Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. .Latar Belakang

Pancasila sebagai pandangan filsafat bangsa indonesia dengan penggunaan


nilai pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara, yang mana
pancasila mengandung pandangan nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan pancasila. Secara ilmiah harus disadari bahwa
suatu masyarakat senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup
masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Ketika para pendiri
Negara indonesia menyiapkan berdirinya negara indonesia mereka, jati diri
bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.
Bangsa indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsesus untuk memegang
dan menganut pancasila sebagai sumber inspirasi nilai, dan moral bangsa.
Pancasila sebagai panutan untuk pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara
ilmiah. Pancasila sebagai sesuatu yang ada maka dapat dikaji secara filsafat, dan
untuk mengetahui bahwa pancasila merupakan cerminan dari sebuah pemikiran
yang kritis dan rasioanal tentang kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa secara mendasar dan menyeluruh. Untuk lebih
memahami tentang pancasila sebagai pandangan filsafat hukum bangsa indonesia
maka akan di jabarkan dalam bab berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum tentang filsafat pancasila?
2. Bagaimana hakikat hukum dalam filsafat pancasila?
3. Bagaimana pancasila sebagai sumber segala sumber hukum?
4. Apa tujuan hukum dalam pancasila?

1|Filsafat Hukum Pancasila


C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tentang ilsafat
pancasila.
2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat hukum dalam pancasila.
3. Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai sumber segala sumber
hukum Indonesia.
4. Untuk mengetahui tujuan hukum dalam pancasila.

2|Filsafat Hukum Pancasila


BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Filsafat Pancasila


1) Sekilas tentang Pancasila
Pada Sidang Pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) 1 Juni 1945, untuk pertama kalinya Soekarno
memperkenalkan dasar negara Indonesia yang kelak merdeka yang disebut
Pancasila. Soekarno menyebutnya sebagai philosophisce grondslag yaitu
fundamen,filsafat,pikiran yang sedalam-dalamnya,jiwa,hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk diatasnya didirikan negara Indonesia merdeka.Soekarno juga
menyebutnya dengan istilah “weltanschsauung” atau pandangan hidup bangsa
Indonesia.1

Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu: pertama,


Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam
menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa. Kedua, Pancasila diharapkan sebagai dasar
negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah
itu dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus
berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila. 2

Apabila dicermati, Pancasila sebenarnya bukanlah hasil konstruksi baru


pemikiran Soekarno melainkan kenyataan hidup masyarakat dan bangsa
Indonesia yang telah lama ber-Tuhan, beradab, berkekeluargaan,
bermusyawarah untuk mufakat dan berkeadilan. Untuk itu, tidak mengherankan

1
Syahrial Syarbaini,Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi,(Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia,2015),h.66
2
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,Jurnal Konstitusi:Volume
15,No.1,(Maret 2018),h.31

3|Filsafat Hukum Pancasila


jika Soekarno menegaskan Ia bukanlah penemu Pancasila tetapi hanyalah
sebagai salah satu penggali Pancasila.3

Dasar negara yang dinamakan Pancasila oleh Soekarno tersebut secara


aklamasi diterima oleh para anggota BPUPK waktu itu yang kemudian
disempurnakan secara bersama-sama agar lebih sistematis. Untuk itu, sebelum
sidang pertama berakhir dibentuklah panitia kecil untuk merumuskan dasar
negara berdasarkan pidato yang diucapkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 serta
berdasarkan pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para anggota
BPUPK dalam rangkaian Sidang Pertama. Panitia kecil tersebut beranggotakan
delapan orang yang diketuai Soekarno. Di tengah rangkaian proses merumuskan
dasar negara itu, rupanya Soekarno berinisiatif untuk membentuk panitia kecil
lagi untuk mempercepat dirumuskannya dasar negara. Panitia kecil bentukan
Soekarno beranggotakan sembilan orang yang kemudian dikenal dengan
sebutan Panitia Sembilan. Panitia Sembilan menghasilkan rancangan
Pembukaan yang kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.4

