Anda di halaman 1dari 41

PERAN KYAI NAHDLATUL ULAMA TERHADAP PERILAKU

PEMILIH DALAM MENGHADAPI PILKADA KABUPATEN

SIDOARJO TAHUN 2020

Oleh :
Mas Maher Ganteng
I01217009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
SURABAYA
2020

1
Persetujuan Pembimbing

Naskah Proposal penelitian yang telah ditulis oleh Mokh. Izul Muto’ NIM.
I01217009 ini telah disetujui dan layak untuk di presentasikan

Sidoarjo 14 Oktober 2020

Pembimbing

M. Anas Fakhrudin, S.Th.I, M.Si.

NIP. 198202102009011007

2
A. Latar Belakang

Sistem politik saat ini terus mengalami perkembangan dalam tatanan

perpolitikannya. Seseorang dapat mengalami dampak dari berbagai bentuk dan

tahapan proses politik. Sekalipun begitu, pengaruh politik terhadap setiap

orang tidaklah sama. Setiap warga negara harus memiliki kesadaran politik dan

mampu memahami dunia politik dengan baik. Perilaku politik masyarakat

dalam setiap kegiatan-kegiatan politik yang dilakukan sangat penting untuk

mendukung proses kerja pemerintah dan pelaksanaan fungsi-fungsi birokrasi

didalam menjalankan pemerintahan. Hal ini karena keputusan politik yang

dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi

kehidupan warga masyarakat. Maka warga masyarakat berhak ikut serta

menentukan isi keputusan politik.1

Semenjak demokrasi menjadi atribut utama negara modern, maka

perwakilan merupakan mekanisme untuk merealisasikan gagasan normatif

bahwa pemerintahan harus dijalankan dengan kehendak rakyat (will of the

people). Otoritas sebuah pemerintahan, akan bergantung kepada

kemampuannya untuk mentransformasikan kehendak rakyat (will of the

people) ini sebagai nilai yang tertinggi di atas kehendak negara (will of the

state). Atas dasar prinsip-prinsip normatif yang demikian itu, dalam praktek

kehidupan demokrasi, yang awal, lembaga legislatif yang memiliki posisi yang

sangat strategis dan sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin tentang

kedaulatan rakyat dalam bentuk Undang Undang.2


1
Rizki Rahman Harahap 2014, Ramlan Surbakti :1992, Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan
Umum, Hal 67.
2
Sitepu, 2012, Perilaku Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum, Hal 173.

3
Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur dari perilaku pemilih dalam

menghadapi pemilu yaitu peran dari tokoh masyarakat atau Kyai setempat dan

juga ormas yang menjadi mayoritas di kalangan masyarakat pemilik hak suara

dalam pilkada yang akan dilaksanakan.

Manusia dan agama merupakan pasangan yang senantiasa mewarnai

kehidupan. Tidak ada manusia yang tidak beragama. Agama merupakan bagian

kehidupan manusia. Corak dan warna kehidupan seseorang akan dipengaruhi

oleh agamanya. Kenyataan ini menjadikan manusia disebut homo religius.

Pada saat agama mempengaruhi kehidupan seseorang, di saat yang sama corak

pemikiran dan pemahaman keagamaan seseorang akan pula berimplikasi

terhadap kehidupannya. Dalam perkembangannya, yang kemudian ikut

membentuk sikap dan perilaku seseorang, adalah corak dan pemahaman

keagamaan. Politik, sebagai bagian dari perilaku manusia, adalah di antara

bagian yang terkena konsekuensinya. Corak pemikiran dan pemahaman

keagamaan seseorang dalam batas tertentu mempengaruhi perilaku politiknya.

Signifikansi corak pemikiran dan pemahaman keagamaan terlihat antara lain

dalam afiliasi dan saluran politik seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ulama adalah pewaris

yang ahli dalam pengetahuan agama islam. Terdapat pengertian Ulama dari

berbagai sumber diantaranya adalah Ulama merupakan hamba Allah yang

memiliki ciri-ciri tertentu, menjadi pewaris para nabi, pemimpin dan panutan,

pengemban amanah Allah, penerang bumi, pemelihara kemaslahatan dan

kelestarian hidup manusia. Sedangkan Ulama dalam pengertian Badruddin

4
Subky, yakni sekelompok orang yang menguasai kajian ilmu agama Islam,

yang mampu membimbing umat berdasarkan Al-Quran dan hadits, juga

mampu menghidupkan sunnah, mengembangkan ajaran agama Islam secara

totalitas, serta mampu memberikan suri tauladan yang luhur bagi masyarakat3

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran Ulama dapat

mengontrol sebuah kebijakan. Seorang Ulama sendiri tidaklah dimaknai

sebagai orang yang berkecimpung dalam bidang keagamaan saja, akan tetapi

bagaimana menelaah Ulama sebagai pembentuk ruang kuasa sosial poltik

dalam kemasyarakatan. Hal inilah yang kemudian membedakan Ulama yang

selama ini di nilai hanya berfokus pada pengembangan syiar dan dakwah

keagamaan. Dalam relasi sosio-kultural umat Islam di Indonesia, Ulama

memiliki kedudukan dan posisi penting dalam membina dan menata kehidupan

sesuai kapasitasnya sebagai para pewaris para nabi (waratsat al anbiya).

Adapun makna para pewaris nabi tersebut memberikan legitimasi bagi Ulama

untuk menjalankan berbagai tugas diantaranya mendidik umat di bidang agama

dan lainya, melakukan kontrol sosial terhadap masyarakat, memecahkan

problem sosial yang terjadi di masyarakat, dan menjadi makelar budaya

(cultural brokers) yakni menjadi agen perubahan sosial dalam masyarakat.

Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan dan

bidang sosio-kultural, Ulama kemudian tampil sebagai patron yang memiliki

kekuasaan hierarkis atas masyarakat yang dimana ulama mempunyai

kedudukan yang dapat untuk dijadikan panutan oleh Sebagian besar


3
Badruddin Subky, Dilema Kyaidalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal 153.

5
masyarakat yang mempercayainya utamanya umat islam. Ditinjau dari segi

ilmu politik, Ulama merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya

politik berbasis kharismatik dan tradisional yang memungkinkan Ulama

membentuk sikap atau preferensi politis tertentu dalam struktur sosial

masyarakat di sekitarnya.4

Ulama dengan Kyai berbeda namun hampir sama, perbedaanya terletak

pada penyebutan tokoh, seperti di Jawa Timur kebanyakan ulama lebih dikenal

dengan sebutan Kyai sedangkan di Kalimantan ulama dikenal dengan sebutan

syeikh atau abah guru. dari pengertian diatas sudah dijelaskan tentang

pengertian Ulama. Sedangkan pengertian Kyai itu sendiri antara lain adalah

orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai

dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai

adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok

pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak

jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka

pamor pondok pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya

tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu”.5

Menurut Abdullah ibnu Abbas, kyai adalah orang-orang yang

mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu.6

4
Wasisto Raharjo Jati, Ulul Albab Volume 13, No.1 Tahun 2012, KyaiDan Pesantren Dalam
Dinamika Politik Dan Kultur Nahdlatul Ulama, Hal 167.
5
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, eLSAQ Press, 2007),
h. 169.

