Anda di halaman 1dari 33

Shell and Tube Heat Exchanger I

20 Februari 2019

1. Tujuan

 Untuk mengetahui pengaruh perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin
terhadap ∆Thot, ∆Tcold, Qe, Qa, dan effisiensi overall (ɳ)

 Menentukan koefisien perpindahan panas Overall pada STHE dengan


menggunakan perhitungan ∆Tlm

2. Dasar Teori

HE (heat exchanger) adalah suatu alat digunakan dalam proses perpindahan


panas fluida dengan fluida yang lain tanpa terjadi perpindahan massa didalamnya
dan dapat dipergunakan sebagai pemanas maupun pendingin. Pada STHE,
transfer panas terjadi antara fluida yang mengalir dalam tube dengan fluida lain
yang mengalir melewati cylindrical shell di bagian luar tube.

Shell and Tube Heat Exchanger umumnya digunakan pada industri kimia dan
makanan. Alat penukar panas ini terdiri dari sejumlah tube yang disusun secara
parallel dan dikelilingi oleh shell yang silindris. Transfer panas terjadi antara
fluida yang mengalir dalam tube dengan fluida lain yang mengalir melewati
cylindrical shell di bagian luar tube. Selain shell dan tube, alat penukar panas
(STHE) ini juga dilengkapi dengan baffle di dalam shell yang berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan alir fluida dan laju transfer panas. STHE yang
digunakan dalam praktikum ini terdiri dari 1 shell; 7 tube; 2 baffle yang
melintang dalam shell.
a. Perpindahan Panas pada Shell and Tube Heat Exchanger
Pada alat penukar panas (STHE) terdapat dua aliran yang dapat dilakukan,
yaitu counter-current dan co-current. Untuk aliran countercurrent, fluida
panas dan dingin mengalir ke arah yang berlawanan melintasi permukaan
perpindahan panas (dua aliran fluida masuk ke heat exchanger pada ujung
yang berlawanan). Fluida panas melewati tujuh tube secara paralel, fluida
dingin melewati tabung sebanyak tiga kali melalui baffle di dalam shell.
Untuk aliran cocurrent, fluida panas mengalir dengan arah yang sama dengan
fuida dingin melintasi permukaan perpindahan panas (dua aliran fluida masuk
ke heat exchanger pada ujung yang searah)

Penurunan suhu pada fluida panas dirumuskan:


∆Thot = T1 – T2

(1)
Kenaikan suhu pada fluida dingin dirumuskan:
∆Tcold = T4 – T3

(2)
Besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas, dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Qe = qmhot * Cphot *∆Thot

(3)
Besarnya heat power yang diserap oleh fluida dingin, dihitung dengan
persamaan:
Qa = qmcold * Cpcold *∆Tcold

(4)
Besarnya heat power yang hilang atau bertambah, dirumuskan sebagai
berikut:
Qf = Qe – Qa (W)

(5)
Sehingga efisiensi overall
Qe
η=
Qa

(6)
Secara teoritis, nilai Qe dan Qa harus sama. Namun pada kondisi
sebenarnya nilai Qe dan Qa tidak sama. Hal ini disebabkan oleh adanya
panas yang hilang atau bertambah ke/dari lingkungan.
Karena perbedaan suhu antara aliran fluida panas dan dingin bervariasi
sepanjang heat exchanger, maka perlu menurunkan perbedaan suhu rata-
rata (driving force) dimana perhitungan perpindahan panas dilakukan.
Perbedaan suhu rata-rata ini disebut dengan Logarithmic Mean
Temperature Difference (LMTD) yang dihitung dengan rumus di bawah
ini:
∆T
(¿ ¿ 2−∆ T 1 )
∆T2 (7)
ln( )
∆T1
∆ T tm=¿
dengan: ∆T1 = T2 – T3
∆T2 = T1 – T4
Luas transmisi panas pada heat exchanger harus dihitung dengan
menggunakan diameter rata-rata aritmetik dari inner tube, dengan
persamaan berikut:
d 0 +d 1
d m=
2
(8)
Dengan outside diameter of tube adalah 6.35 mm dan wall thickness of
tube sebesar 0.6 mm.
Luas transmisi panas dihitung dengan rumus:
A = π*dm*L (9)
dengan panjang transmisi panas dihitung dengan persamaan:
L = n*l (m) (10)
dimana n = jumlah tube (7 tube);
l = panjang transmisi panas dari tiap tube (0.144 m);
dm dapat digunakan jika r2/r1 < 1.5;
jika sebaliknya maka menggunakan logarithmic mean radius,
dlm.

Overall Heat Transfer Coefficient dihitung dengan persamaan:


Qe
U=
A ∆ T tm
(11)

3. Variabel

1) Suhu set point : 60℃

2) Variabel flowrate sebagai berikut:

T1 Fhot Fcold
(℃) Set point (L/min) % %
50
60
70
60 10 40
80
90
100
25
30
35
60 10 50
40
45
50
4. PROSEDUR KERJA

a. Daftar Alat

1. Modul peralatan HT30XC Heat Exchanger


Armfield
2. Pompa

b. Daftar Bahan

Air demineralisasi
c. Skema Kerja

Nyalakan PC dan hubungkan


USB port pada HT30XC ke USB Hubungkan HT30XC pada panel
port pada PC (lampu merah pada listrik kemudian tekan “switch
“power” akan menyala hijau jika on” hingga lampu on menyala
benar).