Walaupun Pancasila yang dikemukakan Soekarno tersebut sudah mendapat


persetujuan mutlak oleh para founding fathers, bahkan kemudian dikaji secara
sistematis oleh panitia khusus, akan tetapi secara konstitusionalitas rumusan
Pancasila yang hingga saat ini dikenal ditetapkan baru pada 18 Agustus 1945
oleh PPKI. Menariknya, pada waktu ditetapkan, pad Alinea Keempat
Pembukaan UUD 1945 mengalami perubahan pada rumusan sila pertama
Pancasila yaitu dengan mencoret bagian kalimat “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dengan demikian, sila
pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dalam rumusan
kelima menurut pidato Soekarno. Di dalam perkembangannya, bangsa
Indonesia menyadari begitu maha pentingnya Pancasila, oleh sebab itu
kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebagai
dasar negara, sebagai falsafah bangsa dan negara Indonesia, sebagai ideologi

3
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.31
4
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.31

4|Filsafat Hukum Pancasila


negara dan sebagai rechtsidee atau cita hukum yang diejahwantahkan dalam
keberadaan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum.5

2) Pancasila sebagai Sebuah Sistem Filsafat

Menurut Roeslan Abdul Gani sebagaimana yang dikutip oleh Syahrial


Syarbaini dalam bukunya,filsafat pancasila adalah refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa,dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.Pancasila dikatakan sebagai filsafat,karena Pancasila merupakan
hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para founding
fathers Indonesia,yang dituangkan dalam suatu system.6

Sedangkan menurut Syahrial Syarbaini sendiri Filsafat Pancasila secara


umum adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap,dipercaya,dan diyakini sebagai kenyataan,norma-
norma,dan nilai-nilai yang benar,adil,bijaksana,dan paling sesuai dengan
kehidupan dan kepribadian Bangsa Indonesia.7

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya bersifat organis,


yaitu merupakan satu kesatuan dari sila-silanya. Kelima sila tersebut merupakan
suatu asas peradaban dasar filsafat negara dan bangsa Indonesia. Sila-sila
Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, yaitu setiap sila
merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Oleh karenanya,
Pancasila merupakan kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya setiap
sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila yang lainnya, dan
tidak saling bertentangan.8

5
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.32
6
Syahrial Syarbaini,Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi,h.25
7
Syahrial Syarbaini,Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi,h.25-26
8
Any Farida dan Nasichin,Teori Hukum Pancasila sebagai Sintesa Konvergensi Teori-Teori Hukum di
Indonesia;(Teori Hukum Pancasila sebagai Perwujudan Teori Hukum Transendental),Prosiding Seminar
Nasional & Call for Papers Hukum Transendental,(2018),h.237

5|Filsafat Hukum Pancasila


Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki
dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis sendiri yang berbeda dengan
sistem filsafat yang lainnya, misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, dan lain-lain sistem filsafat di dunia.9

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki


hakikat mutlak monopluralis yang memiliki unsur-unsur ‘susunan kodrat’
jasmani-rohani, ‘sifat kodrat’ individu-makhluk sosial dan ‘kedudukan kodrat’
sebagai pribadi yang berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Unsur-
unsur hakikat manusia tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat organis
dan harmonis. Setiap unsur mempunyai fungsi masing-masing namun saling
berhubungan. Oleh karenanya, sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan
hakikat manusia monopluralis yang merupakan kesatuan organis, sehingga sila-
sila Pancasila juga memilliki kesatuan yang bersifat organis pula.Subyek
pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia, dengan penjelasan bahwa;
yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial pada hakikatnya
adalah manusia. 10

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari


dasar ontologisnya, yaitu hakikat manusia. Ada tiga persoalan mendasar yang
muncul dalam dasar epistemologis yaitu, pertama tentang sumber pengetahuan
manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia dan ketiga
tentang watak pengetahuan manusia.11

Persoalan epistemologi dalam hubungannya dengan Pancasila dapat


dijelaskan sebagai berikut: menurut Notonegoro dalam skema potensi
rokhaniah manusia terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan akal manusia
merupakan sumber daya cipta manusia dan dalam upaya untuk memperoleh
pengetahuan yang benar terdapat tingkat-tingkat pemikiran yaitu; memoris,

