Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

PSIKOLOGI PERKOTAAN
KEBERAGAMAAN ANAK ANAK JALANAN DI SANGGAR ALANG
ALANG

Dosen :
Dr. Andik Matulessy. M, Si














Disusun Oleh :

MUHAMMAD LUTHFILLAH
521310231

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PSIKOLOG JENJANG MAGISTER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Membiarkan anak jalanan sebagai bagian dari komunitas anak rawan yang bekerja, dalam
rentang waktu yang cukup panjang di jalanan dengan kondisi lingkungan yang keras, tanpa
perlindungan memadai, sesungguhnya adalah melanggar hak-hak dasar anak. Padahal
sebenarnya mereka juga perlu bermain, belajar dan harus sekolah. Untuk mengeliminasi dan
menangani anak jalanan, bukanlah pekerjaan yang mudah. Pendekatan sosial dan ekonomi
saja tidak cukup, tetapi juga perlu memperhatikan persoalan agama mereka. Perlu mengubah
pola pikir, sikap mental dan nilai-nilai yang dianut dalam keberagamaan mereka. Perubahan
tersebut salah satunya bisa melalui pembelajaran agama. Rasa haus akan pelajaran agama,
mempermudah anak jalanan untuk ikut dan bergabung belajar di sanggar Alang-alang.
Sanggar Alang-alang telah berhasil menangani anak jalanan dengan pendekatan kesenian.
Di Sanggar Alang-alang anak jalanan menemukan arti kata "Rumah" dan "kasih sayang",
dua kata yang menjadi kebutuhan utama anak-anak jalanan dan mereka yang terbuang. Didit
Hari Purnomo (52) membuat dua kata itu menjadi kenyataan bagi mereka dengan mendirikan
Sanggar Alang-Alang (SAA), tempat ratusan anak jalanan di kota Surabaya belajar tentang
kehidupan.
SAA yang didirikan pada 16 April 1999 ini menyediakan pendidikan gratis bagi anak-
anak jalanan salah satunya dengan pendidikan agama. Tak ada istilah anak jalanan di tempat
ini, yang ada hanyalah sebutan "anak negeri". Dengan berbekal pendidikan berbasis keluarga,
SAA menjadi rumah tempat makanan, seragam, ruang belajar, dan ruang bermain cuma-cuma
bagi mereka.
Kasih sayang memang menjadi kunci keberhasilan bagi Didit. Kasih sayang adalah
pendidikan hidup yang terenggut dari kehidupan anak jalanan. Mereka seringkali dilupakan
dan dianggap sampah masyarakat. Penilaian salah ini dibuktikan Didit 11 tahun lalu ketika ia
menyambangi Terminal Joyoboyo, tempat anak jalanan berkumpul.
Di balik penampilan anak-anak yang kumuh dan kotor, tersimpan jiwa anak-anak yang
mendambakan rumah dan perhatian. Jika didekati baik-baik, mereka akan membuka diri. Hati
Didit tergugah melihat anak-anak yang menggelandang sejak kecil. Ada anak-anak dari
tukang cuci, tukang becak, pencopet dan kernet bus yang tidak mendapatkan perhatian dari
orangtuanya.
Pertama kali peneliti datang ke Sanggar Alang Alang dengan rasa takjub melihat anak
anak jalanan belajar mengaji. Hal tersebut membuat diri peneliti merasa tergugah untuk
melihat dan memahami lebih dalalam keberagamaan anak anak jalanan yang berada di
komunitas Sanggar Alang-alang. Secara sengaja pada saat pertama kali datang ke SAA,
peneliti mencoba menjadi bagian dari komunitas tersebut dengan menjadi guru ngaji dan
berbaur dengan ustadzah yang datang dari kementrian agama. Disaat lantunan ayat-ayat al-
Quran di bacakan oleh salah satu santri-yang notabene anak jalanan pada saat itu pula peneliti
terduduk memahami dengan jelas semangat yang membari dari anak tersebut untuk
mempelajari agama, tidak peduli kondisi lingkungan mereka yang keras dan kerap
diperlakukan secara agresif oleh arus sosial di sekitarnya.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian terhadap anak anak jalanan di Sanggar Alang-alang adalah:
1. Memahami keberagamaan anak anak jalanan di Sanggar Alang-alang
2. Memahami perilaku kekerasaan terhadap anak anak jalanan di lingkungan anak anak
tinggal
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak peneliti ajukan pada anak anak jalanan di Sanggar
Alang adalah:
1. Bahgaimana keberagamaan anak anak jalanan di Sanggar Alang-alang
2. Bagaimana pola perilaku kekerasan terhadap anak anak jalanan di lingkungan anank
anak tinggal

BAB II
KAJIAN TEORI
1. Keberagamaan
a. Kajian Teori
Keberagamaan dari kata dasar agama yang berarti segenap kepercayaan kepada
Tuhan. Beragama berarti memeluk atau menjalankan agama. Sedangkan keberagamaan
adalah adanya kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang
dianut. Keberagamaan juga berasal dari bahasa Inggris yaitu religiosity dari akar kata religy
yang berarti agama. Religiosity merupakan bentuk kata dari kata religious yang berarti
beragama, beriman.
Jalaluddin Rahmat mendefinisikan keberagamaan sebagai perilaku yang bersumber
langsung atau tidak langsung kepada Nash. Keberagamaan juga diartikan sebagai kondisi
pemeluk agama dalam mencapai dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan atau
segenap kerukunan, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran dan kewajiban
melakukan sesuatu ibadah menurut agama.
Sehingga dapat disimpulkan tingkat keberagamaan yang dimaksud adalah seberapa
jauh seseorang taat kepada ajaran agama dengan cara menghayati dan mengamalkan ajaran
agama tersebut yang meliputi cara berfikir, bersikap, serta berperilaku baik dalam kehidupan
pribadi dan kehidupan sosial masyarakat yang dilandasi ajaran agama Islam (Hablum
Minallah dan Hablum Minannas) yang diukur melalui dimensi keberagamaan yaitu
keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan, dan konsekwensi atau pengamalan.