Jika “OK”, jalankan software Buka software HT33 Shell and


dengan cara klik “power on” Tube Heat Exchanger kemudian
kemudian lampu hijau “RUN” pilih counter current, klik “load”,
pada alat akan menyala pastikan IFD “OK”

Atur Cold Water Flow pada


100% tunggu hingga flowrate Cek ketinggian air pada hot
menunjukkan maksimum water vessel hingga ±20 mm dari
(konstan) atas vessel

Klik Flow untuk mengatur


Klik Heater untuk mengatur flowrate fluida panas dengan set
suhu set point heater sesuai point 10 L/min dioperasikan
variabel dan pilih operasi secara secara “manual” dengan “manual
“automatic” output” yang telah ditentukan
Saat suhu T1 telah mencapai set Klik “configure the data
point jalankan software dengan sampling” untuk mengatur
klik “GO” pengambilan sampel sesuai
variabel yang ditentukan

Klik “begin a new set of result” Klik “stop” untuk mengakhiri


unutk memulai pengambilan data pengambilan sampling kemudian
dengan variabel selanjutnya. klik “view table” untuk
menampilkan data yang telah
diambil

Setelah variabel semua selesai, Klik “flow” kemudian atur


klik “OFF” pada Heater untuk operasi “manual” dan set
mematikan heater “manual output” ke angka 0

Lepaskan semua kabel dari Matikan alat STHE dengan


sumber listrik menekan tombol “switch off”
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Data Pengamatan

Tabel 5.1. Data Pengamatan

Hasil Pengamatan
T (Celcius) F hot Fcold
Run LMTD U
L/ L/
o
T1 T2 Thot T3 T4 Tcold % % C W/m2 C
min min
1 60 56.3 3.7 24.1 31.2 7.1 50 1.69 30.45 1672.63
2 60.1 56.2 3.9 24.3 30.7 6.4 60 2 30.63 1738.61
3 60.1 56.1 4 24.3 30.5 6.2 70 2.14 30.66 1778.3
40 3.8
4 60.1 56.1 4 24.3 30.3 6 80 2.2 30.79 1777.54
5 60 56 4 24.3 30.2 5.9 90 2.25 30.75 1795.45
6 60.1 56 4.1 24.2 30 5.8 100 2.29 30.96 1816.26
7 60.3 54.9 5.4 23.9 29.3 5.4 25 2.2 27.96 1244.85
8 60.2 55.5 4.7 23.9 30.1 6.2 30 2.7 30.85 1503.17
9 60.2 56.1 4.1 23.9 30.8 6.9 35 3.3 30.78 1581.66
50 1.67
10 60.1 56.4 3.7 23.9 31.2 7.3 40 3.9 30.67 1676.15
11 60 56.7 3.3 24 31.6 7.6 45 4.4 30.51 1744.06
12 59.9 56.8 3.1 24 32 8 50 5 30.32 1811.38
b. Data Perhitungan

Tabel 5.2. Data Perhitungan

∆ T ∆ T
Cphot Cpcold ρ hot ρ cold Qmhot Qmcold Qe Qa η LMTD U
1 2
o o o
kJ/kg.K kJ/kg.K kg/l kg/l kg/s kg/s W W % C C C W/m2 C

4.1887 4.1891 1.0012 1.0003 0.0634 0.0282 0.983 0.8380 85.27 32.20 28.80 30.47 1684.38

4.1887 4.1890 1.0011 1.0005 0.0634 0.0333 1.036 0.8941 86.32 31.90 29.40 30.63 1765.80

4.1887 4.1890 1.0011 1.0005 0.0634 0.0357 1.062 0.9268 87.24 31.80 29.60 30.69 1807.85

4.1887 4.1890 1.0011 1.0006 0.0634 0.0367 1.062 0.9221 86.80 31.80 29.80 30.79 1801.84

4.1887 4.1890 1.0011 1.0006 0.0634 0.0375 1.062 0.9274 87.29 31.70 29.80 30.74 1804.71

4.1887 4.1890 1.0011 1.0006 0.0634 0.0382 1.089 0.9279 85.21 31.80 30.10 30.94 1837.71

4.1889 4.1889 1.0007 1.0007 0.0367 0.0279 0.830 0.6301 75.87 31.00 31.00 32 1355.16

4.1888 4.1890 1.0009 1.0005 0.0451 0.0278 0.887 0.7233 81.54 31.60 30.10 30.84 1501.79

4.1887 4.1891 1.0011 1.0003 0.0551 0.0278 0.946 0.8048 85.10 32.20 29.40 30.78 1604.56

4.1887 4.1891 1.0012 1.0002 0.0651 0.0278 1.009 0.8513 84.41 32.50 28.90 30.66 1717.63

4.1886 4.1892 1.0013 1.0001 0.0734 0.0278 1.015 0.8863 87.33 32.70 28.40 30.50 1737.69

4.1886 4.1892 1.0014 1.0000 0.0834 0.0278 1.083 0.9328 86.10 32.80 27.90 30.28 1868.16
Grafik Flowrate vs ∆T
10

