Oleh :
ZAINUR ROHMATUS SYIFA’
(A1R19036)
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia serta Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan TBC yang di susun untuk memenuhi tugas praktikum keperawatan
matakuliahKeperawatan Medikal Bedah 1 oleh dosen pembimbing Rio Ady Erwansyah,
S.Kep,Ns,M.Kep
Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing yakni bapak Rio Ady Erwansyah, S.Kep,Ns,M.Kep dan rekan-
rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan laporan
pendahuluan ini.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan
ini.Saya mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.
Tulungagung,19 Juli 2021
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................2
A. Definisi........................................................................................................................2
B. Etiologi........................................................................................................................2
C. Klasifikasi...................................................................................................................3
D. Patofisiologi................................................................................................................4
E. Phatway.......................................................................................................................5
F. Manifestasi Klinik.......................................................................................................6
G. Komplikasi..................................................................................................................6
H. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................7
I. Penatalaksanaan..........................................................................................................9
J. Konsep Dasar Keperawatan......................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit TB
bersumber dari orang ke orang melalui udara, ketika orang dengan TB paru batuk, bersin atau
meludah sehingga mendorong kuman TB ke udara bebas. Seseorang dapat terinfeksi penyakit
TB hanya dengan menghirup kuman TB masuk ke dalam paru-paru (CDC: Basic TB Facts,
2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015 melaporkan
terdapat 9,6 juta kasus TB baru di tahun 2014 yang terdiri dari 5,4 juta laki-laki, 3,2 juta
perempuan dan 1 juta anak. Sejak tahun 1990, selama lebih dari 20 tahun WHO terus
meningkatkan pengawasan dan metode pelaporan peningkatan penyakit TB secara global.
Kemajuan dalam memperluas akses terhadap diagnosis dan pengobatan TB yang efektif
menghasilkan sekitar 43 juta jiwa diselamatkan sejak tahun 2000 (WHO: Global Tuberculosis
Report, 2015).
Target TB global yang diatur dalam konteks Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)
adalah strategi Stop TB yang berakhir di tahun 2015 dan menuju era Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) menjadi strategi End TB. Namun TB tetap menjadi salah satu ancaman
kesehatan terbesar didunia. Pada tahun 2014, terdapat 1,5 juta kematian terkait TB terdiri dari
890.000 laki-laki, 480.000 perempuan dan 140.000 anak-anak. Penelitian tentang TB pediatri
menunjukkan adanya peningkatkan sebesar dua kali lipat dari perkiraan pada tahun-tahun
sebelumnya 2 dalam jumlah kasus TB baru diantara anak-anak. Hal tersebut menunjukkan
penyebaran penyakit TB pada anak terus meningkat (WHO: Global Tuberculosis Report,
2015)
Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang dewasa
yang mengidap TB paru. Karena kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat dengan cepat
menularkan penyakit TB melalui batuk, bersin, dan ketika sedang melakukan percakapan.
Semakin sering dan lama kontak makin besar pula kemungkinan terjadinya penularan. Sumber
penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orangtuanya, orang
serumah atau orang yang sering berkunjung dan sering berinteraksi langsung (Kemenkes RI,
2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis ?
1
2. Bagaimana klasifikasi dan penyebab dari Tuberkulosis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari Tuberkulosis?
4. Bagaimana patofisiologis dan phatway Tuberkulosis?
5. Apa komplikasi dan pencegahandari Tuberkulosis?
6. Penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan untuk penyakit
Tuberkulosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Tuberkulosis
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyebab terjadinya Tuberkulosis
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari Tuberkulosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan phatway Tuberkulosis
5. Untuk mengetahui komplikasi dan pencegahan dari Tuberkulosis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
Tuberkulosis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit TB
bersumber dari orang ke orang melalui udara, ketika orang dengan TB paru batuk, bersin atau
meludah sehingga mendorong kuman TB ke udara bebas. Seseorang dapat terinfeksi penyakit
TB hanya dengan menghirup kuman TB masuk ke dalam paru-paru (CDC: Basic TB Facts,
2012).
B. Etiologi
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang berukuran dengan
panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M. tuberculosis
adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat
tahan dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu
menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru 10 yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah
tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif
kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang
kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya ini
dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan
3
pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).