Keberagamaan (religiusity) dalam dataran situasi tentang keberadaan agama diakui
oleh para pakar sebagai konsep yang rumit (complicated) meskipun secara luas ia banyak
digunakan. Secara subtantif kesulitan itu tercermin terdapat kemungkinan untuk mengetahui
kualitas untuk beragama terhadap sistem ajaran agamanya yang tercermin pada berbagai
dimensinya.
Beragama berarti mengadakan hubungan dengan sesuatu yang kodrati, hubungan
makhluk dengan khaliknya, hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak
dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.
Adapun perwujudan keagamaan itu dapat dilihat melalui dua bentuk atau gejala yaitu
gejala batin yang sifatnya abstrak (pengetahuan, pikiran dan perasaan keagamaan), dan gejala
lahir yang sifatnya konkrit, semacam amaliah-amaliah peribadatan yang dilakukan secara
individual dalam bentuk ritus atau upacara keagamaan dan dalam bentuk muamalah sosial
kemasyarakatan.
b. Dimensi Keberagamaan
Menurut Jamaluddin Ancok (1994) lima dimensi keberagamaan menurut Glock &
Stark itu melihat keberagamaan tidak hanya dari dimensi ritual semata tetapi juga pada
dimensi-dimensi lain. Ancok (1994) menilai, meskipun tidak sepenuhnya sama, lima dimensi
keberagamaan rumusan Glock & Stark itu bisa disejajarkan dengan konsep Islam. Dimensi
ideologis bisa disejajarkan dengan akidah, dimensi ritual bisa disejajarkan dengan syariah,
khususnya ibadah, dan dimensi konsekuensial bisa disejajarkan dengan akhlak. Akidah,
syariah dan akhlak adalah inti dari ajaran Islam. Dimensi intelektual mempunyai peran yang
cukup penting pula karena pelaksanaan dimensi-dimensi lain sangat membutuhkan
pengetahuan terlebih dahulu. Sedangkan dimensi eksperiensial dapat disejajarkan dengan
dimensi tasawuf atau dimensi mistik.
Dalam perspektif Islam, keberagamaan harus bersifat menyeluruh sebagaimana
diungkap dalam Al-Quran (2: 208) bahwa orang-orang yang beriman harus masuk ke dalam
Islam secara menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu seorang muslim harus mempunyai
keyakinan terhadap akidah Islam, mempunyai komitmen dan kepatuhan terhadap syariah,
mempunyai akhlak yang baik, ilmu yang cukup dan jiwa yang sufistik.
i. Dimensi Ideologis
Dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang
harus dipercayai dan menjadi sistem keyakinan (creed). Doktrin mengenai kepercayaan atau
keyakinan adalah yang paling dasar yang bisa membedakan agama satu dengan lainnya.
Dalam Islam, keyakinan-keyakinan ini tertuang dalam dimensi akidah.
Akidah Islam dalam istilah Al-Quran adalah iman. Iman tidak hanya berarti percaya
melainkan keyakinan yang mendorong munculnya ucapan dan perbuatan-perbuatan sesuai
dengan keyakinan tadi. Iman dalam Islam terdapat dalam rukun iman yang berjumlah enam.
ii. Dimensi Ritual

Dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan perilaku
yang disebut ritual keagamaan seperti pemujaan, ketaatan dan hal-hal lain yang dilakukan
untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Perilaku di sini bukan
perilaku dalam makna umum, melainkan menunjuk kepada perilaku-perilaku khusus yang
ditetapkan oleh agama seperti tata cara beribadah dan ritus-ritus khusus pada hari-hari suci
atau hari-hari besar agama.
Dimensi ini sejajar dengan ibadah. Ibadah merupakan penghambaan manusia kepada
Allah sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk Allah. Ibadah yang berkaitan dengan
ritual adalah ibadah khusus atau ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang bersifat khusus dan
langsung kepada Allah dengan tatacara, syarat serta rukun yang telah ditetapkan dalam Al-
Quran serta penjelasan dalam hadits nabi. Ibadah yang termasuk dalam jenis ini adalah
shalat, zakat, puasa dan haji.
iii. Dimensi Konsekuensial
Dimensi ini menunjuk pada konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran
agama dalam perilaku umum yang tidak secara langsung dan khusus ditetapkan oleh agama
seperti dalam dimensi ritualis. Walaupun begitu, sebenarnya banyak sekali ditemukan ajaran
Islam yang mendorong kepada umatnya untuk berperilaku yang baik seperti ajaran untuk
menghormati tetangga, menghormat tamu, toleran, inklusif, berbuat adil, membela
kebenaran, berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam bekerja, dan
sebagainya.
Perilaku umum ini masuk dalam wilayah hubungan manusia (hablum minannas) yang
mestinya harus tidak bisa dipisahkan dari hubungan kepada Allah (hablum minallah). Dalam
bahasa Hassan Hanafi (2003) iman dan praksis tindakan tidak boleh dipisahkan. Iman,
menurutnya bisa bertambah dan berkurang oleh tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang.
Konsekuensi tindakan ini, dalam hal-hal tertentu, terkadang lebih berat daripada keyakinan
dan ritual, sehingga, menurut pendapat Asghar Ali (1997) penolakan pemuka Makkah
terhadap ajaran Muhammad bukan karena semata-mata penolakan ajaran tauhidnya, tetapi
lebih karena konsekuensi-konsekuensi ekonomis dan politis yang harus ditanggung dari
ajaran revolusioner teologi Muhammad.