6
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), h.
18

6
Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “kyai adalah sebutan

untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren”.7Sebutan

kyai sangat populer digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai merupakan

elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja karena kyai yang

menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren, tetapi

juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di

lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak pada

keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu

agama, kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari yang

sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari pesantren

seperti ikhlas, tawadhu`, dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi untuk

mencapai riyadhah. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu

pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya

bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata tergantung kemampuan

kepribadian kyainya. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa

dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda.

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

kramat umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk

sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.

2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan

7
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca kemerdekaan (Jakarta : PT
RajaGrafinda Persada, 2008), h. 55.

7
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar

kyai, ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam

pengetahuan keislamanya).

Para kyai dengan kelebihan pengetahuanya dalam islam, sering kali dilihat orang

yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga

dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau,

terutama oleh kebanyakan orang awam.

Kyai pada dasarnya ditekankan pada dua peran yang dianggap penting.

Pertama, berdasarkan oleh bobot keilmuannya, maka para Kyai sudah

sepantasnya sebagai pencerah alam pikiran umat. Artinya ikut serta dalam

mencerdaskan umat. Kedua, posisi sebagai panutan umat, dalam artian khusus

keteladanan moral yang diajarkan dan dicontohkan Kyai kepada umat. Peran

Kyai yang kedua adalah sebagai pembaharu dalam agama Islam. Pembaharu

yang dimaksud adalah dalam konteks kemasyarakatan, pendidikan, dan

pemikiran seperti organisasi. Peran Kyai yang ketiga adalah sebagai penggerak

masyarakat seperti motivator, inspirator, katalisator, dan dinamisator.

Hal tersebut bisa tercermin dari kasus pemilihan kepala daerah di

berbagai daerah salah satunya di Kabupaten Sidoarjo yang notabene masuk

dalam kategori kota Santri dimana kandidat kepala daerah beserta wakilnya

sowan ke pondok pesantren untuk meminta restu politik sang Kyai untuk maju

dalam pemilukada di daerahnya. Hubungan antara Kyai dan politik adalah

sesuatu yang wajar, karena Islam sendiri tidak mengenal adanya pembatasan

8
antara agama dan politik. Dengan kata lain tidak ada institusi khusus dalam

Islam yang hanya membahas masalah politik. Hal ini sangat berbeda dengan

agama Kristen yang menempatkan Gereja sebagai institusi politik di sebuah

negara. Kyai yang tadinya hanyalah mengkhususkan diri pada ranah

keagamaan saja, saat ini sudah mulai merambah ke ranah sosial politik di

masyarakat. Hal ini dikarenakan Kyai mempunyai karisma yang baik di

masyarakat, maka tidak heran Kyai menjadi salah satu sumber bertanya bila

ada sebuah pertanyaan dan diminta pandangan. Ditambah keberadaan Kyai

menjadi pemimpin ditengah- tengah kehidupan masyarakat. Secara dinamik

berkembang lebih luas dalam kehidupan di saat-saat tertentu misalkan

menghadapi Pemilu dan Pemilukada

Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan

dan bidang sosio-kultural, Kyai kemudian tampil sebagai patron yang memiliki

kekuasaan hirarkis atas masyarakat. Ditinjau dari segi ilmu politik, Kyai

merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya politik berbasis

karismatik dan tradisional yang memungkinkan Kyai membentuk sikap atau

preferensi politis tertentu dalam struktur sosial masyarakat di sekitarnya.

Dengan alasan bahwa Kyai mempunyai karismatik inilah yang membuat partai

politik berusaha merangkul ulama, dengan begitu partai politik tersebut

mendapatkan kemenangan yang diakibatkan oleh karismatik sang Kyai

ditengah-tengah masyarakat.

Selain itu, Kyai juga sering dimintai pendapatnya oleh kepala daerah

dalam mengambil berbagai keputusan-keputusan penting dalam

9
pemerintahannya. Restu maupun pendapat Kyai secara politis dimaknai

sebagai rujukan sahih bagi kepala daerah untuk menjalankan roda

pemerintahannya. Masuknya Kyai dalam ranah politik sebenarnya dapat

diterjemahkan dalam organisasi salah satunya Nahdlatul Ulama (NU) dimana

terjadi reposisi Kyai menjadi umaro’. Pemaknaan antara Kyai dan umaro’

perlu diperjelas dimana umaro’ lebih memerankan fungsi-fungsi administratif

birokrat dan politis, sedangkan Kyai cenderung bermain pada tataran kultural.8

Didalam tubuh Nahdlatul Ulama’ terdapat beberapa ulama’ serta

pengurus yang masing masing mempunyai basis massa yang cukup besar yang

dapat mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemillihan apapun baik dari

tingkat pemilihan kepala desa, kepala daerah bahkan juga dapat mempengaruhi

pada pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. Para Kyai biasanya juga

mempunyai sebuah lembaga pendidikan yakni sebuah pondok pesantren yang

tak terbantahkan lagi bahwa keberadaan pondok pesantren merupakan

representasi kultural dari Nahdlatul Ulama. Bisa dikatakan bahwa Nahdlatul

Ulama merupakan pesantren besar dan pesantren merupakan Nahdlatul Ulama

kecil sehingga antar dua entitas terjadi proses tarik menarik politis yang

kausalistik. Nahdlatul Ulama yang mempunyai pandangan politik yakni

dengan terbentuknya Partai Kebangkitan Bangsa sebagai partai politik yang

dapat menampung aspirasi warga nahdliyin karena pada muktamar Nahdlatul

Ulama ke 27 di Situbondo menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama bukanlah

partai politk maka dari itulah PKB berdiri. Adapun bagi PKB sendiri yang

8
Faridl, Miftah. 2007. Peran Sosial Politik Kyaidi Indonesia. Jurnal Sosioteknologi. Volume 6, Hal 238-243.

10
terlahir rahim kandungan Nahdlatul Ulama, keberadaan pesantren merupakan

aset politik kultural terpenting dimana pesantren yang menjadi basis dukungan

Nahdlatul Ulama terkonsentrasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Oleh karena

itulah, karakteristik budaya lokal pesantren turut mempengaruhi sikap dan

perilaku kader PKB dalam berpolitik. Misalnya saja, pembukaan acara selalu

diawali dengan pembacaan ayat-ayat Al Quran. Pidato-pidato pimpinan partai

selalu diawali dengan mukadimah berbahasa Arab sebagaimana lazimnya

dalam forum pengajian pesantren untuk meningkatkan citra akseptabilitas,

legitimasi sekaligus dukungan politik dari kalangan Kyai terhadap kapasitas,

posisi dan peran politik dari elite PKB tersebut. Pilihan pembacaan ayat al

Quran tersebut juga harus sesuai dengan tradisi pesantren, sedangkan

mukadimah pidato selain harus memenuhi kaidah seperti layaknya puisi

(memakai kaidah aa/bb, suku kata terakhir harus berbunyi sama, misalnya,

bismillah alhamdulillah washolatuwassalu’ala rasulillah wa’ala alihi wasobihi

wama wallah juga ada tema tema tertentu.9

Keterlibatan Kyai dalam politik praktis, sampai sejauh ini memang

terjadi tarik-menarik pendapat, antara kelompok yang mengabsahkan Kyai

berpolitik dengan kelompok yang menentang dengan keras Kyai terlibat dalam

politik. Kelompok pertama mengasumsikan bahwa Kyai bagaimanapun juga

merupakan entitas yang memiliki hak dan aspirasi politik seperti halnya warga

Negara yang lain. Sedangkan kelompok yang kedua mengkritik dengan keras,

berdasarkas asumsi bahwa keterlibatan Kyai dalam politik lebih banyak

9
Arifin, Ichwan. 2008. Kyaidan Politik : Studi Kasus Perilaku Politik Kyaidalam Konflik Partai Kebangkitan
Bangsa Pasca Muktamar II Semarang, Hal 190

11
mendatangkan kerugian daripada keuntungan yang bisa didapatkan. Hal ini

berkaitan dengan realitas politik yang oleh banyak kalangan dianggap “kotor”.