9
Any Farida dan Nasichin,Teori Hukum Pancasila sebagai Sintesa Konvergensi Teori-Teori Hukum di
Indonesia;(Teori Hukum Pancasila sebagai Perwujudan Teori Hukum Transendental,h.237
10
Kaelan,Pendidikan Pancasila,(Yogyakarta:Paradigma,2014),h.56
11
Kaelan,Pendidikan Pancasila,h.60-61

6|Filsafat Hukum Pancasila


reseptif, kritis, dan kreatif. Adapun daya atau potensi untuk meresapkan atau
mentransformasikan pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut:
demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi,intuisi, inspirasi dan ilham.
Berdasarkan tingkatan tersebut, maka Pancasila mengakui kebenaran rasio yang
bersumber pada akal manusia. 12

Selain itu manusia memiliki indra sehingga dalam proses reseptif indra
merupakan alat untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan yang bersifat
empiris, maka Pancasila juga mengakui kebenaran empiris terutama
pengetahuan manusia yang bersifat positif. Selain itu Pancasila juga mengakui
kebenaran pengetahuan yang bersumber pada intuisi. Kedudukan manusia
menurut kodratnya adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan
sila pertama, maka epistemologis Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu
(kebenaran profetik) yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang
tertinggi. Kebenaran dalam pengetahuan manusia adalah suatu sintesa yang
harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu, akal, rasa, dan
kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi yaitu
kebenaran mutlak. Sebagai paham epistemologi Pancasila mendasarkan
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai
karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas
relegius dalam upaya untuk mendapatkan satu tingkatan pengetahuan yang
mutlak dalam hidup manusia.13

Dasar aksiologis Pancasila menjelaskan bahwa sila-sila sebagai suatu


sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan satu
kesatuan.14

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai kerohanian


yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik
nilai material, vital, kebenaran (kenyataan), estetis, etis dan religius. Adapun
nilai-nilai tersebut tersusun secara hierarkhis adalah nilai ketuhanan sebagai

12
Kaelan,Pendidikan Pancasila,h.62
13
Kaelan,Pendidikan Pancasila,h.62-63
14
Kaelan,Pendidikan Pancasila,h.63

7|Filsafat Hukum Pancasila


nilai tertinggi, kemudian nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan. Nilai-nilai tersebut meski memiliki tingkat dan luas yang
berbeda-beda namun keseluruhannya merupakan satu kesatuan dan tidak saling
bertentangan. Pada pelaksanaan (realisasinya) dalam kehidupan sehari-hari
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, misalnya dalam suatu perundang-
undangan maka nilai ketuhanan adalah nilai tertinggi dan bersifat mutlak, oleh
karenanya hukum positif(perundang-undangan) tidak boleh bertentangan
dengan nilai ketuhanan.15

B. Hakikat Hukum dalam Filsafat Pancasila


Hakikat Hukum dalam Filsafat Pancasila adalah keharmonisan.Keharmonisan
tersebut terletak pada kelima silanya,yaitu sebagai berikut:16
a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila ini menggambarkan bagaimana hubungan yang harmonis antara
ciptaan dengan Penciptanya.Beranjak dari situ Pancasila telah memberikan
suara kepada jiwa bangsa Indonesia untuk menghormati hubungan yang
harmonis antara Pencipta dan ciptaan-Nya itu.Oleh karena itu manusia
Indonesia haruslah tahu diri dalam setiap mengambil keputusan,sikap,ataupun
tindakan tidak merusak hukum keharmonisan antara Pencipta dengan segala
ciptaan-Nya.
Begitupun dalam pembuatan dan penerapan hukum,pihak-pihak yang
terlibat hendaknya memandang bahwa dirinya adalah manusia ber-
Tuhan.Dengan manusia Indonesia memandang dirinya adalah manusia yang
ber-Tuhan,maka dalam setiap cipta,karsa,dan rasa senantiasa tidak melupakan
Tuhan,sehingga kita dapat menemukan sinar keadilan sebagai tujuan dari
hukum.

b) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.


