1. FILSAFAT
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta filsafat hidup bangsa Indonesia, pada
hakekatnya merupakan suatu nilai dasar yang bersifat fundamental, sistematis, dan
holistik. Sila per sila yang tersusun adalah satu kesatuan yang bulat, utuh, dan hirarkis,
sehingga dapat diartikan sebagai suatu sistem filsafat.
Didasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila bahwa Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara mengandung arti dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan yang berdasarkan kepada nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
Berdasarkan pengertian arti kata filsafat dalam Bahasa Indonesia, berasal dari Bahasa
Yunani yakni “Philosophia” terdiri dari kata Philein yang artinya Cinta dan Sophos
artinya Hikmah atau Kebijaksanaan. Secara harafiah filsafat mengandung arti cinta
kebijaksanaan, yang mana cinta diartikan sebagai hasrat yang besar atau bersungguh-
sungguh, dan kebijaksanaan diartikan sebagai kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
a. Filsafat Pancasila
Secara umum filsafat Pancasila didefinisikan sebagai hasil berfikir atau sebuah
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya,
dan diyakini sebagai suatu norma dan nilai yang adil, benar, baik, bijaksana, dan
paling adaptif dengan kondisi bangsa ini.
Apabila dikategorikan dari sisi religiusitas, maka filsafat Pancasila dapat digolongkan
sebagai salah satu filsafat religius. Hal ini dikarenakan didalam Pancasila,
mengandung perihal aspek kebijaksanaan dan kebenaran mutlak yang berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa. Dan apabila diklasifikasikan dari sisi teroritas dan praktisis,
filsafat Pancasila termasuk kedalam aspek praktis lantaran apabila digali lebih dalam,
selain dari memiliki pemikiran sedalam-dalamnya dan bertujuan mencari sebuah
kebenaran dan kebijaksanaan, Pancaila juga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup
sehari-hari guna menciptakan pondasi kehidupan yang bahagia baik lahir maupun
batin.
Pancasila yang terdiri dari lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat yang
memiliki fungsi nyata bagi keberlangsungan negara ini, seperti filsafat Pancasila
sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia. Bagi sebuah bangsa yang ingin berdiri
kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya, sangat
mungkin memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat
hidup. Misalnya saja dalam adat pergaulan hidup yang terkandung konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-
pikiran yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik.
Selanjutnya, filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal
ini Pancasila diartikan sebagai sebuah dasar nilai serta norma untuk mengatur sistem
pemerintahan atau penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila juga dapat diartikan
sebagai sebuah sumber dari segala sumber hukum, yang mana kaidah hukum negara
ini secara konstitiusional mengatur negara dan rakyat-rakyatnya, Pancasila meruapkan
pedoman untuk menjalankan hal tersebut.
Selain kedua aspek diatas, filosofis Pancasila juga diartikan sebagai Jiwa dan
Kepribadian Bangsa Indonesia. Hal ini dimaksudkan sebagai aspek pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang akan membedakan
eksistensi Indonesia dengan negara lain. Meskipun demikian, kepribadian bangsa
Indonesia tetap berakar dari kepribadian individual dalam masyarakat yang
Pancasilais, serta gagasan-gagasan besar yang tumbuh dan sejalan dengan filsafat
Pancasila.
2. Yuridis
Pancasila yuridis kenegaraan meliputi pemba-hasan Pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga meliputi pembahasan
bidang yuridis dan ketatanegaraan, realisasi Pancasila dalam segala aspek
penyelenggaraan negara secara resmi baik yang menyangkut norma hukum maupun
norma moral dalam kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
Jadi sebagai tiang penyangga untuk dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah harus
dipenuhi empat syarat:
3. SOSIOLOGIS
Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur
sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan
beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan
keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal
saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap
sewenang-wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia yang dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas,
rasa setia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk
dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai
pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau
berlebihan.
Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama,
ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila
bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali
ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat,
maka nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan
kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan
pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1
Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.
Ideologi bangsa dan dasar negara yang terangkum dalam pancasila adalah nilai-nilai
luhur yang telah dirumuskan dan disetujui oleh para pendiri bangsa dan negara ini.
Sebelum lahir dan ditetapkannya pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar
negaramemang pernah ada wacana piagam jakarta untuk diusung menjadi dasar
negara yang substansinya berbeda dalam hal sila pertama, dimana silanya tersebut
menekankan tentang penerapan menjalankan syariat Islam bagi penganutnya. Akan
tetapi wacana ini tidak dapat diterima dan diterapkan karena akan menimbulkan
perpecahan bangsa, maka sila tersebut tidak digunakan sebagai dasar negara.
Pancasila dengan sila-silanya yang mengandung nilai-nilai luhur dan universal adalah
dasar landasan yang ideal karena mampu menampung segala macam aspirasi nilai
yang ada dan beragam di Indonesia. Penduduk Indonesia memang penduduk yang
beragama Islam terbesar dan bahkan juga di dunia, akan tetapi toleransi umat Islam
Indonesia cukup besar untuk tidak menjadikannya negara Islam, karenanya pancasila
sebagai dasar negara yang ada sekarang ini sudah dianggap cukup untuk
mengakomodir semua kepentingan umat masing-masing agama yang ada di
Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki urutan-urutan yang sistematis dari tiap-tiap
silanya ; dimulai dari spirit ketuhanan yang menjadi dasar utama dan paling tinggi
yang terletak pada sila pertama hingga sampai pada tujuan bernegara yakni keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada sila terakhir.