Sehingga ketika Kyai dan pesantren terlibat dalam politik akan terseret

kedalam dunia yang “kotor” pula. Munculnya perbedaan pendapat tentang

bagaimana peran politik Kyai di masyarakat, menjadi isu yang debatable dan

tak akan pernah selesai. Masing masing akan terus menerus memperkuat

argumentasi kelompoknya. Meskipun terdapat kontroversi yang

berkepanjangan mengenai keterlibatan Kyai dalam Politik, sesungguhnya

keterlibatan Kyai dan pesantren tidak dapat dihindari. Intensitas Kyai dan

bentuk keterlibatan Kyai dalam politik bisa bermacam-macam, baik secara

langsung maupun tidak langsung, sebagaimana dapat dilihat melalui

keterlibatan Kyai dalam momen-momen politik yang penting seperti Pemilihan

Kepala Daerah.10

Di Kabupaten Sidoarjo, keterlibatan Kyai dalam politik merupakan

sesuatu yang tidak asing. Hiruk pikuk euphoria politik pasca Orde Baru

tumbang membuka ruang bagi Kyai untuk berkiprah dalam politik. Ketika

PBNU memfasilitasi lahirnya Partai Kebangktan Bangsa, Kyai di Kabupaten

Sidoarjo berbondong-bondong berpartisipasi aktif dalam wadah Partai

Kebangkitan Bangsa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok aliran misalnya agama, melalui

kelompok keagamaannya masih memberikan pengaruh terhadap perilaku

pemilih anggota kelompoknya. Misalnya kelompok keagamaan Nahdalatul

10
H.Sadi, KyaiDan Politik : Mengintip Motif KyaiNU, Vol. X, Hal 206.

12
Ulama, sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama

memiliki anggota sekitar 86 juta jiwa, besarnya pengikut Nahdlatul Ulama

mendorong dan menarik niat berbagai pihak untuk mengambil keuntungan

politis.11

Nahdlatul Ulama (NU) menurut Turmudi (dalam Sobacha 2012), adalah

organisasi sosial keagamaan yang bertujuan untuk mengembangkan dan

memelihara ortodoksi Islam yang dipegang oleh kebanyakan Ulama Indonesia,

yakni ortodoksi ahlussunnah wal Jama’ah dan umat islam yang mengikuti

ortodoksi ini biasa disebut dengan kaum Sunni. Amalan keagamaan Nahdlatul

Ulama lebih merujuk kepada Imam Syafi’i daripada imam yang lain.

Organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama memiliki peranan yang penting dalam

perkembangan politik di Indonesia. Setelah lengsernya K.H Abdurrahman

Wahid pada tahun 2001, perolehan suara partai Nahdlatul Ulama dalam pemilu

Legislatif semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin terbukanya

ruang politik bagi rakyat, sosialisasi politik dan komunikasi politik di

masyarakat, serta kader-kader politisi NU juga telah tersebar ke dalam

berbagai partai politik. 12

Kajian tentang hubungan antara Kyai dan politik adalah kajian yang

sangat unik dan telah menjadi objek di kalangan intelektual. Bahkan saat ini

telah berkembang dalam berbagai studi ilmu pengetahuan baik agama,

fiqih,ilmu pemerintahan, sosiologi, dan ilmu politik. Hal ini dikarenakan

11
. Noor, Acep Zamzam, dkk. 2012. Dari KyaiKampung Ke NU Miring : Aneka Suara Nahdliyyin dari
Beragam Penjuru. Hal 205.
12
Moh Khayyi, Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan di Indonesia. Hal 357–366.

13
keterlibatan Kyai dalam kancah perpolitikan di berbagai negara yang mayoritas

penduduknya memeluk agama Islam, dan selalu saja mempunyai pengaruh

yang cukup besar.

Hubungan antara Kyai dan politik adalah sesuatu yang wajar, karena Islam

sendiri tidak mengenal adanya pembatasan antara agama dan politik. Dengan kata

lain tidak ada institusi khusus dalam Islam yang hanya membahas masalah politik.

Hal ini sangat berbeda dengan agama Kristen yang menempatkan Gereja sebagai

institusi politik di sebuah negara. Kyai yang tadinya hanyalah mengkhususkan diri

pada ranah keagamaan saja, saat ini sudah mulai merambah ke ranah sosial politik

di masyarakat. Hal ini dikarenakan Kyai mempunyai karisma yang baik di

masyarakat, maka tidak heran Kyai menjadi salah satu sumber bertanya bila ada

sebuah pertanyaan dan diminta pandangan. Ditambah keberadaan Kyai menjadi

pemimpin ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Secara dinamik berkembang

lebih luas dalam kehidupan di saat-saat tertentu misalkan menghadapi Pemilu dan

Pemilukada.13

Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan

dan bidang sosio-kultural, ulama kemudian tampil sebagai patron yang memiliki

kekuasaan hirarkis atas masyarakat. Ditinjau dari segi ilmu politik, Kyai

merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya politik berbasis karismatik

dan tradisional yang memungkinkan Kyai membentuk sikap atau preferensi politis

tertentu dalam struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Dengan alasan bahwa

ulama mempunyai karismatik inilah yang membuat partai politik berusaha

13
Mohammad Tholhah, Ahlul Sunnah Wal Jamaah daalam persepsi dan tradisi NU
(Jakarta:2005),Hal 302-303

14
merangkul para ulama, dengan begitu, partai politik tersebut mendapatkan

kemenangan yang diakibatkan oleh karismatik sang Kyai ditengah-tengah

masyarakat.

Dalam zaman modern seperti sekarang ini, peran Kyai diperluas dalam

bidang sosial yang meliputi berbagai kegiatan nyata untuk membantu

memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat, bukan sebatas memberikan

ceramah atau berpidato. Karena itu, dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya

Kyai dibagi ke dalam dua jenis, pertama adalah dakwah melalui lisan seperti

ceramah, tabligh, dan pidato. Yang kedua adalah dakwah melalui perbuatan

dengan memberikan contoh baik dalam setiap aspek kehidupan.14

Sedangkan dalam konteks kemasyarakatan, Kyai berstatus sebagai informal

leader yang diangkat dan diakui oleh masyarakat. Kyai dianggap sebagai

pemimpin yang dipatuhi, disegani, dijadikan sumber bertanya dan sarana tukar

pikiran dalam masyarakat. Status ini disandang selama masyarakat yang dipimpin

masih mengakui hal tersebut, dan hal inilah yang memberi peran signifikan

terhadap perubahan dalam masyarakat.