Sila ini menunjukkan hubungan manusia-adil-beradab.Manusia adlaah
Khalifah dimuka bumi,yang dengan konsep ini,memberikan pengertian akan
kedudukan sebagai penguasa dimuka bumi.Tuntutan akan penerapan konsep

15
Kaelan,Pendidikan Pancasila,h.64
16
Muhamad Erwin,Filsafat Hukum:Refleksi Kritis Terhadap Hukum,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011),h.284-
287

8|Filsafat Hukum Pancasila


tanggung jawab merupakan pembatas dari kewenangannya sebagai
penguasa.Dengan tanggung jawab itu dijadikan legitimasi dari tindakan atau
rangkaian tindakan dari penguasa (manusia) terhadap seluruh yang dikuasai
(apapun bentuknya).Dengan tanggung jawab itu,sekaligus juga akan
membimbing proses aktualisasi tindakan manusia (sebagai subjek) terhadap
makhluk lain sebagai objek. Lalu manusia disebut pula sebagai makhluk yang
paling sempurna,atau setidak-tidaknya lebih sempurna dari makhluk lain
sebagai “oknum” yang sempurna,harus menampakkan diri dengan
kesempurnaan itu melalui tindakan maupun keputusan-keputusannya yang adil
dan beradab.

Kemanusiaan yang adil terletak pada titik dimana kebebasan orang lain
tidak terganggu.Sementara kemanusiaan yang beradab terletak pada setiap
ketidaksamaan (sebagai akibat aktualisasi potensi kebebasan) harus
memberikan keuntungan (kemanfaatan) yang sebesar-besarnya bagi mereka
yang tidak beruntung (berada pada lapisan yang paling bawah dalam suatu
stratifikasi sosial).Kedua hal ini merupakan ukuran dari humanisme.Bertolak
dari filosofi ini Pancasila mengharapkan kepada Bangsa Indonesia untuk
membuat dan menerapkan hukum yang memanusiakan manusia.

c) Sila Persatuan Indonesia


Sila ini mengajarkan hukum Bhinneka Tunggal Ika dan hukum nasionalisme
bagi bangsa Indonesia.Hukum Bhinneka Tunggal Ika telah mengajarkan untuk
mencintai orang-orang Indonesia,tidak peduli dari ras mana,etnis mana,suku
mana,agama apa,sama dengan mencintai dirinya sendiri.Kemudian Pancasila
melalui hukum nasionalisme memerintahkan kepada segenap orang-orang
Indonesia untuk senantiasa berupaya untuk menempatkan bangsa dan negara
Indonesia ini secara adil dikancah Internasional,dalam artian tidak menjadikan
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang lemah.
Bertolak dari kedua filosofi hukum dalam sila ketiga ini Pancasila
mengharapkan dalam setiap pembuatan ataupun penerapan hukum hendaknya
senantiasa dalam paradigma untuk keutuhan dan kejayaan bangsa dan negara
Indonesia.

9|Filsafat Hukum Pancasila


d) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Sila ini mengatur hubungan hukum kekuasaan antara segenap rakyat
Indonesia dengan orang-orang Indonesia yang mewakili rakyatnya,dimana
kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang yang mewakili
(legislatif,eksekutif,yudikatif) rakyat Indonesia memang digunakan untuk
menumbuhkembangkan bangsa dan negara Indonesia secaara
demokratis,sehingga dapat menemukan keadilan yang didambakan oleh hukum.

e) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Sila ini merupakan cita hukum (rechtsidee) bahwa keadilan yang dihadirkan
oleh hukum Indonesia itu hendaknya dapat diakses dan dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali termasuk kepada anak-
anak,perempuan,penyandang cacat,masyarakat suku terasing.

Dari uraian diatas,maka dapat disimpulkan bahwa hakikat hukum menurut


Pancasila adalah hukum yang berketuhanan,yang berkemanusiaan,yang
mengutamakan persatuan dan kejayaan Indonesia,yang demokratis,dan
tentunya berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Pancasila sebagai Sumber Segala Sumber Hukum Indonesia


Sumber hukum menurut Zevenbergen adalah sumber terjadinya hukum atau
sumber yang menimbulkan hukum,Zevenbargen membagi sumber hukum menjadi dua
yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.Sumber hukum materiil
merupakan tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum misalnya: hubungan sosial,
hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan,
kesusilaan), perkembangan internasional, keadaan geografis. Sumber hukum formil
merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan itu formal
berlaku.17

17
Achmad Ali,Menguak Tabir Hukum,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2015),h.121-122

10 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
Apabila dikaitkan dengan dua jenis sumber hukum di atas, maka Pancasila termasuk
sumber hukum yang bersifat materiil sedangkan yang bersifat formil seperti peraturan
perundang-undangan, perjanjian antarnegara, yurisprudensi dan kebiasaan.18 Pancasila
sebagai sumber hukum materiil ditentukan oleh muatan atau bobot materi yang
terkandung dalam Pancasila.Setidaknya terdapat tiga kualitas materi Pancasila yaitu:
pertama, muatan Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia yang
dipolstulasikan oleh Founding Fathers. Kedua, muatan Pancasila sebagai identitas
hukum nasional. Ketiga, Pancasila tidak menentukan perintah, larangan dan sanksi
melainkan hanya menentukan asas-asas fundamental bagi pembentukan hukum (meta-
juris).19

Adanya sumber hukum sebagai tempat untuk menggali dan menemukan hukum
dalam suatu masyarakat dan negara, mengakibatkan hukum memiliki tatanan tersendiri.
Terkait hal ini, khasanah hukum di era modern maupun kontemporer sangat
dipengaruhi oleh teori hukum Hans Kelsen mengenai grundnorm (norma dasar) dan
stufenbautheorie (tata urutan norma).Menurut Kelsen, norma yang validitasnya tidak
dapat diperoleh dari norma lain yang lebih tinggi disebut sebagai norma dasar. Semua
norma yang validitasnya dapat ditelusuri ke satu norma dasar yang sama membentuk
suatu sistem norma, atau sebuah tatanan norma. Norma dasar yang menjadi sumber
utama ini merupakan pengikat diantara semua norma yang berbeda-beda yang
membentuk suatu tatanan norma. Bahwa suatu norma termasuk ke dalam sistem suatu
norma, ke dalam tatanan normatif tertentu, dapat diuji hanya dengan mengonfirmasikan
bahwa norma tersebut memperoleh validitasnya dari norma dasar yang membentuk
tatanan norma tersebut.20

Konsep norma dasar Kelsen, kemudian diafirmasi oleh Nawiasky meskipun dengan
sebutan lain yaitu Staatfundamentalnorm. Nawiasky menegaskan,
Staatfundamentalnorm atau norma fundamental negara (norma dasar) adalah norma
tertinggi dalam suatu negara dan norma ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh

18
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.32
19
Dani Pinasang,Falsafah Pancasila Sebagai Norma Dasar (Grundnorm) Dalam Rangka Pengembangan Sistem
Hukum Nasional,
20
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.33

11 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
norma yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat pre-supposed atau ditetapkan terlebih
dahulu oleh masyarakat dalam negara dan merupakan norma yang menjadi tempat
bergantungnya norma-norma hukum di bawahnya. Bahkan Nawiasky juga menegaskan
bahwa isi norma fundamental negara merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi
atau undang-undang dasar.21

Apabila mencermati maksud norma dasar menurut Kelsen dan atau norma
fundamental negara menurut Nawiasky maka Pancasila merupakan norma dasar yang
menginduki segala macam norma dalam tatanan norma di Indonesia. Untuk
memperjelas kedudukan norma dasar dalam tatanan hukum suatu negara, Kelsen juga
menjelaskan pola hubungan antarnorma melalui teorinya stufenbau atau hirarkis norma.
Kelsen menjelaskan hubungan antara norma yang mengatur pembentukan norma lain
dengan dengan norma yang lain lagi dapat digambarkan sebagai hubungan antara
“superordinasi” dan “subordinasi” yang merupakan kiasan keruangan. Norma yang
menentukan norma lain adalah norma yang lebih tinggi, sedangkan norma yang
dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang lebih rendah.22Menurut Achmad
Ali, stufenbautheorie Kelsen merupakan peraturan hukum keseluruhannya dari norma
dasar yang berada di puncak piramida, dan semakin ke bawah semakin beragam dan
menyebar. Norma dasar teratas adalah bersifat abstrak dan semakin ke bawah semakin
konkrit. Dalam proses itu, apa yang semula berupa sesuatu yang “seharusnya”, berubah
menjadi sesuatu yang “dapat” dilakukan.23

