Smt : III (Tiga) Kelas : Regular Jenis-Jenis Perikatan
Klasifikasi jenis perikatan dilihat dari Objeknya, apabila mengacu
pada rumusan sistematika Buku III Burgerlijk Wetboek (BW) dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu: 1. Perikatan berdasarkan sumbernya Merujuk pada ketentuan dalam Pasal 1233 Burgerlijk Wetboek (BW) perikatan berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi 2, yakni: Perikatan yang bersumber dari perjanjian Perikatan yang bersumber dari undang-undang 2. Berdasarkan wujud prestasinya Merujuk pada ketentuan dalam 1234 Burgerlijk Wetboek (BW) perikatan berdasarkan wujud prestasinya dibedakan menjadi 3, yakni: Perikatan Memberi Sesuatu Perikatan Berbuat sesuatu Perikatan Tidak Berbuat Sesuatu 3. Perikatan Manasuka (boleh pilih) Dalam perikatan manasuka, objek prestasi ada dua macam benda. Dikatakan perikatan manasuka, karena debitur boleh memenuhi prestasi dengan memilih salah satuu dari dua benda yang dijadikan objek perikatan. Tetapi debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk menerima sebagian benda yang satu dan sebagian benda yang lainnya. Jika debitur telah memenuhi salah satu dari dua benda yang disebutkan dalam perikatan, ia dibebaskan dan perikatan berakhir. Hak memilih prestasi itu ada pada debitur, jika hak ini tidak secara tegas diberikan kepada kreditur (Pasal 1272 dan 1273 KUHPerdata). 4. Perikatan alternatif; Perikatan mana suka atau alternatif diatur dalam Pasal 1272 Burgerlijk Wetboek (BW) sampai dengan Pasal 1277 Burgerlijk Wetboek (BW). Dalam perikatan alternatif, debitor dalam memenuhi kewajibannya dapat memilih salah satu diantara prestasi yang telah ditentukan. Di sini alternatif didasarkan pada segi sisi dan maksud perjanjian. 5. Perikatan dapat dibagi-bagi dan tak dapat dibagi-bagi; Perikatan dapat dibagi dan tak dapat dibagi diatur dalam Pasal 1296 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d. Pasal 1303 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan dapat dibagi adalah suatu perikatan dimana setiap debitor hanya bertanggung jawab sebesar bagiannya terhadap pemenuhan prestasinya. Dengan demikian dia pun terbebas dari kewajiban pemenuhan prestasi selebihnya. Masing-masing kreditor hanya berhak menagih sebesar bagiannya saja. Jadi, disini, jika barang atau harga yang menjadi objek prestasi memang sesuai untuk dibagi-bagi. 6. Perikatan dengan ancaman hukuman (pasal 1253 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d. Pasal 1312 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan dengan ancaman hukuman diatur dalam pasal 1304 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d. Pasal 1312 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan dengan ancaman hukuman adalah suatu perikatan di mana seseorang untuk jaminan pelaksanaan suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu manakala perikatan itu tidak dipenuhi. 7. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan Perikatan sepintas lalu adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya cukup hanya dilakukan dengan satu perbuatan saja dan dalam waktu singkat tujuan perikatan telah tercapai, Sedangkan perikatan berkelanjutan adalah perikatan yang prestasinya berkelanjutan untuk beberapa waktu seperti perjanjian sewa-menyewa.
Dalam kajian hukum perdata selain jenis perikatan sebagaimana
mengacu dalam rumusan buku III Burgerlijk Wetboek (BW), terdapat perikatan yang objeknya lebih dari satu, di antaranya ialah: Perikatan Alternatif Perikatan Alternatif adalah perikatan yang memberikan pilihan kepada debitor atau kreditor atau debitor untuk memilih satu dari dua atau lebih kewajiban atas prestasi tersebut. Sifat pilihan prestasi tersebut mempunyai kualitas yang sama atau sejajar – sejajar. Misalkan saja debitor dapat memilih untuk melakukan kewajiban A atau B. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1272 – 1277 Burgerlijk Wetboek (BW) Pasal 1272 Burgerlijk Wetboek (BW) mengatur: “Dalam perikatan-perikatan manasuka, si berutang (debitor) dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan, tetapi ia tidak memaksa si berpiutang (kreditor) untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lain.” Namun, perikatan alternatif dapat berubah menjadi perikatan bersahaja atau murni, sebagaimana diatur dalam Pasal 1275 Burgerlijk Wetboek (BW) pergeseran sifat dapat terjadi apabila terjadi di beberapa kondisi yaitu: a. Salah satu barang dalam perikatan alternatif hilang; b. Barang tidak lagi dapat diserahkan karena kesalahan debitor; c. Debitor tidak dapat menawarkan penggantian harga barang yang hilang sebagai alternatif pemenuhan perikatan; d. Jika kedua barang hilang, dan salah satu barang hilang karena kesalahan debitor; e. Debitor wajib membayar harga barang yang hilang paling akhir. Perikatan Generik Perikatan Generik adalah perikatan yang objeknya ditentukan menurut jumlah dan jenis. Pada perikatan generik, kreditor akan menerima prestasi dengan standar umum karena mempunyai konsekuensi sesuai dengan jenis prestasi yang disepakati dalam rumpun atau kelompok obyek tersebut. Salah satu sumber utama perikatan generik terdapat dalam ketentuan Pasal 1333 Burgerlijk Wetboek (BW): “(1) Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya (2) Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung” ketentuan “…dapat ditentukan jenisnya…” dan “…dapat ditentukan atau dihitung…” merupakan pengakuan terhadap perikatan generik. Terdapat titik singgung antara perikatan Alternatif dengan perikatan Generik yaitu keduanya memberikan pilihan atas lebih dari satu objek/prestasi, bahkan acapkali menjadi kurang jelas perbedaannya dengan perikatan alternatif. Titik tolak pijakan pada perikatan generik terletak pada objek prestasi ditentukan pada jenis yang terdapat pada kelompok objek tersebut. Namun dapat dibedakan berdasarkan sifat objek perikatan. Perikatan alternatif objeknya bersifat pilihan dan mempunyai nilai yang sama sedangkan objek perikatan generik dikaitkan dengan jenis yang terdapat dalam kelompok tertentu. Terkait dengan Force Majeure (Overmacht), tanggung gugat atas kesalahan serta atas dasar resiko dibebankan kepada debitor dalam perikatan alternatif. Sedangkan dalam perikatan generik, debitor tidak dapat mendalilkan force majeure selama objek dalam kelompok tersebut tidak musnah semua. Perikatan Fakultatif Perikatan fakultatif adalah perikatan yang membebaskan debitor untuk memenuhi kewajiban yang lain jika ia tidak dapat memenuhi kewajiban yang pokok. Sifat pemenuhan prestasi dalam perikatan fakultatif berdasarkan gradasi atau tingkatan pemenuhan prestasi artinya apabila objek perikatan yang pokok tidak dapat dilaksanakan (prestasi primer), maka debitor boleh melakukan prestasi lain (prestasi sekunder). Misalkan saja Debitor dapat menyerahkan sapi (sekunder) jika tidak menyerahkan kuda (primer). Titik singgung antara perikatan alternatif dengan perikatan fakultatif Titik singgung kedua jenis perikatan ini adalah adanya penggantian dalam pelaksanaan prestasi yang ada. Perbedaannya pada perikatan alternatif, terdapat 2 objek yang dapat dipilih prestasinya untuk diserahkan. Sehingga pelaksanaan prestasi atas salah satu objek akan membebaskan debitor terhadap kewajibannya objek lainnya. Musnahnya salah satu objek ini tidak menghapus perikatan karena objek lain yang ditempatkan pada kedudukan yang sama telah dijalankan. Sedangkan, dalam perikatan fakultatif, debitor diwajibkan menyerahkan / melaksanakan objek pokok (primer), namun diberi kemungkinan menyerahkan / melaksanakan objek lainnya (sekunder) apabila debitor tidak dapat melaksanakan kewajiban pokoknya (primer). Perikatan Kumulatif Perikatan Kumulatif adalah perikatan dengan prestasi menyerahkan/melaksanakan lebih dari satu objek perikatan. Pemenuhan prestasi salah satu atau sebagian objek prestasi tidak membebaskan debitor dari kewajibannya. Si berutang wajib memenuhi seluruh prestasi yang telah disepakati dalam perjanjiannya. Perikatan Sederhana meletakkan kewajiban tertentu kepada debitor. Sedangkan pada perikatan kumulatif, terdapat beberapa kewajiban yang dibebankan kepada kreditor. Apabila objek perikatan musnah sebagian atau hanya ada satu pada saat pemenuhan prestasi, opsi menjadikan perikatan sederhana akan lebih tepat dan sesuai dengan prinsip in obligatio dan in solutio daripada opsi perikatan itu batal. Opsi menjadikan perikatan tersebut menjadi perikatan sederhana memberikan peluang kepada debitor untuk memenuhi kewajibannya, dan sebaliknya memberikan hak kepada kreditor menerima haknya.
Klasifikasi jenis perikatan dilihat dari Subjeknya
1. Perikatan tanggung menanggung / tanggung renteng; Perikatan tanggung renteng diatur dalam Pasal 1278 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d Pasal 1295 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan tanggung renteng adalah suatu perikatan dimana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berutang berhadapan dengan satu orang kreditor, dimana salah satu dari debitor itu telah membayar utangnya pada kreditor, maka pembayaran itu akan membebaskan teman-teman yang lain dari utang. 2. Perikatan pokok dan tambahan Perikatan pokok dan tambahan adalah suatu perikatan yang di dalamnya terdapat dua hubungan hukum yaitu perikatan pokok sebagai induknya dan perikatan tambahan sebagai assesor dari perikatan induk. Jika perikatan pokoknya hapus atau berakhir, maka perikatan tambahan juga hapus.
Klasifikasi jenis perikatan dilihat dari Kerjannya
1. Perikatan berdasarkan ketetapan waktu; Perikatan dengan ketetapan waktu diatur dalam Pasal 1268 Burgerlijk Wetboek (BW) sampai dengan pasal 1271 Burgerlijk Wetboek (BW). Yang disebut dengan perikatan dengan ketetapan waktu adalah suatu perikatan yang ditangguhkan pelaksanaanya sampai pada waktu yang ditentukan. 2. Perikatan bersyarat; Perikatan bersyarat diatur dalam pasal 1253 Burgerlijk Wetboek (BW) sampai dengan Pasal 1267 Burgerlijk Wetboek (BW). Yang dimaksud dengan perikatan bersyarat adalah perikatan yang ditanggungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan yang belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut (Pasal 1253 Burgerlijk Wetboek (BW) Dari ketentuan Pasal ini dapat dibedakan dua perikatan bersyarat yaitu: a. Perikatan dengan syarat tangguh Apabila syarat “peristiwa” yang dimaksudkan itu terjadi, maka Perikatan dlaksanakan (Pasal 1263 KUHPerdata). Jadi, sejak peristiwa itu terjadi, kewajiban debitur untuk berprestasi segera dilaksanakan. b. Perikatan dengan syarat batal Di sini justru perikatan yang sudah ada akan berakhir apabila “peristiwa” yang dimaksudkan itu terjadi (Pasal 1265 KUHPerdata).