Thot (Fcold konstan)


6
∆ T (Celcius)

Tcold (Fhot konstan)


Tcold (Fcold konstan)
4
Thot (Fhot konstan)

0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Flowrate (L/min)

Gambar 5.1 Grafik Flowrate vs ∆ T

Grafik Flowrate vs Q
1.5

1.2

Qe (Fcold konstan)
0.9
Qe (Fhot konstan)
Q (wat)

Qa (Fcold konstan)
0.6
Qa(Fhot konstan)

0.3

0
1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4
Flowrate (L/min)

Gambar 5.2 Grafik Flowrate vs Q


Grafik Flowrate vs U
2000
1800
1600
1400
1200
U (W/m2 C )

Fhot Konstan
1000
Fcold Konstan
800
600
400
200
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Flowrate (L/min)

Gambar 5.3 Grafik Flowrate vs U

Grafik Flowrate vs LMTD


32.5
32
31.5
LMTD (Celcius)

31 Fhot Konstan
30.5 Fcold Konstan

30
29.5
29
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Flowrate (L/min)

Gambar 5.4 Grafik Flowrate vs LMTD


Effisiensi Hot konstan
87.5
87
86.5
Effisiensi (%)

86
85.5
85
84.5
84
1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4
Flowrate cold (L/min)

Gambar 5.5 Grafik Effesiensi Hot Konstan

Effisiensi Cold konstan


90
88
86
84
Effisiensi (%)

82
80
78
76
74
72
70
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Flowrate hot (L/min)

Gambar 5.6 Grafik Effesiensi Cold Konstan


a. Pembahasan

 Anasthasia Putri / 1641420066 / 02


Pada praktikum kali ini dilakukannya percobaan perpindahan panas dengan
menggunakan alat berupa STHE (shell and tube heat exchanger) dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh dari perubahan flowrate dan juga untuk menentukan
koefisien perpindahan panas overall pada STHE.

Menurut Handoyo, 2000, semakin tinggi kecepatan aliran suatu fluida berarti
waktu kontak kedua fluida semakin singkat, sehingga dapat dikatakan bahwa
kenaikan kecepatan aliran akan meningkatkan efektivitas suatu heat exchanger
hingga pada suatu harga tertentu, dan kemudian efektivitas tidak naik lagi
melainkan turun. Dapat dilihat pada grafik 1 pada line Thot dan Tcold dengan
Fhot dalam keadaan konstan pada saat Fcold semakin besar maka Thot akan
semakin kecil dan Tcold sendiri akan semakin besar dapat dilihat pada data jika
Fhot sebesar 3.8 dan Fcold sebesar 1.69 maka Thot dan Tcold sebesar 3.7 dan 7.1
dibandingkan dengan Fhot yang sama dengan Fcold 2.14 maka Thot dan Tcold
sebesar 4 dan 6.2 karena dalam kasus ini apabila laju alir fluida panas atau dingin
semakin cepat maka waktu kontak yang terjadi juga singkat sehingga perubahan
suhu yang didapat tidak terlalu besar atau cenderung sedikit yang terjadi.

Sedangkan pada grafik 2 merupakan hubungan Q dengan flowrate dari fluida


dingin dan fluida panas, dimana semakin besar dan flowrate fluida dingin yang
konstan maka besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe)
semakin meningkat seiring dengan besarnya heat power yang diserap oleh fluida
dingin (Qa). Begitu pula sebaliknya jiak flowrate fluida panas yang konstan dan
fluida dingin yang semakin besar.

Untuk grafik 3 dan 4 menjelaskan tentang hubungan effisiensi dari STHE


terhadap flowrate dari fluida dingin dan fluida panas. Dapat dilihat pada grafik 3
bahwa effisiensi dari STHE apabila flowratehot mengalir lebih lambat dari
flowrate cold maka effisiensi tidak signifikan, dibandingkan dengan effisiensi
pada grafik 4 saat flowrate hot mengalir lebih cepat dari flowrate cold maka
effisiensi akan meningkat. Hal ini dapat disebabkan dari beberapa faktor:

1. Faktor Pengotor ( Fouling Factor ), yang meliputi : temperatur fluida,


temperatur dinding tube, kecepatan aliran fluida.
2. Koefisien Perpindahan Panas : Semakin baik sistem maka semakin tinggi
pula koefisien panas yang dimilikinya
3. Penurunan Tekanan ( Pressure Drop ) : Pada setiap aliran dalam HE akan
terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara
fluida dan dinding pipa
4. Konduktivitas Thermal
Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat
berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah.

5. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor


a. Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
b. Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.

Untuk hasil LMTD dari hasil praktikum dan perhitungan teoritis nilainya
hampir mendekati dengan selisih antara 0.0008 – 0.036. Sedangkan untuk
koefisien perpindahan panas (U) dari hasil praktikum dan hasil perhitungan
secara teoritis selisih perbedaannya juga tidak terlalu besar, baik dari hasil
praktikum maupun perhitungan teoritis hasil yang didapat berkisar dari 1500 –
1800 w/m2.c.
Robi’atul Adawiyah (25)
Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan
didapat nilai ∆Thot, ∆Tcold, Qe, Qa dan efisiensi. Shell and tube heat exchanger
merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan panas antara dua atau
lebih fluida. Menurut Handoyo (2000) menjelaskan hampir pada semua heat
exchanger, perpindahan panas didominasi oleh konveksi dan konduksi dari fluida
panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh dinding. Jadi didalam
shell and tube heat exchanger tersebut terdapat 2 fluida yaitu panas dan dingin
yang dialirkan secara berlawanan.