Dukungan yang dilakukan oleh paara Kyai tersebut memperlihatkan para

politisi untuk menilai Kyaisebagai upaya mereka membangun basis dukungan

atau hanya sekedar legitimasi bagi kepentingan politiknya. Kyai sebagai

komunitas elite agama masih dipercaya mampu memberikan sumbangan yang

14
Ahmad Fadhli HS. KyaiBetawi (Studi tentang Jaringan KyaiBetawi dan Kontribusinya terhadap
Perkembangan Islam Abad ke-19). (Jakarta Pusat,2011),hal34

15
signifikan bagi sukses dan tidaknya sebuah misi politik dari suatu kelompok

politik maupun perorangan.

Dari beberapa pengertian Kyai tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pertama, Kyai adalah seorang yang menjadi panutan bagi masyarakat. Hal ini

dikarenakan ia memiliki pemahaman lebih mengenai agama Islam dan

mengajarkannya kepada masyarakat baik dalam lingkungan umum maupun di

dalam pesantren. Inilah yang kemudian disebut sebagai basis simbolik Kyai. Kyai

merupakan tokoh masyarakat yang memiliki kedalaman ilmu pengetahuan yang

menjadi rujukan masyarakat. Kedua, Kyai juga berarti seseorang yang mempunyai

pengaruh dalam lingkungan masyarakat. Hal ini dikarenakan, Kyai mempunyai

pendukung yang fanatik dan selalu dihormati oleh siapapun, karena bertindak

tidak sopan kepada Kyai berarti berani menentang ajaran agama.

Dalam bidang politik, peran Kyai di Sidoarjo begitu kentara. Dimana

dalam proses pemilihan apapun, baik pemilu, pilpres, bahkan pilkada Kyai

Nahdlatul Ulama cukup punya peran didalamnya. Peran itu ditunjukkan mulai

dari pemberian rekomendasi pilihan calon dari tokoh Nahdlatul Ulama. perestuan

calon oleh salah satu tokoh Nahdlatul Ulama, pemberian dukungan, hingga

dukungan suara dari masyarakat yang menentukan kemenangan calon. Peran ini

dapat terlihat dari menangnya para calon bupati yang di dukung Sebagian Besar

Kyai dari Nahdlatul Ulama dalam pilkada pada tahun 2005, 2010 dan 2015.

Dimana saat tahun 2005, pasangan Win Hendarso dan Saifulillah yang di usung

PKB dan PAN berhasil memenangkan Pilkada di Sidoarjo dengan kemenangan

mutlak. Sedangkan pada tahun 2010 pasangan Saifulillah dan M.G. Hadi Sutjipto

16
yang di usung PKB dan PDI-P juga memenangkan Pilkada di Sidoarjo. Pada

pilkada tahun 2015 terulang kembali, dimana pasangan Saiful Illah dan Nur

Ahmad Syaifuddin sebagai calon incumbent diusung oleh PKB menuai suara

kemenangan mutlak. Kemenangan ketiga pasangan tersebut dalam Pilkada di

Sidoarjo tidak lepas dari peran dukungan Kyai Nahdlatul Ulama dan warga

Nahdlatul Ulama yang sudah menjadi mayoritas di lingkungan Kabupaten

Sidoarjo.

Atas penjelasan yang ada diatas, sangatlah menarik minat saya untuk

meneliti dan mengkaji lebih dalam mengenai peran Kyai Nahdlatul Ulama

Sidoarjo dalam bidang Politik. Hal ini ingin saya lakukan guna mengetahui

seberapa besar pengaruh Kyai Nahdlatul Ulama di Sidoarjo dalam transisi

kepemimpinan. Ini menurut saya penting agar masyarakat Sidoarjo mengetahui,

khususnya warga Nahdliyin betapa besarnya peran dan pengaruh mereka terhadap

proses pemilihan di Sidoarjo apakah Kyai Nahdlatul Ulama masih tetap menjadi

sebuah rujukan dalam setiap keputusan dalam pemilihan kepala daerah dan juga

menjadi kiblat bagi masyarakat dalam memilih atau para kyai Nahdlatul Ulama

sudah tidak lagi menjadi rujukan dalam Pilkada tahun 2020 nanti dikarenakan di

tahun ini terdapat tiga paslon yang justru tidak sesuai dengan kehendak dari

mayoritas para Kyai Nahdlatul Ulama’ yang ada di sidoarjo .

Dalam membahas masalah diatas, saya akan membingkai penelitian ini

dengan judul “PERAN KYAI NAHDLATUL ULAMA TERHADAP PERILAKU

PEMILIH DALAM MENGHADAPI PILKADA KABUPATEN SIDOARJO

TAHUN 2020”. Judul ini saya ambil sebab dalam penelitian kali ini, saya akan

17
memfokuskan pembahasan dan pengkajian terhadap aktivitas-aktivtas mengenai

peran dari kyai Nahdlatul Ulama di Sidoarjo yang berkaitan dengan masalah

politik utamanya pada hal perilaku politik masyarakat dalam pemilihan bupati dan

wakil bupati Sidoarjo tahun 2020 apakah masih relevan atau justru berubah

karena fenomena yang terjadi saat ini di Sidoarjo terdapat 3 Paslon yang

kesemuanya bukan dari rekomendasi para Kyai Nahdlatul Ulama.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi

Berdasarkan dari uruaian penjelasan latar belakang masalah yang telah

teridentifikasi beberapa permasalahan-permasalahan yang muncul dan

akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, terlihat beberapa masalah

yang ada. Agar penelitian lebih terfokus maka peneliti memberikan batasan

masalah, yaitu:

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Positioning Politik Kyai Nahdlatul Ulama dalam peta pemilihan

umum kepada daerah Kabupaten Sidoarjo ?

18
2. Bagaimana Bentuk Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses

Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020 ?

D. Kajian Pustaka

Pada tahap kajian pustaka, ada beberapa penelitian

terdahulu yang telah meneliti mengenai upaya pemberdayaan

usaha yang telah ada sebelumnya.

E. Tujuan Penelitian

Tanpa adanya tujaun dari penelitian ini. Seorang peneliti tentu pasti

menghadapi hal sulit dalam melaksanakan sebuah penelitian. Selaras terhadap

pemaparan dari uriaian latar belakang serta beberapa rumusan maslah, maka

dalam tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui Keberadaan dan Kondisi Kyai Nahdlatul Ulama

menjelang pemilihan umum kepada daerah Kabupaten Sidoarjo ?

