Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SOSIOLOGI

AGAMA DAN MORALITAS

OLEH:

NAMA : NI PUTU ISRA HAWANI

NIM/ABSEN : 2111011029/04

KELAS : B2 DENPASAR SMSTR III

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA

PRODI : S1-PENDIDIKAN AGAMA HINDU

FAKULTAS : DHARMA ACARYA

MATA KULIAH : SOSIOLOGI AGAMA

DOSEN : FERDINANDUS NANDUQ .,S.Ag.,M.Ag

UNIVERSITAS HINDU NEGERI

I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2022
AGAMA DAN MORALITAS

Secara etimologis, dalam bahasa sansekerta, kata agama berasal dari kata gam yang
berarti pergi. Kemudian, dalam bahasa Indonesia diberi awalan dan akhiran “a” sehingga
menjadi kata agama yang berarti jalan. Dengan demikian, kata agama berarti sebuah jalan untuk
mencapai kebahagiaan.

Sementara itu moral merujuk kepada nilai-nilai kemanusiaan. Moral berasal dari kata
Mores yang artinya adat atau cara hidup. Secara umum, moralitas merupakan sifat moral dari
suatu perbuatan, atau pandangan baik buruk nya kita tentang suatu perbuatan.

Agama merupakan seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia ghoib, khususnya dengan Tuhan, mengatur hubungan manusia dengan manusia
lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam agama ada suatu
keyakinan yang dianut oleh manusia untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah diyakininya
sebagai respons dari manusia dalam menginterprestasikan tentang apa yang dirasakan kepada
Tuhan.

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita tidak pernah lepas dari perilaku moral. Moral
merupakan tata cara dalam kehidupan, adat istiadat maupun kebiasaan yang didalamnya terdapat
nilai perilaku yang harus dilakukan dan dipatuhi. Dan dalam bertindak manusia harus bisa
membedakan mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, tindakan yang baik yang
akan dilakukan dalam setiap harinya dan menjadi kebiasaan. Moralitas dalam agama juga
dipandang sebagai sesuatu yang luhur, tatanan dalam kehidupan sosial yang dijadikan pedoman.
Bisa dibilang, agama melahirkan moral. Sehingga seseorang yang beragama dan menjalankan
ajaran agamanya dengan baik semestinya juga memiliki moral yang baik.

Menurut para ahli sebagai berikut:

- W. Poespoprodjo mengatakan bahwa moralitas merupakan kualitas dalam perbuatan manusia


yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk dengan
kata lain moralitas ini mencakup tentang baik buruknya perbuatan manusia.
- Franz Magnis Suseno juga mengatakan bahwa moralitas merupakan sikap hati yang
terungkap dalam perbuatan lahiriah, apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia
sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan.
- Sonny Keraf, moral menjadi tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik
buruknya tindakan manusia sebagai orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.
Sehingga seseorang dapat memiliki moral bersifat baik, ataupun moral yang bersifat buruk.

Agama berkaitan erat dengan moral, dalam kita bertindak dan menyikapi suatu kejadian kita
harus bisa berpegang teguh terhadap keyakinan yang kita miliki. Ajaran moral yang terpendam
dalam suatu agama dapat dipelajari secara kritis, metodis, dan sistematis dengan tetap tinggal
dalam konteks agama itu.

Ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam peraturan. Di satu
pihak ada macam-macam peraturan yang kadang-kadang agak mendetail tentang makanan yang
haram, puasa, ibadat, dan sebagainya. Peraturan seperti itu sering berbeda dengan agama yang
berlain-lainan. Di lain pihak ada peraturan etis lebih umum yang melampaui kepentingan agama
tertentu saja, seperti: jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzina, jangan mencuri.
Agama menjelaskan dan menunjukan nilai-nilai bagi pengalaman manusia yang sangat penting.
Melalui agama, kehidupan lebih dapat dipahami dan secara pribadi lebih bermakna. Jika kita
mempelajari sistem kepercayaan dan persoalan ibadat para penganut, maka nilai-nilai agama atau
obyek yang dipuja mungkin mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Moral sebagai kumpulan aturan tingkah laku memiliki hubungan erat dengan agama. Dalam
perilaku sehari-hari motivasi yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah
agama.Agama, juga seperti umumnya kebudayaan merupakan upaya membangun manusia
berakhlak mulia dan berbudi luhur. Akhlak dan budi inilah modal dasar sosial manusia dalam
masyarakat sehingga mampu melihat masalah sosial dan memiliki kesanggupan
memecahkannya. Tanggung jawab sosial semacam ini tidak sedikit yang bermuara dari sistem
religi, sebagaimana agama merumuskannya. Agama merupakan sesuatu yang bersifat sosial
karena representasi religius adalah representasi kolektif yang mengungkapkan realitas kolektif.
Malahan keyakinan dan ritual-ritual agama merupakan ekspresi simbolis dari kenyataan
sosial.Begitu juga Nottingham menegaskan bahwa hubungan anggota kelompok agama dengan
hal-hal yang sakral dalam beberapa hal erat hubungannya dengan nilai moral kelompok itu.
Moral memang tidak hanya bersumber pada agama, tetapi keanekaragaman adat kebiasaan
kelompok timbul dari keanekaragaman konsepsi kelompok agama tentang Yang Sakral.
Tegasnya, adat kebiasaan itu bersumber dari agama dan dalam terminologi antropologi dikenal
dengan sistem religi. Agama sebagai religi adalah doktrin, karya, dan ajaran suci. Religi dalam
arti leksikal sama artinya dengan agama atau kepercayaan, yaitu sistem yang terdiri atas konsep-
konsep yang dipercaya dan menjadi keyakinan mutlak suatu umat dan upacara-upacara beserta
pemuka agama yang melaksanakannya. Sistem religi ini mengatur hubungan manusia dengan
sesama, lingkungan, dan Tuhan yang dijiwai oleh suasana kekerabatan. Semua aktivitas manusia
yang berkaitan dengan religi berdasarkan suatu getaran jiwa yang biasanya disebut emosi
keagamaan, Artinya, moralitas mengimplikasikan sebuah sistem aturan praktis perilaku manusia
dalam masyarakat sesuai dengan agama yang dipeluk. Dalam hal ini, moralitas merupakan teknik
pengungkapan diri, memberikan bentuk konkret bagi impian-impian, dan membantu
mengaktualisasikan visi melalui detail-detail yang praktis.

Anda mungkin juga menyukai