Oleh Kelompok : 3
PRODI SI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATULA TUBAN
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu limfosit CD4. Dengan
semakin berkembangnya penyakit di tubuh, jumlah limfosit CD4 juga semakin
menurun dan dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oportunistik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui prevalensi infeksi oportunistik di Pontianak,
Kalimantan Barat. Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif-retrospektif
yang dilakukan di Klinik Melati RSUD dr. Soedarso, kota Pontianak tahun 2013
dengan jumlah 85 pasien terinfeksi HIV. Hasil penelitian didapatkan infeksi
oportunistik yang tersering adalah tuberkulosis (27,9%), diikuti dengan diare
(25,6%) dan kandidiasis orofarings (11,6%). Infeksi oportunistik terjadi pada
71,6% pasien, terutama pada pasien dengan jumlah CD4 < 200 sel/µL.
Kata kunci: koinfeksi, Orang dengan HIV/AIDS, prevalensi.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Metode.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TELAAH JURNAL.................................................................................................3
2.1 Ringkasan Studi.................................................................................................3
2.1.1 Jurnal Internasional 1..............................................................................3
2.1.2 Jurnal Internasional 2..............................................................................6
2.1.2 Jurnal Internasional 3............................................................................11
2.1.4 Jurnal Nasional 1...................................................................................14
2.1.5 Jurnal Nasional 2...................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Paradigma baru yang menjadi tujuan Global dari UNAIDS adalah Zero
AIDS – related death. Hal ini dapat tercapai bila pasien datang di layanan
HIV dan mendapat terapi ARV secepatnya. Salah satu tujuan pembangunan
Milenium (MDGs) yaitu tujuan keenam adalah memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lain. Tujuan dari indikator ini adalah
mengurangi infeksi HIV hingga separuhnya, termasuk melakukan tindakan
pengobatan ARV.[2] Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996
mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun
belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal
efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis
terapi ARV dapat mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik menurunkan angka kematian dan kesakitan,
meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat,
sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang
dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan. [3]
Estimasi UNAIDS pada tahun 2011 orang yang hidup dengan HIV
sebanyak 34 juta orang dan yang meninggal sebanyak 1,7 juta orang dari
penduduk dunia. Diperkirakan 0,8% orang dewasa usia 15-49 tahun hidup
dengan HIV/AIDS. Pada tahun 2012, diperkirakan 35,3 juta orang di dunia
hidup dengan HIV, 2,3 juta orang baru terinfeksi HIV dan yang meninggal
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 1,6 juta jiwa.
Berdasarkan data yang dilaporkan dari WHO bahwa pada akhir tahun 2012
sekitar 9,7 juta yang sudah terapi ARV. Dalam memulai ARV dengan tingkat
CD4-nya mencapai 350 sel/mm3 . [4]
1.2 Metode
Metode yang kita gunakan dalam menyusun makalah yang berjudul
“Sistematik Review HIV/AIDS & IO” adalah dengan cara membaca jurnal
tentang HIV/AIDS + IO satu persatu dan menganalisa jurnal menggunakan
metode PICOT pada setiap jurnal baik jurnal Nasional maupun Internasional.
2
BAB II
TELAAH JURNAL
2.1 Ringkasan Studi
2.1.1 Jurnal Internasional 1
Judul Jurnal:
Peneliti :
Ringkasan Jurnal :
Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa Infeksi Oportunistik (IO)
terhadap Kepatuhan Anti Retroviral (ARV) ODHA di kota Palembang,
sehingga diharapkan dari hasil penelitian bisa dijadikan bahan untuk
meningkatkan angka kepatuhan ODHA baru ataupun yang lama guna
mencapai tujuan yang diinginkan.
3
Analisis PICOT
P : Populasi
Penelitian dilakukan selama bulan Februari dan Maret Tahun 2020. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ODHA dilayanan CST di Kota
Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah ODHA dengan terapi ARV
yang memenuhi kriteria inklusi dan lolos dari kriteria eksklusi sebanyak 235
orang. Dengan kriteria inklusi, ODHA dengan domisili kota Palembang,
ODHA yang datang melakukan pengobatan dan bersedia mengikuti
penelitian. Variabel terikatnya adalah Kepatuhan ARV, sedangkan variabel
bebasnya adalah Infeksi Oportunistik (IO).
