Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SISTEMATIK REVIEW HIV/AIDS & IO

Dosen Pengampu : Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok : 3

1. Bimo Putra Indra Novarianto 20.13.2.149.101


2. Dito Rubianto 20.13.2.149.105
3. Dwi Agustina 20.13.2.149.106
4. Dyah Ayu Kusumaningrum 20.13.2.149.107
5. Enmah Intan Nur Laila 20.13.2.149.143
6. Khoirotun Nisa’ 20.13.2.149.113
7. Lely Sri Lestari 20.13.2.149.144
8. M. Faqih Zulkarnain 20.13.2.149.1
9. Nur Fatimatuz Zahro’ 20.13.2.149.124
10. Putri Ayu Lestari 20.13.2.149.126
11. Susilo Nugroho Ningsih 20.13.2.149.1
12. Tanti Wulandari 20.13.2.149.138
13. Wisnu Saputra 20.13.2.149.149

PRODI SI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATULA TUBAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi Allah atas terselesaikannya


penyusunan makalah tentang Sistematik Review HIV/AIDS + IO. Makalah ini
disusun dengan maksud untuk mempermudah para pembaca khususnya para
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan bisa menambah
wawasan khususnya bagi mahasiswa yang jurusan keperawatan.Kami
menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, mungkin ada beberapa
kekurangan dari makalah kami, karena itu kami memohon masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Akhirnya
semoga makalah ini dapat bermanfaat Amin.

Tuban, 01 Agustus 2022

Penyusun

i
LEMBAR PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :


Menyatakan bahwa makalah yang berjudul “SISTEMATIK REVIEW HIV/AIDS
& IO” telah kami buat dengan sah dan asli hasil diskusi yang kami kebijakan
sebaik-baiknya . Dengan ini kami kelompok 3 Kelas 4C Angkatan 2 menyerahkan
makalah ini pada :

Hari/tanggal : senin, 01 Agustus 2022


Tempat : Kampus B IIK NU Tuban
Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep

Tuban, 01 Agustus 2022

ii
ABSTRAK

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu limfosit CD4. Dengan
semakin berkembangnya penyakit di tubuh, jumlah limfosit CD4 juga semakin
menurun dan dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi oportunistik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui prevalensi infeksi oportunistik di Pontianak,
Kalimantan Barat. Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif-retrospektif
yang dilakukan di Klinik Melati RSUD dr. Soedarso, kota Pontianak tahun 2013
dengan jumlah 85 pasien terinfeksi HIV. Hasil penelitian didapatkan infeksi
oportunistik yang tersering adalah tuberkulosis (27,9%), diikuti dengan diare
(25,6%) dan kandidiasis orofarings (11,6%). Infeksi oportunistik terjadi pada
71,6% pasien, terutama pada pasien dengan jumlah CD4 < 200 sel/µL.
Kata kunci: koinfeksi, Orang dengan HIV/AIDS, prevalensi.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Metode.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TELAAH JURNAL.................................................................................................3
2.1 Ringkasan Studi.................................................................................................3
2.1.1 Jurnal Internasional 1..............................................................................3
2.1.2 Jurnal Internasional 2..............................................................................6
2.1.2 Jurnal Internasional 3............................................................................11
2.1.4 Jurnal Nasional 1...................................................................................14
2.1.5 Jurnal Nasional 2...................................................................................17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia
dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas
dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan krisis secara bersamaan,
menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi
dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan
krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari
masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk
individu yang terinfeksi HIV. [1]

Paradigma baru yang menjadi tujuan Global dari UNAIDS adalah Zero
AIDS – related death. Hal ini dapat tercapai bila pasien datang di layanan
HIV dan mendapat terapi ARV secepatnya. Salah satu tujuan pembangunan
Milenium (MDGs) yaitu tujuan keenam adalah memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lain. Tujuan dari indikator ini adalah
mengurangi infeksi HIV hingga separuhnya, termasuk melakukan tindakan
pengobatan ARV.[2] Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996
mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun
belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal
efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis
terapi ARV dapat mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik menurunkan angka kematian dan kesakitan,
meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat,
sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang
dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan. [3]

Estimasi UNAIDS pada tahun 2011 orang yang hidup dengan HIV
sebanyak 34 juta orang dan yang meninggal sebanyak 1,7 juta orang dari
penduduk dunia. Diperkirakan 0,8% orang dewasa usia 15-49 tahun hidup
dengan HIV/AIDS. Pada tahun 2012, diperkirakan 35,3 juta orang di dunia
hidup dengan HIV, 2,3 juta orang baru terinfeksi HIV dan yang meninggal
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 1,6 juta jiwa.
Berdasarkan data yang dilaporkan dari WHO bahwa pada akhir tahun 2012
sekitar 9,7 juta yang sudah terapi ARV. Dalam memulai ARV dengan tingkat
CD4-nya mencapai 350 sel/mm3 . [4]

HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat


mengkhawatirkan, hampir semua Provinsi di Indonesia ditemukan kasus
HIV/AIDS. Pada tahun 2013 pengidap HIV sebanyak 29.037, sedangkan
kasus AIDS yaitu 5608 orang, yang meninggal 726 orang. Laporan terakhir
yang diperoleh sampai dengan bulan September 2014 kasus HIV ada
penurunan kasus yaitu 22.869 kasus dan AIDS 1876 kasus, yang meninggal
juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 211 kasus.
Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia diakibatkan faktor risiko
penularan yang masih tinggi. Berdasarkan laporan Ditjen PP & PL Kemenkes
RI sampai dengan bulan September tahun 2014 penyebaran kasus paling
tinggi dengan heteroseksual yaitu 34.305 orang (61,94 %). Berdasarkan umur
yang paling tinggi adalah umur 20 – 29 tahun yaitu 18.352 orang (32,89 %).

1.2 Metode
Metode yang kita gunakan dalam menyusun makalah yang berjudul
“Sistematik Review HIV/AIDS & IO” adalah dengan cara membaca jurnal
tentang HIV/AIDS + IO satu persatu dan menganalisa jurnal menggunakan
metode PICOT pada setiap jurnal baik jurnal Nasional maupun Internasional.

2
BAB II

TELAAH JURNAL
2.1 Ringkasan Studi
2.1.1 Jurnal Internasional 1
Judul Jurnal:

INFEKSI OPORTUNISTIK PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS)


TERHADAP KEPATUHAN MINUM ARV (Anti Retroviral) DI KOTA
PALEMBANG

Peneliti :

Dion Atika Framasari, Rostika Flora, Rico Januar Sitorus Mahasiswi


program S2 IKM FKM Universitas Sriwijaya, Prodi S2 IKM FKM
Universitas Sriwijaya

Ringkasan Jurnal :

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan


yang bermakna antara infeksi oportunistik(IO) yang dialami odha terhadap
Kepatuhan ARV dikota Palembang dengan P-value 0.381. Ada sebanyak 62%
ODHA yang mempunyai penyakit penyerta nya berupa TB paru dari
keseluruhan yang memiliki IO.

Tujuan :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa Infeksi Oportunistik (IO)
terhadap Kepatuhan Anti Retroviral (ARV) ODHA di kota Palembang,
sehingga diharapkan dari hasil penelitian bisa dijadikan bahan untuk
meningkatkan angka kepatuhan ODHA baru ataupun yang lama guna
mencapai tujuan yang diinginkan.

3
Analisis PICOT

P : Populasi

Penelitian dilakukan selama bulan Februari dan Maret Tahun 2020. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ODHA dilayanan CST di Kota
Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah ODHA dengan terapi ARV
yang memenuhi kriteria inklusi dan lolos dari kriteria eksklusi sebanyak 235
orang. Dengan kriteria inklusi, ODHA dengan domisili kota Palembang,
ODHA yang datang melakukan pengobatan dan bersedia mengikuti
penelitian. Variabel terikatnya adalah Kepatuhan ARV, sedangkan variabel
bebasnya adalah Infeksi Oportunistik (IO).

I : Intervensi

Persentase Kepatuhan ARV dikota Palembang sebesar 83% (ada 195


responden) dengan status patuh. Dan ada sebanyak 42% dari responden yang
tidak patuh mengaku beralasan lupa minum obat ARV. Hasil penelitian ini
sangat sesuai dengan penelitian lainnya yang menunjukkan kepatuhan di
negara maju dan berkembang menemukan kesamaan kendala individu pada
kepatuhan yaitu lupa memakai obat karena terlalu sibuk mengganggu aktifitas
sehari-hari13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 235 responden didapat 83 %
berjenis kelamin laki-laki, usia ODHA berkisar antara umur 26-45 tahun
sebanyak 72,3% dengan Pendidikan terbanyak SMA 48,9%. ODHA Sebagian
besar adala wiraswasta 34,5% dan status belum menikah sebanyak 54%.

C : Comparation

Persentase Kepatuhan ARV dikota Palembang sebesar 83% (ada 195


responden) dengan status patuh. Dan ada sebanyak 42% dari responden yang

4
tidak patuh mengaku beralasan lupa minum obat ARV. Hasil penelitian ini
sangat sesuai dengan penelitian lainnya yang menunjukkan kepatuhan di
negara maju dan berkembang menemukan kesamaan kendala individu pada
kepatuhan yaitu lupa memakai obat karena terlalu sibuk mengganggu aktifitas
sehari-hari13.

