Oleh :
dr. Dyah Putri Mentari Ginting, S.Ked
dr. Julia Martha Linardi, MBBS
dr. Luh Putu Dea Sasmita Pralambari, S.Ked
dr. Nadia Anisah Rizar, S.Ked
dr. Rebecca Emerald Laluyan, S.Ked
dr. Waldemar Zenas Mandolang, BMLS, MD
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, tugas mini project dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini
disusun dalam rangka mengikuti program dokter internsip di Puskesmas Karangasem
II periode Agustus-November 2020. Dalam penyusunan responsi ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dr. I Ketut Duara, M. Kes selaku pembimbing di
Puskesmas Karangasem II, rekan-rekan dokter dan staf yang bertugas di Puskesmas
Karangasem II atas bantuannya dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga mini project ini
dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi manfaat
bagi masyarakat.
Penulis
ii
Daftar Isi
Judul ............................................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 2
iii
3.8.1 Penilaian Proses ................................................................................................. 21
3.8.2 Penilaian Hasil ................................................................................................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang muncul terkait dengan penyuluhan daring tersebut adalah menentukan platform
yang tepat untuk pengembangan sistem penyuluhan daring tersebut sehingga dapat
mencapai tujuan penyuluhan sebagaimana penyuluhan secara tatap muka langsung.
Penyuluhan daring dapat menggunakan video conference (webinar Zoom, Webex),
whatsapp maupun aplikasi lainnya. (Saifuddin, 2018).
WhatsApp dapat digambarkan sebagai alat untuk berinteraksi dengan teman
maupun pemateri tentang topik tertentu, di mana obrolan dan berbagi informasi
sebagian besar terjadi di Whatsapp group yang dibuat oleh administrator (Najafi &
Tridane, 2015). Whatsapp group digunakan sebagian pemateri karena hemat kuota dan
dikenal dengan baik oleh masyarakat (Wijaya Kusuma & Hamidah, 2020). Whatsapp
group merupakan salah satu media pembelajaran yang paling digemari masyarakat
(Zhafira, 2020). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kerangka kerja penelitian
secara positif mendukung penggunaan whatsapp untuk tujuan pembelajaran (Zulkanain
et al., 2020).
Dari latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan suatu usaha
untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan untuk mengurangi angka
morbiditas di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II. Salah satunya upaya yang dapat
dilakukan yakni melalui edukasi kesehatan, maka penulis tertarik membuat sebuah
Mini Project untuk meningkatkan pengetahuan kader dan kelompok penderita penyakit
kronis di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II melalui penyuluhan daring melalui
Whatsapp group.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan mini project ini ialah:
1. Meningkatkan pengetahuan kader di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II
mengenai Virus Corona dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan dapat mencegah
berbagai penyakit sehingga menurunkan angka morbiditas.
2
2. Meningkatkan pengetahuan kader di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II
mengenai Posyandu dalam Keadaan Adaptasi Kebiasaan Baru sehingga
program posyandu dapat terlaksana sesuai dengan protocol kesehatan.
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok penderita penyakit kronis di wilayah
kerja Puskesmas Karangasem II mengenai Kesehatan Lansia.
4. Meningkatkan pengetahuan kelompok penderita penyakit kronis di wilayah
kerja Puskesmas Karangasem II mengenai Penyakit Stroke.
5. Meningkatkan pengetahuan kelompok penderita penyakit kronis di wilayah
kerja Puskesmas Karangasem II mengenai Penyakit Hipertensi.
6. Meningkatkan pengetahuan kelompok penderita penyakit kronis di wilayah
kerja Puskesmas Karangasem II mengenai Penyakit Diabetes Melitus Tipe II.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Virus Corona dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Depkes RI, 2012).
PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun sasaran dalam PHBS
rumah tangga adalah seluruh anggota rumah tangga antara lain pasangan usia subur,
ibu hamil dan ibu menyusui, anak, remaja dan dewasa, usia lanjut, dan pengasuh anak
(Depkes RI, 2012).
