Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH HUKUM

AGRARIA
PA D A Z A M A N R O M AW I ( 4 8 6 S M )

Seperangkat kaidah-kaidah hukum yang mengatur


pembagian tanah publik (ager publicus).
Hukum agraria dengan mudah dilanggar bahkan
secara diam-diam diabaikan.
Hukum agraria awalnya sangat dikenal adalah Rogations
Licinian yang dikeluarkan oleh Caius Licinius Calvus Stolo pada
tahun 377 SM.
LANJUTAN
Sekitar tahun, 233 SM, Caius Flaminius berhasil
menetapkan beberapa tanah publik kepada warga
miskin.
Upaya serius berikutnya untuk memperbaiki situasi
yang semakin sulit adalah Undang-Undang
Sempronian pada tahun 133 SM yang dirancang oleh
Tiberius Gracchus Sempronius. UU ini mengadopsi
ketentuan Rogations Licinian .
Sebuah komisi dibentuk untuk melaksanakan
hukum (namun tidak efektif)
Dekrit Domitianus
PA D A Z A M A N P E R A N C I S ( 1 7 8 9 )

Menghacurkan sistem penguasaan tanah feodal

Pada tahun 1870 John Stuart Mill membentuk Land


Tenure Reform Association
Revolusi prancis tahun 1789 adalah proses
perubahan fundamental dalam penataan tanah.
PADA ZAMAN KOLONIAL

Adanya dualisme aturan

Timbul aturan yang “pluralistik”

Pembahasan mengenai sejarah penguasaan hak atas tanah di


Indonesia akan dimulai dari tonggak sejarah pada tahun 1811
pada waktu Indonesia dipengaruhi oleh pikiran Raffles dengan
teori domein nya.
LANJUTAN
1. tonggak pertama (1811)
Tujuan Raffles dalam menata system administrasi pertanahan
dengan system domain yaitu ingin mnenerapkan system pajak
bumi seperti apa yang digunakan oleh inggris di india.
Raffles menarik kesimpulan bahwa semua tanah adalah milik raja
atau pemerintah. Dengan pegangan ini, dibuatlah system
penarikan pajak bumi (yang dikenal dengan istilah belanda
Landrente ). System ini mewajibkan setiap petani membayar
pajak sebesar 2/5 dari hasil tanah garapannya. Teori Raffles ini
ternyata mempengaruhi politik agrarian selama sebagian besar
abad ke-19.
LANJUTAN
2. Tonggak kedua (1830)
Pada tahun 1830 pemerintahan belanda di Indonesia
di pimpin oleh gubenur jenderal Van den Bosch
mempopulerkan sebuah konsep penguasaan tanah
Cultuurstelsel atau yang lazim di sebut system
tanam paksa. Adapuntujuan yang ingin dicapai dari
diadakannya system tanam paksa ini adalah untuk
menolong Negara belanda yang keadaan
keuagannya dalam
LANJUTAN
3. Tonggak ketiga (1848)
Dalam tonggak kedua diatas telah dijelaskan mengenai
monopolinya pemerintahan jajahan belanda atas tanah dan
hasil dari perkebunannya sehingga menimbulkan
kecemburuan dari kaum pemilik modal dari aliran liberal
yang ada di parlemen.
Kaum liberal memetik kemenangan pertama dengan di
setujuinya perubahan terhadap undang-undang dasar
belanda.
LANJUTAN
Undang-undang yang dimaksud dalam perubahan
undang-undang dasar belanda tersebut selesai pada
tahun 1854, yaitu dengan dikeluarkannya Regelings
Regelment (RR)1845. Salah satunya ayat dari pasal
62 RR yang menyebutkan bahwa Gubernur jenderal
boleh menyerahkan tanah dengan ketentuan-
ketentuan yang akan ditetatpkan dengan ordonasi.
LANJUTAN
1865 Menteri jajahan frans van de Putte, seorang
liberal mengajukan rencana undang-undang (RUU).
Isi rencana undang-undang ini antara lain adalah
gubernur jenderal akan memeberikan hak erpacht
selama 99 tahun; hak pribumi diakui sebagai hak
mutlak (eigendom) ; dan tanah komunal diajdikan
hak milik perorangan eigendom.
RUU ditolak oleh Thorbeck dan Menteri Frans
jatuh
LANJUTAN
Tonggak Keempat (1870)

Menteri jajahan De Waal mengajukan RUU yang akhirnya diterima oleh


parlemen. Isinya teridiri dari 5 ayat. Ke 5 ayat ini kemudian ditambahkan
kepada 3 ayat dari pasal 62 RR tesebut, sehingga menjadi 8 ayat
Pasal 62RR dengan 8 ayat ini kemudian menjadi atau dijadikan pasal 51
dari Indische Staatstegeling (IS). Inilah yang disebut Agrarische Wet
1870 yang diundangkan dalam lembaga Negara (staatsblaad) NO. 55,
1870 .
LANJUTAN
5. Tonggak kelima (1960)

lahir undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang


peraturan dasar pokok-pokok agraria.
ZAMAN
KEMERDEKAAN
. Dengan proklamasi kemerdekaan, bangsa
Indonesia memutuskan hubungan dengan hukum
agraria kolonial sekaligus berupaya membentuk
hukum agraria nasional.
Sambil menunggu terbentuknya hukum agraria
nasional diberlakukanlah Pasal II Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945
LANJUTAN
 
Sejak pengakuan kedaulatan oleh Belanda atas
negara Indonesia, barulah pemerintah mulai menata
kembali pendudukan tanah.
Untuk itu, maka dikeluarkanlah Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1954 tentang Penyelesaian soal
Pemakaian Tanah Perkebunan oleh Rakyat
LANJUTAN
Pemerintah Indonesia pada dasarnya melakukan
upaya menyesuaikan Hukum Agraria kolonial
dengan keadaan dan kebutuhan setelah Indonesia
merdeka.
Dengan demikian pemerintah mengeluarkan UUPA
NO 5 TAHUN 1960.
TERIMAKASIH
SUMBER : HUKUM AGRARIA SUPRIADI, S.H., M.HUM.

Anda mungkin juga menyukai