Pada gambar grafik 1 menunjukkan bahwa dengan flowrate fluida dingin


yang konstan dan flowrate fluida panas yang semakin besar maka ∆Thot atau
penurunan suhu pada fluida panas akan semakin menurun tetapi pada ∆Tcold atau
kenaikan suhu pada fluida dingin akan semakin meningkat. Sedangkan jika
flowrate fluida panas yang konstan dan flowrate fluida dingin yang semakin besar
maka ∆Thot atau penurunan suhu pada fluida panas akan semakin meningkat
tetapi pada ∆Tcold atau kenaikan suhu pada fluida dingin akan semakin menurun.
Pudjisusamar (1999) menjelaskan temperatur keluar udara dingin lebih tinggi
jikaudara panas mengalir dengan kecepatan tinggidan udara dingin mengalir lebih
lambat.

Pada gambar grafik 2 menjelaskan dengan flowrate fluida panas yang


semakin besar dan flowrate fluida dingin yang konstan maka besarnya heat power
yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) adalah semakin meningkat dan besarnya
heat power yang diserap oleh fluida dingin (Qa) juga semakin meningkat. Jika
flowrate panas yang konstan dan flowrate fluida dingin yang semakin besar maka
besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) adalah semakin
meningkat dan besarnya heat power yang diserap oleh fluida dingin (Qa) juga
semakin meningkat.
Pada gambar grafik 3 dan 4 menunjukkan keefisiensian perpindahan
panas pada shell and tube heat exchanger selama praktikum. Pada grafik tersebut
menunjukkan bahwa efisiensi perpindahan panas pada saat praktikum tidak
signifikan. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Redypta (2017) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu
heat exchanger adalah:
6. Faktor Pengotor ( Fouling Factor ), yang meliputi : temperatur fluida,
temperatur dinding tube, kecepatan aliran fluida.
7. Koefisien Perpindahan Panas : Semakin baik sistem maka semakin tinggi
pula koefisien panas yang dimilikinya
8. Penurunan Tekanan ( Pressure Drop ) : Pada setiap aliran dalam HE akan
terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara
fluida dan dinding pipa
9. Konduktivitas Thermal
Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat
berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah.
10. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor
a. Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
b. Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.

Untuk hasil LMTD dari hasil praktikum dan perhitungan teoritis nilainya
hampir mendekati dengan selisih antara 0.0008 – 0.036. Sedangkan untuk
koefisien perpindahan panas (U) dari hasil praktikum dan hasil perhitungan
secara teoritis selisih perbedaannya juga tidak terlalu besar, baik dari hasil
praktikum maupun perhitungan teoritis hasil yang didapat berkisar dari 1500 –
1800 w/m2.c
Miranda Amiroh S / 1641420064 / 12

• Pengaruh dari Flowrate terhadap Perubahan Suhu Panas dan Dingin.


Berdasarkan gambar 5.1, pada flowrate hot yang konstan maka flowrate cold
yang divariasi. Pada flowrate hot yang konstan, ∆Thot yang dihasilkan akan
semakin besar dengan besarnya kenaikan dari flowrate cold. Hal ini terjadi
karena dengan bertambahnya flowrate cold, maka jumlah aliran air dingin yang
masuk ke dalam HE akan semakin banyak dan cepat, sedangkan aliran masuk
yang hot adalah konstan. Sehingga perpindahan panas akan cepat terjadi pada
flowrate yang besar dan hal ini menyebabkan ∆Thot yang dihasilkan semakin
besar karena air outlet yang keluar akan semakin dingin dibandingkan dengan
flowrate yang kecil. Sedangkan untuk ∆Tcold pada flowrate hot yang konstan,
pada gambar 5.1 dapat dilihat bahwa semakin besar flowrate cold, maka
∆Tcold nya akan semakin kecil. Ketika flowrate coldnya kecil, maka
perpindahan panas dari air panas ke air dingin akan membuat air dingin
menjadi lebih hangat dan akan menghasilkan ∆Tcold yang besar. Namun saat
flowrate coldnya besar, air dingin yang akan berubah menjadi hangat akan
segera cepat berpindah dan keluar, sehingga perubahan suhu yang ada pada air
dingin tidak terlalu besar. Sedangkan untuk yang flowrate cold yang konstan,
maka flowrate aliran hot yang divariasikan. Berdasarkan gambar 5.1, dapat
diketahui bahwa saat flowrate hot meningkat maka ∆Thot akan semakin
menurun. Hal ini sama seperti saat kasus pada flowrate hot konstan yang pada
grafik ∆Tcold. Saat flowrate aliran hot yang masuk besar maka pada aliran hot
lama kelamaan akan mempunyai panas yang rata (alirannya akan terjaga tetap
panas) dan ini akan membuat ∆Thot akan memiliki nilai yang kecil. Begitu
juga sebaliknya yang terjadi pada ∆Tcold yang akan semakin meningkat
dengan kenaikan flowrate aliran hot.
• Pengaruh dari Flowrate terhadap Qa dan Qe. Qa adalah panas(heat power)
yang diserap oleh fluida dingin. Qe adalah heat power yang dilepaskan dari
fluida panas. Berdasarkan gambar 5.2, dapat diketahui bahwa kenaikan
flowrate akan meningkatkan nila Qa dan Qe pada flowrate hot konstan maupun
pada flowrate cold konstan. Hal ini terjadi seperti contoh pada flowrate hot
konstan, Qa akan meningkat dengan kenaikan flowrate cold karena mass flow
cold akan meningkat dengan perubahan flowrate cold, walaupun ∆Tcold nya
menurun, namun karena mass flow meningkat maka nilai Qa akan meningkat
juga dengan kenaikan flowrate. Ini sesuai dengan rumus Qa = qmcold * Cpcold
*∆Tcold. Hal yang serupa juga terjadi pada nilai Qe pada flowrate hot konstan
yang meningkat seiring dengan kenaikan flowrate cold. Nilai Qe ini meningkat
∆Thot yang meningkat dengan kenaikan flowrate cold. Begitu juga dengan
kenaikan Qa dan Qe pada flowrate cold yang konstan. Hal ini terjadi karena
energi mengalir dari medium yang hangat menuju medium yang dingin.
Jumlah energi yang dipindahkan bergantung pada specific heat capacity, mass
flow and perubahan temperatur(temperaure difference) (Vaughn and Ware,
2000).