Melaksanakan PHBS di rumah tangga akan memperoleh beberapa manfaat bagi
rumah tangga, yaitu setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit, pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik, produktivitas kerja anggota
keluarga meningkat, mengurangi atau meniadakan biaya pengobatan dalam keluarga.
Manfaat lain juga bagi rumah tangga adalah pengeluaran biaya rumah tangga yang
4
semula untuk biaya lain yang tidak bermanfaat bagi kesehatan akan dapat dialihkan
untuk pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan, dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga (Depkes RI, 2012).
Rumah tangga yang ber-PHBS adalah rumah tangga yang telah memenuhi 10
indikator PHBS di rumah tangga, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
memberi bayi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun,
menggunakan jamban yang sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu,
makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak
merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2012). Indikator adalah suatu petunjuk yang
membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Untuk mengukur keberhasilan pembinaan
PHBS di rumah tangga, perlu ditentukan dengan beberapa indikator yaitu masukan,
proses dan keluaran. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang pelaksanaan
PHBS di rumah tangga, indikator proses menggambarkan bagaimana kegiatan PHBS
di rumah tangga dilaksanakan dan indikator keluaran menggambarkan hasil kegiatan
pembinaan PHBS di rumah tangga (Kemenkes RI, 2011).
Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelesaikan berbagai
pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari tangan. Jika tangan kotor
maka tubuh akan sangat berisiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci tangan
dapat berfungsi menghilang/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan.
Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit sementara bila
digunakan maka kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2012).
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun,
maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Waktu yang tepat untuk mencuci
tangan adalah setelah buang air besar, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum
menyusui bayi, setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun dll), setelah menceboki bayi atau anak-anak, sebelum memegang
makanan. Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada
5
ditangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, tyipus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut, flu burung, flu HINI, kolera. Adapun
cara yang tepat untuk mencuci tangan adalah cuci tangan dengan air yang mengalir dan
menggunakan sabun, bersihkan telapak tangan dan pergelangan tangan, sela-sela jari
dan punggung tangan kemudian keringkan dengan kain bersih (Depkes RI, 2012).
Beberapa peran keluarga dalam membina perilaku cuci tangan di rumah tangga
antara lain adalah menyediakan air bersih yang mengalir dan sabun kepada anggota
keluarga untuk mencuci tangan, misalnya wastafel, air pancuran dari
gentong/ember/gayung. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk
menanamkan kebiasaan cuci tangan dan mengingatkan tentang pentingnya cuci tangan.
Mengadakan kegiatan cuci tangan bersama ketika akan makan atau setelah bekerja
membersihkan rumah untuk mengingatkan dan menanamkan kebiasaan cuci tangan
(Depkes RI, 2012).
6
dan antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya pereventif, promotif
serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu
bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah
menumbuhkembangkan Posyandu.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi. (Kemenkes RI, 2011)
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan
potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistem
pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Pelaksanaan Posyandu di Indonesia mengalami penghambatan saat ini akibat
adanya pandemi COVID-19. COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh
WHO (WHO 2020) dan juga telah dinyatakan Kepala Badan nasional penanggulangan
Bencana melalui Keputusan nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui Keputusan
nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Selanjutnya dikarenakan peningkatan
kasus dan meluas antar wilayah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor
21 tahun 2020 tentang Pembatasan Nasional Berskala Besar dalam Rangka percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan Keputusan Presiden no 11
tahun 2020 yang menetapkan Status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, kemudian
diperbaharui dengan Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana non alam penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional.
Namun, di sisi lain, Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin
setiap warga negara untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah no 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan
7
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Maka dari
itu, sangat diperlukan sebuah panduan untuk pengaturan pelaksanaan program
kesehatan pada kondisi pandemi yang dalam hal ini adalah program Posyandu.
Panduan ini bertujuan untuk memberikan arahan kepada tenaga kesehatan di
Puskesmas terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak selama masa pandemi COVID-
19. Panduan ini ditujukan kepada seluruh pengelola program kesehatan terkait sasaran
anak di Puskesmas, FKTP dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam kegiatan, pelaksanaan Posyandu harus didukung oleh lingkungan sekitar
dan gugus tugas tingkat desa menyongsong new normal atau tatanan baru. Terdapat
tiga komponen pelaksanaan Posyandu di era pandemi COVID-19.
1. Pertama, kader melakukan perjanjian. Mengatur jadwal dengan pembatasan
kunjungan dan undangan bergilir supaya tidak berkerumun.
2. Kedua, kunjungan rumah atau door to door. Ibu, bayi, dan balita ditimbang
menggunakan timbangan injak. Setelah selesai digunakan dan saat akan
digunakan kembali, timbangan dibersihkan terlebih dulu, dan alat yang
digunakan berulang bisa disemprot disinfektan terlebih dahulu.
3. Komponen terakhir, pelaksanaan Posyandu melalui sistem daring atau online.
8
2.3 Diabetes Mellitus
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya. Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa
dalam darah melebihi batas normal. Penyakit DM sangat berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup
besar.
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Pada buku pedoman ini,
hiperglikemia yang dibahas adalah yang terkait dengan DM tipe-2. WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9.1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada
tahun 2035.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk
usia di atas 15 tahun sebesar 5.7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua
sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang
mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar
antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata
sebesar 10.2%
Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang DM di Indonesia
sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah penyandang DM di
masa mendatang akan menjadi beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri
oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga kesehatan yang ada.
9
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi
medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan
dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan
Kesehatan Sekunder atau Tersier.
DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup.
Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga
kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting, sehingga
perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan
penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Pemahaman yang baik akan
sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya penatalaksanaan
DM guna mencapai hasil yang lebih baik.
2.4 Lansia
Lanjut usia (lansia) merupakan masa dimana orang akan mengalami pada
akhirnya nanti. Lanjut usia merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan
proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Organisasi kesehatan
dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), dan usia
sangat tua (di atas 90 tahun) (Mubarak,2006). Menurut Undang-undang Nomor 13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia
adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk
Lansia (usia 60 +) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok
usia lainnya. Mindset yang selama ini ada bahwa penduduk lanjut usia merupakan
kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara,
harus kita ubah. Kita harus menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus
diberdayakan.(BPS,2009)
10
Lanjut usia merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang sangat
menarik, ada beberapa alasan, yaitu : (1) fase usia lanjut kalau dibandingkan dengan
fase-fase perkembangan manusia lainnya adalah sangat unik. Fase –fase yang lain
berkembang secara progresif, sedangkan pada fase lanjut usia sebaliknya yaitu regresif
dimana arah yang regresif ini ditandai dengan kemunduran secara fisik dan mental. (2)
secara umum, untuk menghindari over generalisasi, kualitas kemampuan adaptasi
orang lanjut usia terhadap perubahan-perubahan fisik dan mental yang bersifat regresif
tersebut cukup buruk sehingga menyebabkan orang lanjut usia menjadi cukup rentan
terhadap gangguan psikologis (Muis,2006). Secara umum pula , status kesehatan pada
lansia tidak sebaik saat usia muda. Seringkali lansia menderita berbagai penyakit yang
umumnya terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (Puspitasari 2011).
Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental.
Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan
kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ
tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan
beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik
dan infeksi. Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan
gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan
tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini
semestinya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lansia
seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah
kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi
kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan
yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok
(Sediaoetama, 2004,dkk).
Problematika yang dihadapi orang-orang yang telah lansia sangat khas. Mereka
mengalami mengalami penurunan kondisi fisik dan juga masalah psikologis. Pada usia
11
lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik tetapi juga menjaga agar
kondisi mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan yang mereka alami
(Nugraheni, 2005). Banyak orang yang dapat menikmati masa tua akan tetapi tidak
sedikit pula yang mengalami sakit dan sampai meninggal tanpa dapat menikmati masa
tua dengan bahagia. Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi
keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali
lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang
diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang
sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak
hal-hal lainnya yang menjadi penyebab Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat
kaitannya dengan perubahan psikososialnya. Pengaruh yang muncul akibat berbagai
perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik, cenderung akan
mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
2.5 Stroke
2.5.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
(CDC 2020)
Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel
otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan
tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan
munculnya komplikasi. (CDC 2020)
12
2.5.2 Faktor Risiko Stroke
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor
risiko ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
Faktor kesehatan, yang meliputi:
o Hipertensi.
o Diabetes.
o Kolesterol tinggi.
o Obesitas.
o Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung, atau aritmia.
o Sleep apnea.
o Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
Faktor gaya hidup, yang meliputi:
o Merokok.
o Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
o Konsumsi obat-obatan terlarang.
o Kecanduan alkohol.
Faktor lainnya:
o Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
(STROKEORG)
o Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.
2.5.3 Penyebab Stroke
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga
13
dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke
trombotik dan stroke embolik (CDC 2020).
Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak
pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh
beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut
meliputi hipertensi yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh
darah, dan pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri
dari dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid (CDC 2020).
2.5.4 Gejala Stroke
Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga
gejala stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya.
Itulah mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun,
umumnya stroke muncul secara tiba-tiba (CDC 2020). Ada tiga gejala utama stroke
yang mudah untuk dikenali, yaitu:
Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata terkulai.
Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau
mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut
juga mengalami kelemahan.
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali
meskipun penderita terlihat sadar.
Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:
Mual dan muntah.
Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing berputar (vertigo).
Penurunan kesadaran.
Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
14
2.5.5 Diagnosis Stroke
Bila mengalami gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit untuk mendapat
penanganan. Agar bisa menentukan jenis penanganan yang paling tepat bagi pengidap
stroke, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang
mengalami stroke.
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter bertanya kepada pasien atau anggota
keluarga pasien tentang beberapa hal, yang meliputi:
Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pasien
lakukan ketika gejala tersebut muncul.
Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian kepala.
Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga pengidap terkait
penyakit jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke.
Kemudian, dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan, yang
biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising
abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop.
Dokter juga bisa merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti tes darah, CT
scan, MRI, elektrokardiografi, USG doppler karotis, dan ekokardiografi.
2.5.6 Komplikasi Stroke
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar
komplikasi tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul,
antara lain:
Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan
darah di tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal
sebagai deep vein thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan
otot tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai
terganggu. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan
darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu
menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel).
15
Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk
membuang cairan yang menumpuk tersebut.
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran
pernapasan. Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia.
Disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
2.5.7 Pengobatan Stroke
Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke tergantung pada jenis
stroke yang dialaminya, stroke iskemik atau stroke hemoragik.
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran
darah.
Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, pengobatan
awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol
perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik,
antara lain dengan mengonsumsi obat-obatan dan operasi.
Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan
untuk menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke,
sehingga penyakit jantung tersebut dapat dicegah. Obat-obatan akan
diberikan oleh dokter untuk mengatasinya. Dalam beberapa kasus, prosedur
operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak
pada arteri karotis.
2.5.8 Pencegahan Stroke
Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Berbagai
tindakan pencegahan stroke, antara lain:
Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan
berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko
menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Hindari
konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang ideal adalah
16
sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan
adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan
serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian
utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.
Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung
dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat
menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah
pada tingkat yang sehat.
Berhenti merokok. Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena
stroke, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat
darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko
berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung
kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap
berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi
minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi
tidak teratur.
Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA dapat
menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.
2.6 Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia
yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Prevalensi tekanan
darah tinggi meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup, menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK),
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan lain.
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan
lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi),
17
penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit-
penyakit tersebut, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh
lain, diabetes mellitus dan lain-lain. Penderita hipertensi sangat heterogen, hal ini
membuktikan bahwa hipertensi bagaikan mozaik, diderita oleh orang banyak dan
datang dari berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen
seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat eksogen, seperti
rokok, nutrisi, stresor dan lain-lain. Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah
yang besar dan serius. Di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung
meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang
diakibatkan sangat tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain,
juga menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Di
Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.5 Apabila penyakit
ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan
bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali
lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3 kali
lebih besar terkena serangan jantung.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. 7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan
pengobatan secara adekuat.
Masalah yang sering ditemukan di masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
pasien mengenai terapi farmakologi yang harus rutin dikomsumsi, selain itu penyakit
penyerta yang perlu untuk diperhatikan serta perubahan pola hidup sehat seperti diet
rendah garam dan kolesterol dan olah raga yang teratur sebagai terapi non-farmakologi.
18
BAB III
METODE
Kegiatan yang dilakukan berupa seminar daring dengan materi yang disiapkan
oleh dokter peserta internship.
Sasaran seminar adalah perawat, bidan dan kader dari Puskesmas Karangasem
II, serta peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis
3.3.2 Target
3.4 Strategi
Dokter peserta internship menyiapkan materi sesuai topik yang sudah didapatkan
masing-masing yang akan disampaikan melalui media daring dalam bentuk slide
presentasi
19
3.4.2 Tahap Perencanaan Persiapan
Dokter intership melakukan koordinasi dengan kepala puskesmas untuk
pembentukan grup kader dan grup lansia sebagai target peserta. Setelah terbentuknya
grup, masing-masing narasumber mengumumkan waktu pelaksanaan pada peserta
setidaknya satu minggu sebelum acara dilaksanakan. Masing-masing dokter internship
yang dalam hal ini merupakan narasumber, menyiapkan slide presentasi topik yang
akan dibawakan dan sudah siap satu hari sebelum acara dilaksanakan.
3.5 Materi
Materi-materi yang akan dibawakan oleh dokter internsip pada seminar daring
ini adalah:
Pandemi COVID dan Adaptasi Kebiasaan Baru
Posyandu pada Tatanan Kehidupan Baru
Kesehatan Lansia
Diabetes Melitus
Hipertensi
Stroke
3.6 Metode
Presentasi akan disampaikan melalui media daring Whatsapp pada grup yang
sudah terbentuk sehingga peserta dapat langsung bergabung. Pemateri juga
menyiapkan pertanyaan untuk pretest dan posttest sebagai pengukur tingkat
pengetahuan peserta seminar.
20
Melitus” diadakan pada tanggal 25 Oktober 2020. Seminar hari ketiga dengan judul
“Hipertensi” dan “Stroke” diadakan pada tanggal 27 Oktober 2020.
21
BAB IV
HASIL
22
4.5. Hasil Rekapan Kuisioner Pretest dan Posttest
Jumlah kuisioner yang terisi berbeda-beda pada setiap jadwal berlangsungnya
daring. Hal tersebut diakibatkan karena jumlah peserta yang mengikuti acara pun
berbeda antar peserta pada grup kader dan juga grup lansia. Selain itu, pemilihan jadwal
pada hari kerja dan hari libur pun dapat menjadi faktor perbedaan hal tersebut.
Hasil penilaian pre test dan post test masing-masing materi secara detail akan
dipaparkan pada poin berikut. Penilaian ini hanya dapat digunakan sebagai penilaian
sementara untuk keberlangsungan acara ini. Selanjutnya, banyak faktor lain yang perlu
direncanakan dan dipertimbangkan lebih jauh agar acara ini dapat berjalan efektif di
kemudian hari dan tentunya dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
4.5.1. Pretest dan Posttest Pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru
No. Pernyataan (Pre Test) Benar Salah
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
1. menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory 12.5% 87.5%
Syndrome Coronavirus 19 (SARS-CoV-19)
Semua tempat memiliki risiko yang sama dalam
2. 6.2% 93.8%
penyebaran COVID-19.
3. Cuci tangan pakai sabun terbagi menjadi 6 langkah. 93.8% 6.2%
Setidaknya kita harus menjaga jarak setengah meter dari
4. 65.6% 34.4%
orang yang terinfeksi.
Memakai masker harus menutup sempurna area hidung,
5. 100% 0%
mulut dan dagu.
23
4.5.2. Pretest dan Posttest Posyandu dalam Tatanan Kehidupan Baru
No. Pernyataan (Pre Test) Benar Salah
Posyandu adalah program kerja puskesmas yang dalam
1. 3.1% 96.9%
pelaksanaannya tidak memerlukan bantuan masyarakat.
Kegiatan umum posyandu adalah pemeriksaan ibu dan
2. anak, KB, gizi, imunisasi, serta pencegahan dan 93.8% 6.3%
penanggulangan diare.
Pelaksanaan posyandu selama masa pandemi dapat
3. dilaksanakan apabila melakukan protokol kesehatan 100% 0%
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kader posyandu diharapkan untuk melakukan
perancangan terlebih dahulu sebelum posyandu
4. dilaksanakan untuk mencegah terjadinya penularan 100% 0%
COVID-19 saat pelaksanaan posyandu.
Pengaturan peserta posyandu, peletakan meja, kondisi
ruangan, fasilitas cuci tangan, dan desinfektan tidak
5. terlalu penting untuk dipikirkan apabila ingin 12.5% 87.5%
melaksanakan program posyandu.
24
4.5.3. Pretest dan Posttest Penyuluhan Diabetes Mellitus
25
No. Pernyataan (Post Test) Benar Salah
1. Usia berapa orang dikatakan sebagai LANSIA? 66.7% 33.3%
Menurut badan organisasi dunia (WHO), lansia di bagi
2. 66.7% 33.3%
atas berapa kriteria?
Ada 14 masalah kesehatan pada lansia menurut dr.
3. 66.7% 33.3%
Purma Siburian sp.PD, yang bukan adalah
Ada 14 masalah kesehatan pada lansia menurut dr.
4. 33.3% 66.7%
Purma Siburian sp.PD, yang bukan adalah
Yang termasuk dalam data penyakit-penyakit lansia yang
5. 66.7% 33.3%
ada di Indonesia, kecuali
26
4.5.6. Pretest dan Posttest Penyuluhan Stroke
No. Pernyataan (PreTest) Benar Salah
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan
1. terjadinya kematian jaringan otak sehingga 100% 0%
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian
Ada 2 jenis stroke, hemoragik (perdarahan) dan embolik
2. 100% 0%
(penyumbatan)
Salah satu gejala stroke adalah kelemahan mendadak
3. 100% 0%
pada satu sisi tubuh
4. Merokok dapat membantu mengurangi resiko stroke 25%% 75%
27
BAB V
DISKUSI
28
secara daring, kondisi ini juga membuat tidak memungkinkan untuk mengukur tingkat
pemahaman responden sebelum dan sesudah penyuluhan secara keseluruhan. Bisa saja
ada yang belum paham tapi malu untuk bertanya. Namun, dalam proses pelaksanaan
kegiatan berjalan dengan lancar. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang baik antara
dokter internsip dengan pembimbing selaku perantara pelaksana program ini.
29
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kegiatan Mini Project yang dilaksanakan oleh dokter internsip yang bertugas di
Puskesmas Karangasem II periode Agustus - November 2020 dengan judul Penyuluhan
Daring di Masa Pandemi COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Karangasem II
Tahun 2020 berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Oktober
ini berupa pemberian materi penyuluhan daring Whatsapp Group kepada kader dan
kelompok penderita penyakit kronis. Dalam kegiatan ini ditemukan hambatan berupa
sulitnya memonitor peserta sehingga tidak bisa menilai secara pasti informasi yang
diberikan dapat tersampaikan dengan baik atau tidak, namun kegiatan tetap dapat
berjalan dengan baik karena dukungan dari pihak Puskesmas Karangasem II melalui
Kepala Puskesmas sekaligus dokter pendamping internsip, dan komponen lainnya di
Puskesmas Karangasem II serta peserta penyuluhan yang hadir.
Hasil kegiatan ini dirasa sudah cukup baik dilihat dari jumlah peserta yang
berpartisipasi, kehadiran peserta dan antusias peserta. Diharapkan pengetahuan yang
didapat pada kegiatan ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Para warga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Para peserta hendaknya mampu menyebarkan informasi yang didapat
kepada keluarga dan masyarakat lainnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2009). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
Dinas Kesehatan Bali (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017. Denpasar.
31
Kochanek Kd, Xu JQ, Murphy SL, Arias E. Mortality in the United States, 2013.
NCHS Data Brief, No. 178. Hyattsville, MD: National Center of Health
Statistics, Centers for Disease Controle and Prevention, Department of Health
and Human Services; 2014.
Media, K. C. (2020, March 23). Pemerintah Ubah Istilah Social Distancing Jadi
Physical Distancing. KOMPAS.com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/23/14332461/pemerintah-ubah-
istilahsocial-distancing-jadi-physical-distancing
Medical News Today. (2020, March 11). Everything you need to know about stroke.
Written by James McIntosh, Medically reviewed by Heidi Moawad, M.D.
Diakses pada 16 Oktober 2020, Diakses di
https://www.medicalnewstoday.com/articles/7624
Muis (2006) Gizi Pada Usia Lanjut. Di dalam: Matrono H. H & Boedhi-Darmojo R,
editor. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI hlm. 539-547.
32
Stroke Signs and Symptoms (2020) Centers for Disease Control and Prevention.
Diakses pada 16 Oktober 2020. Diakses di:
https://www.cdc.gov/stroke/signs_symptoms.htm
Sohrabi, C., Alsafi, Z., O’Neill, N., Khan, M., Kerwan, A., Al-Jabir, A., Iosifidis, C.,
& Agha, R. (2020). World Health Organization declares global emergency: A
review of the 2019 novel coronavirus (COVID-19). International Journal of
Surgery, 76, 71–76. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.02.034
Yasmin, P. (2020, March 16). Tentang Social Distance, Cara Pemerintah Cegah
Penyebaran Virus Corona. detiknews. https://news.detik.com/berita/d-
4940726/tentang-social-distance-cara-pemerintahcegah-penyebaran-virus-
corona
Zulkanain, N. A., Miskon, S., & Syed Abdullah, N. (2020). An adapted pedagogical
framework in utilizing WhatsApp for learning purpose. Education and
Information Technologies. https://doi.org/10.1007/s10639-019-10096-0
33
LAMPIRAN
Kuisioner
KUESIONER PRETEST-POSTTEST
“PENYULUHAN DARING PADA KADER DAN KELOMPOK PENDERITA
PENYAKIT KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGASEM
II”
a. Soal Pretest dan Posttest Virus Corona dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
b. Soal Pretest dan Posttest Posyandu dalam Keadaan Adaptasi Kebiasaan Baru
34
Pelaksanaan posyandu selama masa pandemi dapat
3. dilaksanakan apabila melakukan protokol kesehatan
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kader posyandu diharapkan untuk melakukan
perancangan terlebih dahulu sebelum posyandu
4. dilaksanakan untuk mencegah terjadinya penularan
COVID-19 saat pelaksanaan posyandu.
Pengaturan peserta posyandu, peletakan meja, kondisi
ruangan, fasilitas cuci tangan, dan desinfektan tidak
5. terlalu penting untuk dipikirkan apabila ingin
melaksanakan program posyandu.
35
Ada 14 masalah kesehatan pada lansia menurut dr.
4.
Purma Siburian sp.PD, yang bukan adalah
36
Dokumentasi Penyuluhan
37
3. Penyuluhan tanggal 27 Oktober 2020 dengan materi Hipertensi dan Stroke
38