Hampir Sebagian besar ODHA pada penelitian ini 97,4 % mempunyai


persepsi/mempercayai bahwa dengan meminum obat ARV, hidup mereka
akan bertahan lebih lama.ini merupakan salah satu factor pendorong mereka
untuk tetap Patuh minum ARV.Kepatuhan adalah minum obat sesuai dosis
tidak pernah lupa, tepat waktu, dan tidak pernah putus. Kepatuhan dalam
meminum ARV mrupakan factor terpenting dalam menekan jumlah virus
HIV dalam tubuh manusia.

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang mengambil kesempatan dari


kelemahan dalampertahanan kekebalan tubuh manusia. Ada sebesar 62%
ODHA yang mempunyai penyakit penyerta nya berupa TB paru dari
keseluruhan yang memiliki IO terlihat pada grafik diatas. Dan ini sesuai
dengan pernyataan dari NSW Health Factsheet – Indonesian dalam The
connection between TB and HIV , Dari 40 juta orang yang diperkirakan
sedang hidup dengan HIV atau AIDS, kurang lebih 13 juta juga menderita
TBC17. Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar Bali
pada tahun 2014 yang mendapatkan IO tersering adalah TB, Toksoplasmosis,
kandidiasis oral, IO multipel dan pneumonia18.
Tuberkulosis(TB) merupakan salah satu infeksi paling sering pada penderita
HIV/AIDS. Akibat kerusakan cellular immunity oleh infeksi HIV
menyebabkan berbagai infeksi oportunistic, seperti TB. Angka kematian
akibat infeksi TB pada penderita HIV lebih tinggi, TB merupakan penyebab
kematian tersering (30-50%) pada penderita HIV/AIDS. HIV tidak hanya
membuatdiagnosis TB menjadi sulit, tetapi juga meningkatkan insidens TB.
Angka kejadian TB lebih besar pada orang dengan HIV dibandingkan pada
orang tanpa HIV19. Dibandingkan dengan orang tanpa HIV, ODHA
mempunyai risiko 20 kali untuk menderita TB dan risiko ini akan terus
meningkat seiring dengan kadar CD4 yang menurun secara drastic Penurunan

5
CD4 yang terjadi dalamperjalanan penyakit infeksi HIV akan mengakibatkan
reaktivasi kuman TB yang dorman20.

Tuberkulosis merupakan infeksi oportunistik tersering (40%) pada infeksi


HIV dan menjadi penyebab kematian paling tinggi pada ODHA10,21. Infeksi
TB dan HIV saling berhubungan, HIV menyebabkan progresivitas infeksi TB
menjadi TB aktif, sebaliknya infeksi TB membantu replikasi dan penyebaran
HIV serta berperan dalam aktivasi infeksi HIV yang laten22. Sebagian besar
orang yang terinfeksi kuman TB tidak menjadi sakit TB karena mempunyai
sistem imun yang baik, dan dikenal sebagai infeksi TB laten. Infeksi TB laten
tersebut tidak infeksius dan asimtomatis, namun dengan mudah dapat
berkembang menjadi TBaktif pada orang dengan sistem imun yang menurun,
seperti pada ODHA23,21. Pasien TB dengan HIV positif atau ODHA dengan
TB disebut sebagai pasien ko-infeksi TB-HIV. Berdasarkan perkiraan WHO,
jumlah pasien koinfeksi TB-HIV di dunia adalah sebanyak 14 jutaorang,
dengan 3 juta pasien terdapat di Asia Tenggara. Epidemi HIV sangatlah
berpengaruh pada meningkatnya kasus TB sehingga pengendalian TB tidak
akan berhasil dengan baik tanpa upaya pengendalian HIV21.

O : Outcome

Tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit penyerta


(Kormobiditas/infeksi oportunistik (IO)) dan tingkat kepatuhan ARV .

T : Time

Penelitian dilakukan dikota Palembang pada bulan Februari dan maret tahun
2020

2.1.2 Jurnal Internasional 2


Judul Jurnal :

6
STATUS ZINC DAN PERAN SUPLEMENTASI ZINC TERHADAP
SISTEM IMUN PADA PASIEN HIV/AIDS: A SYSTEMATIC REVIEW

Peneliti :

Putri Hersya Maulia, Farapti Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan


Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Ringkasan Jurnal :