• Nilai LMTD dan U. Hasil perhitungan nilai LMTD dan U dengan data
pengamatan memiliki nilai yang sedikit berbeda. Walaupun nilai perbedaannya
tidak terlalu signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai LMTD dan U
dari hasil perhitungan dan data pengamatan memiliki nilai yang hampir sama.
Nilai U yang didapatkan adalah berkisar antara 1500 – 1800 W/m2.C.
Berdasarkan gambar 5.3, peningkatan flowrate juga dapat mempengaruhi nilai
U. Semakin tinggi flowrate, nilai perpindahan panas overall(U) juga akan
semakin meningkat. Peningkatan laju aliran cairan menghasilkan peningkatan
koefisien perpindahan panas secara keseluruhan. Ini karena kenaikan laju
aliran meningkatkan angka Reynolds, yang pada gilirannya meningkatkan
angka Stanton dan dengan demikian koefisien perpindahan panas film.
Peningkatan koefisien perpindahan panas film akan meningkatkan keseluruhan
koefisien perpindahan panas. (Thirumarimurugan, 2008). Sedangkan untuk
pengaruh LMTD pada flowrate dapat dilihat pada gambar 5.4. Pada flowrate
hot yang konstan, semakin tinggi flowarate maka nilai LMTD semakin tinggi.
Namun untuk flowrate cold konstan, nilai LMTD nya semakin menurun.

• Pengaruh dari Flowrate terhadap effisiensi. Berdasarkan grafik 5.5,


effisiensi pada flowrate hot konstan, mengalami kenaikan dan penurunan
seiring dengan kenaikan flowrate. Namun kenaikan dan penurunan yang terjadi
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, karena hanya turun sekitar 2%.
Sedangkan pada gambar 5.6, effisiensi pada flowrate cold konstan, mengalami
trend yang cenderung meningkat. Efisiensi penukar panas didefinisikan
sebagai rasio transfer panas aktual dalam penukar panas dengan laju transfer
panas yang optimal (Fakheri,2003).


Muhammad Emeraldi (15/1641420050)
Pada pembahasan ini akan membahas praktikum yang sudah dilakukan
yakni, praktikum shell and tube heat exchanger (STHE). STHE digunakan untuk
perpindahan panas antara dua atau lebih fluida. Transfer panas terjadi antara
fluida yang mengalir dalam tube dengan fluida lain yang mengalir melewati
cylindrical shell di bagian luar tube. Jadi di dalam alat STHE ini terdapat 2 fluida
yaitu panas dan dingin yang dialirkan secara berlawanan.
Efektivitas suatu heat exchanger salah satunya ditentukan oleh kecepatan
aliran. Ketika kecepetan aliran naik, maka efektivitas akan meningkat karena
semakin tinggi kecepatan aliran maka waktu kontak kedua fluida semakin singkat
akan tetapi pada suatu harga tertentu efektivias tidak naik lagi menaikan
turun(Handoyo, 2000). Dapat dilihat dari hasil praktikum pada grafik 1, pada saat
keadaan konstan jika Fcold semakin besar maka Thot akan semakin kecil dan
Tcold akan semakin besar. Berdasarkan data, nilai Fhot sebesar 3,8 dan Fcold
sebesar 1,69 sedangkan Thot sebesar 3,7 dan Tcold 7,1. Lalu data dibandingkan
dengan Fhot yang mempunyai nilai yang sama dengan Fcold yaitu sebesar 2,14
maka Thot sebesar 4 dan Tcold sebesar 6.2 karena dalam hal ini laju alir fluida
panas atau dingin semakin cepat maka waktu kontak terjadi juga singkat sehingga
perubahan suhu yang didapat tidak terlalu besar, seperti teori di atas.
Pada grafik 2 merupakan hubungan Q dengan flowrate dari fluida dingin dan
panas. Berdasarkan data, semakin besar flowrate fluida dingin maka heat power
yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) semakin besar juga dengan besarnya heat
power yang diserap oleh fluida dingin (Qa).
Pada grafik 3 dan 4 merupakan hubungan effisiensi dari STHE terhadap
flowrate dari fluida dingin dan panas. Pada grafik 3 effisiensi yang didapatkan
tidak besar/ tinggi dibandingkan dengan grafik 4, ini dikarenakan F hot mengalir
lebih lambat dari Fcold . Pada grafik 4, Fhot mengalir lebih cepat daripada Fcold dan
ini menyebabkan effisiensi meningkat. Adapun faktor – faktor yang dapat
menyebabkan hal tersebut, yaitu :
11. Faktor Pengotor ( Fouling Factor ), yang meliputi : temperatur fluida,
temperatur dinding tube, kecepatan aliran fluida.
12. Koefisien Perpindahan Panas : Semakin baik sistem maka semakin tinggi
pula koefisien panas yang dimilikinya
13. Penurunan Tekanan ( Pressure Drop ) : Pada setiap aliran dalam HE akan
terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara
fluida dan dinding pipa
14. Konduktivitas Thermal
Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat
berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah.
15. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor
a. Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
b. Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.