Menurut Nasution (1985) tujuan ibadah atau ritual dalam Islam bukan hanya untuk
menyembah Allah semata, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah agar manusia
selalu teringat kepada hal-hal yang baik dan suci sehingga mendorongnya untuk berperilaku
yang luhur, baik kepada sesama manusia maupun kepada lingkungan alam sekitar.
iv. Dimensi Eksperiensial
Dimensi ini adalah bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan perasaan
keagamaan seseorang. Psikologi agama menyebutnya sebagai pengalaman keagamaan
(religious experience) yaitu unsur perasaan dalam kesadaran agama yang membawa pada
suatu keyakinan (Zakiah Darajat, 1996). Pengalaman keagamaan ini bisa terjadi dari yang
paling sederhana seperti merasakan kekhusukan pada waktu shalat dan ketenangan setelah
menjalankannya, atau merasakan nikmat dan bahagia ketika memasuki bulan Ramadlan.
Pengalaman yang lebih kompleks adalah seperti pengalaman marifah (gnosis) yang
dialami oleh para sufi yang sudah dalam taraf merasakan bahwa hanya Tuhanlah yang
sungguh berarti, sehingga, jangankan dibanding dengan dunia seisinya, dibanding sorga
seisinya pun, Rabiah al-Adawiyah justru lebih memilih shalat, karena dengan shalat ia akan
bertemu dan berkomunikasi dengan Tuhan. Bagi sufi setingkat Rabiah, komitmen
menjalankan berbagai perintah agama bukan lagi karena melihatnya sebagai kewajiban, tetapi
lebih didasarkan pada cinta (mahabbah) yang membara kepada Allah. Karena didasarkan
dorongan cinta, maka apapun yang dilakukan terasa nikmat.
Pengalaman keagamaan ini muncul dalam diri seseorang dengan tingkat keagamaan
yang tinggi. Dalam Islam pola keberagamaan bisa dibedakan dari yang paling rendah yaitu
syariah, kemudian thariqah dan derajat tertinggi adalah haqiqah. Pola keberagamaan thariqah
dan haqiqah adalah pola keberagamaan tasawuf. Tasawuf bertujuan memperoleh hubungan
langsung dan disadari dengan Tuhan.
v. Dimensi Intelektual
Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para
pemeluknya. Dalam Islam, misalnya ada informasi tentang berbagai aspek seperti
pengetahuan tentang Al-quran dengan segala bacaan, isi dan kandungan maknanya, al-
Hadits, berbagai praktek ritual atau ibadah dan muamalah, konsep keimanan, berbagai konsep
dan bentuk akhlak, tasawuf, sejarah dan peradaban masyarakat Islam.

Melihat lima dimensi keberagamaan di atas, maka tugas pendidikan agama yang ingin
membentuk siswa yang beragama akan meliputi wilayah yang cukup luas, paling tidak
meliputi lima dmensi di atas. Masing-masing dimensi harus mendapatkan pengelolaan dan
perlakuan berbeda, baik dari segi tujuan belajar, materi, pengalaman belajar, metode, media,
perencanaan maupun teknik pengukuran dan penilaiannya.
Selain itu, Pendidikan Agama yang ada di sekolah juga mesti memperluas kerjasama
dengan pihak-pihak luar sekolah seperti keluarga (orang tua siswa) dan masyarakat, karena
keberagamaan anak tidak mungkin diukur hanya pada saat anak di sekolah saja. Ekspresi
anak pada kehidupan yang sebenarnya, yaitu ketika mereka berada di luar sekolah justru
obyek yang cukup representatif untuk melihat tingkat keberagamaan anak.
2. Agresifitas
Agresivitas adalah Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang
kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau
menghambat (KBBI: 1995: 12). Defenisi melalui pendekatan perilaku, agresif adalah perilaku
yang melukai orang lain. Menurut Baron & Richardson, agresif dideskripsikan sebagai segala
bentuk perilaku yang di maksud untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang
terdorong untuk menghindari perilaku itu.
Pada anak-anak, agresivitas dibedakan menjadi agresifitas langsung (yakni melukai,
menggigit, memukul dan sejenisnya) dan agresifitas tidak langsung (yakni menghina,
mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan dan merendahkan). Agresifitas ini bisa diarahkan
ke orang lain atau ke diri sendiri (misalnya dengan menggigit kuku, mencabuti rambut,
melukai tangan atau membenturkan kepala).
Dari jenisnya agresifitas terbagi menjadi 3 jenis, agresifitas terbuka, agresifitas
tertutup atau agresifitas sekunder. Agresifitas terbuka itu yang biasanya dilakukan oleh anak-
anak, sedangkan agresifitas tertutup misalnya sikap para ibu atau bapak atau bahkan dewasa
yang secara agresif menghukum anak-anak dengan dalih pendidikan, kemudian agresifitas
sekunder adalah agresifitas yang dipicu dari masalah lain (misalnya masalah di kantor
agresifnya dikeluarkan di rumah).
Tidak jarang juga kemarahan atau agresifitas pada anak-anak dilakukan untuk
memanipulasi orang tua, karena anak-anak merasa bahwa bila mereka marah atau menjadi
agresif, mereka lebih mudah mendapatkan perhatian orang tua.
Beberapa bentuk agresivitas yang biasa ditemui pada anak-anak diantaranya adalah
menjambak,memukul, menggigit, merusak mainan, menyakiti binatang, mencubit, menjerit
meludah. Secara umum, adapun beberapa dari Penyebab munculnya perilaku agresivitas pada
anak adalah :
i. Frustrasi , "Usia 2 atau 3 tahun merupakan usia transisi awal, yang ditandai dengan
keinginan besar pada diri anak untuk menjadi mandiri. Tapi di sisi lain, kemampuan
bahasa anak belumlah optimal. Kemampuan verbal dan perbendaharaan kosakatanya
masih terbatas. Ia tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan dengan jelas alias bahasanya tidak mudah dimengerti orang dewasa."
ii. Meniru, Anak umur 3 tahun ke bawah sangat suka meniru. Semua fenomena di dalam
lingkungan dipotretnya sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah-laku. Misalnya, saat
melihat orang tua marah lalu memukul kakaknya, maka si kecil ini pun mencoba meniru
perlakuan tersebut. Ia beranggapan, saat marah berarti saya boleh memukul, dong. Dalam
suatu penelitian Aletha Stein (Davidoff, 1991) dikemukakan bahwa anak-anak yang
memiliki kadar aagresi diatas normal akan lebih cenderung berlaku agresif, mereka akan
bertindak keras terhadap sesama anak lain setelah menyaksikan adegan kekerasan dan
meningkatkan agresi dalam kehidupan sehari-hari, dan ada kemungkinan efek ini sifatnya
menetap.
iii. Eksistensi Tak Diakui, Sifat agresif juga bisa muncul karena tidak ada respon atas
sikapnya. Saat anak menggigit orang tua karena kesal, orang tua justru tertawa-tawa
melihat sikapnya. Cara ini jelas membuat anak bingung, apakah tindakan yang dilakukan
itu positif atau justru berdampak negatif? "Akibatnya, pada kesempatan lain, anak juga
akan menggigit temannya jika merasa kesal atau keinginannya tak terpenuhi."
iv. Ego Masih Besar, Anak usia ini masih memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri
(egosentris). Saat anak menginginkan sesuatu, semua harus terpenuhi. Demikian pula saat
ada mainan di hadapannya, semua harus menjadi miliknya. Bila ada yang mengganggu
atau melarang dan anak merasa tak senang, maka munculah jurus agresifnya, entah
memukul, menjerit, atau dilampiaskan dengan sikap negatif lainnya. Kalau ditanya, anak
akan menjawab, "Ini mainanku, kok, direbut, sih."
v. Tidak Tahu Akibat, Anak belum tahu bahwa sikap agresif tidaklah baik. Ia hanya tahu
bahwa sesudah itu temannya pasti menangis, tapi hanya sebatas itu. Kalau penjelasan
lewat kata-kata dirasa tidak mempan, berikan contoh konkret bahwa menggigit itu
menyakitkan. Ingat, memberi contoh tidak boleh sama dengan tindakan membalas yang
harus dihindari. Gigitlah tangan anak dengan pelan, setelah itu beri penjelasan, "Tuh,
digigit itu sakit, kan? Makanya jangan menggigit orang sembarangan."
vi. Belajar Bertahan, Anak di usia ini sudah mulai belajar mempertahankan diri. Hal itu
dilakukan jika ia merasa mendapat gangguan atau ancaman dari luar. Caranya, dengan
menunjukkan perilaku-perilaku agresif. Misal, saat melihat mainannya diusik, ia akan
merebutnya kembali. Kalau perlu dengan memukul atau mendorong si teman tersebut.
vii. Asyik melihat sebab akibat,Anak usia ini kadang menikmati apa yang telah dilakukannya.
Saat ia melihat teman tersebut menangis akibat ulahnya, saat itulah timbul rasa senangnya.
Karena asyik, maka ia akan terus melakukan perbuatan tersebut. Terlebih bila orang tua
membiarkan perilaku agresivitasnya. Padahal kebiasaan ini perlu diwaspadai, karena
keasyikan menyakiti orang lain akan berdampak negatif terhadap perkembangan mental
anak. Bukan tidak mungkin, sifat ini akan terus terbawa hingga dewasa. Anak jadi senang
menyakiti orang lain
viii. Amarah, Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya
disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak
(Davidoff, Psikologi suatu pengantar 1991). Pada saat marah ada perasaan ingin
menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran
yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi. Jadi tidak
dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respon terhadap marah.
Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan
akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu
terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi
ix. Kesenjangan Generasi, Adanya perbedaan atau jurang pemisah (Gap) antara generasi anak
dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin
minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orang tua dan anak
diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak. permasalahan
generation gap ini harus diatasi dengan segera, mengingat bahwa selain agresi, masih
banyak permasalahan lain yang dapat muncul seperti masalah ketergantungan narkotik,
kehamilan diluar nikah, seks bebas, dll.
x. Proses Pendisiplinan yang Keliru , Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan
yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan
berbagai pengaruh yang buruk bagi anak.
Jika diuraikan berdasarkan factor penyebabnya, maka perilaku agresif disebabkan
oleh :
1. Faktor Biologis, penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya,
ketergantungan ibu pada alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat
menyebAnak berkebutuhan khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku.
Ayah yang peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan
perilaku agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang
tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan). Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan
cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.
2. Faktor Keluarga, seperti Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak
konsisiten. Sikap permisif orang tua, Sikap yang keras dan penuh tuntutan, Gagal
memberikan hukuman yang tepat, Memberi hadiah pada perilaku agresif atau
memberikan hukuman untuk perilaku prososial. Kurang memonitor dimana anak-anak
berada, Kurang memberikan aturan, Tingkat komunikasi verbal yang rendah, Gagal
menjadi model yang baik dan Ibu yang depresif yang mudah marah.
3. Faktor Sekolah, misalnya: teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, para guru (model),
dan disiplin sekolah.
4. Faktor Budaya, misalnya Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui
penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut
Bandura (dalam Masykouri, 2005: 12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan
kekerasan di media, sebagai berikut.
a. Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah
dapat diatasi dengan perilaku agresif.Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa
mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku
agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
b. Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan
empati dan kepekaan sosial).
c. Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia
sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.
5. FaktorLingkungan
a. Kemiskinan , Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka
perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan (Byod McCandless dalam
Davidoff, 1991). Hal ini dapat kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari di
ibukota Jakarta, di perempatan jalan dalam antrian lampu merah (Traffic Light) anda
biasa didatangi pengamen cilik yang jumlahnya lebih dari satu orang yang
berdatangan silih berganti. Bila anda memberi salah satu dari mereka uang maka anda
siap-siap di serbu anak yang lain untuk meminta pada anda dan resikonya anda
mungkin dicaci maki bahkan ada yang berani memukul pintu mobil anda jika anda
tidak memberi uang, terlebih bila mereka tahu jumlah uang yang diberikan pada
temannya cukup besar. Mereka juga bahkan tidak segan-segan menyerang temannya
yang telah diberi uang dan berusaha merebutnya
b. Anonimitas, Kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya
menyajikan berbagai suara, cahaya dan bermacam informasi yang besarnya sangat
luar biasa. Orang secara otomatis cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan
melakukan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang berlebihan tersebut.
c. Suhu udara yang panas , Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di
Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim
hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi
yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada
cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi
sepi.

BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
1. Hasil Observasi
Subjek Penelitian : Anak didik Sanggar Alang-Alang
Lokasi : Sanggar Alang-Alang, Joyoboyo, Surabaya
Fokus Masalah : Kekerasan, Keberagamaan, dan Makna Hidup
Waktu Penelitian : tanggal 20-01-2014 (jam 16.30 -18.00),23-01-2014 (jam 17.00-
18.00), 27-01-2014).
Metode penelitian : obeservasi partisipan dan wawancara tidak terstruktur
Sore hari selepas kerja pada hari senin, 20-01-2014 peneliti bersama tim dari Mapro
psikologi Untag (universitas 17 agustus Surabaya) yang berjumlah 4 orang datang ke lokasi
sanggar alang-alang. Disana terdapat anak anak yang notabene ada yang bekerja sebagai
pengamen, penjaga toko dan lain sebagainya belajar di sanggar. Hidup dipinggiran terminal
Joyoboyo memungkinkan anak-anak tersebut terpengaruh oleh gaya hidup dan rutinitas arus
lingkungan setempat. Tidak jarang ditemui kasus kekerasan, premanisme, dan tindak
kejahatan-agresi lain ditemui. Fenomena tersebut menggiring peneliti untuk memahami
kondisi masyarakat setempat lebih dalam.
Dengung lantunan ayat suci al-Quran berkumandang ditengah pusat joyoboyo, 23
anak belajar mengaji di lokasi sanggar ala-alang. Berbeda dengan kondisi yang keras
dilingkungan setempat, anak-ana tersebut memilih untuk belajar agama, seni, olah raga, dan
peminatan bakat lainnya. Bersama guru ngaji yang sengaja datang dari kementrian agama
kota surabaya, peneliti mencoba untuk mengajar dan memahami perilaku anak. Hosema
(bukan nama yang sebenarnya), datang menghampiri peneliti dengan membawa al-Quran, ia
dengan pelan membuka lembaran surat yang terteta. Sejenak peneliti mendengarkan Hosema
melantunkan ayat, terasa jelas bacaan dan tajwidnya. Perasaan peneliti menjadi terenyuh
ketika berhadapan dengan anak tersebut, suara yang pelan-lembut dari bacaan ayat yang
berbunyi inna lillahi wainna ilaihi rajiun, menyadarkan peneliti akan pentingnya menjalani
hidup sebaik-baiknya untuk kehidupan kelak diakhirat. Peneliti pun mengungkapkan makna
ayat tersebut pada Hosema, dan sebagaimana santri ngaji yang ada, ia hanya menunduk dan
meresapi apa yang didengarkan dari peneliti.
Di hari yang lain, tepat pada hari kamis, 23-01-2014, peneliti datang kembali ke
lokasi sanggar. Berbeda dari pertemuan sebelumnya, bersama Tim dari Mapro Untag
mengumpulkan anak yang hanya usia 12 tahun saja untuk kami ajak konsultasi atau bercerita
tentang permasalahan hidup mereka. Dari 13 anak yang ada, peneliti mendapatkan subjek 3
anak laki-laki yang salah satunya bernama David (bukan nama yang sebenarnya). Peneliti
mengawali pertemuan dengan sikap santai dan terbuka di tempat pojokan lokasi yang sengaja
di pilih karena kenyamanan dan kerahasiaan, sehingga anak-anak tersebut mau terbuka untuk
menceritakan kehidupan mereka. Dengan antusias David menceritakan tentang kisah
hidupnya selama ini. Pada saat kelas 4 SD David memilih untuk keluar sekolah,
sebagaimana yang dituturkany, di lokasi sekolah tempat ia belajar terjadi tindak kekerasan
antar teman. Tidak jarang, David di hadang oleh Geng atau kelompok anak yang melakukan
kekerasan terhadap David. Tindakan tersebut membuat David akhirnya memilih untuk putus
sekolah. Hingga pada akhirnya ia memilih meneruskan pendidikan paket yang di laksanakan
di sanggar Alang-Alang. Berbeda dengan sekolah dan tempat lingkungan David yang keras
dan agresi. Ketika disanggar David merasa senang mempunyai teman yang bisa diajak
bermain dan belajar. Dari tempat sanggar tersebut akhirnya hidup David menjadi terarah.
Selanjutnya, David merasa senang bisa belajar agama, mengaji, menghafalkan surat-surat al-
Quran dan bertekat meneruskan pendidikan agama di Madura atau Probolinggo kelak. Tiada
lain, David bercita-cita untuk bisa belajar agama dengan baik dan sungguh-sungguh agar
kelak ia bisa berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
2. Hasil Wawancara
X
sesi kali ini..adalah sesi cerita yah..kita main jaga rahasia yah..jadi ketika rio cerita..mas
david sama mas rian gak boleh bocorkan rahasia rio..kalau mas david cerita..gak boleh di
bocorkan..gitu yah..karena rahasia..jadi gak boleh bocor
D cerita tentang apa mas
X
ceritatentang aktifitas kita..cerita tentang masalah-masalah kita..lha nanti..karena rahasia
kak luthfi gak akan cerita pada siapapun tidak akan pernah cerita pada mama..om
didit..mbak nurul..gak akan cerita..biar adik bisa menceritakan keluh kesahnya gimana
cerita saja gitu yah
R disini anaknya mokong-mokong
X sekarang cerita dulu..dari rian dulu
R aktifitas pagi kayak mas basori..berolah raga..mas ku sekarang gempal
X gempal..gede gitu yah..terus
R aku angkat besi gak kuat ngangkat..pas siangnya game online
X terus..
R
game onine yang poin blank..jam 12.00 sampai jam 03.00 ..terus jam ,3.00 ke
sanggar..habis pulang sanggar main lagi
X main laginya tepatnya..bisa dijelaskan
R jam setengah tujuan..sampai jam sembilan
X terus..
R setelah itu lihat Tv..lihat Tv di rumah..
R uang dari orang tua (untuk game dan keseharian, tidak berkerja)..
X sekarang mas David
D kalau pagi sekolah
x kalau Rian
R gak sekolah..paginya olah raga
D ini sudah putus sekolah
X ooo..putus sekolahnya kelas berapa
R tiga kalau nggak empat..
X bisa dijelaskan
R
putusnya karena gak bisa bangun soalnya pulangnya aku malem-malem..jam 12 kadaang
jam 2..terus gak sekolah
X hemmm..kalo malam aktifitasnya
R habis game..yah mainan..mainan bantol-bantolah..kejar-kejaran
X bisa dijelaskan bantol-bantolah
R seperti polisi-polisian mengejar maling
X oo..hemm..kalo sekarang
R malem-malem kadang ke warnet..kadang mainan..
X jadi ngegamenya jam 7 sampai sam 9
R jam 7 sampai jam 9
X sekarang gantian mas david
D
bangun tidur mandi..terus berangkat sekolah..habis itu pulang setengah satu disuruh
makan sama bapak..terus saya disuruh tidur..pas bangun jam tiga ke sanggar..kalau
ngagak kesanggar..mainan..kalau gak main kadang ngamen
X terus..
D ngamennya di bungur
X ooo..adohe..
D nggandol bis kota
X terus..
R
ngamennya kalau nggak disanggar..pulang sekolah ngamen..sampai jam lima..terus
ngaji..ngaji dilanggar..dideket rumah..terus saya game online nan sama ini..gamenya
PB..suka PB semua
X apa itu PB
R poin blank..tembak-tembakan
D kayak perang sama teroris
R teroris sama polisi
X ooo
D seng kejar paket iku hari opo ae
X rabo..
D rabo mbarek jumat
X berarti rian melu kejar paket
D disini..kejar paketnya habis shalat maghrib
X terus..
R
habis ngaji itu kan game online yoo..pulang game online itu kadang-kadang..lihat
TV..main sama temen..warnetan..kalau sudah tidur..kalau lihat TV kadang-kadang
sampai malem setengah dua belas..game onlinenya kira-kira jam 3 (mulainya)
X jadi game onlinenya jam 7 sampai..
R
nggak mas..jam 7 sekolah mas..game online iku pulang sanggar ..jam setengah tujuh
sampai jam sembilan..dua jam
X terus..terus mari ngono
R terus habis itu main..warnetan..habis itu makan..makan bakso
X wes..mantep..terus duwike ngamen entek
R digawe main warnet..makan gitu mas..
D nok kono ono PJ ne mas..
X PJ bisa dijelaskan
D maksudnya pajak jalan
R
dapatnya seumpamane dapet 15..di palak iku lho mas..gak tau dipalak mas..kalau di
palak sewu ae..gak usah akeh akeh
X gantian Rio
o jam setengah lima bangun..bangun mandi..makan..berangkat sekolah..sekolah
R temanku mas..
o
berangkat sekolah itu pulangnya jam setengah satu setelah itu dirumah..dirumah nonton
TV sampai jam tiga
X terus..
o
ehh..mari pulang sekolah iku makan..makan..nonton TV sampai jam 3..jam 3 di
sanggar..habis di sanggar itu bermain..
x terus..
x neng sanggare iku jarang mas
R kalau harinya gak disanggar itu main
D anak tiga ini poin blank semua mas
R pecinta poin blank
X jadi kalau senin..kamis..jumat kesanggar
D,
R senin..kamis..jumat
x kalau gak disanggar main..
D main..ngamen
o gak ngamen aku mas..
D ngancani tok
R nunggoni ..melu ngancani
D iki kalau gak ono kancane gak gelem ngamen iki mas
x terus..
o
pulang sanggar iku kadang-kadang main..kadang-kadang nggak..kadang
ine=ternetan..kadang nggak
D
kalau ada event mbendino mas..iki kabeh mas..event iku oleh senjata gratis..tapi kudu
main dua jam
x terus..
o pulang sanggar iku makan..habis makan iku nonton TV..habis itu tidur mas
R orang dua ini kaya mas punya laptop..punya tab..punya BB
D BB ku wes tak dol lhe..
o gak punya Tab..gak punya laptop
R manggone nek omah mas..(tempat itnggal)..kalo gak pulang tidur di lesehan mas
X lesehannn..
R
lesehan..melek an mas..kalau gak pulang..nok nggone embong..joyo boyo iku lho
mas..terminal..kadang main sampai pagi mas..kalau liburan itu mas..sampai pagi pas
tidur bangunnya itu..wuih suwi neh..kayak orang mati mas
o nek gak ngono bengine nggudo mujib mas
D kalau itu mas..nek posoan itu mas melek ane sak ulan..melekane
R mbendino mas..sampek omahe wong disawati mercon mas
D kalo liburan biasa..sabtu biasane
R sabtu..nek preian keleng hari raya itu mas..
X maksudnya tanggal abang..
R iya mas..
x jadi tiap liburan melekane nang Joyoboyo
R
kadang dolen adoh mas..nang patung kuda..nang kodam..sabtu arek-arek nang kodam
kabeh mas nonton YKS mas..mlaku
D mlaku..gak ono kesele mas
R,
O arek joyoboyo e..
