Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

HEMOROID EKSTERNA

Pembimbing :
dr. Teguh Sulanto, Sp.B

Disusun Oleh :

Andrie Febriansyah, S.Ked

SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus berjudul :

HEMOROID EKSTERNA

Diajukan untuk memenuhi sebagian Syarat Kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Bedah RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Disusun Oleh :

Andrie Febriansyah, S.Ked

Pada Tanggal : Agustus 2015

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Teguh Sulanto, Sp.B


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
SMF ILMU BEDAH RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun Bangsa : WNI
Pekerjaan : Buruh Agama : Islam
Alamat : Tanjung Bintang No. RM : 48818

I. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 04/08/2015 Jam : 09:15 WIB

1. Keluhan Utama

os datang dengan keluhan BAB sakit disertai keluar darah segar sejak malam hari, darah yang keluar
menetes berupa darah merah segar dan tidak bercampur dengan kotoran. Os juga menambahkan ada
tonjolan daging yang teraba di lubang anus yang bersifat menetap, os mengaku keluhan sudah mulai
dirasakan sejak ±1 tahun yang lalu

2. Keluhan Tambahan
Os mengaku awalnya berupa tonjolan kecil yang dirasakan di anus namun kelamaan dirasakan
semakin membesar dan teraba tonjolan seperti tetelan daging di anus yang bersifat menetap,
benjolan terasa nyeri bila ditekan, keluhan BAB 5 hari sekali dan kadang os merasa susah BAB, BAK
mengeluh lama dan tidak lancar, gatal daerah anus (+), mual muntah (-) dan os menambahkan
keluhan nyeri pada kaki kanan sejak 7 bulan yang lalu

3. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit hipertensi (-), Diabetes/Kencing manis (-), dan riwayat alergi obat (-)

4. Riwayat Keluarga
(-)

5. Riwayat masa lampau


a. Penyakit terdahulu : (-)
b. Trauma terdahulu : riwayat terjatuh 7 bulan yang lalu
c. Operasi : (-)
d. Sistem saraf : (-)
e. Sistem Kardiovaskular : (-)
f. Sistem gastrointestinal : (-)
g. Sistem urinarius : (-)
h. Sistem genitalis : (-)
i. Sistem muskuloskeletal : nyeri pada kaki kanan
II. STATUS PRESENT
A. STATUS UMUM

Kesadaran : compos mentis/GCS E4V5M6


Kulit : cokelat sawo

PEMERIKSAAN FISIK

 TANDA VITAL
Tekanan darah : 130/90 mmHg Nadi : 84x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 24x/menit Suhu : 35,2⁰C
 KEPALA DAN MUKA
o Bentuk dan ukuran : normocephali
o Mata :
Konjungtiva : pucat (+) Refleks cahaya : baik
Sklera : ikterik (-) Pupil : isokhor

o Telinga : bagian dalam dan luar tidak ada kelainan


o Hidung : bentuk normal, tidak ada kelainan
o Tenggorokan : tonsil DBN, faring DBN hiperemis (-)
o Mulut : mukosa lidah baik, palatum DBN
o Gigi : gigi baik, karies gigi (-)
 LEHER
o Kelenjar getah bening : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
o Kelenjar gondok : pembesaran kelenjar tiroid (-)
 DADA (Thorax : Jantung dan paru)
o Inspeksi : simetris,pernafasan thorakoabdominal,gerak tertinggal -
o Palpasi : ketinggalan gerak lapang paru (-), nyeri tekan sela iga (-)
o Perkusi : pulmo sonor pada kedua lapang paru, cor pekak
o Auskultasi : pulmo: vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-, cor : DBN
 PERUT (ABDOMEN)
o Inspeksi : permukaan rata, distensi (-), asites (-)
o Auskultasi : Bising usus (+)
o Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tdk teraba, massa (-)
o Perkusi : timpani pada lapang perut
 EKSTREMITAS
o Superior : simetris, kekuatan otot baik, gerakan bebas
o Inferior : kaki kanan sakit bila diangkat, vulnus (-), edema (-), kaki
kiri DBN
 GENITALIA