2. Untuk Mengetahui Bentuk Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses

Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dikerjakan menjadi catatan

akademis ilmiah tentang diharap Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses

Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020 mampu

untuk memunculkan manfaat dari hasil penelitian ini baik ditinjau dari praktis

atau teoritis kepada para pembaca, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teori

19
a. Diharapkan mampu untuk berdampak dalam menyalurkan ide atau

informasi-informasi terkait dan sebuah gagasan yang jelas sehingga

mampu memahami konsep atau teori mengenai Peran Kyai Nahdlatul

Ulama Terhadap Proses Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah

Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadikan masukan

terhadap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang mampu untuk

menjadikan bahan evaluasi mengenai proses dan realisasi terhadap Peran

Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses Pemilihan Umum Calon Kepala

Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020

c. Dilihat dalam aspek secara umum diharapkan mampu untuk

memberikan manfaat bagi pembaca, tentang bagaimana hasil dari Peran

Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses Pemilihan Umum Calon Kepala

Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020

2. Secara Praktis

a. Mampu untuk mejadikan sebuah tambahan refrensi pengetahuan yang

akan berhubungan dengan Jurusan atau Program Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

b. Melalui penelitian ini diharapkan menjadikan langkah awal bagi peneliti

sehingga mampu untuk berkontribusi dan membantu mengenai Peran

Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses Pemilihan Umum Calon Kepala

Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020.

G. Definisi Operasional

20
Dalam penelitian yang berjudul “Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap

Proses Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020 ”,

hendaknya untuk menjelaskan mengenai salah satu kata yang terdapat di uraian

diatas, sehingga diharap tidak menjadikan salah tafsir dan memberikan penegasan

makna yang bertujuan untuk menghindari dari pelebaran pembahasan. Berikut

adalah istilah – istilah yang perlu dijelaskan, antara lain:

1. Kyai.

Kyai disebut juga orang terpandang atau disegani, dalam konteks

keindonesiaan menurut Gus Mus, Kyai mempunyai definisi “mereka

yang memperhatikan umat dengan penuh kasih sayang” maka dari itu

Kyai bisa dikatakan mempunyai kedudukan sebagai teladan dan

pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran

mereka. Kyai memang tidak dapat dipisahkan dari agama dan umat.

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebut posisi Kyai dari sudut pandang

sosiologi sebagai pusat dalam hubungan islam dengan umat islam. Itulah

sebabnya Kyai sering menampilkan fiqur yang menentukan dalam

pergumulan umat islam di panggung sejarah, hubungan dengan masalah

pemerintahan, politik, social kultural, dan Pendidikan. Maka dari itu

terkait tentang politik maupun pilihan politik Sebagian tidak dapat lepas

dari peran Kyai.15

2. Pemilu.

15
Rosehan Anwar, dkk, KyaiDalam Penyebaran Pendidikan dan Khazanah Keagamaan
(Jakarta:Proyek Pengkajian dan Pengembangan dan Lektur Pendidikan Agama,2003),13

21
Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan

Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.16

Pemilu adalah pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan tertentu.

Untuk itu pemilihan umum sangat penting karena dalam pemilu terjadi

pelaksanaan kedaulatan rakyat.17

Pilkada pada dasarnya sama dengan pilpres. Keduanya diselenggarakan

untuk memilih pemimpin secara langsung. Pilkada dilakukan untuk

memilih kepala daerah. Kepala daerah tersebut antara lain gubernur-

wakil gubernur, bupati-wakil bupati, dan wali kota-wakil wali kota.

Pilkada dilakukan pada lingkup tertentu.18

3. Nahdlatul Ulama’

Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi agama Islam yang terbentuk

pada tahun 1926 yang lahir dari pesantren, pendirinya adalah K.H.

As‟ari. Organisasi ini menganut paham Ahlussunnah wal Jama‟ah.

Menurut Nahdlatul Ulama Alhussunnah wal Jama‟ah adalah golongan

yang dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam

16
Tim Redaksi BIP, Undang-Undang Pemilu 2019 Berdasarkan Undang-Undang NO 7 Tahun
2007 Tentang Pemilihan Umum, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2018), hlm, 3.
17
M masan dan Rachmat, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas 6, ( Jakarta: PT.
Grasindo, 2011), hlm. 32
18
Setiati widihastuti dan Fajar Rahayuningsih, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Sd/Mi Kelas
VI, (Jakarta: PT Pustaka Insan Mandiri,2008), hlm. 34

22
menggunakan pendekatan madzhab. Nahdlatul Ulama berpendirian

bahwa dengan mengikuti madzab yang jelas metode ( manhaj ) dan

pendapat ( aqwal ) nya, maka warga Nahdlatul Ulama akan lebih

terjamin berada dalam jalan yang lurus dan akan mendapatkan ajaran

Islam yang murni.19

Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia

ikut bertanggung jawab untuk memberikan kontribusinya dalam

mewujudkan cita-cita keadaban bangsa. Sebab Nahdlatul Ulama

dilahirkan tidak hanya ditujukan kepada jamaahnya, namun bagaimana

Nahdlatul Ulama bisa memberikan sumbangsih kepada bangsa. Dan

Nahdlatul Ulama telah berusaha ikut serta dalam menawarkan jalan

keadaban yang bisa diberikan kepada umat maupun bangsa ini sedari

awal sejarah kelahiran dan dinamika eksistensinya20

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi yang dilaksanakan di

Kabupaten Sidoarjo terutama berlokasi di Desa Kedungcangkring Kecamatan

Jabon. Dipilihnya lokasi penilitian berdasarkan himbauan untuk tetap

mematuhi protokol kesehatan pencegahan penularan Covid 19. Adapun

alasan mengapa di desa Kedungcangkring karena di desa ini sangat kaya akan

sejarah juga dikenal dengan desa santri karena terdapat beberapa pondok
19
H.M. As‟ad Thoha, Pendidikan Aswaja Ke-NU-an, ( Sidoarjo: Al- Maktabah-PW LP Maarif NU
Jatim, 2012 ), hlm. 3
20
“Kesetian NU Tak Pernah Luntur” (Surabaya: AULA, Agustus 2007), pp. 10-7

23
pesantren yang cukup tua dan menjadi pusat rujukan pesantren-pesantren

yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya itu di desa Kedungcangkring

ini juga secara otomatis terdapat banyak sekali Kyai yang sangat berpengaruh

di Sidoarjo entah itu yang hanya fokus mengurus Lembaga Pendidikan dan

juga ada yang masuk dalam kepengurusan Ormas Nahdlatul Ulama’. Ciri

khas Kyai yang berada di Desa Kedungcangkring ini salah satunya jarang

sekali mengurusi atau ikut campur langsung dalam perpolitikan yang ada di

Indonesia terutama di Kabupaten Sidoarjo ini, mereka cenderung tidak terlalu

banyak ikut campur namun sangat memiliki pengaruh yang besar dalam hal

apapun termasuk dalam Pilkada yang akan dilaksanakan. Banyak sekali yang

di mulai dari Bakal Calon maupun Calon Kepala Daerah Sidoarjo yang

berkunjung kepada Ulama’ Kedungcangkring entah hanya sekedar sowan dan

meminta restu maupun meminta dukungan secara langsung. Salah satu contoh

Informan yakni KH. Rofiq Sirodj yang notabene adalah salah satu kyai sepuh

yang ada di sidoarjo dan juga Nahdlatul Ulama itu terbukti dengan jabatan

beliau yang sampai saat masih menjabat sebagai Rois Syuriyah PCNU

Sidoarjo. Beliau adalah sosok yang sangat disegani dikalangan para Ulama’