Nilai LMTD dan perhitungan teoritis berdasarkan hasil pada praktikum


ini nilainya hampir mendekati dengan selisih antara 0,0008 – 0,36. Untuk nilai
koefisien perpindahan panas (U) juga hampir mendekati dengan selisih berkisar
antara 1500 – 1800 w/m2.c (berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan
teoritis).
Mohammad Dwiky Darmawan (13)

Pada percobaan Shell and tube heat exchanger 1 bertujuan untuk


mengetahui pengaruh perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin terhadap
ΔThot, ΔTcold, Qe, Qa, efisiensi overall (η) dan menghitung U dengan
perhitungan ΔTlm.. Pada praktikum perpindahan panas kali ini digunakan alat
HE bertipe Shell and Tube Heat Exchanger. Shell and Tube Heat Exchanger
adalah alat penukar panas yang terdiri dari sejumlah tube yang disusun secara
paralel dan dikelilingi oleh shell yang silindris. Alat penukar panas (STHE) ini
juga dilengkapi dengan baffle di dalam shell yang berfungsi untuk meningkatkan
kecepatan alir fluida dan laju transfer panas. Biasanya, medium pemanas dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air
pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact) (Pertiwi,
dkk, 2012).

Pada percobaan kali ini, variabel yang digunakan yakni set point suhu
600C dengan memvariasikan persen bukaan hot water dan cold water. Pada hot
water persen bukaan yang digunakan sebesar 45% dengan memvariasikan
persen bukaan cold water. Begitu juga sebaliknya ketika persen bukaan cold
water 55% dengan memvariasikan persen bukaan hot water. Dari hasil percobaan
diperoleh data F, Cp, P, dan ΔT (hot & cold), sehingga dapat dihitung nilai Qe,
Qa, dan Qf (loss) dan diolah menjadi grafik yang menampilkan hubungan
flowrate (F) terhadap ΔThot, ΔTcold, Qe, dan Qa.
Berdasarkan grafik 1 menunjukkan bahwa dengan flowrate fluida dingin
yang konstan dengan flowrate fluida panas yang semakin besar maka ∆Thot akan
semakin menurun, tetapi nilai ∆Tcold akan semakin meningkat. Kemudian,
flowrate fluida panas yang konstan dengan flowrate fluida dingin yang semakin
besar maka nilai ∆Thot akan semakin meningkat, tetapi nilai ∆Tcold akan
semakin menurun. Hal ini disebabkan temperatur keluar udara dingin lebih tinggi,
jika udara panas mengalir dengan kecepatan tinggi dan udara dingin mengalir
lebih lambat (Pudjisusamar 1999).
Berdasarkan gambar grafik 2 dapat diketahui bahwa dengan flowrate
fluida panas yang semakin besar dan flowrate fluida dingin yang konstan maka
besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) dan besarnya heat
power yang diserap oleh fluida dingin (Qa) akan semakin meningkat. Jika
flowrate panas yang konstan dan flowrate fluida dingin yang semakin besar maka
besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) dan besarnya heat
power yang diserap oleh fluida dingin (Qa) akan semakin meningkat.
Pada gambar grafik 3 dan 4 diperoleh nilai efisiensi perpindahan panas
pada shell and tube heat exchanger. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa
efisiensi perpindahan panas pada saat praktikum tidak signifikan. Hal tersebut
terjadi karena beberapa faktor. Menurut Redypta (2017) menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu heat exchanger adalah:
 Faktor pengotor (fouling factor), yang meliputi : temperatur fluida,
temperatur dinding tube, kecepatan aliran fluida.
 Koefisien perpindahan panas. Semakin baik sistem maka semakin tinggi
pula koefisien panas yang dimilikinya
 Penurunan tekanan (pressure drop). Pada setiap aliran dalam HE akan
terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara
fluida dan dinding pipa
 Konduktivitas termal. Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun
dinding pipa HE sangat berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut
berpindah.
 Aliran fluida yang bertukar kalor
o Aliran kalor sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
o Aliran kalor berlawanan arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.
Nilai LMTD hasil praktikum dan perhitungan teoritis hampir mendekati
dengan selisih 0.0008 - 0.036, sedangkan selisih perbedaan nilai koefisien
perpindahan panas (U) dari hasil praktikum dan perhitungan secara teoritis tidak
terlalu besar, baik dari hasil praktikum maupun perhitungan teoritis hasil yang
didapat berkisar dari 1500 – 1800 W/m2.0C.
ACHMAD SALMAN ALMUJAHIDI / (01)