Zinc adalah mikronutrien yang memiliki peran penting sebagai mediator


potensial dalam sistem pertahanan tubuh. Selain merupakan kofaktor dari
ratusan enzim dan berperan dalam metabolisme gizi, zinc juga memegang
kendali pada aktivasi sel-sel imunitas yang melawan masuknya infeksi. Pada
kondisi infeksi HIV, defi siensi zinc dalam plasma dapat menghambat
pembentukan sel T, yang pada akhirnya menurunkan imunitas humoral
maupun seluler dan berdampak pada progresivitas penyakit hingga
peningkatan resiko kematian. Berdasarkan beberapa penelitian, pemberian
suplementasi zinc pada penderita HIV/AIDS masih menunjukkan hasil yang
masih kontroversial. Tujuan systematic review ini adalah untuk menganalisis
status zinc pada penderita HIV/AIDS dan pengaruh suplementasi zinc
terhadap status imunitas. Studi literatur dilakukan dengan memilih penelitian
dengan responden HIV positif dewasa >18 tahun yang menjalani rawat jalan
maupun rawat inap yang menerima suplementasi zinc tunggal ataupun dalam
bentuk multivitamin dan mineral. Hasil telaah dari sembilan artikel
menunjukkan sebagian besar penderita HIV memiliki status zinc yang rendah
dalam darah dan terdapat peningkatan status limfosit CD4+ dan IFN-γ setelah
menerima suplementasi zinc sebesar minimal 12 mg perhari selama minimal
satu bulan. Pemberian suplementasi zinc juga memberikan efek perbaikan
kondisi terhadap infeksi lain seperti diare, pneumonia, dan TBC. Pemberian
suplementasi zinc terbukti bermanfaat meningkatkan status zinc dalam darah
sekaligus dapat memperbaiki status imun pasien HIV/AIDS.

7
Human Immunodefi ciency Virus (HIV) ialah jenis retrovirus yang secara
spesifi k menyerang selsel imun pada tubuh manusia terutama sel CD4+ dan
makrofag (Savira, 2017). Infeksi yang disebabkan oleh HIV membuat sistem
kekebalan melemah secara progresif, hingga pada akhirnya akan membuat sel
imunitas gagal memerangi infeksi serta penyakit-penyakit lain yang masuk ke
dalam tubuh (Stolley et al., 2009). Acquired Immunodefi ency Syndrome
(AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi virus HIV yang ditandai dengan
adanya imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis (David et al., 2017).

HIV mengakibatkan kerusakan kekebalan tubuh yang memicu terjadinya


malnutrisi karena tingginya energi yang dibutuhkan dalam mengganti
imunitas yang melemah.

zinc dikarenakan jumlah pemberian yang kurang dari kebutuhan zinc


dewasa,yaitu 10-13 mg. Durasi pemberian suplementasi juga memberikan
pengaruh terhadap perkembangan CD4+, karena hasil penelitian secara
keseluruhan menunjukkan hasil yang lebih signifikan pada pemberian
suplementasi selama minimal satu bulan. Untuk hasil lain seperti viral load
dan peningkatan IFN-γ, suplementasi zinc menunjukkan rerata peningkatan
meskipun tidak drastis. Tidak ditemukan efek samping yang berkaitan dengan
suplementasi zinc pada penelitian yang diulas. Perlu dilakukan penelitian
serupa pada kelompok anak-anak dan wanita hamil yang jumlahnya masih
lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian pada subjek pasien HIV
dewasa.Selain itu, perlu pula mempertimbangkan faktor jumlah pemberian
dosis zinc, durasi pemberian suplementasi zinc, dan penggunaan obat
antiretroviral (ARV) dalam menilai pengaruh suplementasi zinc terhadap
status CD4+ pada pasien HIV.

Tujuan :

HIV merupakan salah satu jenis retrovirus yang secara spesifi k menyerang
selsel imun pada tubuh manusia terutama sel CD4+ dan makrofag . Infeksi
yang disebabkan oleh HIV membuat sistem kekebalan melemah secara

8
progresif, hingga pada akhirnya akan membuat sel imunitas gagal memerangi
infeksi serta penyakit-penyakit lain yang masuk ke dalam tubuh Acquired
Immunodefi ency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi virus
HIV yang ditandai dengan adanya imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis .

Analisis PICOT

P:Populasi

Populasi dalam penelitian ini yang dilakukan oleh Kaiser, et al (2006) pada
40 subjek HIV yang menerima ARV, ditemukan peningkatan rerata CD4+
sebesar 65 sel/mm3 (24%) pada suplementasi dibandingkan dengan
kelompok plasebo setelah 12 minggu (p=0.029).

I:Intervensi

Untuk hasil lain seperti viral load dan peningkatan IFN-γ, suplementasi zinc
menunjukkan rerata peningkatan meskipun tidak drastis. Tidak ditemukan
efek samping yang berkaitan dengan suplementasi zinc pada penelitian yang
diulas. Perlu dilakukan penelitian serupa pada kelompok anak-anak dan
wanita hamil yang jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan
penelitian pada subjek pasien HIV dewasa. Selain itu, perlu pula
mempertimbangkan faktor jumlah pemberian dosis zinc, durasi pemberian
suplementasi zinc, dan penggunaan obat antiretroviral (ARV)

C:Comparation

Jenis penelitian ini serupa pada kelompok anak-anak dan wanita hamil yang
jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian pada subjek
pasien HIV dewasa. Selain itu, perlu pula mempertimbangkan faktor jumlah

9
pemberian dosis zinc, durasi pemberian suplementasi zinc, dan penggunaan
obat antiretroviral (ARV) dalam menilai pengaruh suplementasi zinc terhadap
status CD4+ pada pasien HIV.