Teori Kelsen tentang hirarkis norma kemudian dikembangkan oleh muridnya


Nawiasky dalam bukunya Allgemeine Rechtslehere. Nawiasky menegaskan bahwa
sistem norma hukum di negara manapun selalu berlapis-lapis dan berjenjangjenjang.
Norma yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi
lagi, sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut norma dasar. Nawiasky
kemudian memberi gagasan baru tentang sistem norma tersebut yaitu dengan adanya

21
Maria Farida Indrati,Ilmu Perundang-Undangan I:Jenis,Fungsi,dan Materi
Muatan,(Yogyakarta:Kanisius,2018),h46
22
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.33-34
23
Achmad Ali,Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan:Volume.I Pemahaman Awal,(Jakarta:Kencana Prenada
Media Group,2009),h.62

12 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
pengelompokan norma. Menurut Nawiasky, pengelompokan norma dalam suatu negara
terdiri atas empat kelompok besar yaitu: kelompok pertama, Staatfundamentalnorm
atau norma fundamental negara. Kelompok kedua, Staatgrundgesetz (aturan
dasar/pokok negara). Kelompok ketiga, Formell Gesetz (Undang-Undang). Kelompok
keempat, Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan otonom).24

Berdasarkan gagasan Kelsen dan Nawiasky di atas tentang stufenbautheory atau


teori tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau norma fundamental
negara berada pada puncak piramida. Oleh karena itu, Pancasila sebagai norma dasar
berada pada puncak piramida norma. Dengan demikian, Pancasila kemudian menjadi
sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Hal demikian, telah dikukuhkan oleh memorandum DPR-GR yang kemudian diberi
landasan yuridis melalui Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No.
V/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978.25

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dimaksudkan sebagai sumber
dari tertib hukum negara Indonesia.Menurut Roeslan Saleh fungsi Pancasila sebagai
sumber segala sumber hukum mangandung arti bahwa Pancasila berkedudukan
sebagai:
1) Ideologi hukum Indonesia,
2) Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum
Indonesia,
3) Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia,
4) Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa
Indonesia, juga dalam hukumnya.26

Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian


kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum

24
Maria Farida Indrati,Ilmu Perundang-Undangan I:Jenis,Fungsi,dan Materi Muatan,h.44-45
25
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.34
26
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.34-35

13 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga
ayat:27

1) Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan


peraturan perundang-undangan.
2) Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
3) Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber hukum
dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum (tempat untuk
menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis dan tidak tertulis. Selain
itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama dari pembuatan segala macam
peraturan perundang-undangan.Supremasi Pancasila dalam sistem hukum kembali
ditemukan dalam UU No 10 Tahun 2004 jo. UU No.12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pada Pasal 2 UU ini disebutkan
“Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara”.28

Dengan demikian, maka Pancasila menjadi rechtsidee (cita hukum) yang harus
dituangkan didalam setiap pembuatan dan penegakan hukum di Indonesia,pancasila
juga menjadi bintang pemandu (leistern) seluruh produk hukum nasional,dalam artian
semua produk hukum ditujukan untuk mencapai ide-ide yang dikandung Pancasila.29

D. Tujuan Hukum dalam Pancasila


Dalam pembentukan hukum oleh negara,tentu hukum memiliki sasaran yang ingin
dicapai,tidak ada satupun peraturan perundangan dibuat tanpa adanya tujuan. Dalam
kacamata teori Barat, tujuan hukum dimulai pada teori etis yang mengatakan tujuan

27
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.35
Fais Yonas Bo’a,Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,h.33-36
28
29
Amran Suadi,Filsafat Hukum:Refleksi Filsafat Pancasila,Hak Asasi Manusia,dan Etika,(Kencana Prenada
Media Group:2019),h.256-257.