Sidoarjo dan juga para masyarakat Sidoarjo beliau dikenal dengan Suara

Khasnya yang sangat merdu dan juga kealimannya, beliau adalah murid dari

KH. Chamim Djazuli (Gus Miek) yang terkenal karena kewaliannya dan

sangat masyhur di Jawa Timur bahkan di Indonesia. Salah satu peninggalan

beliau adalah Semaan Jantiko Mantab yang mempunyai jamaah ribuan di tiap

kota salah satunya Sidoarjo yang diamanahkan kepada Kyai Rofiq untuk

24
meneruskan perjuangan Kyai Chamim. Maka dari itu Kyai Rofiq selalu

dijadikan rujukan para masyarakat, santri, hingga pejabat hanya untuk

sekedar meminta barokah do’a maupun meminta pencerahan dari beliaunya

KH. Rofiq Sirodj. Dengan itu beliau mempunyai pengaruh yang cukup besar

di Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya saya berencana mewawancarai kyai yang

ada di Sidoarjo khususnya di Desa Kedungcangkring Kecamatan Jabon yang

terdapat banyak sekali Kyai-kyai yang sangat berpengaruh di Kabupaten

Sidoarjo seperti KH. Afidul Charomain yang mempunyai Dzikir dan

Pengajian Rutinan setiap hari kamis yang terkenal dengan nama Ngaji

Kamisan yang setiap diadakan pengajian hamper ribuan orang berbondong

bondong datang dari setiap Wilayah di Kabupaten Sidoarjo bahkan sampai

Wilayah Pasuruan. Ada juga KH. Nadhir Syafi’i salah satu kyai yang sangat

terkenal dan masyhur di Kabupaten Sidoarjo terkenal karena kepiwaiannya

dalam membimbing ibadah haji dan umroh juga terkenal karena kealiman dan

keistiqomahan beliau dalam mengamalkan amalan amalan dzikir yang

terdapat dalam ajaran islam khususnya Ahlussunnah Wal Jamaah. Ketiga kyai

tersebut masing masing memiliki Lembaga Pendidikan tersendiri yaitu

Pondok Pesantren.

2. Sumber data.

Sumber data ialah sebuah informasi atau subyek yang berasal dari data

penelitian ini didapatkan, berdasarkan sumber, dibagi menjadi dua, yaitu :

25
a. Sumber Primer

Sumber Primer yaitu sebuah informasi didapatkan oleh peneliti secara

langsung melalui pihak pertama dan diperlukannya analisis yang lebih

lanjut21. Sumber primer juga merupakan suatu kumpulan informasi

yang dilakukan dengan bentuk wawancara kepada pihak Ulama’ yang

bersangkutan terkait dimana juga mampu untuk mencangkup peran,

pendapat, pengetahuan, dan perilaku yang bisa didapatkan melalui

dokumentasi, observasi.

b. Sumber Sekunder.

Pengertian dari data sekunder yakni sebuah cara mengumpulkan data-

data misalnya dengan membaca jurnal, atau membaca buku yang ada

kaitannya dengan topik yang telah ditentukan oleh peneliti.22

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dari lokasi penelitian dan sumber-sumber

yang berkaitan dengan topik penelitian. Adapun pemaparan dalam

pengumpulan data untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi.

Dimana observasi merupakan salah satu cara melalui cara pengamatan

serta penelitian mengenai fenomena yang akan diteliti. Melalui

observasi sebagai salah satu bentuk pengumpulan data yang benar-

21
Joko, Subagyo, “Metode Penelitian Dalam Praktek” ( Jakarta : Rineka Cipta,2004), Hal, 87.
22
Ibid, Hal, 42.

26
benar membuat peneliti terlibat dalam keseharian dari responden atau

informan.

b. Wawancara

Melalui metode ini akan ada bentuk tanya jawab lisan antara

pewawancara dengan satu informan atau lebih guna memperoleh

informasi atau keterangan. Dalam melakukan penelitian ini setiap

wawancara menggunakan semi-terstruktur, yaitu dalam soal atau

pertanyaan yang akan diutarakan oleh pewawancara bersifat terbuka

dan masih dalam batas tema penelitian. Disamping itu juga teknik

wawancara digunakan sebagai patokan agar pembahasan tidak keluar

dari tema penelitian.

c. Dokumentasi.

Sebuah proses yang dilakukan untuk pengambilan data yang akan

peniliti butuhkan.23. Didalam metode ini dokumentasi sangat berfungsi

untuk mengumpulkan data terkait peran apa yang dilakukan para

Ulama’ Nahdlatul Ulama Sidoarjo yang ada di Desa Kedungcangkring,

Kecamatan Jabon. Data itu diantaranya hasil foto, kemudian hasil dari

wawancara yang dilaukan peneliti, sehingga mengasilkan data valid dan

bukan dari hasil pemikiran.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam metode penelitian kualitatif, suatu pengolahan data dapat

dilaksanakan meskipun data tersebut belum terkumpul semua, atau bisa

23
Suharsimy Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jilid II”, ( Yogyakarta :
Rineka Ciptaa,1998) Hal, 263.

27
dikatakan data sementara. Kemudian data sementara itu dapat diolah dan

dianalisis. Adapun pengolahan pada penelitian ini terdiri dari :

a. Reduksi Data

Didalam mereduksi data adanya langkah-langkah yang harus ditempuh

yaitu pemilihan, penyerdehanaan atau merubah hal yang kasar dimana

ini umumnya muncul ketika melakukan pencatatan dilapangan. Pada

umumnya reduksi data ini memuat gambaran, rangkuman, memilih hal

pokok dan memfokuskan pada satu hal dimana meringankan peneliti

dalam merangkum data dimana ini akan menjadi refrensi tambahan

untuk peneliti. Hasil wawancara dengan informan dalam hal ini

Perangkat Pemerintah Desa, pengrajin tempe akan dicatat kemudian

dipilih sehingga ini tidak membuat tumpuk dan mempersulit peneliti.

b. Data Display

Selanjutnya setelah tahap reduksi, langkah selanjutnya yaitu

menyajikan data display, data display sendiri bisa diimplementasikan

kedalam bentuk bagan, diagram alur, atau naratif. Seiring dengan

peneliti yang menggunakan metode kualitatif jadi data display

berbentuk naratif. Tujuan dari dibentuknya data display adalah untuk

membuat mudah peneliti guna memahami apa yang terjadi. Setelah

mereduksi data dan memilih, kemudian merangkainya kedalam bentuk

narasi megenai Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses

Pemilihan Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun

2020.

28
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan

Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari semua data yang sudah

didapat. Dari penarikan kesimpulan ini diharapkan mampu untuk

mencari, memahami dari setiap pembahasan. Kesimpulan adalah proses

akhir dari kegiatan analisis.

5. Teknik Analisa Data

Dalam hal pengolahan data yang sudah dilakukan atas setiap perolehan data

di lapangan, kemudia direduksi, dideskripsikan dan dianalisis serta akhirnya

ditarik kesimpulan. Dari sini peneliti menyajikan gambaran dari penelitian

yang dilakukan, prosedurnya yaitu :

a. Proses penyajian data

Data disajikan bentuk deskripsi

b. Proses Membandingkan

Jika sudah menemukan data yang diperoleh dari hasil deskripsi

selanjutnya akan dibandingkan dan dikupas atas landasan teori di bab

II.

c. Proses penyajian hasil penelitian

Tahap akhir atau kesimpulan yang tertuju guna menjawab masalah yang

sudah dijelaskan oleh peneliti.