O:Outcome
Hasil penelitian Perlu adanya penelusuran lebih lanjut mengenai dampak
suplemen yang diberikan dan faktor-faktor yang mungkin menghambat
efektivitas suplemen bagi para subjek.Hasil yang berbeda ditemukan
dalam penelitian Austin, et al (2006), yang memberikan multivitamin dan
mineral berupa (30,000 IU (18 mg) β-karoten, 1,500 IU vitamin A, 56 IU
Vitamin D, 63 mg vitamin C, 56 IU vitamin E, 9,38 mg vitamin B1, 4.68
mg vitamin B2, 3,75 mg vitamin B3, 18.75 mg vitamin B5, 9,38 mg
vitamin B6, 3 mg vitamin B6, 0.08 mg vitamin B9, 0,06 mg Biotin, 9,38
mg Kolin, 7,5 mg Zinc, 1,5 mg Zat besi, 0,38 mg Copper, 1,5 mg
Magnesium,
9,38 mg Kalium, 0,018 mg Krom, 0,018 mg Selenium, 0,00938 mg
Vanadium, dan 0,00938 mg Iodium) atau plasebo kepada 331 penderita
HIV dengan metode double blind. Terdapat peningkatan signifi kan pada
rerata CD4+ pada kelompok suplementasi (p=0,005) yang selaras dengan
peningkatan rerata serum karoten (p=0,04). Namun, hasil ini tidak dapat
dikorelasikan secara langsung dengan pengaruh zinc didalam suplemen,
karena jumlahnya (7,5 mg per hari) lebih kecil daripada kebutuhan zinc
untuk orang dewasa perhari, yaitu 10-15 mg. Selain itu, penambahan
substansi antioksidan lain berupa β-karoten, vitamin A, vitamin C, vitamin
E, dan Selenium dapat memberikan pengaruh terhadap efektivitas
suplementasi untuk meningkatkan sistem imun.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaiser, et al (2006) pada 40 subjek HIV
yang menerima ARV, ditemukan peningkatan rerata CD4+ sebesar 65
sel/mm3 (24%) pada grup suplementasi dibandingkan dengan kelompok
plasebo setelah 12 minggu (p=0.029). Suplemen yang diberikan berupa
1,200 mg N-acetyl sistein, 100 mg acetyl-l-carnitine, 400 mg α-lipoic acid,
8,000 IU vitamin A, 20,000 IU β-carotene, 1,800 mg vitamin C, 60 mg
vitamin B1, 60 mg vitamin B2, 60 mg vitamin B5, 60 mg B3, 60 mg

10
inositol, 50 μg biotin, 260 mg vitamin B6, 2.5 μg vitamin B12, 400 IU
vitamin D, 800 IU vitamin E, 300 mg biofl avonoids, 800 μg B9, 60 mg
Kolin, 800 mg Kalsium, 18 mg Zat besi.mg Zinc, 400 mg Magnesium, 200
μg Selenium, 150 μg Iodium, 100 μg Krom, 10 mg Mangan, 2.0 mg
Copper, 2.0 mg vitamin B9, 99 mg Kalium, dan 150 mg betaine HCl.

T:Time

Selama kurang lebih satu tahun

2.1.2 Jurnal Internasional 3


Judul Jurnal :

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper sp.)


TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans

Peneliti :

Adi Gunawan, Eriawati, dan Zuraidah

Ringkasan Jurnal :

Daun sirih (Piperaceae) memiliki kemampuan antiseptik dan antifungi yang


sudah lama dikenal oleh masyarakat. Ekstrak daun sirih sudah banyak
dilaporkan sebagai agen anti fungi seperti jamur Candida albican. Jamur
Candida albicans merupakan flora normal tubuh manusia yang menyebabkan
penyakit kandidiasis. Penelitian ini menggunakan ekstrak tiga jenis daun sirih
yaitu daun sirih hijau (Piper betle L.), daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav), dan daun sirih hutan (Piper aduncum L.) untuk menghambat
pertumbuhan dari jamur Candida albicans yang dilakukan secara in vitro.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih
tersebut terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian ini
menggunakan metode difusi cakram, dan rancangan acak lengkap (RAL)

11
dengan lima perlakuan dan empat kali pengulangan. Pengumpulan data
dengan cara mengukur zona bening yang terbentuk pada setiap perlakuan.
Rataan hasil pengukuran sirih merah-28,7, sirih hutan=13,00, sirih
merah=15,46, K+=34,92, dan K-=0. Hasil analisis Ansira adalah Fhitung
49,72 > Fabel=3,01 pada taraf signifikan = 0,05 (5%) dengan DK V₁= 4 dan
V2= 16. Hasil Uji Beda Jarak Duncan menunjukkan bahwa setiap perlakuan
memberi pengaruh yang sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans. Dengan demikian terbukti bahwa ekstrak daun sirih (Piper
sp.) mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans.