Pada praktikum kali ini yakni membahan tentang Perpindahan Panas pada
alat Heat Exchanger dengan tipe STHE (shell and tube heat exchanger), shell and
tube heat exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan
panas antara dua atau lebih fluida. Dan tujuan dari praktikum ini untuk
mengetahui pengaruh flowrate pada perpindahan panas dan menentukan koefisien
perpindahan panas overal pada alat Heat Exchanger dengan tipe STHE.

Data yang didapatkan selama praktikum ialah ∆Thot, ∆Tcold, Qe, Qa dan
efisiensi.menjelaskan hampir pada semua heat exchanger, perpindahan panas
didominasi oleh konveksi dan konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana
keduanya dipisahkan oleh dinding. Jadi didalam shell and tube heat exchanger
tersebut terdapat 2 fluida yaitu panas dan dingin yang dialirkan secara
berlawanan. semakin tinggi kecepatan aliran suatu fluida berarti waktu kontak
kedua fluida semakin singkat, sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan
kecepatan aliran akan meningkatkan efektivitas suatu heat exchanger hingga pada
suatu harga tertentu, dan kemudian efektivitas tidak naik lagi melainkan turun.
(Handoyo, 2000).

Dari Grafik yang didapat (grafik1) menunjukan bahwa flowrate fluida dingin
yakni konstan dan flowrate pada fluida panas yang semakin tinggi, dari data yang
didapat yakni suhu pada fluida panas semakin menurun akibat berkontak dengan
fluida dingin. Dan suhu dari fluida dingin juga meningkat itupun juga karna
berkontak dengan fluida panas. Sedangkan jika flowrate fluida panas yang
konstan dan flowrate fluida dingin yang semakin besar maka ∆Thot atau
penurunan suhu pada fluida panas akan semakin meningkat tetapi pada ∆Tcold
atau kenaikan suhu pada fluida dingin akan semakin menurun. Karna menurut
Pudjisusamar (1999) temperatur keluar udara dingin lebih tinggi jika udara panas
mengalir dengan kecepatan tinggi dan udara dingin mengalir lebih lambat.
Dan dari data yang didapatkan jika Flowrate fluida panas sebesar 3.8 dan
flowrate fluida dingin sebesar 1.69 maka suhu fluida panas dan suhu fluida dingin
sebesar 3.7 dan 7.1 dibandingkan dengan flowrate fluida panas yang sama dengan
flowrate fluida dingin 2.14 maka suhu fluida panas dan suhu fluida dingin sebesar
4 dan 6.2 karena jika flowrate fluida panas atau dingin semakin cepat maka waktu
kontak yang terjadi juga singkat sehingga perubahan suhu yang didapat tidak
terlalu besar atau cenderung sedikit yang terjadi. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Handoyo, 2000

Pada gambar grafik 2 menjelaskan tentang hubungan Q dengan flowrate


fluida panas yang semakin besar dan flowrate fluida dingin yang konstan, maka
besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe) semakin meningkat
dan besarnya heat power yang diserap oleh fluida dingin (Qa) juga semakin
meningkat, jika flowrate panas yang konstan dan flowrate fluida dingin yang
semakin besar maka besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas (Qe)
adalah semakin meningkat dan besarnya heat power yang diserap oleh fluida
dingin (Qa) juga semakin meningkat.

Selanjtnya pada gambar grafik 3 dan 4 menunjukkan efisiensi perpindahan panas


pada shell and tube heat exchanger. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
efisiensi perpindahan panas pada tidak signifikan. karna dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Redypta (2017) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dari suatu heat exchanger adalah:

1. Faktor Pengotor, yang meliputi : temperatur fluida, temperatur dinding tube,


kecepatan aliran fluida.
2. Koefisien Perpindahan Panas : Semakin baik sistem maka semakin tinggi
pula koefisien panas yang dimilikinya
3. Penurunan Tekanan (Pressure Drop) : Pada setiap aliran dalam HE akan
terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara
fluida dan dinding pipa
4. Konduktivitas Thermal
5. Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat
berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah.
6. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor
 Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida.
 Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.

