk mengurangi efek samping pyrimethamine
3. Sulfadiazine yang dikombinasikan pyrimethamine, untuk mengobati toksoplasmosis
Sulfadiazine adalah obat antibiotik untuk menangani infeksi bakteri. Selain itu, sulfadiazine
bisa digunakan dalam pencegahan kekambuhan demam rematik, dan jika dikombinasikan
dengan pyrimethamine, dapat digunakan untuk mengobati toksoplamosis.
4. Azithromycin, untuk mengatasi toksoplasmosis pada pasien yang alergi terhadap
sulfadiazine.Azithromycin bermanfaat untuk mengobati infeksi bakteri pada berbagai bagian
tubuh, seperti saluran pernapasan, paru-paru, mata, kulit, telinga, tenggorokan, amandel, dan
alat kelamin. Obat ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter

B. Pencegahan

Berdasarkan riwayat sulit hamil/infertilitas atau wanita sudah menikah yang aktif melakukan
hubungan seks dengan pasangannya ± 6 bulan – 12 bulan secara teratur tanpa kontrasepsi namun
tidak memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan (11) secara signifikan berhubungan
dengan toksoplasmosis dan lebih bersiko 0.4 kali lebih besar kemungkinan (OR= 0.416, p=0.020 < 1
yang berarti bahwa variable tersebut menurunkan risiko dan memberikan efek pencegahan terhadap
kejadian penyakit toksoplasmosis pada wanita yang sudah menikah (ibu ataupun calon ibu). Atau
wanita yang sudah menikah dan memiliki riwayat sulit hamil setidaknya memiliki risiko paling
minimal 0.1-0.2 kali dan risiko paling maksimal 0.8-0.9 kali (CI 95%, lower= 0.199, upper= 0.873)
lebih berisiko mengalami toksoplasmosis dibanding wanita yang tidak sulit hamil.

xvi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Toksoplasmosis merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai oleh calon Ibu
sebelum merencanakan kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan dan dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada janin. Oleh karena itu, calon Ibu perlu mengetahui
langkah-langkah pencegahan parasit Toksoplasma agar dapat mengurangi resiko infeksi. Akan tetapi,
kesadaran target audiens akan bahaya dari Toksoplasmosis terbilang masih rendah karena adanya
keterbatasan pengetahuan dan informasi yang tersedia.

Toksoplasmosis pada perempuan hamil menyebabkan terjadinya abortus, lahir mati, dan
kelainan kongenital. Deteksi dini dan pengobatan toksoplasmosis pada kehamilan sangat diperlukan
untuk mencegah penularan dari ibu ke janin. Pencegahan terhadap Toxoplasma gondii merupakan
langkah paling utama dengan menjaga higienitas baik dari makanan maupun kontak dengan hewan
dan lingkungan.

3.2 Saran
Perlu untuk dilakukan adanya pengembangan dan pembaruan informasi mengenai Toksoplasmosis
guna menghasilkan sebuah informasi yang lebih konkrit dan utuh.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Yuliawati irma, N. (2015). PATHOGENESIS, DIAGNOSTIC AND MANAGEMENT OF


TOXOPLASMOSIS. Institute of Tropical Disease, Universitas Airlangga, Surabaya,
Indonesia, 100-106.

Agoes, R., Djaenudin, N. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Cet I. Jakarta: EGC.
Rohmawati, I. dan Wibowo, A. 2013. Hubungan Kejadian Abortus dengan Toxoplasmosis di
Puskesmas Mentaras Kabupaten Gresik. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2(2): 173–
181.
Suparman, E. 2012. Toksoplasmosis Dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik. 4(1): 13-19.
Syaikudin, A. Dan Nurdian, Y. 2017. Immunological Reaction and Inflammatory Response in
Congenital Toxoplasmosis Can Cause Hearing Disorder.

Fitriani, VA. dan Nurdian, Y. 2017. Toksoplasmosis Kongenital Menimbulkan Gangguan


Pendengaran dan Memperburuk Perkembangan Bahasa pada Anak.

Putri, D. S. A., Salsabela, A., Wahyuliswari, D., dan Nurdian, Y. 2017. Risiko Arthtritis pada
Toxoplasmosis.

Nugrahani, A. P. dan Nurdian, Y. 2017. Faktor Risiko Toksoplasmosis di Area Agrikultur.

Agustian, N. F. B. and Nurdian, Y. 2017. The Relationship between Toxoplasma gondii Infection
and Behavioral Change in Humans.

Harari, R. R. B., Goodwin, E., and Casoy J. 2017. Adverse Event Profile of Pyrimethamine-Based
Therapy in Toxoplasmosis: Systematic Review.Drugs R. D. doi: 10.007/s4026801702068

Nurdian, Y. 2018. Buku Ajar Pengantar Parasitologi Agromedis. Universitas Jember: Fakultas
Kedokteran.

xviii

Anda mungkin juga menyukai