Tujuan :

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian


ekstrak daun sirih tersebut terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.

Analisis PICOT

P:Populasi

Penggunaan bahan alami sebagai zat penghambat merupakan suatu langkah


untuk back to nature pemanfaatan bahan alami untuk kebutuhan hidup. Bahan
alami yang digunakan berupa ekstrak beberapa jenis sirih yaitu ekstrak daun
sirih hijau (Piper betle L.), ekstrak sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.),
dan ekstrak sirih hutan atau daun seserehan (Piper aduncum L.).

Daun sirih secara tradisional sudah digunakan dan diketahui khasiatnya sejak
zaman dahulu sebagai tanaman obat dalam kebutuhan sehari-hari. Sirih
merupakan tumbuhan herbal yang mudah ditemukan di rumah-rumah
masyarakat karena mudah dikembangbiakkan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya, daun sirih berfungsi untuk mengobati sariawan dan keputihan,

12
bahkan sering digunakan untuk obat kumur (Nurul, 2010), atau antiseptik
sebagai penyembuh luka bakar karena mengandung senyawa saponin

(Mona, 2010) dan juga sebagai zat antimikroba atau penghambat


pertumbuhan mikroba dan berupa juga digunakan sebagai bahan utama atau
bahan pokok dalam pembuatan obat herbal.

I:Intervensi

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan


metode difusi cakram (Dian, 2011). Peneliti melaksanakan penelitian dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (Kemas, 2012) yang terdiri dari 5
perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 20 unit penelitian (Dian, 2011).
Perlakuan yang Idiberikan adalah ekstrak daun dari beberapa jenis sirih (P)
pada konsentrasi 80% (Nurul, 2010) sebagai berikut:

K = kontrol (dengan akuades)

K*= kontrol (dengan ketokonazol 2%)

pl = ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)

p² = ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)

p³ ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum = L.)

C:Comparation

Tanin yang terkandung dalam daun sirih menjadi zat antifungi dengan cara
menghambat kerja enzim-enzim termasuk enzim katalase (Nurul, 2010).
Dengan terhambatnya kerja enzim maka kegiatan metabolisme dan fisiologi
sel akan terganggu sehingga proses reproduksi pun akan terhambat. Apabila
yang dihambat yaitu enzim pembentuk ergosterol maka sel fungi tidak dapat
mensintesis ergosterol yang mengakibatkan pembentukan membran plasma

13
sel tidak terbentuk dengan sempurna dan fungsinya pun akan tergangu
(Nurul, 2010).

O:Outcome

Pembuatan ekstrak bermacam daun sirih dengan konsentrasi 100 % dari 100
g daun sirih segar, yang telah dicuci dengan air mengalir dan dipotong-
potong, lalu ditambahkan 100 ml akuades serta dihaluskan dengan blender.
Ekstrak kasar ini disaring dengan menggunakan dua lapis kain kasa dan
saringan. Ekstrak yang sudah di dapat disaring kembali dengan menggunakan
kertas saring. Ekstrak daun sirih 100% kemudian diencerkan menjadi 80%
dan disterilkan di autoklave.

Pembuatan Media Pertumbuhan.

Media pertumbuhan yang digunakan yaitu medium sintetik SDA. Pembuatan


media dilakukan berdasarkan petunjuk pembuatan pada botol media yaitu
dengan 65 g serbuk SDA dalam 1 liter air/ 1000 ml.

T:Time

Isolasi jamur Candida albicans dilakukan proses peremajaan, dan untuk


untuk mendapatkan stok tambahan isolat jamur. Pembuatan stok jamur
Candida albicans dilakukan dengan menginokulasikan pada media Medium
Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) dalam petridist kemudian diinkubasi pada
suhu 37° C selama 3 hari dalam inkubator (Eni, 2008).

2.1.4 Jurnal Nasional 1


Judul Jurnal :

FAKTOR DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENCEGAHAN HIV


PADA IBU HAMIL

14
Peneliti :

Ida Leida M Thaha1, Wilis Milayanti1, Ridwan Amiruddin1

ringkasan Jurnal :

HIV merupakan salah satu prioritas penyakit kematian pada penderitanya.


Program yang diimplementasikan untuk mencegah penularan HIV dari Ibu ke
anak adalah Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor dukungan sosial yang berhubungan
dengan upaya ibu hamil dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar. Jenis penelitian
ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang melakukan ANC pada
trimester 1, 2, dan 3 di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2017 sebanyak
420 ibu hamil. Sampel sebanyak 104 sampel yang diambil dengan
menggunakan metode systematic random sampling. Analisis data yang
dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa dari 104 responden terdapat 65 orang yang
memiliki upaya pencegahan HIV yang cukup. Variabel yang berhubungan
dengan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yaitu dukungan
teman (p=0,000), dukungan suami (p=0,002), dukungan petugas kesehatan
(p=0,000), dan sikap (p=0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan
adalah paritas (p=0,462). Sikap, dukungan teman, dukungan suami, dan
dukungan petugas kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan
upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak. Sebaiknya, petugas
kesehatan lebih menekankan pada pemberian informasi mengenai HIV dan
PMTCT sehingga dapat mempengaruhi ibu hamil dalam pencegahan
penularan HIV dari Ibu ke anak.

Tujuan :

15
HIV merupakan salah satu prioritas penyakit kematian pada penderitanya.
Program yang diimplementasikan untuk mencegah penularan HIV dari Ibu ke
anak adalah Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor dukungan sosial yang berhubungan
dengan upaya ibu hamil dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak di
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.

Analisis PICOT

P:Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang melakukan ANC
pada trimester 1, 2, dan 3 di Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2017
sebanyak 420 ibu hamil.

I:Intervensi

Sampel yang diambil menggunakan metode Sistematic Sampling sebanyak


104 ibu hamil. Data dikumpulkan dengan wawancara terhadap responden
menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program SPSS Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan
bivariat dengan uji chi square.Penyajian data dengan tabel disertai dengan
narasi.

C:Comparation

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross


sectional.Sampel sebanyak 104 sampel yang diambil dengan menggunakan
metode systematic random sampling. Analisis data yang dilakukan adalah
univariat dan bivariat dengan uji chi square.

O:Outcome

16
Hasil penelitian memperlihatkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik responden yakni umur, pendidikan, pekerjaan dan usia
kehamilan. Distribusi responden berdasarkan umur paling banyak pada usia
21-30 tahun yakni 65 orang (62,5%). Berdasarkan pendidikan terakhir paling
banyak SMA/sederajat yakni 48 orang (46,2%), pada jenis pekerjaan paling
banyak responden tidak bekerja (IRT) yakni 93 orang (89,4%). Usia
kehamilan responden paling banyak pada usia kehamilan trimester 3 yakni 58
orang (55,8%) (Tabel 1).

Mayoritas responden memiliki upaya pencegahan HIV yang cukup yakni


sebanyak 65 orang (62,5%) dibandingkan yang memiliki upaya pencegahan
yang kurang yaitu 39 orang (37,5%). Responden lebih banyak memiliki
paritas rendah yaitu 66 orang (63,5%),dibandingkan responden yang memiliki
paritas tinggi sebanyak 38 orang (36,5%). Responden lebih banyak memiliki
dukungan teman (59,6%), suami (68,3%), dan petugas kesehatan(58,7%)
yang cukup (Tabel 2).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 104 responden terdapat 65


orang yang memiliki upaya pencegahan HIV yang cukup. Variabel yang
berhubungan dengan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yaitu
dukungan teman (p=0,000), dukungan suami (p=0,002), dukungan petugas
kesehatan (p=0,000), dan sikap (p=0,000). Sedangkan variabel yang tidak
berhubungan adalah paritas (p=0,462).

T:Time

Selama ± satu tahun

2.1.5 Jurnal Nasional 2


Judul Jurnal :

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN HIV/AIDS YANG


MENDAPAT ANTIRETROVIRAL THERAPY (ART)

17
Peneliti :

Andi Juhaefah1, Swandari Paramita2, Khemasili Kosala3, Carta A.


Gunawan4, Yuniati5

ringkasan Jurnal :

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kondisi AIDS adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan
oleh masuknya HIV dalam tubuh seseorang. Orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) adalah orang yang telah terinfeksi HIV (Kementerian Kesehatan RI,
2015). HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom
(vaginal atau anal), dan seks oral dengan orang yang terinfeksi; transfusi
darah yang terkontaminasi; dan berbagi jarum suntik yang terkontaminasi,
alat suntik, peralatan bedah, atau instrumen tajam lainnya. Hal ini juga dapat
ditularkan antara ibu dan bayinya selama kehamilan, persalinan, dan
menyusui (World Health Organization [WHO], 2017a). Populasi kunci dalam
penularan HIV/AIDS meliputi pengguna napza suntik (penasun); Wanita
Pekerja Seks (WPS) langsung maupun tidak langsung; pelanggan/pasangan
seks WPS; serta gay, waria, dan Laki pelanggan/pasangan Seks dengan
sesama Laki (LSL) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Menurut perkiraan
WHO dan Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS),
36,7 juta orang, hidup dengan HIV di seluruh dunia pada akhir tahun 2016
(WHO, 2017b). HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu epidemi
pertumbuhan tercepat di Asia. Pada tahun 2007, tingkat prevalensi HIV/AIDS
di Indonesia berada pada peringkat ke-99 di dunia, namun karena
rendahnya pemahaman akan gejala penyakit dan stigma sosial yang tinggi
yang menyertainya, hanya 5-10% penderita HIV/AIDS yang benar-benar
didiagnosis dan dirawat (UNAIDS, 2018). Jumlah kasus HIV di Kalimantan
Timur tahun 2017 sebanyak 1.202 orang, dengan jumlah total kumulatif kasus
HIV hingga tahun 2017 sebanyak 5.257 orang. Kalimantan Timur termasuk