I : Intervensi
C : Comparation
4
tidak patuh mengaku beralasan lupa minum obat ARV. Hasil penelitian ini
sangat sesuai dengan penelitian lainnya yang menunjukkan kepatuhan di
negara maju dan berkembang menemukan kesamaan kendala individu pada
kepatuhan yaitu lupa memakai obat karena terlalu sibuk mengganggu aktifitas
sehari-hari13.
5
CD4 yang terjadi dalamperjalanan penyakit infeksi HIV akan mengakibatkan
reaktivasi kuman TB yang dorman20.
O : Outcome
T : Time
Penelitian dilakukan dikota Palembang pada bulan Februari dan maret tahun
2020
6
STATUS ZINC DAN PERAN SUPLEMENTASI ZINC TERHADAP
SISTEM IMUN PADA PASIEN HIV/AIDS: A SYSTEMATIC REVIEW
Peneliti :
Ringkasan Jurnal :
7
Human Immunodefi ciency Virus (HIV) ialah jenis retrovirus yang secara
spesifi k menyerang selsel imun pada tubuh manusia terutama sel CD4+ dan
makrofag (Savira, 2017). Infeksi yang disebabkan oleh HIV membuat sistem
kekebalan melemah secara progresif, hingga pada akhirnya akan membuat sel
imunitas gagal memerangi infeksi serta penyakit-penyakit lain yang masuk ke
dalam tubuh (Stolley et al., 2009). Acquired Immunodefi ency Syndrome
(AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi virus HIV yang ditandai dengan
adanya imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis (David et al., 2017).
Tujuan :
HIV merupakan salah satu jenis retrovirus yang secara spesifi k menyerang
selsel imun pada tubuh manusia terutama sel CD4+ dan makrofag . Infeksi
yang disebabkan oleh HIV membuat sistem kekebalan melemah secara
8
progresif, hingga pada akhirnya akan membuat sel imunitas gagal memerangi
infeksi serta penyakit-penyakit lain yang masuk ke dalam tubuh Acquired
Immunodefi ency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi virus
HIV yang ditandai dengan adanya imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis .
Analisis PICOT
P:Populasi
Populasi dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Kaiser, et al (2006) pada
40 subjek HIV yang menerima ARV, ditemukan peningkatan rerata CD4+
sebesar 65 sel/mm3 (24%) pada suplementasi dibandingkan dengan
kelompok plasebo setelah 12 minggu (p=0.029).
I:Intervensi
Untuk hasil lain seperti viral load dan peningkatan IFN-γ, suplementasi zinc
menunjukkan rerata peningkatan meskipun tidak drastis. Tidak ditemukan
efek samping yang berkaitan dengan suplementasi zinc pada penelitian yang
diulas. Perlu dilakukan penelitian serupa pada kelompok anak-anak dan
wanita hamil yang jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan
penelitian pada subjek pasien HIV dewasa. Selain itu, perlu pula
mempertimbangkan faktor jumlah pemberian dosis zinc, durasi pemberian
suplementasi zinc, dan penggunaan obat antiretroviral (ARV)
C:Comparation
Jenis penelitian ini serupa pada kelompok anak-anak dan wanita hamil yang
jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian pada subjek
pasien HIV dewasa. Selain itu, perlu pula mempertimbangkan faktor jumlah
9
pemberian dosis zinc, durasi pemberian suplementasi zinc, dan penggunaan
obat antiretroviral (ARV) dalam menilai pengaruh suplementasi zinc terhadap
status CD4+ pada pasien HIV.