I. Sistematika Pembahasan.

29
Pada bagian ini merupakan rangkaian yang menjelaskan poin-poin yang

terdapat pada penulisan ini dan diharapkan mampu untuk memperudah dalam hal

penulisan atau pemahaman terhadap penelitian yang akan diajukan. Penelitian ini

membahas mengenai “Peran Kyai Nahdlatul Ulama Terhadap Proses Pemilihan

Umum Calon Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2020” Berikut telah

disajikan berupa uraian sistematika pembahasan yang akan menjadi langkah

dalam menyusun penelitian ini:

Bab I. Didalam bab pertama, berisi mengenai pendahuluan yang

merupakan pemaparan mengenai latar belakang dari pertimbangan

peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, disamping itu juga

dalam bab satu peneliti menguraikan berdasarkan realitas tentang

peran Kyai Nahdlatul Ulama yang ada di Desa Kedungcangkring,

sehingga mampu untuk para pembaca memahami isi dari penelitian

ini.

Bab II. Berisikan landasan teori, dimana ini mampu memuat mengenai

penjelasan penyusunan penelitian, terdiri atas kerangka konseptual

dan suatu kajian teori yang mampu menjelaskan tentang teori yang

akan digunakan dalam penelitian.

Bab III. Pada bab ini menjelaskan mengenai setting dari penelitian, yaitu

terdiri dari gambaran umum lokasi dari penelitian serta para

Ulama’ . Dari gambaran umum kemudian mampu digunakan

sebagai gambaran dasar dalam menganalisa temuan.

30
Bab IV Pada bab ini berisi mengenai analisis data dimana diharapkan

mampu untuk menjelaskan analisis terhadap data penelitian yang

menggunakan metode kualitatif untuk menjawab suatu masalah

penelitian, serta menggabungkan hasil penelitian itu kedalam

pengetahuan yang sudah ada.

Bab V Berisikan dari penutup, dimana di dalamnya merupakan bagian

akhir yang berisikan tentang penguraian kesimpulan dan penjelasan

yang sudah diabahas oleh peneliti dan memberikan saran penelitian

No Nama Judul Metode Tujuan dan Persamaan Perbedaan


. Penelitian Hasil
1. Partai Politik, Metode Berusaha Dalam Perbedaan
Rekrutmen Politik dan penelitian ini menjelaskan penelitian yang ada
Pembentukan Dinasti menggunaka bagaimana terdahulu pada
Politik padaPemilihan n metode partai-partai sama sama penelitian
Kepala Daerah pengumpulan politik menggunak terdahulu
(Pilkada) data yang melaksanaka an metode sama
terdapat dari n proses observasi sekarang
Karya : beberapa rekrutmen dan adalah
Fitriyah metode politik untuk menggunak penelitian
Departemen Politik dan antara lain : pencalonan an data tedahulu

31
Pemerintahan,  Metode pilkada yang sekunder lebih
Universitas Diponegoro riset ikut yang juga membahas
investigas menyuburka membahas pada
i atau n politik tentang rekrutmen
observasi dinasti. pemilukada politik.
ke Sedangkan,
wilayah pada
yang akan penelitian
di teliti sekarang
 Metode lebih
studi membahas
literatur tentang
dan peran dari
sekunder tokoh
 Metode masyarakat
analisis
data
2. Perilaku Politik Metode yang Penelitian ini Persamaan Sedangkan
Masyarakat Dalam digunakan bertujuan pada perbedaan
Pemilihan Umum dalam untuk . penelitian yang
(PEMILU) Legislatif penelitian ini Untuk ini terdapat terdapat
Kabupaten yaitu mengetahui pada pada
(Studi Kecamatan tergolong bagaimana judulnya penelitian
Dayun, Dapil II kedalam perilaku yaitu sama- terdahulu
Kabupaten Siak, Tahun penelitian politik sama dan
2014) deskriptif. masyarakat membahas sekarang
Karya : Pendekatan dalam tentang adalah
Rizki Rahman Harahap kualitatif . pemilihan perilaku bahwa
Jurusan Sosiologi anggota pemilih penelitian
Fakultas Ilmu Sosial legislatif terdahulu
dan Ilmu Politik lebih

32
Universitas Riau, membahas
Pekanbaru pada
Kampus Bina Widya perilaku
JL. H.R. Subrantas Km pemilih
12,5 Simpang Baru pada pileg
Panam serta lebih
Pekanbaru detail
sampai
kepada
umur dan
jenis
respondeh,
untuk
penelitian
sekarang
membahas
tentang
perilaku
pemilih atas
dasar dari
peran dari
ulama.
3. Peran Kyai Dalam Kajian Artikel ini Persamaan Sedangkan
Membangun Partisipasi menggunaka bertujuan pada perbedaan
Pemilih n metode untuk penelitian pada
deskriptif membahas dahulu dan penelitian
kualitatif peranan Kyai sekarang terdahulu
Karya: untuk dalam adalah dan
Nurhadi, Sunarso. mendeskripsi membangun Bagaimana sekarang
kanperanan partisipasi seorang bahwa pada
Program Pascasarjana Kyai dalam pemilih. Kyaiatau penelitian

33
Pendidikan Pancasila membangun Kyai dahulu
dan Kewarganegaraan partisipasi berperan lebih
Universitas Negeri pemiilih di atau membahas
Yogyakarta, Jl. pesantren mempengar tentang
Colombo No. 1, Sleman Darul uhi proses Kyai
Yogyakarta Ulum pemilihan sebagai
Banyuanyar baik mediator
pada sebelum politik
pemilukada atau menjadi
kabupaten sesudah penengah
pamekasan terjadinya dalam
2018. pilkada. konflik
politik.
.
4. Kyai Dan Islam Dalam Penelitian ini Penelitian ini Persamaan Perbedaan
Mempengaruhi Perilaku menggunaka bertujuan yang yang
Memilih Masyarakat n metode untuk terdapat terdapat
Kota Tasikmalaya deskriptif mengetahui pada pada
kualitatif dampak penelitian penelitian
Nurlatipah Nasir sebagai positif dan terdahulu terdahulu
metode negatif dan dan
Sekolah Tinggi Ilmu utama Apakah sekarang sekarang
Sosial dan Politik islam dan adalah adalah pada
(STISIP) Kyai sama-sama penelitian
Tasikmalaya, Jawa mempengaru menggunak yang
Barat hi perilaku an metode sekarang
masyarakat deskriptif tidak
dalam kualitatif membahas
memilih. dan juga tentang
membahas lingkungan
tentang santri

34
Perilaku
memilih
masyarakat
5. Keterlibatan Kyai Metode yang Untuk Persamaan Perbedaan
Dalam Pilkada digunakan mengetahui yang terjadi yang terjadi
(Studi Kasus Pilkada Di pada keterlibatan pada pada
Kabupaten penelitiani ini Kyai dalam penelitian penelitian
Banjarnegara) adalah Pilkada di ini adalah dahulu dan
deskriptif Kabupaten sama sama sekarang
Rudi Subiyakto kualitatif Banjarnegara membahas terdapat
sebagai . keterlibatan pada
metode Untuk Kyai metode
utama mengetahui penelitianny
ditunjang dampak a yaitu
dengan keterlibatan kuantitatif
metode Kyai dalam
kuantitatif Pilkada di
Kabupaten
Banjarnegara