14 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
hukum semata-mata untuk mewujudkan keadilan (justice),teori utilitas yang dianut oleh
Jeremy Bentham tujuan hukum semata-mata untuk mewujudkan kemanfaatan
(Utility),dan teori legalistik tujuan hukum semata-mata untuk mewujudkan kepastian
hukum (legal certainly).Dalam perkembangannya lahir pula teori prioritas baku oleh
Gustav Radbruch yang menggabungkan keadilan,kemanfaatan,dan kepastian sebagai
tujuan hukum,serta disempurnakan oleh teori prioritas kasuistik yang menambahkan
dengan urutan prioritas,secara proporsional,sesuai dengan kasus yang dihadapi dan
ingin dicapai.30 Adapun tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila menurut Prof
Mochtar Kusumaatdja adalah untuk mewujudkan pengayoman bagi manusia, yakni
melindungi secara pasif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang penguasa; dan
secara aktif dengan menciptakan kondisi yang manusiawi yang memungkinkan proses
kemasyarakatan berlangsung secara wajar, sehingga secara adil setiap manusia
memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya secara utuh.31

30
Amran Suadi,Filsafat Hukum:Refleksi Filsafat Pancasila,Hak Asasi Manusia,dan Etika,h.257

31
Asep Warlan Yusuf,Watak Hukum Pancasila,(Diakses dari: http://unpar.ac.id/watak-hukum-pancasila/,pada
tanggal 2 November 2019)

15 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Pada tanggal 1 juni tahun 1945, tepatnya pada sidang pertama Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno memperkenalkan dasar negara
Indonesia yang kelak merdeka yang disebut Pancasila. Beliau juga menyebutnya sebagai
philosophisce grondslag yaitu fundamen,filsafat,pikiran yang sedalam-dalamnya,jiwa,hasrat
yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan negara Indonesia merdeka.Selain itu
Soekarno juga menyebutnya dengan istilah “weltanschsauung” atau pandangan hidup bangsa
Indonesia.

filsafat pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
Negara dan kenyataan budaya bangsa,dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh, lalu pancasila juga bisa dikatakan sebagai
filsafat karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh para founding fathers Indonesia,yang dituangkan dalam suatu system.

Adapun tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila menurut Prof Mochtar
Kusumaatdja adalah untuk mewujudkan pengayoman bagi manusia, yakni melindungi secara
pasif dengan mencegah tindakan sewenang-wenang penguasa; dan secara aktif dengan
menciptakan kondisi yang manusiawi yang memungkinkan proses kemasyarakatan
berlangsung secara wajar, sehingga secara adil setiap manusia memperoleh kesempatan yang
luas dan sama untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh.

16 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a
Daftar Pustaka

Buku

Ali, Achmad.2015.Menguak Tabir Hukum.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Ali, Achmad.2009. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan:Volume 1 Pemahaman


Awal.Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Erwin, Muhamad.2011.Filsafat Hukum:Refleksi Kritis Terhadap Hukum.Jakarta:Raja


Grafindo Persada.

Indrati, Maria Farida.2007. Ilmu Perundang-Undangan I:Jenis,Fungsi,dan Materi


Muatan.Yogyakarta:Kanisius

Kaelan.2014.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.

Suadi, Amran.2019.Filsafat Hukum:Refleksi Filsafat Pancasila,Hak Asasi Manusia,dan


Etika,(Kencana Prenada Media Group.
Syarbaini, Syahrial.2015.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Bogor:Penerbit Ghalia
Indonesia.

Jurnal

Farida,Any dan Nasichin.2018.Teori Hukum Pancasila sebagai Sintesa Konvergensi Teori-


Teori Hukum di Indonesia;(Teori Hukum Pancasila sebagai Perwujudan Teori Hukum
Transendental).Prosiding Seminar Nasional & Call for Papers Hukum Transendental.

Pinasang, Dani.2012.Falsafah Pancasila Sebagai Norma Dasar (Grundnorm) Dalam Rangka


Pengembangan Sistem Hukum Nasional,Jurnal Hukum Unsrat:Volume XX,Nomor 3.

Yonas Bo’a, Fais.2018.Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum


Nasional,Jurnal Konstitusi:Volume 15,Nomor 1.

Internet

Yusuf, Asep Warlan.Watak Hukum Pancasila.(Diakses dari: http://unpar.ac.id/watak-hukum-


pancasila/,pada tanggal 2 November 2019)

17 | F i l s a f a t H u k u m P a n c a s i l a

Anda mungkin juga menyukai