O:Outcome
Hasil penelitian Perlu adanya penelusuran lebih lanjut mengenai dampak
suplemen yang diberikan dan faktor-faktor yang mungkin menghambat
efektivitas suplemen bagi para subjek.Hasil yang berbeda ditemukan
dalam penelitian Austin, et al (2006), yang memberikan multivitamin dan
mineral berupa (30,000 IU (18 mg) β-karoten, 1,500 IU vitamin A, 56 IU
Vitamin D, 63 mg vitamin C, 56 IU vitamin E, 9,38 mg vitamin B1, 4.68
mg vitamin B2, 3,75 mg vitamin B3, 18.75 mg vitamin B5, 9,38 mg
vitamin B6, 3 mg vitamin B6, 0.08 mg vitamin B9, 0,06 mg Biotin, 9,38
mg Kolin, 7,5 mg Zinc, 1,5 mg Zat besi, 0,38 mg Copper, 1,5 mg
Magnesium,
9,38 mg Kalium, 0,018 mg Krom, 0,018 mg Selenium, 0,00938 mg
Vanadium, dan 0,00938 mg Iodium) atau plasebo kepada 331 penderita
HIV dengan metode double blind. Terdapat peningkatan signifi kan pada
rerata CD4+ pada kelompok suplementasi (p=0,005) yang selaras dengan
peningkatan rerata serum karoten (p=0,04). Namun, hasil ini tidak dapat
dikorelasikan secara langsung dengan pengaruh zinc didalam suplemen,
karena jumlahnya (7,5 mg per hari) lebih kecil daripada kebutuhan zinc
untuk orang dewasa perhari, yaitu 10-15 mg. Selain itu, penambahan
substansi antioksidan lain berupa β-karoten, vitamin A, vitamin C, vitamin
E, dan Selenium dapat memberikan pengaruh terhadap efektivitas
suplementasi untuk meningkatkan sistem imun.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaiser, et al (2006) pada 40 subjek HIV
yang menerima ARV, ditemukan peningkatan rerata CD4+ sebesar 65
sel/mm3 (24%) pada grup suplementasi dibandingkan dengan kelompok
plasebo setelah 12 minggu (p=0.029). Suplemen yang diberikan berupa
1,200 mg N-acetyl sistein, 100 mg acetyl-l-carnitine, 400 mg α-lipoic acid,
8,000 IU vitamin A, 20,000 IU β-carotene, 1,800 mg vitamin C, 60 mg
vitamin B1, 60 mg vitamin B2, 60 mg vitamin B5, 60 mg B3, 60 mg
10
inositol, 50 μg biotin, 260 mg vitamin B6, 2.5 μg vitamin B12, 400 IU
vitamin D, 800 IU vitamin E, 300 mg biofl avonoids, 800 μg B9, 60 mg
Kolin, 800 mg Kalsium, 18 mg Zat besi.mg Zinc, 400 mg Magnesium, 200
μg Selenium, 150 μg Iodium, 100 μg Krom, 10 mg Mangan, 2.0 mg
Copper, 2.0 mg vitamin B9, 99 mg Kalium, dan 150 mg betaine HCl.
T:Time
Peneliti :
Ringkasan Jurnal :
11
dengan lima perlakuan dan empat kali pengulangan. Pengumpulan data
dengan cara mengukur zona bening yang terbentuk pada setiap perlakuan.
Rataan hasil pengukuran sirih merah-28,7, sirih hutan=13,00, sirih
merah=15,46, K+=34,92, dan K-=0. Hasil analisis Ansira adalah Fhitung
49,72 > Fabel=3,01 pada taraf signifikan = 0,05 (5%) dengan DK V₁= 4 dan
V2= 16. Hasil Uji Beda Jarak Duncan menunjukkan bahwa setiap perlakuan
memberi pengaruh yang sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans. Dengan demikian terbukti bahwa ekstrak daun sirih (Piper
sp.) mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans.
Tujuan :
Analisis PICOT
P:Populasi
Daun sirih secara tradisional sudah digunakan dan diketahui khasiatnya sejak
zaman dahulu sebagai tanaman obat dalam kebutuhan sehari-hari. Sirih
merupakan tumbuhan herbal yang mudah ditemukan di rumah-rumah
masyarakat karena mudah dikembangbiakkan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya, daun sirih berfungsi untuk mengobati sariawan dan keputihan,
12
bahkan sering digunakan untuk obat kumur (Nurul, 2010), atau antiseptik
sebagai penyembuh luka bakar karena mengandung senyawa saponin
I:Intervensi
C:Comparation
Tanin yang terkandung dalam daun sirih menjadi zat antifungi dengan cara
menghambat kerja enzim-enzim termasuk enzim katalase (Nurul, 2010).
Dengan terhambatnya kerja enzim maka kegiatan metabolisme dan fisiologi
sel akan terganggu sehingga proses reproduksi pun akan terhambat. Apabila
yang dihambat yaitu enzim pembentuk ergosterol maka sel fungi tidak dapat
mensintesis ergosterol yang mengakibatkan pembentukan membran plasma
13
sel tidak terbentuk dengan sempurna dan fungsinya pun akan tergangu
(Nurul, 2010).