Tidak ada indikasi

 PERIANAL
o Inspeksi : terlihat tonjolan massa dari luar anus yang bersifat
menetap, tonjolan dengan diameter ±3cm, warna merah
tua, kemerahan , luka (-), darah(-)
o Palpasi : teraba benjolan yang menetap diluar anus (+), benjolan
berbentuk pipih, nyeri saat dipalpasi (+)
B. STATUS LOKALIS

Status Lokalis : Regio analis


o Inspeksi (Look) : terlihat tonjolan massa dari anus yang bersifat menetap, tonjolan
dengan diameter ±3 cm, warna merah tua, kemerahan, tanda radang (+), luka (-)
darah(-)
o Palpasi (Feel) : teraba benjolan yang menetap diluar anus (+), benjolan berbentuk
pipih, nyeri saat dipalpasi (+)
o Sarung tangan : feses (-), darah (-)

III. LABORATORIUM RUTIN


A. Darah rutin

Hemoglobin : 11,7 gr% SGOT : 32 u/L


Leukosit : 9400 uL SGPT : 24 u/L
Eritrosit : 4,5 % Urea : 50 mg/dl
Hematokrit : 36 % Kreatinin : 1,6 mg/dl
Trombosit : 521.000 uL GDS : 81 mg/dl
MCV : 79 fl
MCH : 26 pg
MCHC : 33 g/dl

IV. RESUME

os datang dengan keluhan BAB sakit disertai keluar darah segar sejak malam hari,
darah yang keluar menetes berupa darah merah segar dan tidak bercampur dengan kotoran.
Os juga menambahkan ada tonjolan daging yang teraba di lubang anus yang bersifat
menetap, os mengaku keluhan sudah mulai dirasakan sejak ±1 tahun yang lalu, Os mengaku
awalnya berupa tonjolan kecil yang dirasakan diluar anus namun kelamaan dirasakan
semakin membesar dan teraba tonjolan seperti tetelan daging di anus yang bersifat
menetap, benjolan terasa nyeri bila ditekan, keluhan BAB 5 hari sekali dan kadang os merasa
susah BAB, BAK mengeluh lama dan tidak lancar, gatal daerah anus (+), pada pemeriksaan
terlihat tonjolan massa dari anus yang bersifat menetap, tonjolan dengan ukuran diameter
±3cm, warna merah tua, kemerahan, tanda radang (+), luka (-), darah (-) dan teraba benjolan
yang menetap diluar anus (+), benjolan berbentuk pipih, nyeri saat dipalpasi (+).

V. DIAGNOSIS BANDING
- Hemoroid eksterna
- Hemoroid interna
- Tumor anorektum (Polip recti, Ca.recti)
VI. DIAGNOSIS KERJA

Hemoroid eksterna

VII. USULAN PEMERIKSAAN


- Pemeriksaan laboratorium
- Pesiapan operasi : EKG, Thorax PA

VIII. RENCANA TERAPI


Terapi konservatif : diet tinggi serat, intake air ditingkatkan, analgetik
Dx. Hemorid eksterna : Hemorhoidektomi

IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

X. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
HEMORRHOID

I. Pendahuluan

Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan


patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan.7

Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran darah (haem =
darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir keluar.7

Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan


patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan.7

Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan
kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.77

II. Anatomi

Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla recti
ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan sphincter ani.1

Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang merupakan
massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di lateral di batasi oleh fossa
ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma
urogenitalis, urethra pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh
corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.1

Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan rectum distal Untuk
fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi sebagai Fungsi kontinens yaitu menahan
pasase abnormal gas, feses cair dan feses padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal
yang “watertight”1

Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. ikat dan otot polos. Bantalan hemoroid normal
terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos dibawahnya. Hemoroid interna dan eksterna
saling berhubungan, terpisah linea dentate1
Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang dindingnya tidak
mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid, bukan vena

Gambar 1.Bantalan hemorrhoid (dari www.hemorrhoid.net)

Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut). Gambaran
anatomi yang penting adalah :

1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.


2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu sama lain
pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula analis (sisa membran
proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis
superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama oleh
vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi lympatici
para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur sebagai
berikut :

1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri, suhu,
raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna. Aliran
vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang mengalirkan darah vena ke
v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.

Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi menjadi lapisan
otot lar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular pada ujung atas canalis ani menebal
membentuk spincter ani internus involunter. Sphincter internus diliputi oleh lapisan otot bercorak
yang membentuk sphincter ani ekstenus volunter.1

Gambar 2.Skema Penampang Memanjang Anus (dari www.hemorrhoid.net)


Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter ani internus dengan
pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis memebentuk cincin yang nyata yan
teraba pada pemeriksaaan rectum, dinamakan cincin anorectal.

Gambar 3 :Anal Kanal dan organ di anterion

Secara skematis, gambaran anatomis dapat terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Anal Kanal


III. Patofisiologi

Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko untuk
terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat akan menurunkan
venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid
diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan usia.

Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami konstipasi, feses yang
keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang menyebabkan vena-vena dilatasi
hubungannya dengan kejadian hemmorhoid masih belum jelas hubungannya.

Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior (v.


hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak pada colllum analis posisi jam
3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab
hemoroid interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi
portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang terletak pada
paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit memberi penyokong pada
dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding
rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama merupakan
faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh
uterus gravid. Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan
kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis (hemorroidalis) inferior


waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus. Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan
dengan hemorroid interna yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-
cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah kecil
pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini dinamakan hematoma
perianal.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta.
Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan
lipat paha ke daerah v. Iliaka

IV. Tipe Hemorrhoid

Hemoroid dibedakan atas hemorrhoid interna dan eksterna.

Tingkat I I Tingkat II I Tingkat III Tingkat IV

Gambar 6

Derajat Pada Hemorrhoid Interna

Klasifikasi Tingkat Penyakit Hemoroid (IH=Internal Hemoroid, EH=External Hemoroid, AC=Anal Canal,
AT=Anchoring Tisue, PL=Pecten Ligamen. Hemoroid Tingkat III dan IV, Pleksus
Hemoroid berada diluar anal kanal.

Tabel I

Klasifikasi Hemorrhoid Interna5

Classification Treatment Options


1st Degree – No rectal prolapsed  Diet
 Local & general drugs
 Sclerotherapy
 Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is spontaneously  Sclerotherapy


reducible  Infrared coagulation
 Banding [recurring banding may require
Procedure for Prolapse and Hemorrhoids
(PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is manually  Banding


reducible  Hemorrhoidectomy
 Procedure for Prolapse and Hemorrhoids
(PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible  Hemorrhoidectomy


 Procedure for Prolapse and Hemorrhoids
(PPH)

Dikutip dari : ethicon-endo surgery , www.pph.com 2007

V. Gejala Klinis

Banyak kasus anorectal , termasuk fissura, fistulae, abses, atau iritasi dan gatal (pruritus ani),
memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah diagnosa hemorrhoid yang
keliru. Hemorrhoids biasanya tidak berbahaya.Tetapi pada kenyataanya pasien dapat
megalami perdarahan yang terus menerus sehingga dapat menimbulkan anemia bahkan
kematian.

A. Hemorrhoid Eksterna
Pada fase akut, hemorrhoid eksterna dapat menyebabkan nyeri, biasanya berhubungan
dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi.Hal ini muncul sebagai akibat dari trombosis
dari v.hemorrhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Beberapa hari setelah
timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan berkembang menjadi ulkus., akibatnya
dapat timbul perdarahan.

Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami thrombus tadi dapat mengalami
perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag . Akibatnya dapat
timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi.

B.Hemorrhoid Interna

Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus. Trombosis atau
prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat
asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh
hemoroid interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri perrektum selama atau setelah
defekasi.

Gejala yang muncul pada hemorrhoid interna dapat berupa:

1. Perdarahan

Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal dari penyakit
ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika
fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan
karena vascular cushion prolaps dan mengalami kongesti oleh spincter ani.

2. Prolaps

Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk kembali secara
spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman


Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll)
hemorrhoid interna sendiri biasanya sedikit saja yangmenimbulkan nyeri.Kondisi ini dapat
pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid yang terjepit oleh spincter ani
(strangulasi).

4. Keluarnya Sekret

Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi lembab sehingga rawan
untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan penderita dan
menjadikan suasana di daerah anus.

VI. Diagnosa

A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan / tonjolan yang
muncul.