6. Kyai Dan Politik: Penelitian ini Hasil Persamaan Perbedaan


Mengintip Motif Kyai mengkaji penelitian pada yang
NU (Nahdlatul Ulama) Motif Politik menunjukka penelitian terdapaat
Dalam Pemilu 2009 di Kyai n, Dalam ini adalah pada
Glenmore Kabupaten Pesantren penelitian ini terletak penelitian
Banyuwangi dalam berusaha pada terdahulu
Pemilihan untuk penelitian dan
H. Sadi Umum. Pada menjelaskan tentang sekarang
Fakultas Keguruan dan pengumpulan beragamnya metode adalah
Ilmu data sikap politik penelitianya terdapat
PendidikanUniversitas dipergunakan Kyai dan yang sama- pada tempat

35
PGRI Banyuwangi beberapa juga untuk sama penelitian.
teknik salah menjawab menggunak
satunya motif yang an
adalah melatarbelak pendekatan
wawancara.. angi Kyai deskriptif
terlibat pada kualitatif
Pemilihan
Umum
7. Fenomena Kyai Dalam Didalam Hasil dari Persamaan Perbedaan
Dinamika Politik: melakukan penelitian ini yang pada
Antara Gerakan Moral pengumpulan adalah telah terdapat penelitian
Dan Politik sumber ini mengetahui pada dahulu dan
menggunaka kondisi serta penelitian sekarang
Abdurrahman n metode pengamatan terdahulu terletak
sejarah yang baik yang dan pada
mempunyai sudah terjadi sekarang metode
kaidah- atau sedang adalah penelitian
kaidah terjadi. sama-sama dan hasil
tertentu dan membahas dari
pada tentang penelitian
prinsipnya Fenomena tersebut.
penelitian Kyai Dalam
adalag suatu Politik salah
proses yang satunya
berbentuk Pilkada.
siklus
bersusun dan
berkesinamb
ungan
8. ORIENTASI POLITIK Penelitian ini Tujuan dari Persamaan Perbedaan
PEMILIH PADA menggunaka penelitian ini pada penelitian

36
PEMILU LEGISLATIF n pendekatan untuk penelitian dahulu dan
TAHUN 2014 kuantitatif mengetahui dahulu dan sekarang
deskriptif dan apakah sekarang adalah
Karya : dianalisis orientasi adalah terdapat
Ratih Puspa Yunita , dalam bentuk politik sama-sama pada
Sugiyarta Stanislaus prosentase pemilih membahas metode
Jurusan Psikologi, dengan dalam tentang penelitian
Fakultas Ilmu menggunaka pemilihan perilaku yng
Pendidikan, Universitas n satu umum pemilih menggunak
Negeri Semarang, variabel. legislatif an metode
Indonesia Variabel kuantitatif
Journal of Social and dalam untuk yang
Industrial Psychology penelitian ini terdahulu
adalah dan yang
variabel sekarang
orientasi adalah
politik. menggunak
Tekhnik an metode
pengambilan kualitatif
sampel pada serta
penelitian ini perbedaan
adalah cluster kedua yakni
sampling terdapat
pada yang
terbaru
tentang
pemilihan
kepala
daerah dan
pileg untuk
penelitian

37
terdahulu
9. Perilaku Pemilih Metode yang Hasil Dilihat dari Sedangkan
Menjelang Pemilu 2019 digunakan penelitian metode untuk
dalam menunjukka penelitian perbedaann
Karya: penelitian ini n bahwa terdahulu ya dapat
Agus Machfud Fauzi metode Perilaku terdapat dilihat
Universitas Negeri campuran pemilih kesamaan bahwa
Surabaya antara menjadi daya pada penelitian
Journal of Islamic kualitatif dan tarik penelitian dahulu
Civilization kuantitatif. tersendiri sekarang lebih
Pengumpulan dalam proses yang membahas
data dalam kontestasi dimana tentang
penelitian ini perpolitikan sama-sama lingkup
dengan cara nasional menggunak nasional
mengkoleksi 2019. an dan
beberapa penelitian penelitian
hasil survei kualitatif. sekarang
politik lebih
yang membahas
dilakukan pada
oleh berbagai perilaku
lembaga. pemilih di
daerah serts
metode
yang
digunakan
yang
terdahulu
yakni
menggunak
an

38
campuran
10. PERAN KYAI Metode yang Hasil Persamaan Sedangkan
DALAM digunakan penelitian yang perbedaann
MEMBANGUN pada menunjukka terdapat ya terletak
PARTISIPASI penelitian ini n bahwa pada pada kyai
PEMILIH adalah Kajian Perkembang penelitian pada
menggunaka an politik dahulu dan penelitian
Karya : n metode yang sekarang terdahulu
Nurhadi, Sunarso deskriptif semakin adalah yang
Program Pascasarjana kualitatif demokratis sama-sama bersifat
Pendidikan Pancasila membuka membahas luas.
dan Kewarganegaraan ruang bagi tentang
Universitas Negeri segenap pengaruh
Yogyakarta, Jl. lapisan Ulama’ atau
Colombo No. 1, Sleman masyarakat Kyai
Yogyakarta untuk dapat
berperan
dalam
perpolitikan
begitu juga
bagi para elit
lokal dalam
hal ini Kyai-
Kyai sebagai
salah satu
elit lokal
memiliki
peran yang
sangat kuat..

39
Draft Wawancara Skripsi

1. Bagaimana tanggapan anda tentang pemilukada

2. Bagaimana reaksi anda tentang fenomena yang terjadi akhir akhir ini

dalam menghadapi pilkada yang akan dating

3. Lalu Langkah apa yang akan kyai ambil untuk suksesnya pilkada sidoarjo

4. Apakah kyai terikat dengan partai ?

5. Bagaimana kyai dalam menentukan sikap untuk menghadapi pilkada tahun

ini

6. Apakah kyai masuk dalam jajaran kepengursan PCNU Sidoarjo ?

7. Bagaimanah sikap NU dalam mensiasati Pilkada Sidoarjo

8. Apakah pilihan politik NU juga mempengaruhi pilihan politik Kyai secara

pribadi ?

9. Apakah kyai akan mengajak masyarakat terutama jamaah kyai untuk

memilih kepala daerah kabupaten sidoarjo

10. Lalu mereka akan kyai sarankan untuk memilih sesuai dengan pilihan

pribadi mereka atau mengikuti pilihan politik kyai

11. Bagaimana cara mengatasi kebimbangan yang terjadi di masyarakat

tentang siapa yang akan mereka pilih untuk kepala daerah sidoarjo 5 tahun

mendatang

12. Sikap NU seperti biasanya yakni akan mendukung salah satu paslon yang

direkomendasikan oleh partai kebangkitan bangsa atau PKB, apakah kyai

juga akan mengikuti sikap NU yakni memilih paslon dari PKB atau kyai

mempunyai pilihan tersendiri?

40
41

Anda mungkin juga menyukai