Anda di halaman 1dari 3

Kajian ilmiah terhadap Pancasila dilihat dari ciri berpikir ilmiah

4 ciri berpikir ilmiah


 Berobjek: -materil
-formal
 Bermetode: -analisis-sintesis
-induktif-deduktif
-hermeneutik; dll
 Bersistem: saling terkait antar hal/pernyataan sebagai satu keutuhan.
 Bersifat universal/umum: kebenarannya tidak terbatas ruang dan waktu.
~.~.~.~.~.~
Cara berpikir ilmiah jika diterapkan dalam membahas Pancasila
 Berobjek materil
Dapat bersifat empiris maupun non-empiris. Objek material ini merupakan pernyataan-
pernyataan, pemikiran, idekonsep, kenyataan sosio-kultural yang terwujud dalam hukum,
teks sejarah, adat-istiadat, sistem nilai, karakter, kepribadian manusia masyarakat
Indonesia sejak dahulu sampai sekarang. Hal ini dapat terwujud di dalam pemikiran para
tokoh pendiri negara maupun tokoh- tokoh ilmuwan dan politisi, negarawan Indonesia.
Juga dapat ditelusuri dari berbagai peninggalan sejarah, dalam teks-teks sejarah dan
simbol- simbol yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Causa materialis Pancasila adalah sebab bahan yang menjadikan Pancasila itu ada, yaitu
sistem nilai dan budaya masyarakat Indonesia
 Berobjek formal
Objek formal dalam membahas Pancasila dapat dilakukan dari perspektif ilmu-
ilmu seperti hukum yuridis, politik, sejarah, filsafat, sosiologi dan antropologi
maupun ekonomi. Melalui obyek formal diperoleh berbagai pengetahuan tentang
Pancasila yang bersifat deskriptif, kausalitas, normatif dan essensial.
Proses terjadinya Pancasila meliputi empat kausa : Causa Materialis, Causa
Formalis, Causa Effisiens dan Causa Finalis.
Causa Materialis Pancasila : sebab yg menjadikan Pancasila ada ( Sistem Nilai
dan Budaya Masyarakat )
Causa Formalis : sebab bentuk yang menyebabkan Pancasila ada ( Rumusan
Pancasila berurutan dari Sila pertama sampai dengan Sila Kelima)
Causa Effisiens : sebab proses kerja yang menyebabkan Pancasila ada ( Sidang
BPUPKI dan PPKI ) Causa Finalis : sebab tujuan diadakannya Pancasila
( Pancasila sebagai dasar Negara RI ).
Causa formalis adalah sebab bentuk yang menjadikan Pancasila ada yaitu rumusan
Pancasila yang berurutan mulai dari sila pertama sampai dengan sila kelima sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945

 Bermetode
jika Pancasila dibahas dari sudut sejarah maka metode yang dipakai adalah metode ilmu sejarah,
di antaranya kritik naskah dan interpretasi hermeneutik.
 Analisis-sintesis (menguraikan dan memerinci pernyataan sehingga jelas
maknanya lalu disimpulkan)
sila Ketuhanan Yang Maha Esa diperinci menjadi bagian yang lebih kecil,
sehingga diperoleh rincian kata-kata: ketuhanan, yang, maha, esa. Kata
Ketuhanan dapat diperinci menjadi: ke – tuhan –an. Kemudian dicari makna yang
terdalam dari masing-masing kata tersebut. Selanjutnya makna masing-masing
kata digabungkan menjadi satu pengertian yang lebih komprehensif utuh
menyeluruh yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat.
 Induktif (metode berpikir dari hal-hal/peristiwa yang khusus kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat umum)
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan oleh para pendiri negara sebagai
pernyataan umum. Sila ini diperoleh dari hasil berpikir induksi setelah melihat
dan menyimpulkan dari peristiwa dan kebiasaan sebagian besar masyarakat
Indonesia di berbagai daerah di tanah air yang menunjukkan adanya keyakinan
agama, tempat-tempat ibadah dan orang-orang yang beribadah sebagai wujud
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh para pendiri negara fenomena
dan peristiwa di masyarakat tersebut disimpulkan secara umum dalam bentuk
generalisasi bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang
Maha Esa.
 Deduktif (metode berpikir yang bertolak dari hal-hal/pernyataan yang bersifat
umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus)
Pernyataan umum : Semua bangsa di dunia berhak merdeka
Pernyataan khusus : Indonesia adalah sebuah bangsa
Kesimpulan : Indonesia berhak untuk merdeka Pernyataan tersebut merupakan
alinea-alinea dari Pembukaan Undang-undang 1945. Pernyataan umum
merupakan alinea pertama, pernyataan khusus merupakan alinea kedua, dan
kesimpulan merupakan alinea ketiga.
 Hermeneutik (metode menafsirkan untuk memperoleh makna yang
terdalam/hakekat yg ditafsirkan)

 Bersistem
• Sistem merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat yang bagian-bagiannya saling
berhubungan dan ketergantungan.
• Pemahaman Pancasila harus merupakan satu kesatuan dan keutuhan
• Sila-sila Pancasila disusun secara logis sehingga membentuk pemikiran yang sistematis.
• Notonagora : Hierarkis Piramidal
Pancasila merupakan hasil pemikiran para pendahulu negara yang dirumuskan dengan
kecermatan yang tinggi dan bersifat logis. Sila-sila Pancasila tersusun secara logis sehingga
membentuk suatu pemikiran yang sistematis. Notonagoro mengatakan bahwa sila-sila Pancasila
tersusun secara hierarkis piramidal dan bersifat majemuk-tunggal.
Pancasila sbg sistem nilai disusun berdasarkan urutan yg logis :
1. Ketuhanan YME
2. Kemunusiaan yg adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Universal/umum
 Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah relatif berlaku secara universal ( Tidak terbatas
ruang dan waktu ).
 Kajian terhadap Pancasila dapat ditemukan nilai-nilai yang terdalam pada sila-sila
Pancasila
Kata ketuhanan memiliki makna yang hampir sama dengan religiusitas, kata
kemanusiaan analog dengan kata humanisme, persatuan analog dengan nasionalisme,
kerakyatan analog dengan demokrasi, sedangkan keadilan analog dengan kesejahteraan.
Arti universal tidak sama dengan absolut, karena pengetahuan manusia tidak akan pernah
mencapai kebenaran mutlak. Pemilik kebenaran mutlak hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.
Disamping Pancasila memiliki nilai-nilai dasar yang berlaku universal, Pancasila juga
memiliki nilai-nilai yang berlaku hanya untuk rakyat Indonesia yang berwujud Undang-
undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai