Kontradiktif
WARTA LOMBOK - Ketika produsen kendaraan listrik Amerika Tesla mengincar investasi besar-besaran di
Indonesia, kekhawatiran berkembang atas potensi konsekuensi lingkungan dari serbuan penambangan
nikel.
Diberitakan Tesla dilaporkan telah mengajukan proposal untuk membangun fasilitas produksi baterai di
negara itu (indonesia), meskipun belum ada pengumuman resmi yang dibuat atau membuat keputusan
oleh pemerintah yang tetap masih bungkam tentang detailnya infromasih tersebut.
Namun, prospek Indonesia menjadi hubungan global untuk produksi baterai dalam revolusi kendaraan
listrik (EV), dan penghubung utama dalam rantai pasokan global, telah memperlihatkan peningkatan
penambangan dan pemrosesan nikel di seluruh negeri.
Indonesia memiliki sumber daya nikel yang sangat besar ia memiliki sekitar seperempat dari seluruh
pasokan dunia.
Yang mana adalah salah satunya logam yang semakin penting dalam baterai karena sifat-sifatnya yang
memungkinkan kemampuan energi massa dalam pembuatan bateri itu sendiri.
Analisis Macquarie Bank memperkirakan Indonesia dapat menjadi sumber setengah dari pasokan nikel
dan baja tahan karat global dalam empat tahun.
Nikel dipandang sebagai komponen baterai pengganti untuk kobalt, yang lebih mahal dan menimbulkan
masalah hak asasi manusia karena ditambang di Republik Demokratik Kongo.
"Saya hanya ingin menekankan kembali, setiap perusahaan pertambangan di luar sana, tolong
menambang lebih banyak nikel. Di mana pun Anda berada, tolong menambang lebih banyak nikel," kata
CEO Tesla Elon Musk dalam panggilan konferensi kuartalan Tesla pada Juli tahun lalu, seperti yang
dilansir wartalombok.com dari Channel News Asia.
Elon Musk juga menekankan mengenai efisiensi terkait penambangan nikel nantinya.
“Lakukan efisiensi, penambangan nikel yang jelas ramah lingkungan dengan volume tinggi. Tesla akan
memberi Anda kontrak besar untuk jangka waktu yang lama, jika Anda menambang nikel secara efisien
dan dengan cara yang peka terhadap lingkungan. Tolong kita bisa dapatkan nikel nya," katanya.
Tetapi seruan Musk untuk nikel berkelanjutan di lanskap Indonesia saat ini akan menjadi hal yang sulit
untuk dijawab, menurut analis.
Penambangan nikel di Indonesia memiliki rekam jejak yang kotor dan terburu-buru untuk mengekstrak
dan memproses lebih banyak akan menambah tekanan pada industri dengan aturan dan regulasi yang
tidak jelas.
“Menurut saya pernyataan itu adalah ilusi atau pernyataan yang kontradiktif. Apa arti nikel
berkelanjutan,? Penambangan adalah produksi yang tidak berkelanjutan, ”kata Arianto Sangadji, peneliti
terkemuka industri dari York Center for Asian Research di York University.
Arianto juga menjelaskan akan dampak dari penambangan bahan bakar fosil yang cukup besar dan
berkelanjutan.
“Anda harus mengonsumsi bahan bakar fosil dalam jumlah besar untuk menjalankan mesin untuk
membuka hutan, menggali tanah, dan mengangkut bijih. Semakin banyak bijih nikel yang dihasilkan,
semakin banyak pula konsumsi bahan bakar fosil yang berdampak besar pada perubahan iklim,
”ujarnya.***
https://www.channelnewsasia.com/news/climatechange/tesla-indonesia-electric-vehicles-nickel-mining-
environment-14256318