R KBJ..keluarga bang jali
D keluarga bonek joyoboyo
R
melekane macem-macem mas..iki ketuane..duwe pasukan mas..pasukane iku
PSD..pasukan satu detik..koncone seng paleng gede cak ripi..
o iyo cak ripin
D cak ripin kadang di gudo arek-arek mas
R kakinyadi kopleng mas
x secakarang coba ceritakan masalah kalian lebih dalam
R
seng gak ngenak i di seneni mas..ket pertama kali ngaman aku di seneni mas..di gepuk
i..karo bapak ku, ibuk ku..
X jadi di pisuhi...
R
gak..Cuma dineneni ngene..ngene..pas aku katene moleh yo mas yo ono bapak ku nang
ngarepe polsek..di cegat diseneni aku..dikongkon muleh..di gepuk i mas teko omah mas
x karepe gak oleh ngamen ngono
R iyo..akhire aku terus ngamen seng penting ojok sampek kepek ngono
X kepek maksudnya?
R ojok sampai ketahuan
D seng lucu iki mas..anu mas..ndelek-ndelek mas
R
kepengen mandiri mas (alasan kenapa kepengen ngamen)..ndolek duwek dewe..gak
tergantung
X kepengen mandiri..kepengen ndolek duwek dewe..terus
R gak jaluk ibu ke tok mas
R
nek aku seng gak ngenaki maneh sekolahan..konco-koncoku nglamak mas..nglamak
kabeh mas..majek-majeki..kabeh mas..iyo sek nyekel sekolahan..jenenge Oki
mas..paling nakal..nek majeki gak gelem sewu mas..lima ngewu mas..nek gak gelem di
puwongori mas..kadang digowo nang jeding di delep-delepno..koncoku onok..firman
jenenge..tapi sak iki arek e wes metu teko sekolahan..iku wes ditok no karo guru-guru e
soale nakal..iku mbiyen arek e kelas telu mas ..di mudunno kelas siji..sangking metu
nakale..kalo sekarang masih ada mas..koncone Oki..Andik jenenge..majek-majeki..yo
nakal pisan
X terus..
R pernah mbolos mas..nang warnet..warnetan
X maksudnya main PB
R nggak mas..warnetan..seminggu mbolose peng loro mas..kadang ngono peng tele..limo
D kadang ngono karo teguh balapan..iki menggok nong nggone warnet
R
iyo..kan budal sekolah bareng..ayo guh..balapa..aku purak-purak balapan..sopo seng
tutuk sekolahan disek menang..iyo..akhire arek e budal disek..lha aku meluncur nang
warnet mas..mlayu nang warnet
R kalo nang sanggar gak ono masalah..seneng
X sekarang gantian Rio..
o
sengg nggak ngenaki tah mas..seng sekolahan..di ilok-ilok no mas..nek guyon iku
temenan mas..ngeplak e buwanter..nek nok amah iku tukaran tok karo adek mas..tuku
jajan sek leren ngejak aku..aku gak gelem dipekso
X terus..
o seng gak ngenak i dolene..dolene
R
enek dolen mas..arek telu iki adoh-adoh mas..wonokitri isok..kembang
kuning..sepedahan motor
D nek gak ngono..nek gak ono kendaraan numpak pikep mas
R iyo mas..nggndol mas
X terus nek dolan..iso di jelasno
R kadang mancing..kadang jegor kali..kadang nang rolak kono..ndolek iwak..jegor mas
D di dolek i mas
R
nek moleh suwe di dolek i..nek aku muleh suwe alasan mas..ngaji..ngaji nang alang-
alang iku lho yah..ngono
D mesti nek mari renang ngono pas nggandol pikep..sak mulehe pikep..melu muleh pike pe
R
iyo..melu pike pe kadang sampek tol seng karah iku lho mas..sampek bablas nang karah
mas..arek-arek keturon
D gak ngerti dalan..akhire karek lurus ae
R pokok e mlaku
X sekarang gantian David
D waktu sekolah..seng gak tak enak i tawuran tok
X oo..sambil mengangguk
D
tawuran koyok geng gengangan ngono lho mas..kapan nek gak melok geng ngono..opo
ngono..di tutuk i..di tutuk i nang sekolahan persib..ndang nang kono arek e nuwakal
nakal..mangkane aku metu..gak ngenak i
X terus..
D terus seng gak tak enak i nang kene iku..golongan..
R iyo mas..golongan..titik titik tawuran..das PSD musuh Arema..pasukan satu detik
D gak enak e nang sanggar..enak-enak turu awan..di gugah i
R
kadang nag kodam mas..wuih kejem mas tentarane mas..gowo sabuk gak oleh..nek
gowo sabuk di uwntemi mas..
X maksudnya..
R nek kodam ..nek ono konser-konser iku lho mas
D gak enak e nang sangggar..enak-enak turu digugahi karo iki..di gugahi di jak dolen
X kalau sekarang enaknya yah
D enak e nang sanggar iku akeh konco..guyu siji guyu bareng
R mati siji..mati bareng
D batok mu mati siji..bunuh diri kebeh ngono tah
X terus..
D
seneng seneng bareng..aku seneng lombane mas..pas rebut bendera aku asline juara siji
mas..ngaji seneng..isok ngapalno ayat kursi..yasin
X bisa dijelaskan nggak keinginannya itu seperti apa?
D soale iku siji sijine kanggo mbanggakno wong tuwo
R di gawe bekale nang akherat
D nek wong tuwo gak ono diwocokno yasin
X masya Allah pintere..terus mari ngono
D seneng mainan
R seneng main Pb mas..candu mas..nganti patang jam
D dolanan mas seng seneng seneng
X dadi senenge ngaji iku mau kanggo sangu akherat..terus senenge ngaji
D
isok mbanggakno wong-wong..seng anu..pidato-pidato..pengen jogo awak e
dewe..nduwe tenaga dalam..karate mas
R aku jaran kepang
D tenaga dalam bisa
R kalo terus berlatih..karo terus berusaha
D aku belaar nang mbah ku
R aku nduwe tenaga dalam isok mumbul mas.