C. Klasifikasi
D. Patofisiolgi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga
dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area
lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan
jaringan normal.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
4
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
8 disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik
yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini
akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi
ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon
tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam
bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan
parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.
E. Phatway
5
F. Manifestasi Klinik
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
6
1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Penurunan berat badan
5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai
berbulan – bulan)
6. Peningkatan frekuensi pernapasan
7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
9. Demam persisten
10. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan
G. Komplikasi
1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi kuman TB
menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa
terinfeksi dan memicu nyeri di bagian tersebut.
2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis atau
peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu pembengkakan pada membran yang
menyelimuti otak dan seringkali berakibat fatal atau mematikan.
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada adi aliran darah. Fungsi ini
akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.
4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya bisa
terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung
jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
5. Gangguan mata
7
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan, mengalami
iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.
6. Resistensi kuman
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak selain berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan
potensi penularan dan menilai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP):
S (Sewaktu): dahak ditampung di fasilitas pelayanan kesehatan.
P (Pagi): dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah
pasien atau di bangsal rawat inap bilamana pasien menjalani rawat inap.
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan
metode Xpert MTB/RIF. TCM
merupakan sarana untuk penegakan diagnosis, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk
evaluasi hasil pengobatan.
3) Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat (Lowenstein-Jensen) dan media
cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
(M.tb). Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan disarana laboratorium yang terpantau mutunya.
Dalam menjamin hasil pemeriksaan laboratorium, diperlukan contoh uji dahak yang
berkualitas.Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM,
biakan, dan uji kepekaan, diperlukan sistem transportasi contoh uji. Hal ini bertujuan untuk
menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap pemeriksaan tersebut serta
mengurangi risiko penularan jika pasien bepergian langsung ke laboratorium.
8
2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
1) Pemeriksaan foto toraks
2) Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb terhadap
OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji
pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat nasional maupun
internasional.
4. Pemeriksaan serologis
9
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis paru (TB paru) dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase
intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat dibagi menjadi obat utama dan tambahan.
Medikamentosa
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana lini pertama adalah
rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol, yang tersedia dalam tablet
tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap (fixed dose combination). Jenis obat lini kedua
adalah kanamisin, kuinolon, dan derivat rifampisin dan isoniazid.
Panduan pemberian OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis
di Indonesia adalah :
Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3
Kategori 1
OAT Kategori 1 diberikan pada pasien baru, yaitu pasien TB paru terkonfirmasi
10
bakteriologis, TB paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru. OAT kategori 1
diberikan dengan cara RHZ diberikan selama 2 bulan, dilanjutkan dengan RH 4 bulan.
Kategori 2
OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang sudah diberikan tatalaksana
sebelumnya, yaitu pada pasien kambuh, pasien gagal pengobatan dengan kategori 1, dan
pasien yang diobati kembali setelah putus obat.
Terapi MDR-TB
Gunakan sedikitnya 4-5 obat yang tidak pernah diberikan sebelumnya, dimana obat-obat
tersebut masih sensitif secara in vitro. Jangan gunakan obat yang sudah resisten. Ada baiknya
mengonsultasikan pasien dengan MDR-TB kepada spesialis penyakit paru.
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan MDR-TB, dengan
catatan bahwa obat-obat ini masih sensitif :
Penggunaan obat ini mesti dikonsultasikan terlebih dahulu dengan spesialis penyakit paru.
Contoh obatnya: clofazimine, linezolid, amoksisilin klavulanat, thiocetazone, imipenem/cilastatin,
klaritromisin, INH dosis tinggi
Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada
umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin dan
kanamisin yang bersifat ototoksik pada janin. Pemberian kedua obat tersebut akan menyebabkan
gangguan pendengaran dan keseimbangan pada bayi ketika lahir.
Pada ibu hamil yang mengkonsumsi OAT, dianjurkan pemberian piridoksin 50 mg/hari. Vitamin
11
K juga dianjurkan diberikan dengan dosis 10 mg/hari jika rifampisin digunakan pada trimester
ketiga.
Ibu Menyusui
Pada prinsipnya, pengobatan OAT pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan TB
pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu menyusui. Tatalaksana OAT yang adekuat akan
mencegah penularan TB ke bayi. Untuk bayi yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi
profilaksis isoniazid dapat diberikan.
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
12
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik0
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
13
tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan (Ida,
2016).
14
15