B. Palpasi

Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam anal kanal. Dinilai
juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid sulit untuk diraba, kecuali jika ukurannya besar.
Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan adanya karsinoma rectum. Jika sering terjadi
prolaps, maka selaput lendir akan menebal, bila sudah terjadi jejas akan timbul nyeri yang hebat
pada perabaan.

C. Anoskopi

Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemorrhoid, dengan memasukan alat untuk
membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam keluar di seluruh lingkaran anus. Tentukan ukuran,
warna dan lokasinya.

D. Proktosigmoidoskopi

Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang fisiologis saja
ataukan ada tanda yang menyertai

E. Pemeriksaan Feses
Dilakukan untuk negetahui adanya darah samar.

Diagnosa Banding

Jika terjadi rasa nyeri akut di daerah anus, harus dipikirkan adanya fisura ani, rasa nyeri pada
hemorrhoid jarang terjadi kecuali sudah timbul trombosis atau prolaps. Fisura ani dapat dilihat di
daerah anterior atau posterior dan anses perianal tampak sebagai masa lunak yang berfluktuasi.

VII. Terapi

1. Hemorrhoid externa

Trombosis akut pada hemorrhoid eksterna merupakan penyebab nyeri yang konstan pada
anus. Penderita umumnya pederita berobat kedokter pada fase akut ( 2- 3 hari pertama). Jika
keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan local anestesi.Kemudian dilanjutkan dengan
pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya meliputi satu pleksus
pembuluh darah. Insisi mungkin tidak sepenuhnya mengevakuasi bekuan darah dan mungkin
menimbulkan pembengkakan lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan .
Incisi tampaknya lebih sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.5

2. Hemorrhoid Interna

A. Non InvasiveTreatment

Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal.Yang disampaikan meliputi

a. nasehat

- jangan mengedan terlalu lama


- mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi
- membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda
- minum sekira 8 gelas sehari5
b. Obat-obatan vasostopik

Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat mengurangi edema dan
inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang bekerja pada vascular dan
mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan stasis pada vena dan
memperbaiki permeabilitas kapiler.7

Ardium diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan selanjutnya1x1tab.

B. Ambulatory Treatment

1. Skleroterapi

Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya Fenol 5 % dalam minyak nabati, atau
larutan quinine dan urea 5% yang disuntikan ke sub mukosa dalam jaringan areolar longgar di bawah
jaringan hemorrhoid. Sclerotheraphy dilakukan untuk menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut pada hemorrhoid. Secara teoritis, teknik ini
bekerja dengan cara mengoblitersi pembuluh darah dan memfiksasinya ke lapisan mukosa
anorektal untuk mencegah prolaps. Terapi ini cocok untuk hemorrhoid interna grade I yang disertai
perdarahan> Kontra indikasi teknik ini adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi
portal, kondisi immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis hemorrhoid yang prolaps.
Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis
pada satu tempat. Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa, kadang bisa
menimbulkan abses.5

2. Infrared Coagulation

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan lampu tungsten-halogen
yang difokuskan ke jaringan hemorrhoid dari reflector plate emas melalui tabung polymer khusus.
Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas,
menimbulkan inflamasi, destruksi jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi
local anestesi terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada
daerah yang tidak tepat.5

3. Bipolar Diatheraphy

Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi pada ujung cauter. Cara ini
efektif untuk hemorrhoid derajat III atau dibawahnya.5
4. Cryotheraphy

Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang secara teori menimbulkan
analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.5

5.Rubber Band Ligation

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada hemorrhoid derajat III.
Hemorrhoid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat diatasi dengan ligasi menurut Baron ini.5

Dengan bantuan anoskop, mukossa diatas hemorrhoid yang menonjol dijepit dan ditarik
atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band didorong dan ligator ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorrhoidalis. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa
hari. Mukosa bersama rubber band akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada
pangkalnya. Komplikasi yang sering terjadi berupa edema dan trombosis.5

Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation adalah cara terpilih
di AS untuk terpi hemorrhoid internal. Prosedur ini , jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-
sleeved cylinder untuk menempatkan karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu,
jaringan dibawahnya akan mengecil.5