D
.enak e belajar agomo..nyeneng no wong tuwo..nek nduwe ngono iku..mblajarno nang
adek..nek nduwe bojo ndolek seng islami
X kalau tentang solatnya gimana?
D
gak mesti mas..kadang nek isok tangi subuh..lek gak ngono maghrib..subuh,
maghrib,isya'..lek dluhur aku jarang mas
R maghrib karo isya'
D asyar yo jarang mas
o subuh karo isya'..eh maghrib karo isya'
X kalau tadi kan masalahnya david nok nggone sekolahan di palak ki..sampean yo ngono..
R tawuran pisan mas
X
he e..ngono terus masalahe sampean geng gengan..kiro-kiro sampean cara menanganine
yok opo?
o menanganine iku kudu ngapik i seng nakal-nakal tek gak dijak tawuran ngono lho mas
X dadi di apiki i ngono ..
R
pas iko mas arepe taswuran mas..golongane aku..iki..PSD pasukan satu detik tawuran
neng rel rel
X liyane ngapik i opo mane?
O ayo dijak guyon mas..seng arek e nakal nakal dijak guyon
X kalau sampean nek tadi karo wong tuwo gak oleh ngamen terus khir re piye?
R alasan mas..
D
aku mbiyen ngemis karo ngamen mas..ngemis karo ngamen aku ndelok iki mas..kok
sregep..nyobak aku meluk iki..oleh duwek..aku nyobak kelek koen le..
R iki ngemis..kaet kelas siji sampek kelas telu mas
D
aku tau ngamen..kepek karo koncoe ayah ku..aku digepuk i nang omah..kelas loro tok ae
mas
o
iku ngamen pas gara-gara ayah he kesasar lho mas..di songko minggat tibak no
kesasar..nyper len DK kesasar..terus gak sido ngamen..balek
D mek nyobak tok
X maksudnya ayahe kesasar..
R ayahe kesasar..mboh nang endi mas
D tepak durung ngerti jurusan len LDK
R wong tuwaku kejem kejem mas..aku salah titik kongkon minggat kongkon minggat
X ee..
R
aku asline lak di kongkon minggat lak yo..aku wingi ngamen katene nang omahe budeku
ae nang kedurus..yo aku mlaku mas..wes tutk nang kedurus aku diseneni..wes aku wes
mbalek wes ngenteni Bis gak teko-teko
X sak iki David wong tuwone kerjoan opo?
R seng wedok dodolan klambi..nek bapak supir
O kalo aku gak punya ayah..ibuk ku kerjo ngikut orang mas..bantu pekerjaan
R pembantu rumah tangga
D ayahku kerja di Remaja dekat Palapa..bapakku Leader..ibuk ku samporna
X kalo cara menangani disekolah yok opo?
R
aku nek mentolo mas..suwe suwe dipajeki terus tak omong no wes neng guru mas..cek
tambah suwe tambah nglamak..dijarno mas
X
kiro-kiro iso gak ngandakno gurune..efek ke piye nek sampeyan moro moro ngandakno
guru..paleng mentok sampeyan diapak no
R
yo diceluk arek e..salahe majeki aku..seumpamane..(seng majeki) andik..tak ngenek
no..bu itu bu Ani sering majeki aku bu..lek kadang ngono kadang gak percoyo arek e di
celok mas neng nggone ruang BP..terus akhire digowo nang ruang BP di takok i opo opo
ngene ngene..nek gak jujur di gepok..guruku paleng kereng jenenge pak Mul mas..di
cekel pipine di ngenek no
X kalau sampean?
D nek majeki di sartok dewe mas..di sartok iku nek ono seng di pajeki di pongori mas
X terus rencananya seperti apa?
D aku mari ngene nek gak nang meduro mari posoan..nek gak gak nang Probolinggo
X wes salaman disek..sukses..dadi ustadz
X nek iki rencanane piye iki?
R insya Allah dadi tegar
O
kepengen dadi Rambo..yo pinter mas..waktu melawan musuh dia cepat melakukan
jebakan nang musuhe..kepengen dadi polisi
X
salaman disek..sak iki di dongakno bareng yo semoga sukses amin.. Kapan-kapan cerito
maneh..toss..assalamualaikum



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil data yang ada, kekerasan atau tindak agresifitas terhadap anak anak jalanan
kerap kali dialami oleh mereka. Tidak hanya bentuk kekerasan secara verbal, namun juga
secara fisik berupa pukulan atau tawuran antar geng atau golongan. Hal itulah membuat
Sanggar Alang Alang sebagai basis gerakan yang menciptakan suasana baru untuk merubah
perilaku anak anak sekitar, salah satunya lewat pendekaan agama. Diantara anak anak
tersebut mereka tampak senang dan bahagia bisa belajar agama dan mengaji al-Quran.
Mereka beranggapan bahwa dengan bisa mengaji dan belajar agama maka mereka akan bisa
membuat orang tua bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga dengan
mempelajari agama, mereka akan merasa kebal atau emiliki energi positif kanuragan atau
tenaga dalam.
B. Saran
Semangat keberagamaan pada anak anak di Sanggar perlu terus ditingkatkan. Tidak
hanya bantuan donasi dan materi saja, akan tetapi juga bantuan psikologis berupa
pendampingan konseling bagi anak yang memerlukan bantuan pemecahan masalah atau
intervensi lain seisal motivasi hidup yang lebih baik, motivasi belajar, atau bentuk intervensi
lainnya.

BAB V
KAJIAN PUSTAKA
Makalah kuliah psikologi sosial Agresivitas, UIN malang.
https://www.blogger.com/comment
frame.g?blogID=4965352232384138837&postID=7767493912240184712&blogs
Djudi Al-Falasani dan Fauzan Naif, Kiat Sukses Belajar Bagi Pelajar dan Mahasiswa,
(Semarang: Aneka Ilmu, 1991).
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta: Library, 1995). Purwadarminto,
Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982).
Pino dan T Wittermans, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Pramudya Paramita, 1980).
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1989.

Anda mungkin juga menyukai