O:Outcome
Pembuatan ekstrak bermacam daun sirih dengan konsentrasi 100 % dari 100
g daun sirih segar, yang telah dicuci dengan air mengalir dan dipotong-
potong, lalu ditambahkan 100 ml akuades serta dihaluskan dengan blender.
Ekstrak kasar ini disaring dengan menggunakan dua lapis kain kasa dan
saringan. Ekstrak yang sudah di dapat disaring kembali dengan menggunakan
kertas saring. Ekstrak daun sirih 100% kemudian diencerkan menjadi 80%
dan disterilkan di autoklave.
T:Time
14
Peneliti :
ringkasan Jurnal :
Tujuan :
15
HIV merupakan salah satu prioritas penyakit kematian pada penderitanya.
Program yang diimplementasikan untuk mencegah penularan HIV dari Ibu ke
anak adalah Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor dukungan sosial yang berhubungan
dengan upaya ibu hamil dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
Analisis PICOT
P:Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang melakukan ANC
pada trimester 1, 2, dan 3 di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2017
sebanyak 420 ibu hamil.
I:Intervensi
C:Comparation
O:Outcome
16
Hasil penelitian memperlihatkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik responden yakni umur, pendidikan, pekerjaan dan usia
kehamilan. Distribusi responden berdasarkan umur paling banyak pada usia
21-30 tahun yakni 65 orang (62,5%). Berdasarkan pendidikan terakhir paling
banyak SMA/sederajat yakni 48 orang (46,2%), pada jenis pekerjaan paling
banyak responden tidak bekerja (IRT) yakni 93 orang (89,4%). Usia
kehamilan responden paling banyak pada usia kehamilan trimester 3 yakni 58
orang (55,8%) (Tabel 1).
T:Time
17
Peneliti :
ringkasan Jurnal :
18
peringkat 8 tertinggi di Indonesia dengan 439 laporan kasus HIV pada
triwulan keempat tahun 2017. Sementara itu, jumlah kasus AIDS di
Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak 358 orang, dengan jumlah total
kumulatif kasus AIDS hingga tahun 2017 sebanyak 1.401 orang. Kalimantan
Timur termasuk peringkat 5 tertinggi di Indonesia dengan 230 laporan kasus
AIDS pada triwulan keempat tahun 2017. Saat ini, di Kalimantan Timur
terdapat 1.116 kasus hidup AIDS dan 285 kasus meninggal AIDS, dengan
case rate 30,9 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Tujuan :
Analisis PICOT
P:Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang datang
berobat di Puskesmas Temindung, Sempaja, Bengkuring, Sidomulyo,
19
Palaran, Bantuas, Trauma Center, Sungai Siring, dan Karang Asam periode
Januari 2016-Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan total
sampling. Variabel pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, domisili,
status pendidikan, status marital, faktor risiko, asal puskesmas, dan jenis
ARV. Data penelitian yang diambil adalah data sekunder yang diambil dari
data pasien HIV/AIDS berbasis komputer. Analisa data dengan analisis
univariat, yang ditampilkan dalam bentuk diagram, tabel, dan narasi.
I:Intervensi
C:Comparation
pasien lebih banyak berusia 20-29 tahun sebanyak 159 pasien dan pasien
lakilaki lebih banyak, yaitu 236 pasien karena cenderung melakukan perilaku
seks yang tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV dan
menggunakan napza suntik.
Pada status marital pasien, terdapat 157 pasien berstatus belum menikah
karena berhubungan erat dengan perilaku seksual berisiko. Faktor risiko
tertinggi adalah hubungan seks berisko pada LSL, yaitu sebanyak 130 pasien
karena cenderung memiliki banyak pasangan seks, berganti-ganti pasangan,
dan melakukan seks anal yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS
O:Outcome
20
Samarinda (88,0%). Penyakit ini sebagian besar diperoleh dari laki-laki yang
berhubungan seks dengan lakilaki (LSL) sebagai faktor risiko yang paling
dominan (39,0%). Pasien sebagian besar melakukan pengobatan di
Puskesmas Temindung, dimana obat antiretroviral yang digunakan
merupakan terapi lini I dengan rejimen Tenofovir + Emtricitabine +
Evafirenz (85,3%). Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
program pencegahan dan tatalaksana HIV/AIDS di masa yang akan datang.
T:Time
21