Untuk LMTD dari hasil praktikum dan perhitungan teoritis nilainya hampir
mendekati yakni antara 0.0008 – 0.036. Sedangkan koefisien perpindahan panas
U dari hasil praktikum dan hasil perhitungan secara teoritis, nilainya cukup baik
dari hasil praktikum maupun perhitungan teoritis hasil yang didapat berkisar dari
1600 – 1800 w/m2.c.

b.
c. Kesimpulan

1. Kenaikan flowrate pada flowrate fluida panas yang konstan akan


menyebabkan kenaikan dari ∆Thot , Qa, Qe dan penurunan dari ∆Tcold. . Effisiensi
pada flowrate fluida konstan ini mengalami kenaikan dan penurunan.
Sedangkan pada flowrate fluida dingin yang konstan menyebabkan kenaikan
∆Tcold., , Qa, Qe, effiesiensi overall dan penurunan dari ∆Thot.
2. Nilai U yang didapatkan berdasarkan perhitungan adalah berkisar antara 1500
– 1800 W/m2.C.
d. Daftar Pustaka

Edymin, Pengaruh Kecepatan Aliran Fluida Masuk Terhadap Efektivitas Heat


Exchanger Plat Paralel, Tugas Akhir no. 99.54.352, Jurusan Teknik Mesin
UK Petra, 1999.

Fakheri, Ahmad. 2003. The Shell and Tube Heat Exchanger Efficiency and Its
Relation to Effectiveness. Washington D.C : Proceedings of IMECE’03.

Handoyo, Ekadewi. A., 2000. Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas


Shell and Tube Heat Exchanger. Jurnal Teknik Mesin Vol 2, No.2

Mustafa, dkk. 2017. Kinerja Pemanas Air Dari Panas Buang Air Conditioner
Dengan Heat Exchanger Tipe Shell And Tube. Teknik Mesin. Universitas
Tadulako

Pertiwi, Diani, dkk. 2012. Shell and Tube Heat Exchanger. Laporan Praktikum
Perpindahan Panas Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Pudjisusamar, A., Pengaruh Perbandingan Kecepatan Masuk Fluida Panas dan
Dingin Terhadap Efektivitas Heat Exchanger Tabung Konsentris Aliran
Paralel, Tugas Akhir no. 99.54.363, Jurusan Teknik Mesin UK Petra, 1999.

Redypta, Azis. 2017. Heat Exchanger.


http://tapengupn.blogspot.com/2017/01/heat-exchanger.html. Diakses:
26/02/2019.
Sudrajat, Jajat. 2017. Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell & Tube pada
Sistem COG Booster di Integrated Steel Mill Krakatau (journal). Teknik
Mesin: Universitas Mercu Buana.

Thirumarimurugan,M. 2008. Performance Analysis of Shell and Tube Heat


Exchanger Using Miscible System. Science Publications : American Journal
of Applied Sciences.
Vaughn, David and Ware, Tyler. 2000. Heat Exchanger Analysis.
http://chem.engr.utc.edu/ENgr435/Heat-exchanger/Heat-Exchanger.htm

Veriyawan , Rifnaldi, dkk.2014. Optimasi Desain Heat Exchanger Shell-


AndTube Menggunakan Metode Particle Swarm Optimization. Teknik
Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e. Lampiran

1. Perhitungan
Contoh perhitungan di bawah ini berdasarkan data pengamatan pada
Flowrate Hot konstan dan flowrate cold pada bukaan 50%.
1.1 Perhitungan ∆ hot
∆ Thot =¿ T1 – T2
o o
∆ Thot =60 C−56.3 C
∆ Thot =3.7o C

1.2 Perhitungan ∆ cold


∆ Tcold=¿ T4 – T3
o o
∆ Tcold=31.2 C−24.1 C
o
∆ Tcold=7.1 C

1.3 Perhitungan Qe
Qe = qmhot * Cphot * ∆ T hot
Qe = 0.06341 kg/s * 4188.68 J/kg.K * 3.7 K
Qe = 0.98273 J/s = 0.98273 Watt

1.4 Perhitungan Qa

Qa = qmcold * Cpcold * ∆ T cold

Qa = 0.02817 kg/s * 4189.12 J/kg.K * 7.1 K

Qa = 0.83798 J/s = 0.83798 Watt

1.5 Perhitungan Effisiensi (η)


Qa
η= x 100
Qe
0.83798 Watt
η= x 100
0.98273 Watt
η=85.27

1.6 Perhitungan LMTD


∆ T 1= T2 – T3
∆ T 2 = T1 – T4
∆T 2
∆T 1
∆ T lm = ln (¿)
(∆ T 2−∆ T 1)
¿
28.8
28.8o C
32.2o C
∆ T lm = ln(¿)
(¿ ¿ o C−32.2o C )
¿
¿
∆ T lm = 30.4684 oC

1.7 Perhitungan dm
do+di
dm =
2
0.00635m+0.00575 m
dm =
2
dm = 0.00605 m

1.8 Perhitungan Panjang Transmisi Panas

L = n*l

L = 7* 0.144 m

L = 1.008 m

1.9 Perhitungan Luas Transmisi Panas

A= π * dm * L

A= π * 0.00605 m * 1.008 m

A = 0.019149 m2

1.10 Perhitungan Overall Heat Transfer Coefficient (U)

Qe
U=
A ∆ T lm
0.98273Watt
U=
0.019149m 2∗30.4684 o C

U = 1684.375 W/m2.oC

Anda mungkin juga menyukai