Gambar 7.Rubber Band Ligation (dari www.pph.com )


C. Surgical Approach

Hemorrhoidectomy

Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada penderita yang
mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara lain.Penderita yang
mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis dan nyeri yang hebat dapat
segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemorrhoidectomy
adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dengan tidak
mengganggu spincter ani.4

Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi dan


hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan yang patologis
diangkat. Spincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan selama pengankatan hemorrhoid.
Kepastian hemostasis harus benar-benar diperhatikan.4

Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton lebih dikenal karena

- mengambil jaringan patologis


- perbaikan jaringan cepat
- lebih nyaman
- gangguan defekasi minimal
Hemorrhoidectomy terbuka dipopulerkan oleh Milligan-Morgan, tahun1973.

Ada 2 variasi daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:

1. Open hemorrhoidectomy
2. Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal ditutup atau tidak
setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi5

Open Hemorrhoidectomy

Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat hemorrhoid yang telah
mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran ataupun bila terlalu sempit untuk masuk
retractor.2

Teknik Open Hemorrhoid (Miligan-Morgan)


1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline = 1 : 300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm dari anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2 cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid2

Closed Hemorrhoidectomy2

Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:

1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan anoderm.


2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan dengan cara
mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm)
3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas yang diisi jaringan
granulasi.
Indikasi :

1. Perdarahan berlebihan
2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.
3. Prolaps hebat disertai nyeri.
4. Adanya penyakit anorectal lain.
Teknik-Teknik Closed hemorrhoidectomy

Ferguson Hemorrhoidectomy

- Posisi LLD
- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem
- Kulit diatas analverge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan hemorrhoid
- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian subcutan spincter
interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.
- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining mukosa.
- Ligasi dengan cat gut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 – 0 dengan
vicril2
-
(Gambar 8. Ferguson Hemorrhoidectomy dari www.pph.com)

Operasi Hemoroid Tanpa Rasa Sakit

Pada saat ini telah banyak kemajuan pada teknik operasi dalam mengurangkan rasa sakit
pasca operasi, malahan pada akhir-akhir ini telah dikembangkan cara operasi tanpa rasa sakit. Tenik
operasi itu pertama kali dikembangkan oleh Longo, seorang spesialis bedah bangsa Italia.5

Tindakan bedah hemoroid umumnya menyebabkan rasa sakit hebat, apabila muko-kutan
yakni bagian kulit tipis yang meliputi lubang anus terpaksa dilukai. Bagian yang sangat sensitif Ano-
Cutan, mempunyai sensor syaraf rasa raba dan rasa sakit yang sangat rapat sebagaimana perabaan
ujung jari tangan yang sangat nyeri apabila terluka pada teknik operasi tanpa rasa sakit, bagian
muko-kutan sengaja tidak dilukai, dan pleksus hemoroid yang melipat keluar yang tidak mempunyai
sensor rasa sakit, dipotong dan difiksasi kembali kearah proksimal.5

a) b) c) d)

dGambar 9 : Teknik Operasi ; a) Hemoroid Prolap, b) Prosedur Penjahitan sebelum Stappler

dipasang, c) Pemasangan Stappler, d) Selesai Pemasangan Stappler

gambar diambil dari www.hemorrhoid.net


Daftar Pustaka

1. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book of Surgery, Saunders
Company, Phyladelphia 2001
2. Skandalakis ,John E. , Colon and Anorectum, in Surgical Anatomy and Technique,Second edition,
Atlanta, 1999.
3. Diagnosing Hemorrhoid Types and Rectal Prolaps, http:\\ www.pph.com Ethicon Endo-Surgery,
Inc. 2003-2005. This site is published by Ethicon Endo-Surgery, Inc. and is intended for U.S.
audiences only.
4. Haemorrhoid treatment-Rectal Bleeding, http:\\ www.pph.com Ethicon Endo-Surgery, Inc. 2003-
2005.
5. What are Hemorrhoid., www.hemorrhoid.net.
6. Hemorrhoidectomy Procedure for Prolaps and Hemorrhoids., www.pphinfo.com
7. Haemorrhoids, www.hcd2.bupa.co.uk/ fact_sheet/html/haemorrhoids.html

Anda mungkin juga menyukai