18
peringkat 8 tertinggi di Indonesia dengan 439 laporan kasus HIV pada
triwulan keempat tahun 2017. Sementara itu, jumlah kasus AIDS di
Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak 358 orang, dengan jumlah total
kumulatif kasus AIDS hingga tahun 2017 sebanyak 1.401 orang. Kalimantan
Timur termasuk peringkat 5 tertinggi di Indonesia dengan 230 laporan kasus
AIDS pada triwulan keempat tahun 2017. Saat ini, di Kalimantan Timur
terdapat 1.116 kasus hidup AIDS dan 285 kasus meninggal AIDS, dengan
case rate 30,9 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan di RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun


2015, dilaporkan bahwa dari 89 pasien HIV/AIDS, didapatkan bahwa 76,4%
merupakan pasien laki-laki, dengan persentase tertinggi pada kelompok usia
26-35 tahun (41,57)%. Didominasi oleh pasien yang menikah (58,43%) dan
berpendidikan SMA (56,18%), serta sebagian besar penyakit ini diperoleh
melalui hubungan seksual (61,8) (Yuliandra, Nosa, Raveinal, & Almasdy,
2017). Penelitian yang dilakukan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2015,
dilaporkan bahwa dari 105 kasus pasien HIV/AIDS yang berobat jalan,
didapatkan proporsi pasien HIV/AIDS paling banyak pada kelompok usia 30-
39 tahun (46,8%), laki-laki (34,8%), SMA (67,8%), menikah (46,7%), dan
heteroseksual (64,3%) (Purba, 2016).

Tujuan :

untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien HIV/AIDS yang mendapat


Antiretroviral Therapy (ART) di 9 Puskesmas di Kota Samarinda.

Analisis PICOT

P:Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang datang
berobat di Puskesmas Temindung, Sempaja, Bengkuring, Sidomulyo,

19
Palaran, Bantuas, Trauma Center, Sungai Siring, dan Karang Asam periode
Januari 2016-Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan total
sampling. Variabel pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, domisili,
status pendidikan, status marital, faktor risiko, asal puskesmas, dan jenis
ARV. Data penelitian yang diambil adalah data sekunder yang diambil dari
data pasien HIV/AIDS berbasis komputer. Analisa data dengan analisis
univariat, yang ditampilkan dalam bentuk diagram, tabel, dan narasi.

I:Intervensi

Sampel yang diambil menggunakan metode penelitian deskriptif retrospektif.


Sampling sebanyak 333 pasien. Dari 333 pasien HIV/AIDS tersebut, 78
pasien memulai pengobatan pada tahun 2016, 119 pasien pada tahun 2017,
dan pada tahun 2018 sebanyak 136 pasien.

C:Comparation

pasien lebih banyak berusia 20-29 tahun sebanyak 159 pasien dan pasien
lakilaki lebih banyak, yaitu 236 pasien karena cenderung melakukan perilaku
seks yang tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV dan
menggunakan napza suntik.

Pada status marital pasien, terdapat 157 pasien berstatus belum menikah
karena berhubungan erat dengan perilaku seksual berisiko. Faktor risiko
tertinggi adalah hubungan seks berisko pada LSL, yaitu sebanyak 130 pasien
karena cenderung memiliki banyak pasangan seks, berganti-ganti pasangan,
dan melakukan seks anal yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS

O:Outcome

pasien HIV/AIDS paling banyak berusia antara 20-29 tahun (47,7%),


didominasi oleh laki-laki (70,9%), berpendidikan SMA (52,3%), pasien
dengan status belum menikah (47,1%) dan bertempat tinggal di Kota

20
Samarinda (88,0%). Penyakit ini sebagian besar diperoleh dari laki-laki yang
berhubungan seks dengan lakilaki (LSL) sebagai faktor risiko yang paling
dominan (39,0%). Pasien sebagian besar melakukan pengobatan di
Puskesmas Temindung, dimana obat antiretroviral yang digunakan
merupakan terapi lini I dengan rejimen Tenofovir + Emtricitabine +
Evafirenz (85,3%). Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
program pencegahan dan tatalaksana HIV/AIDS di masa yang akan datang.

T:Time

Selama ± satu tahun

21

Anda mungkin juga menyukai