Secara etimologi, kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta atau India yang
berasal dari bahasa kasta Brahmana, yaitu “panca” yang berarti lima dan “sila” yang
berarti dasar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah lima dasar yang
digunakan sebagai landasan dari keputusan bangsa, ideologi tetap bangsa, serta
mencerminkan kepribadian bangsa.Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan
ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang
diyakini kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan
pelaksanaan yang jelas.
1. Pancasila sebagai tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi
persyaratan sebagai suatu ideologi, karena Pancasila memuat ajaran, doktrin
dan atau gagasan (ide) bangsa Indonesia yang di yakini kebenarannya dan
disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya.
Kita mengenal ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai
instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai
dengan keadaan, dan nilai praksis berupa pelaksanaan secara nyata yang
sesungguhnya. Sekalipun demikian, perwujudan ataupun pelaksanaan nilai-
nilai instrumental dan nilai-nilai prsksis harus tetap mengandung jiwa dan
semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa Pancasila
dipergunakan sebagai dasar (fundamen) untuk mengatur pemerintah negara
atau sebagai dasar untuk mengatur penyelengaraan negara. Dengan demikian
Pancasila merupakan kaidah negara yang fundamental, yang berarti hukum
dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus
bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut juga sebagai pegangan hidup,
pedoman hidup, petunjuk hidup dan jalan hidup (way of life). Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk
dalam kehidupan sehari-ahari. Ini berati, Pancasila sebagai pandangan hidup
merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan
di segala bidang.
4. Pancasila sebagai Keprinadian Bangsa
Ini berati, sebagai halnya bendera merah putih sebagai ciri khas bangsa atau
negara Indonesia yang membedakan dengan bangsa atau negara lain, Pancasila
juga merupakan ciri khas bang Indonesia yang tercermin dalam sikap, tingkah
laku, dan perbuatan yang senantiasa selaras, serasi dan seimbang sesuai deng
nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Ciri khas Ideologi Pancasila dibandingkan lainnya
a. Ditinjau dari Agama
Kapitalisme : Paham kapitalisme ini secara jelas dicela dalam Islam dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan suatu deskripsi
yang sangat brilian mengenai kapitalisme ini, secara jelas
tergambar dalam QS. Al-Qalam:17-33
b. Ditinjau dari Hukum
Komunisme : Sistem ekonomi diatur sentralistis atau penguasaan oleh pusat atau
Negara kalau ada ekonomi swasta ia sangat terbatas.
Fasisme : Peran Negara sangat kecil, Kapitalisme dan Monopolisme.
Kapitalisme : Sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada keuntungan,
di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini.
d. Ditinjau dari pandangan terhadap individu dan masyarakat..
Pancasila : Individu diakui keberadaannya.
Liberal : Individu lebih penting daripada masyarakat.
A. Ideologi Pancasila
I. Ciri-ciri ideologi Pancasila, antara lain sebagai berikut :
a. Bidang politik : Politik berdasarkan demokrasi Pancasila.
b. Bidang ekonomi : Sistem ekonomi yang bertujuan mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
B. Ideologi Liberalisme
Ciri-ciri Ideologi Liberalisme sebagai berikut :
1). Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
2). Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasukkebebasan
berbicara
4). Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.Oleh karena
itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan
dapat dicegah.
5). Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagianterbesar
individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan
sebagian besar individu belum tentu maksimal.
Negara yang menganut ideologi Liberalisme :
a. Benua Amerika :
Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras,
Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela.
b. Benua Eropa :
India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Thailand, Turki Myanmar,
Kamboja, Hong Kong, Malaysia dan Singapura.
d. Benua Afrika :
Mesir, Senegal dan Afrika Selatan, Aljazair, Angola, Benin, Burkina Faso, Mantol Verde,
Côte D’Ivoire, Equatorial Guinea, Gambia, Ghana, Kenya, Malawi, Maroko, Mozambik,
Seychelles, Tanzania, Tunisia, Zambia dan Zimbabwe. Sekarang ini, kurang lebih
liberalisme juga danut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland,
Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname.
C. Ideologi Komunisme
Ideologi komunisme menurut Darmodharjo (Afandi,2012:86) memiliki beberapa ciri
khusus, seperti:
a. Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwakehidupan
manusia berdasarkan atas evolusi. Kehidupan ini dibentuk olehhukum-hukum
kehidupan tertentu. Agama dianggap sebagai penghalangkemajuan. Agama
memelihara kekolotan . bahkan penganut ideologi inidiajurkan untuk bersikap anti
agama.
e. Diktator, kekuasaan pemerintah dipegang oleh partai komunis, dan golongan lain
dilenyapkan.
a. Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu sendiri.
Semua orang harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh ideologi. Dogma
yang telah diletakkan oleh pelaksana ideologi harus diikuti dengan patuh tanpa
adanya kritik.
b. Dictator, ajaran ini menganggap bahwa kritik adalah suatu kejahatan. Perlawanan
terhadap ajaran dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan.
c. Imperialisme, adalah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya (hak memerintah).atas
dasar tersebut, mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain. Akibatnya
iimperialisme adala suatu akibat logis dari paham yang realistis itu.
Negara-negara yang pernah menganut Ideologi Fasisme adalah Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Italia dan Jerman.
E. Ideologi Sosialisme
Menurut Michael Newmann (Simamora,1986:120) Sosialisme adalah ideologi yang di
tandai oleh:
a. Komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang egalitarian (sama).
F. Ideologi Kapitalisme
Ciri-ciri ideologi kapitalisme: