Anda di halaman 1dari 24

Islamika

(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

DISKURSUS MASAIL FIQHIYYAH TERHADAP


PEMAHAMAN DAN PRAKTIK IBADAH AMALIYAH
MAHASISWA FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG

Karmawan
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
karmawan@unis.ac.id
Faiz Fikri Al Fahmi
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
ffikri@unis.ac.id
Aslihatul Rahmawati
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
arahmawati@unis.ac.id

Abstrak
Masail fiqhiyah mempunyai dua makna yaitu sebagai masalah-masalah yang
bersifat kontemporer, sekaligus merupakan disiplin dari ilmu fikih untuk menetapkan
hukum pada masalah baru yang belum ada hukumnya dengan menggunakan metode
Ijtihad. Artikel ini mengkaji tentang masalah fiqhiyyah yang berkembang di
kalangan mahasiswa pada prodi Pendidikan agama Islam Fakultas Agama Islam
UNIS dan masyarakat umumnya terkait masalah kontemporer, adapun objek kajian
masail fiqhiyyah ini, relevansi fiqih kontemporer dengan doktrin klasik, fleksibilitas
dan keluasan hukum Islam, maqaṣid syari’ah sebagai metode ijtihad kontemporer,
dan pintu ijtihad dibuka kembali. Penelitian ini menyimpulkan bahwa solusi konkret
dalam mengurai problematika hukum Islam kontemporer. Untuk mencapai
pemahaman yang komprehensif dalam mengurai dan memahami nilai dan pesan
yang terkandung dalam hukum Islam, maka penerapan teori Maqaṣid Syariah
mutlak diperlukan dalam ijtihad kontemporer. Hal ini demi lahirnya fiqih yang
humanis, elastis, dan egaliter. Dengan demikian diharapkan mampu berdialektika
dengan problematika yang terus bermunculan.

Kata Kunci: Masail Fiqhiyyah, Pemahaman Ibadah, Praktik Ibadah


Mahasiswa

Pendahuluan kebaikan (maslahah) menusia secara


Kajian tentang hukum Islam universal dijadikan sumber utama
(fiqh) dalam peradaban keilmuan Islam setiap prilaku (taklîf) manusia yang
akan terus menjadi topik yang menarik beriman.1 Bagi umat Islam, fikih
dan seakan-akan tidak pernah surut dan adalah perwujudan (embodiement)
lekang dari perkembangan ilmu
pengetahuan manusia itu sendiri. Al- 1
Muhammad Hashim Kamali,
Qur`an sebagai kitab suci dan Membumikan Syari’at: Pergulatan
Mengaktualkan Islam, (Jakarta, Mizan, 1993),
sekaligus sebagai petunjuk jalan 45-46.

91
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

kehendak Allah terhadap manusia yang budaya sebagai variabel yang selalu
berisi perintah dan larangan. Oleh menyertai pemikiran hukum Islam.
sebab itu, pelaksanaan hukum-hukum Perkembangan hukum Islam
fiqhiyyah dianggap sebagai bentuk (fikih) dalam dunia intelektual Islam
ketundukan kepada Allah; ia adalah merupakan hal menarik karena
manifestasi eksoterik keimanan. Fikih aktualisasi ajaran Islam yang
bukan hanya mengatur hal-hal yang dirumuskan dalam kitab fikih
berhubungan dengan ritual semata, tapi mengalami pengembangan yang
juga seluruh aspek kehidupan manusia disebabkan oleh aspek geografis yang
dari mulai hubungan pribadinya menembus sekat tradisi masyarakat.
dengan dirinya sendiri, dengan Tradisi yang lahir dari sebuah
Tuhannya, keluarganya, lingkungan interpretasi sosial menjadi sesuatu
masyarakatnya serta dengan orang yang amat diperhatikan dalam
yang di luar agama dan negaranya.2 penetapan hukum. Nuansa lokal dari
Kehadiran fiqh pada dasarnya hukum fikih adalah sebuah
merupakan rumusan hukum Islam keniscayaan karena rumusan hukum
yang digali dari al-Qur’an dan hadits. fikih dipengaruhi oleh kebudayaan
Rumusan hukum yang terdapat dalam masyarakat. Hukum fikih berbeda
kitab fikih mengandung nilai dan sifat dengan syari’ah yang bersifat
lokalistik. Dikatakan demikian karena substansial dan universal.
dalam perjalanannya, para fuqaha yang Adapun corak fikih dan
merumuskan hukum dari al-Qur’an pendekatan nalar dalam bahasan kitab-
dan hadis tidak bisa melepaskan diri kitab fikih sedikit banyaknya turut
dari pengaruh budaya atau tradisi yang mempengaruhi corak pemikiran ulama
mengitarinya. Asimilasi dan akulturasi sesudahnya yang kemudian
sosial budaya tidak dapat dihindarkan mentransformasikannya lewat dakwah
dan tidak dinafikan dalam pemikiran kepada masyarakat setempat, sehingga
fikih. Pada saat itulah terjadi sandingan apa yang dipegang masyarakat adalah
antara pemahaman keagamaan dengan apa yang mereka terima dan mereka
pahami dari “ajaran” yang
2
Muhammad Mustafa Imyani disampaikan ulama mereka melalui
menyebutkan sebelas bahasan pokok fiqh kitab-kitab tersebut yang menjadi
yaitu, ‘Ibadat” Mu‘amalat, hukum keluarga,
hukum makanan dan minuman, hubungan referensinya. Bahkan pengamalan
internasioanl pada masa perang dan aman, masyarakat terhadap syariat Islam
hudud dan jinayat, kehakiman (judicial/al-
qada’), sumpah (al-Ayman), hukum tentang
khususnya dalam bidang ibadah sedikit
hamba, hukum tentang pelombaan dan banyaknya dipengaruhi oleh doktrin
permainan, dan terakhir hukum yang pemahaman yang diajarkan dan
bersangkutan dengan kematian. Lihat “Al-
Dirasat al-Fiqhiyyah”, dalam Al-Dirasat mereka terima dari para ulama
alIslamiyyah, silsilah al-nadwat (Al-Qahirah: setempat. Ajaran ditransformasikan
Dar al-Fikr, 1981), 143-146. Bandingkan adakalanya melalui dakwah atau
dengan “Umar Sulayman al-Ashqar” Tarikh
al-Fiqh al-Islami (Kuwait: Maktabah al-Falah, pengajian-pengajian agama, juga
1982), 19-21.

92
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

melalui karya tulis (risalah/kitab) yang Bahkan juga adanya perbedaan


disusun oleh para ulama. latarbelakang di kalangan mahasiswa
Berangkat dari pemaparan di itu sendiri juga membuat perkuliahan
atas, penulis tertarik untuk melakukan menjadi semakin hidup dengan adanya
pengkajian dan penelusuran terkait berbagai diskusi menarik yang ditinjau
materi pemahaman masail fiqhiyyah dari berbagai sudut pandang. Sehingga
mahasiswa Fakultas Agama Islam satu materi yang ada dalam satu
secara lebih mendalam. Pertanyaannya, pertemuan dapat cukup memakan
sejauh mana peran dan eksistensi waktu perkuliahan sehingga
materi masail fiqhiyyah yang diajarkan berpengaruh terhadap materi yang lain.
di program studi pendidikan agama Maka wajar saja apabila pada mata
Islam Fakultas Agama Islam UNIS kuliah masail fiqhiyyah mahasiswa
sebagai respon atas problem yang tidak dituntut untuk sering menambah dan
pernah terurai dan terselesaaikan? memperluas pengetahuan diluar jam
Dalam hal ini, menurut penulis penting pelajaran dengan membaca dari
untuk dikaji kembali sebagai langkah berbagai sumber yang telah
memberikan pemahaman di kalangan dikemukakan sebelumnya. Hal ini
mahasiswa. sesuai dengan salah satu tujuan dari
Penulis mencoba program studi Pendidikan Agama
mengekplorasi diskursus pemikiran Islam Fakultas Agama Islam UNIS
masail fiqhiyyah dikalangan akademisi untuk menghasilkan guru di bidang
terutama mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
pendidikan agama Islam (PAI) profesional dan berdaya saing untuk
Fakultas Agama Islam Universitas menunjang pelaksanaan pendidikan
Islam Syekh-Yuauf (UNIS), melalui dalam berbagai jalur dan jenjang
satu telaah dalam bidang fikih. pendidikan.
Pemahaman masail fiqhiyyah ini Munculnya persoalan-persoalan
sangat penting, mengingat saat ini baru yang membutuhkan jawaban dan
begitu banyak kalangan yang penjelasan dari fikih menjadi titik
menyerukan perlunya pembaharuan perhatian fuqaha untuk terus menggali
dalam bidang fikih. Pemahaman masalah fiqhiyyah pada masyarakat,
mahasiswa terhadap masalah fiqhiyyah karena produk hukum fikih terus
berangkat dari forum diskusi berkembang dan berubah yang
mahasiswa program studi pendidikan dipengaruhi perubahan tempat dan
agama Islam fakultas agama Islam waktu. Bersamaan dengan pesatnya
UNIS yang memahami bahwa masail perkembangan tradisi intelektual
fiqhiyyah perlu diangkat agar muncul dikalangan umat Islam sekaligus
permasalahan baru sehingga menjadi dengan semakin kompleksnya segala
bentuk pembahasan yang menarik permasalahan di setiap tempat dengan
dikalangan mahasiswa dan dosen. segala keunikannya masing-masing
maka perlu adanya bentuk konsep

93
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

hukum fikih yang mampu dan secara mendalam. Yang menjadi


mengakomodir tanpa harus subjek penelitian untuk
meninggalkan substansi sumber dasar mendeskripsikan kualitas, karakter,
hukum Islam yakni al-Qur’an dan sifat, dan model fenomena tersebut.
Hadits.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Metode Penelitian Diskursus Pemahaman Fikih
Penelitian ini merupakan jenis Secara etimologis, kata fikih
penelitian lapangan yang memiliki beberapa arti di antaranya
menggunakan teknik deskriptif adalah pengetahuan, pengertian dan
kualitatif, yaitu penelitian yang pemahaman. Di dalam al-Qur’an
menjelaskan pengumpulan data atau sendiri, kata fikih dalam bentuk kata
realitas pribadi berdasarkan kerja disebut sebanyak 20 kali dalam
pengungkapan yang telah dieksplorasi 12 surat dan 20 ayat. Kesemuanya
atau diungkapkan oleh responden. berkenaan dengan konteks
Informasi yang dikumpulkan berasal pembicaraan soal-soal keagamaan.4
dari orang-orang yang diamati dalam Ditinjau dari perspektif historis, term
bentuk bahasa tertulis atau lisan. fikih ini pada mulanya sangat luas
Metode kualitatif adalah sehingga bisa dimaknai sebagai
metode penelitian yang didasarkan pengetahuan dan pemahaman yang
pada filosofi postpositivisme yang mendalam (profound) mengenai
digunakan untuk mengkaji kondisi sesuatu hal. “Sesuatu hal” di sini bisa
objek ilmiah (berlawanan dengan mencakup bahasa, keahlian tentang
eksperimen) dimana peneliti sebagai onta, asketisme, teologi, hukum, dan
instrumen utama, sumber data diambil sebagainya. Lambat laun terma fikih
secara surposive dan snowbad, teknik ini menyempit menjadi masalah-
pengumpulan digabungkan. masalah hukum, bahkan lebih sempit
triangulasi, analisis data bersifat lagi yaitu pada literatur hukum.5
induktif/kualitatif, dan hasil metode
4
kualitatif bersifat induktif/kualitatif. Muhammad Amin Suma, Ijtihad Ibn
Taymiyyah dalam Fiqh Islam, ( Jakarta:
Karena permasalahan yang dikaji Pustaka Firdaus, 2002), hlm. 141-142. Lihat
bersifat dinamis dan penuh makna, juga Ismail Muhammad Syah dkk, Filsafat
maka tidak mungkin mengkaji data Hukum Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
13.
situasi spiritual dengan menggunakan 5
A. Hasan, Pintu Ijtihad sebelum
metode kualitatif seperti observasi, Tertutup (The Early Development of Islamic
Jurisprudence), (Bandung: Pustaka, 1994), 1.
wawancara, dan dokumentasi, yang Senada dengan argumen A. Hasan ini, Fazlur
bertujuan untuk menggambarkan Rahman membagi perkembangan terma fiqh
realitas sosial dan berbagai fenomena menjadi tiga fase yaitu: pertama, istilah fiqh
yang berarti paham (understanding) sebagai
yang terjadi di masyarakat secara utuh. kebalikan sekaligus suplemen terhadap istilah
‘ilm. Kedua, fiqh mengacu pada pemikiran dan
pengetahuan tentang agama secara umum baik
3
Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh tasawwuf, ilmu kalam dsb. Ketiga, istilah fiqh
Kontekstual”, Di Akses dari jurnal mengacu pada suatu jenis disiplin dari ilmu-
Yudisia, Vol. 6, No. 2, 469. ilmu pengtahuan Islam, yaitu hukum Islam.

94
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

Sehingga fikih didefinisikan secara Hasan, dalam bahasa yang berbeda tapi
terminologis sebagai pengetahuan bersubstansi serupa, dia menerangkan
tentang hukum-hukum syariat yang bahwa syari’ah meliputi baik hukum
bersifat furu’ (cabang) yang digali maupun aturan-aturan pokok agama,
(secara langsung) dari dalil-dalil syar’i sedangkan fikih semata-mata
yang terperinci.6 Atau bisa juga berurusan dengan hukum saja.9 Dalam
dipahami sebagai pemeliharaan pengertian ini, syari’ah selalu
hukumhukum furu’ secara mutlak, dipandang sebagai yang terbaik, adil
apakah hukum-hukum tersebut dan seimbang, sementara fiqh hanya
langsung diambil dari dalil-dalilnya lah upaya pemahaman yang dilakukan
atau tidak.7 untuk mencapai cita-cita dan tujuan
Persoalannya, di kalangan umat syari’ah (maqasid al-Syari’ah).
Islam seringkali kemudian terjadi Persoalan lain yang kemudian
kerancuan antara makna fikih dengan muncul berikutnya adalah kenyataan
syari’ah. Padahal sebenarnya antara seringnya fikih dianggap sebagai
keduanya terdapat perbedaan yang produk hukum yang instant dan final
signifikan. Mengenai hal ini Khaled M. daripada sesuatu yang memerlukan
Abou el-Fadhl menjelaskan bahwa penafsiran ulang. Berulangkali usaha-
syari’ah yang secara etimologis berarti usaha pemahaman ulang terhadap
“jalan”, adalah hukum Tuhan sebagai produk fikih masa lampau mengalami
sesuatu yang abstrak dan ideal. kebuntuan karena begitu kukuhnya
Sementara fiqh adalah pemahaman dan posisi fikih dalam benak umat Islam.
pelaksanaan konkret Kehendak Tuhan Apa yang dialami oleh almarhum
tersebut.8 Mencuplik argumen A. Fazlur Rahman sampai tragedi Nasr
Hamid Abu Zayd adalah sebagian kecil
Lihat, Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The bukti-buktinya. Pada prinsipnya, di
University of Chicago, 1975), 100-101.
6
Al-Bannani, Hasyiyah al-
kalangan umat Islam tidak ada yang
‘Allamah al-Bannani ‘ala Syarh al- menolak fikih sebagai hasil penafsiran
Mahalli ‘ala Matn Jam’ al-Jawami’, Juz atas teks-teks primer dasar Islam: al-
1, (t.t.p: Dar Ihya’ al-Kutub al-
‘Arabiyyah, t.th), 42 Qur’an dan Hadis. Hanya saja, sikap
7
Hassan Ahmad Khatib, al-Fiqh terhadap penafsiran ulama seringkali
al-Muqaran, (t.t.p: Dar al-Ta’lif, 1957), berlebihan bahkan sampai ke tingkat
11.
8
Khaled M. Abou El Fadl, “Atas Nama kultus. Akibatnya, posisi fikih
Tuhan”, (Speaking in God’s Name: Islamic meninggi dan menjadi pintu masuk
Law, Authority, and Women), terj. R. Cecep
Lukman Yasin, ( Jakarta: Serambi, 2001), 61.
untuk memahami kandungan teks-teks
Lihat juga, Subhi Mahmasani, Falsafat al-
Tasyri‘ fi al-Islam: Muqaddimah fi Dirasat al-
Syari’ah al-Islamiyyah ‘ala Daw’ Islam dalam Kehidupan Umat Islam”, dalam
Madhahibiha al-Mukhtalifah wa Dhaw’ al- Amrullah Ahmad, dkk, Dimensi Hukum Islam
Qawanin al Hadithah, (Beirut: Dar al-‘Ilm li dalam Sistem Hukum Nasional, ( Jakarta:
al-Malayin, 1961), 21-24; Bernard G. Weiss, Gema Insani Press, 1996), 86.
The Spirit of Islamic Law, (Athens: University 9
Mahfudz Junaedi, “Fiqh Indonesia:
of Georgia Press, 1998), 119-121; Ibrahim Tinjauan Kritis Epistemologi” Di akses dari
Hosen, “Fungsi dan Karakteristik Hukum jurnal Syariati, Vol. I No. 03, Mei 2016, 372.

95
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

dasar. Fikih menjadi “korpus tertutup” sebagai ilmu, dan aplikasinya melalui
yang lain di luar al-Qur’an dan Hadis. konsep salih li kulli zamân wa makan
Seolah-olah ada semacam pembatasan tidak dapat dilepaskan dalam konteks
pemahaman fikih di kalangan sosial budaya tertentu dan
masyarakat dewasa ini sehingga lebih mengandung nilai-nilai universal yang
mementingkan menghafal syarat sah, akan selalu relevan untuk setiap zaman
syarat wajib, rukun dan lainnya dari dan tempat sesuai dengan maqâṣid asy-
pada efek ibadah itu sendiri. Padahal syarî’ah dan sekaligus sebagai filsafat
pada awalnya fikih mencakup pula hukum Islam dengan pendekatan
persoalan tauhid dan akhlak seperti sistem (maqasid based ijtihad).10
yang terdapat dalam Kitab al-Fiqh al- Berpijak pada penjelasan di
Akbar karya Imam Abu Hanifah atau atas, maka pada dasarnya dapat
Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali dikatakan bahwa memahami dunia
sebagaimana disinggung sekilas di fikih tidak bisa dilepaskan dari
atas. pemahaman adanya faktor-faktor yang
Diskursus pemahaman fikih senantiasa berubah dan menuntut
berorientasi kepada membangun adanya pemahaman-pemahaman baru.
pemikiran fikih yang dibutuhkan Karena itu prinsip bahwa ketentuan
masyarakat saat ini Pembahasan hukum Islam senantiasa bergerak maju
hukum Islam tidak dapat dilepaskan sesuai dengan perubahan zaman,
dari kajian teori system yang kondisi dan tempat (taghayyur al-
menggunakan pendekatan filsafat ilmu. ahkam manat bi taghayyur al-azminah,
Dalam pembahasan fikih didekatkan al-ahwal wa al-amkinah) adalah
pula dengan epistemologi makna dan ketentuan prinsip yang semestinya
kebenaran dalam memahami fikih. dijadikan sebagai sebuah pegangan
Memahami teks sebagai sumber kunci.
hukum Islam pembahasan dan Untuk mengembangkan hukum
aplikasinya menggunakan fikih, pandangan seperti itu sangat
hermeneutika, karena dengan mendesak untuk segera dirubah dan
hermenutika akan didapatkan diluruskan. Tawaran yang dapat
pemahanan dan penafsiran terhadap diajukan untuk hal itu antara lain.
sumber hukum Islam yang bersumber pertama, memberikan porsi yang
dari teks al-Qur`an dan al-Hadits cukup terhadap peran akal. Akal harus
sesuai dengan konteks yang menjadi diberi peluang untuk mengembangkan
objek hukum tersebut. produk-produk yang ada dalam kitab-
Pembahasan ini perlu kitab fikih. Membatasi peran akal
didekatkan dengan konteks keilmuan berarti membiarkan fikih sebagai
kontemporer dengan melakukan kumpulan aturan yang abadi setara
integrasi interkoneksi, sehingga
ditemukan teori kebenaran dalam 10
Muhammad Yusuf, “Membangun
menemukan hukum Islam. Fikih Konsep Fikih Kontemporer,” Di Akses dari
Jurnal Syarah, Vol.9 No. 2 Tahun 2020, 206.

96
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

dengan syari’ah (agama), dan hal itu fikih ideal. Dengan kata lain, fikih
berarti mengekalkan produk pemikiran yang dirumuskan oleh praktisi
manusia yang semestinya temporal dan berdasarkan realitas lapangan harus
liable terhadap perubahan. Akibat lain dikembangkan dari pada fikih yang
dari kekeliruan memahami fikih lebih dominan mengeks-presikan hal-
identik dengan syari’ah ialah tidak hal yang ideal. Dengan demikian, agar
adanya batasan waktu dan tempat bagi fikih terus berkembang, produk fikih
berlakunya sebuah produk fikih. Fikih harus dipandang sebagai produk
dianggap berlaku sepanjang masa, dominan akal ketimbang wahyu. Fikih
untuk semua tempat dan kondisi. harus dilihat sebagai mata rantai
Perbaikan atau revisi terhadap perubahan yang tak henti-hentinya.12
sebagian (apalagi seluruhnya) terhadap Karakteristik Metode
fikih dianggap mengganggu syari’ah Pengembangan Fikih
(agama). Karena itu fikih cenderung Keberhasilan dalam melakukan
resisten terhadap perubahan. Kedua, proses pembelajaran fiqh mungkin
membuka peluang keragaman fikih. tergantung pada metode dan
Setiap masa dan tempat mempunyai pendekatan yang digunakan. Sebuah
kultur dan persoalannya sendiri. “metode” (process and procedure to
Memberlakukan produk pemikiran obtain data) dan “pendekatan” (the
untuk semua tempat dan sepanjang way to think) dalam studi atau kajian
masa sama halnya dengan mengingkari keislaman yang memiliki kedudukan
realitas keragaman. Karenanya fikih cukup penting,yang mungkin sering
harus dianggap sebagai varian diabaikan. Fikih dan implikasinya pada
keragaman yang bersifat partiku-lastik tataran pola pikir dan pranata sosial
yang terkait dengan tempat dan waktu. yang dihadirkannya dalam kehidupan
Fikih harus dianggap sebagai respon muslim dianggapnya terlalu kaku
atau refleksi kenyataan yang ada serta sehingga kurang responsif terhadap
merupakan ekspresi dari kultur lokal tantangan dan tuntutan perkembangan
tertentu. Kesadaran akan keragaman zaman, khususnya dalam hal-hal yang
ini penting sebagai landasan untuk terkait denganpersoalan-persoalan
mengembangkan fikih di berbagai hudud, hak asasi manusia, hukum
tempat yang realitanya memang publik, wanitadan pandangan tentang
berbeda-beda. Ketiga, berfikir realistis. non-Muslim. Meskipun pintu ijtihad
Memproduk fikih yang didasarkan atas telah dibuka, tetapi tetap saja ilmu-
realitas masyarakat sangat penting ilmu agama khususnya fikih, tidak dan
sebagai upaya untuk mengembangkan belum berani mendekati, apalagi
fikih.11 Fikih yang riil, dapat memasuki pintu yang telah terbuka
dilaksanakan, lebih penting dari pada tersebut. Tegasnya, keilmuan fikih
12
Muḥammad Sa’id Ramadan al-
11
Atho’ Mudzhar, Fiqh dan Bouti, Ḍawabit al-maslahah fi al-Syari’ah
Reaktualisasi Ajaran Islam, (Jakarta: al-Islamiyyah (Beirūt: Mu’assasah al-
Paramadina, 1995), 372-374. Risalah, 1977), 74.

97
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

yang berimplikasi pada cara pandang Persoalan fikih (sosial


dan tatanan pranata sosial dalam keagamaan) yang muncul kembali dan
masyarakat muslim belum berani dan dijadikan bahasan mata kuliah ini,
selalu menahan diri untuk bersentuhan tidak lain dikarenakan adanya
dan berdialog langsung dengan ilmu- beberapa anggapan bahwa ada
ilmu baru yang muncul pada abad ke- kemungkinan masalah yang sama
18 dan19, seperti antropologi, tersebut memunculkan hukum yang
sosiologi, budaya, psikologi, filsafat, baru, membutuhkan penyelesaian yang
dan seterusnya.13 sama sekali berbeda dengan
Dalam pandangan penulis, pada sebelumnya; atau kemungkinan juga
awalnya materi-materi yang disajikan hukum yang dikeluarkan masih sama
dalam mata kuliah Kajian Fikih dengan hukum sebelumnya. Dengan
Kontemporer ini merupakan materi- kata lain, mata kuliah masail fiqhiyyah
materi yang tidak jauh berbeda dengan merupakan mata kuliah yang mencoba
masail fiqhiyah. Hal ini didasarkan mendialogkan antara teks dan konteks
atas sebuah kenyataan bahwa pokok atau sebaliknya, serta mencarikan
bahasan yang ada dalam mata kuliah solusi atas berbagai persoalan sosial
Kajian fikih kontemporer ini sama keagamaan (fikih) yang diakibatkan
dengan pokok bahasan yang ada dalam perkembangan zaman, kemajuan ilmu
mata kuliah masail fiqhiyah. pengetahuan dan teknologi dan
Perbedaannya hanya terletak pada berbagai faktor lainnya.
kajian atau materi yang sifatnya Alternatif solusi yang
kekinian; pokok bahasan yang belum dikemukakan tidak hanya terfokus
dibahas atau belum ada dalam mata pada satu ulama atau madzhab, akan
kuliah masail fiqhiyah. Sehingga tetapi meliputi berbagai sudut pandang
penulis berasumsi bahwa mata kuliah baik ulama (madzhab) yang
kajian fikih kontemporer ini adalah bersesuaian maupun yang
nama mata kuliah baru dari masail bertentangan, ulama secara kolektif
fiqhiyah. maupun individual, ulama klasik
Masalah yang menjadi bahasan maupun kontemporer dengan berbagai
pada mata kuliah ini merupakan argumentasinya.
masalah yang sama sekali baru, dan Dalam proses pembelajaran,
masalah yang sudah pernah terjadi dan ketika menyampaikan materi, penulis
dibahas serta dicari solusinya oleh para selalu menekankan berbagai perbedaan
ulama klasik; namun dalam yang ada antara para ulama, baik
perkembangannya lebih lanjut, ulama madzhab maupun ulama secara
masalah tersebut muncul kembali. individual; maupun pandangan penulis
dan bagaimana pandangan kritis
mahasiswa, meskipun masih jauh dari
13 apa yang telah dikemukakan dan
Charles Kurzman (ed.), Liberal
Islam A Sourcebook, (New York: ditekankan oleh para pemikir
OxfordUniversity Press, 1988)

98
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

kontemporer di atas. Penyampaian mahasiswa benar-benar aktif dalam


berbagai pandangan ulama atas proses pembelajaran.14
persoalan fikih yang menjadi kajian Sumber hukum Islam yang
dalam mata kuliah masail fiqhiyyah berupa al-Qur’an dan Hadits
dimaksudkan untuk memberikan mengandung aspek sosial, terutama
wawasan mahasiswa agar memiliki ayat-ayat yang ada asbab al-nuzul atau
pengetahuan yang luas, mendalam dan hadits yang ada asbab al-wurud
plural; yang akhirnya diharapkan merupakan respon terhadap kondisi
menjadi mahasiswa yang memiliki sosial, baik dalam proses
kepribadian inklusif. pengkomunikasian maupun substansi
Tujuan ini ditekankan karena ajaran yang terkandung di dalamnya.
pada kenyataannya terdapat sekian Ayat tentang pelarangan meminum
banyak perbedaan yang ada dalam khamar yang turun bertahap dapat
fikih, khususnya dalam persoalan- dijadikan sebagai contoh respon al-
persoalan ibadah, sehingga mahasiswa Qur’an terhadap kondisi sosio-kultural
harus mampu memilah dalam masyarakat waktu itu. Hadits tentang
mencermati persoalan-persoalan fikih, salam (beserta hukum memberi salam
dan memiliki pandangan yang kritis, dan menjawab salam) salah satu aspek
baik secara teoritis maupun praktis. sosial menyangkut interaksi dilihat dari
Apalagi bila dikaitkan dengan segi substansi.
kenyataan masyarakat Indonesia yang Dalam mengamalkan fikih,
plural yang memiliki berbagai juga dibutuhkan ilmu tertentu agar
pemahaman dan keyakinan agama hukum-hukum yang terkandung di
serta keagamaan. dalamnya dapat terlaksana dengan
Di sisi lain, penulis juga baik. Misalnya menyangkut dengan
memberikan berbagai pandangan hukum waris, tentunya membutuhkan
beserta argumentasi atas berbagai ilmu matematika, karena dalam
persoalan fikih yang sedang dibahas, pelaksanaan harta warisan adanya
berusaha mendudukkan persoalan perhitungan terutama menyangkut
tersebut serta mengarahkan mahasiswa pembagian, penambahan dan
bagaimana cara memahami persolan pengurangan.
secara proporsional. Lebih dari itu, Dalam bidang ibadah, misalnya
penulis juga mengajak mahasiswa agar ibadah shalat, puasa, zakat dan haji
mereka memberikan catatan atau membutuhkan ilmu astronomi untuk
kontribusi sebagai pandangan kritis dapat mengetahui waktu dan arah,
atas persoalan yang sedang membutuhkan ilmu matematika untuk
didiskusikan. Hal demikian memghitung nisab zakat, serta ilmu
dimaksudkan agar mahasiswa selain pengetahuan lainnya untuk memahami
memiliki pandangan kritis, juga agar
14
Mahathir Muhammad Iqbal,
“Merumuskan Konsep Fiqh Islam Perspektif
Indonesia” di akses dari jurnal al-Ahkam, Vol.
2, Nomor 1, Januari-Juni 2017,

99
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

secara mendalam apa makna dibalik agama (hukum Islam) agar tidak keluar
perintah ibadah tersebut. Misalkan saja dari jalur agama.15
tentang niat dalam melaksanakan Dewasa ini masyarakat muslim
ibadah. Niat merupakan suatu hal yang dihadapkan pada persoalan baru,
menyangkut tentang jiwa manusia, seiring dengan datangnya wabah
ilmu yang mempelajari tetang jiwa penyakit yang dikenal dengan covid-
adalah psikologi. Dengan ilmu 19. Salah satu persoalan yang harus
psikologi dapat menjelaskan diselesaikan oleh umat Islam adalah
pengertian tentang niat, bagaimana bagaimana mengurus janazah orang
kesadaran manusia yang dibutuhkan yang meninggal karena penyakit
dalam niat, sejauh mana niat dapat covid-19 tersebut. Pihak medis pada
mempengaruhi perbuatan yang awalnya mengikuti prosedur medis
diniatkan serta bagaimana niat itu (protokol kesehatan), janazah
dilakukan agar mempengaruhi dimandikan, dikafankan, dishalatkan
kesadaran yang tinggi dalam diri dan dikuburkan sesuai dengan protokol
manusia. kesehatan, dimana pihak keluarga,
Pengamalan fikih dalam bidang famili dan masyarakat dimana janazah
mu’amalah, butuh kepada ilmu itu tinggal tidak dilibatkan. Dalam
matematika, akuntansi dan keahlian kondisi seperti ini tentunya akan terjadi
teknologi informasi. Perkembangan konflik antara tenaga medis dengan
dalam bidang ekonomi berpengaruh keluarga janazah dan hal ini dapat
besar pada perkembangan fikih, dimengerti karena beberapa hal telah
aktivitas bisnis dewasa ini tidak bisa dilanggar yaitu keyakinan, adat dan
melepaskan diri dari jasa perbankan, psikologi keluarga janazah. Selain itu,
sementara di dunia perbankan juga pengetahuan fiqih tersusun melalui
mengalami perkembangan pesat prosedur yang jelas sebagaimana
seiring dengan penemuan baru dalam tertuang dalam qawaid al-fiqihiyah
rangka memudahkan pebisnis dalam yang dalam operasionalnya meliputi;
bertransaksi. Demikian juga dalam 1. Metode deduktif (istinbath), yaitu
bank syari’ah, untuk menjaga metode penarikan kesimpulan
keseimbangan dengan bank khusus(mikro) dari dalil-dalil
konvesional dalam memberikan umum (al-Qur’an dan hadits).
layanan kepada nasabah juga ikut serta Metode ini dipakai
mengejar perkembangan tersebut. untukmenjabarkan atau
Tentunya dalam hal ini kebutuhan akan menginterpretasikan dalil-dalil Al-
ilmu pengetahuan suatu keniscayaan Qur’an dan haditsmenjadi hukum-
agar dapat menjalankan roda hukum yang terinci sebagaimana
perekonomian untuk menjaga
15
ketahanan ekonomi masyarakat Syamsul Arifin dan Sari Narulita,
“Latar Belakang Mahasiswa Dalam
muslim, disamping juga harus Memahami Fiqih, Di Akses dari Jurnal Studi
memahami ketentuan- ketentuan Al-Qur’an Vol.9 , No.1, Tahun. 2013, 40

100
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

banyak tertuang dalamkitab-kitab untuk memperoleh kesimpulan


fiqih. Misalnya, masalah shalat akhir. Metode ini biasa juga
yang mana dalam kitab suci hanya menggunakan pendekatan analogi
disebutkan kewajiban dan (qivas), rumus prinsip, dan
waktunya sementara termasuk konsiderasi tujuan. Para
penjabarannya ditemukan dalam fukaha menggunakan metode ini
hadits Nabi. untuk menentukan hukum
2. Metode induktif (istiqra’), yaitu terhadap suatu masalah yang
yaitu metode pengambilan secara fisik disebut dalam nas
kesimpulan umum yang dihasilkan tetapi secara simbolik diisyaratkan
dari fakta khusus. Misalnya, untuk oleh nash karena ada preseden
menentukan kapasistas air yang (qarinah) tertentu
dapat berubah dan tidak dapat Oleh karena itu, fikih
berubah karena suatu hal, merupakan hasil kajian ulama, maka
menentukan jangka (lamanya) dalam mempelajarinya diperlukan
haid bagi wanita, yang mana kala pendekatan kritis dengan
itu beliau melakukan penelitian menggunakan metode kajian. Dengan
dengan mengambil sejumlah kata lain, apa yang terdapat dalam
sample wanita Mesir. kitab-kitab fikih tidak harus dijadikan
3. Metode genetika (takwini), yaitu pegangan final yang dipandang mutlak
metode penelusuran dalam kebenarannya mengingat isi kitab
mengetahui latar belakang sangat dipengaruhi oleh konkeks ruang
terbitnya nash dan kualitas nash dan waktu. Konsekwensi inilah yang
(hadist). Metode ini menunjukkan bahwa suatu pemikiran
memprioritaskan kajian tentang (mazhab) fikih bisa jadi benar tetapi
sebab terjadinya atau melihat ada kemungkinan salah. Terhadap
sejarah kemunculan masalah yang adanya kemungkinan benar-salah
dipecahkan oleh nash atau inilah memberikan peluang untuk
memperhatikan kualitas dilakukan kritik.16
periwayatan sehingga pendekatan Penerapan kedua metode
kesejarahan (historical approach) tersebut tentu saja belum mampu
banyak digunakan. Hal dipakai menghasilkan hukum Islam yang
oleh ahli fikih dalam menetapkan komprehensif, karena itu dewasa ini
hukum dengan melihat asbab al- sangat dibutuhkan basis teori yang
nuzul atau asbab al-wurud. lebih tegas, konsisten dan mempunyai
4. Metode dialektika (jadali), yaitu akar yangkokoh dalam tradisi
suatu metode yang menggunakan intelektual fuqaha. Salah satu yang
penalaran melalui pertanyaan atau paling penting adalah teori maqashid
pernyataan teas dan antiteasa.
Kedua pernyataan ini kemudian 16
Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh
didiskusikan dengan prinsip logika Kontekstual”, diakses dari Jurnal Pemikiran
Hukum dan Hukum Islam,

101
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

al-syari’ah, sebagaimana dibangun meliputi: fikih ibadah, fikih muamalah,


argumennya sejak awal oleh Imam fikih munakahat, fikih jinayah, fikih
Haramain al-Juwaini menyatakan siyasah. Hal ini menggambarkan
bahwa seseorang tidak dapat dikatakan bahwa ruang lingkup pemahaman
mampu menetapkan hukum dalam masail fiqhiyyah tidak terlepas dan
Islam sebelum ia memahami benar mencakup aspek perwujudan
tujuan Allah mengeluarkan perintah keserasian, keselarasan, dan
dan larangan-Nya.17 Pemikiran keseimbangan hubungan manusia
demikian kemudian dilanjutkan oleh dengan Allah Swt., dengan diri sendiri,
al-Gazali, Izzuddin ibn Abd Salam, sesama manusia, makhluk lainnya,
dan lainnya. maupun lingkungan. Dilihat dari tema-
tema dalam kitab-kitab fikih
Objek Kajian Masail Fiqhiyah kontemporer, maka kajian masail
Mata kuliah masail fiqhiyyah fiqhiyyah dapat dikategorikan ke
merupakan bagian dari kurikulum dalam beberapa aspek pembahasan :18
program studi pendidikan agama Islam
fakultas agama Islam yang memiliki a) Aspek Thaharah.
ciri khas dibandingkan dengan Thaharoh adalah mengerjakan
pelajaran yang lainnya, karena pada sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak
mata kuliah tersebut menjawab akan sah tanpa melaksanakan hal
permasalahan yang ada di sekitar tersebut”. Yang dimaksud
masyarakat terkait pemahaman praktik mengerjakan sesuatu yaitu bersuci.
ibadah dan memikul tanggung jawab Yang mana bersuci ini terbagi ke
sosial untuk dapat memberikan dalam dua bagian lagi. Yang pertama
jawaban terhadap masalah fiqhiyyah yaitu bersuci dari hadas dan yang
untuk dipahami mahasiswa, dan kedua bersuci dari kotoran atau najis.
diperlukan pengamalan berkaitan Yang dimasud bersuci dari hadas itu
dengan ibadah mahdhoh dan sendiri yaitu berwudhu‟, mandi besar,
muamalah serta dapat dan juga tayamum sebagai pengganti
mempraktikannya dengan benar dalam dari wudhu‟. Sedangkan yang
kehidupan sehari-hari. Disamping mata dimaksud dari bersuci dari kotoran
mata kuliah yang mempunyai ciri ataupun najis itu sendiri yaitu istinja‟,
khusus juga materi yang diajarkannya dan menghilangkan najis dari badan,
mencakup aspek kehidupan dan pakaian dan tempat. Seperti contoh:
peribadatan. Hukum membaca do’a ketika
Secara umum Objek dan ruang membasuh anggota wudhu, dapat
lingkup pemahaman masail fiqhiyyah dipahami bahwa berdasarkan
pada mahasiswa Fakultas Agama Islam keterangan dalam kitab-kitab fiqh,

17 18
Abd Malik ibn Yusuf abu al-Ma’ali Muhammad Azhar, Fiqh
al-Juwaini, Al-Burhan fi Ushul al-Fiqih (Cairo Kontemporer dalam Pandangan
: Dar al-Anshar,1400H), I/295 Neomodernisme Islam, TT.

102
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

hukumnya sunnah, dengan catatan bersama anak, atau sebelumnya, maka


tidak meyakini hukum kesunahannya tidak disebut nifas.20
dengan dilandaskan pada hadits Nabi
Muhammad. Karena tidak ada hadits b) Aspek Sholat,
yang bisa dijadikan hujjah (kekuatan Sholat secara bahasa berarti
hukum), mengenai hal tersebut. doa, sedangkan menurut syara‟ salat
Kesunahannya bisa dilandaskan pada adalah bentuk ibadah yang terdiri atas
keumuman makna ayat tentang perkataan dan perbuatan yang dimulai
perintah untuk senantiasa berdo’a dari takbir dan diakhiri dengan salam
kepada Allah SWT. dan memenuhi beberapa syarat yang
Menurut Imam al-Kurdy, do’a ditentukan. Seperti contoh hukum
ketika membasuh anggota wudhu, sholat dhuha dilakukan secara
tidak ada dasarnya (laa ashla li du’a berjama’ah. Dalam penjelasan ini
al-a’dha). Meskipun demikian, bahwa sholat dhuha kategori sholat
menurut Imam Ibn Hajar al-Haitamy yang tidak disunahkan untuk
(974 H-909 H), bahwa do’a tersebut dikerjakan secara berjama’ah.
adalah baik. Karenanya, menurut Karenanya, sholat dhuha lebih baik
Imam al-Syihab al-Ramly, hukumnya dikerjakan sendirian. Sebab riwayat
dianjurkan untuk membaca do’a yang menunjukkan bahwa bahwa Nabi
tersebut, dengan catatan kesunahannya SAW, mengerjakannya sendirian
tidak dilandaskan pada hadits dha’if seperti yang dijelaskan “Bahwa tidak
yang sangat parah ke dhaifannya.19 ada seorangpun yang mengabariku
Contoh lainnya wajibkah sholat bagi bahwa ia melihat Nabi SAW, sholat
perempuan yang keluar air ketuban dhuha, selain Ummu Hani, dialah yang
menjelang melahirkan? Dalam menceritakan bahwa Nabi SAW,
penjelasannya wajib bagi seorang pernah masuk rumahnya ketika
perempuan melaksanakan sholat, penaklukan kota Mekkah, lalu beliau
karena dianggap air ketuban bukan sholat delapan rakaat, dan aku belum
kategori darah nifas, yang di sebut pernah melihat beliau melakukan
darah nifas, yaitudarah yang keluar sholat yang lebih ringan daripada
mengiringi kelahiran bayi. Dengan sholat ketika itu, beliau
demikian, darah yang keluar sebelum, menyempurnkan ruku’ dan sujudnya”21
atau saat melahirkan, tidaklah disebut Hadits di atas menegaskan dan
nifas. Hal ini sesuai dengan keterangan menunjukkan bahwa Nabi SAW,
dalam kitab fath al-qarib yang melakukan sholat dhuha sendirian,
menegaskan bahwa yang disebut nifas,
yaitu darah yang keluar mengiringin 20
Abu ‘Abdillah Muhammad bin Qasim
kelahiran. Maka, darah yang keluar (W. 918 H), Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh
Alfadz al-Taqrib (Beirut: Darul Fikr, tth), Juz
1919
Muhammad bin Ahmad al-Khatib 1, 175.
21
al-Syarbiny (W. 977 H), Mughny al-Muhtaj ila Muslim bin al-Hajjaj al-Naisabury
Ma’rifah Ma’any Alfadz al-minhaj, (Beirut: (W.261), Shahih Muslim, Juz 1, 497, hadits:
Darul Kutub al-ilmiyah, 1994), Juz 1, 194. 336

103
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

tidak berjama’ah. Hanya saja, ketika melakukan qunut pada sholat Fajr
dilakukan secara berjama’ah, sholatnya (shubuh) sampai beliau wafat”.23
tetap sah, hanya saja tidak Imam al-Nawawy (W. 678 H) dalam
mendapatkan pahala sholat. Sholat kitab al-Majmu’, “Menurut madzhab
dhuha tersebut disamakan dengan kami (madzhab Syafi’i), bahwa di
sholat tasbih dan witir. Dalam sunnahkan qunut pada sholat shubuh,
penjelasan kitab Bughiyah al- baik ketika ada bencana, atau pun
Murtasyidin dijelaskan ”bahwa tidak. Atas kesunahan qunut tersebut,
diperbolehkan berjama’ah pada sholat dinyatakan juga oleh kebanyakan
yang seperti sholat witir dan sholat ulama salaf (terdahulu), dan ulama
tasbih. Tidak makruh dalam hal setelahnya. Di antara ulama terdahulu
tersebut, namun juga tidak ada nilai tersebut yaitu; Abu Bakar al-Shiddieq,
pahala. Betul demikian. Namun, bila ‘Umar bin al-Khattab, ‘Usman, ‘Aly
dimaksudkan untuk mengajari orang- Ibn ‘Abbas, dan Barra bin ‘Azib.”24
orang yang sholat, dan juga Kata qunut, secara bahasa,
memotivasi mereka (untk berarti do’a (memohon),25 baik untuk
melaksanakan kebaikan), maka mendapatkan kebaikan, atau terhindar
baginya nilai pahala. Dan pahala akan dari keburukan. Sementara secara
didapatkan dengan niat yang baik. istilah, di definisikan sebagai “dzikir
Seperti dibolehkan suara keras pada khusus yang mencakup pada do’a dan
posisi pelan, di mana makruh pujian (tsana).” Dari makna secara
hukumnya karena ada tujuan bahasa ini, tampak ada kessamaan
pengajara. Dasar yang paling utama makna antara qunutdengan sholat.
adalah hukumnya boleh. Seperti juga Menurut Syaikh Wahbah al-Zuhaily
pada perkara-perkara yang mubah, bila (W.1436 H/2015), makna sholat,
dimaksudkan pada pendekatan (seperti secara bahasa juga berarti do’a
ketaqwaan), misalnya keresahan atau (memohon). Makna sholat tersebut,
keyakinan umum atas disyari’atkannya didasarkan pada ayat al-Qur’an surat
secara berjama’ah, bila ada bahaya al-Taubah/9: 103).
tersebut, maka sama sekali tidak ada
nilai pahala hukumnya haram dan
dilarang”22 23
Abu al-Hasan ‘Aly bin Umar al-
Kemudian dalam contoh lain Daruquthny (W. 385 H), Sunan al-
terkait hukum melakukan qunut Daruquthny, (Beirut: Yayasan al-Risalah ,
2004), 2, 370.
shubuh. Menurut madzhab Syafi’iy 24
Abu Zakariya Muhyiddin al-
hukumnya sunnah terkai penjelasan Nawawy (W. 676 H), al-Majmu’: Syarah al-
hadits “Dari Anas bin Malik r.a (dia) Mahadzdzab, (Beirut: Darul Fikr, tth), Juz 3,
504.
berkata. “Rasulullah SAW senantiasa 25
Kata qunut juga diartikan,
senantiasa ta’at (lihat QS al-Zumar/93: 9);
tunduk (lihat QS. Al-Rum/30: 26); berdiri
22
Sayyid Abdurrahman bin lama, seperti dalam sebuah Hadis berikut:
Muhammad bin Hasan bin ‘Umar, Bughiyah al “Seutama-utama sholat yaitu yang lama
Mustarsyidin (Indonesia: al-Haramain, tth), 67. berdirinya”, (HR. Muslim).

104
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

Dalam ayat tersebut dijelaskan tujuan satu-satunya. Artinya, Karier


perintah mendo’akan orang yang tidak selalu bermakna uang, melainkan
menunaikan zakat menggunakan kata juga dikonotasikan sebagai tangga,
shalli yang diambil dari kata sholat. hierarki dan struktur organisasi, yang
Dengan demikian, dapat dipahami melibatkan perencanaan matang dan
bahwa antara qunut dengan sholat, memungkinkan bagi seseorang untuk
mempunyai kaitan yang sangat erat. meningkatkan posisi atau jabatan
Dari keterkaitan tersebut dapat dilingkungan kerjanya.26
dipahami, bahwa sholat merupakan Dengan demikian, tidak semua
waktu yang tepat untuk berdo’a kepada wanita yang bekerja di luar rumah
Allah. Ada sebagian kalangan yang dapat diklaim sebagai wanita karier.
menilai bahwa Hadits tentang qunut Karier adalah profesi yang ditekuni
shubuh tersebut berkualitas dha’if secara serius untuk mencapai status
(lemah). Teapi dengan keterkaitan setinggi-tingginya dalam hierarkhi
tersebut, tampaknya kedhoifannya bisa organisasi di lingkungan kerja. Dalam
naik menjadi hadits hasan. Hal inilah, karier, keberhasilan kerja tidak hanya
yang kemudian penulis berkesimpulan, diukur dengan capaian materi,
bahwa qunut shubuh dianjurkan melainkan juga ditentukan oleh
(sunnah). prestasi kerja, yang pada gilirannya
menjadikan seseorang mencapai
c) Aspek Kewanitaan; kedudukan tinggi dalam organisasi dan
Pembahasan tentang peran serta mendapat status sosial dalam
kalangan wanita dalam aktivitas- masyarakat.
aktivitas yang dahulu dianggap sebagai Peradaban Islam lahir dan
“wilayah laki”. Hukum Islam bersumber pada teks. Karena itu,
kontemporer membahas masalah semua diskursus dalam Islam tidak
busana muslimah, wanita karir, bisa dilepaskan dari teks, terutama al-
kepemimpinan wanita dan lainnya. Qur’an dan al-Hadits. Begitu pula
Persoalan wanita karier dan dengan masalah wanita karier, ia tidak
keikutsertaannya dalam berbagai bisa dilepaskan dari berbagai konsepsi
aktivitas publik adalah isu yang hingga Islam tentang relasi laki-laki dan
kini masih diperdebatkan. Sebagian perempuan, yang juga didasarkan pada
orang berpendapat, wanita dapat teks. Karena itu, ketika hendak
memperoleh apresiasi akan jati dirinya menjawab apakah wanita boleh bekerja
dengan bekerja dan aktif di sektor di luar rumah atau tidak, kita bisa
kehidupan luar rumah tangga. merujuk pada berbagai konseps Islam
Pembahasan ‚wanita karier’ sendiri
menekankan pada kata ‚karier‛. Meski
dalam banyak hal wanita karier sering E. Kristi Poerwandari, “Aspirasi
26

diidentikan dengan masalah financial, Perempuan Dan Aktualisasinya” dalam T.O


Ihromi (Peny.), Kajia Wanita Dalam
tapi sebenarnya financial bukanlah Pembangunan Jakarta, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1995), 331.

105
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

tentang laki-laki dan perempuan yang apabila ia membutuhkannya, dengan


juga dilandaskan pada teks. catatan pekerjaan itu sesuai dengan
Dari pembacaan di atas bisa tabi’at spesialisasi dan kemampuan
didapatkan bahwa Islam tidak menilai serta tidak merusak derajat
27
laki-laki lebih tinggi dari perempuan. kewanitaannya, seperti bekerja untuk
Keduanya adalah setara dan mengobati orang sakit, berniaga untuk
seharusnya saling mendukung dan keperluan keluarga, seperti yang
melengkapi. Islam juga menuntut dilakukan Khadijah istri Rasulullah.
diaplikasikannya nilai-nilai keadilan Selain itu, tidak ada larangan
bagi suami dan istri. Karena itu, dalam bagi wanita untuk bekerja dan
konteks wanita karier, tidak boleh ada berkarier apabila mampu, dan tetap
diskriminasi dalam memberikan mendapatkan nafkah dari suaminya
kesempatan memperoleh pendidikan, karena nafkah merupakan beban
agar dalam mengarungi kehidupannya, finansial yang ditanggung oleh suami.
wanita dapat serasi mengimbangi pria Sementara itu, Engineer
terutama pasangan hidupnya. Dengan mengatakan nafkah merupakan
pendidikan itu, wanita diharapkan tanggung jawab suami kepada istrinya,
dapat memperoleh pekerjaan yang meskipun istri memiliki kekayaan dan
layak sesuai dengan kemampuan dan pendapatan. Nafkah kepada istri adalah
kodratnya, sehingga hidupnya konsekuensi adanya ikatan perkawinan
produktif, tidak stress atau menjadi yang sah.40 Dengan prinsip kemitra
penghayal karena terlalu banyak waktu sejajaran antara suami istri yang
luang yang ia lalui, yang tidak mustahil digunakan oleh al- al-Qaradhawi,
berujung pada kejenuhan dan berarti tidak ada larangan bagi istri
melahirkan sikap-sikap negatif yang untuk membantu suami dalam mencari
merugikan orang-orang yang ada di nafkah dengan izin suaminya, tidak
sekitarnya. menggangu pelaksanaan kewajibannya
Menurut Yusuf Al-Qaradowi sebagai seorang ibu rumah tangga dan
tidak ada larangan bagi wanita bekerja tidak mendatangkan suatu yang negatif
atau melakukan aktifitas di luar rumah dari diri sendiri, keluarga, masyarakat
untuk mengembangkan kariernya asal dan agamanya.28
pekerjaan domestik tidak ditinggalkan,
seperti memelihara rumah tangga, d) Aspek Medis
hamil, melahirkan, mendidik anak dan Perkembangan dalam ilmu
menjadi tempat berteduhnya suami kedokteran yang sangat pesat
guna mendapatkan ketenangan ketika mendapat perhatian besar dalam
suami datang dari kerja dan kelelahan
setelah bersusah payah mencari 27
Yusuf al-Qaradawi, Fatwa-fatwa
nafkah. Bahkan wanita yang bekerja di Kontemporer, alih bahasa oleh As’ad Yasin,
luar rumah kadang-kadang di tuntut (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 422.
28
Ashar Ali Engineer, Hak-hak
dengan ketentuan sunnah dan wajib perempuan dalam Islam, alih bahasa oleh
Farid wajidi, (Bandung: LSPPA, 1994), 164.

106
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

kajian-kajian hukum Islam pahami adanya unsur yang di nilai


kontemporer, seperti pencangkokan mendatangkan bahaya dan
organ tubuh, Pada dasarnya, ada menjatuhkan diri pada kebinasaan
beberapa persoalan yang terjadi dalam Menurut Zuhdi,29 ada beberapa dalil
transplantasi, sehingga memerlukan yang dinilai sebagai dasar
dasar hukumnya, diantaranya: pengharaman transplantasi organ tubuh
1. Transplantasi organ tubuh dalam ketika pendonor dalam keadaan
keadaan hidup. hidup.11 Misalnya, Q.S. alBaqarah:
Apabila transplantasi organ 195 dan hadits Rasulullah Saw:
tubuh diambil dari orang yang masih ‫ال ضرر وال ضرار‬
dalam keadaan hidup sehat, maka Tidak diperbolehkan adanya bahaya
hukumnya haram dengan alasan pada diri sendiri dan tidak boleh
sebagaimana firman Allah Surat al- membayakan diri orang lain. (HR. Ibnū
Baqarah 195, berbunyi: "Dan Majah).
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu Sementara dilihat dari
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam pandangan ulama mengenai hal ini
kebinasaan, dan berbuat baiklah, Yusuf al-Qardhawi, membolehkan
karena Sesungguhnya Allah menyukai transplantasi organ hidup. Beliau
orang-orang yang berbuat baik." Ayat berpendapat bahwa walaupun tubuh ini
tersebut menjelaskan bahwa kita merupakan titipan Allah, namun
jangan gegabah dan ceroboh dalam manusia diberi wewenang untuk
melakukan sesuatu, tetapi harus mempergunakan dan
memperhatikan akibatnya, yang memanfaatkannya, sebagaimana boleh
memungkinkan bisa berakibat fatal mendermakan harta.30 Pada hakikatnya
bagi diri donor. Meskipun perbuatan harta adalah milik Allah, tapi manusia
itu mempunyai tujuan kemanusiaan diberi wewenang untuk memiliki dan
yang baik dan luhur. Umpamanya membelanjakannya. Sebagaimana
seseorang menyumbangkan sebuah firman Allah surat an-Nūr 33: Dan
ginjalnya, atau sebuah matanya kepada berikanlah kepada mereka sebahagian
orang lain yang memerlukannya, dari harta Allah yang dikaruniakan-
karena hubungan keluarga atau karena Nya kepadamu.
teman, dan lain-lain. Sementara Zallum, berpendapat
Dalam hal ini, orang yang bahwa syara’ membolehkan seseorang
menyumbangkan sebuah mata atau mendonorkan sebagian organ tubuhnya
ginjalnya kepada orang lain yang buta ketika ia hidup, dengan syarat suka rela
atau tidak mempunyai ginjal, ia
mungkin akan menghadapi resiko 29
Masjfu’ Zuhdi, Pencangkokan Organ
sewaktu-waktu mengalami tidak Tubuh dalam Masaail Fiqhiyah, (Jakarta: Haji
berfungsinya mata atau ginjalnya yang Mas Agung, 1993), 112.
30
Yūsūf al-Qardawī, Fatwa-Fatwa
tinggal sebuah itu, dari itu dapat di Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani
Press, Jilid 2, 1995), 757.

107
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

atau tidak dipaksa oleh siapapun. menderita penyakit jantung atau ginjal
Organ yang didonorkan bukanlah yang sudah mencapai stadium gawat,
organ vital, seperti jantung dan hati.”31 maka ia dapat mati sewaktu-waktu.
Hal ini karena penyumbangan tersebut Karenanya boleh dilakukan
dapat mengakibatkan kematian transplantasi atas dasar keadaan
pendonor, padahal Allah Swt melarang darurat.32
untuk membunuh dirinya sendiri. Selanjutnya, masih banyak lagi
Sementara Mujtana, mengatakan aspek-aspek yang muncul terkait
bahwa hukum transplantasi organ masail fiqhiyyah, adapun yang penulis
tubuh, sebagai berikut: (1) Apabila kemukakan hanya sebagian saja contoh
transplantasi dilakukan dengan tidak yang berkembang di kalangan
ada hajat syar’i, yakni untuk masyarakat, oleh karena itu,
pengobatan, maka hukumnya haram. pembahasan masalah fiqhiyyah akan
Sebab ada unsure “taghoyyurul menjadi pembahasan yang menarik
khilqoh” (perubahan ciptaan) dan terutama bagi peneliti tentang hukum
dikhawatirkan mencerminkan sikap Islam pada masyarakat.
tidak rela menerima taqdir Illahi; (2)
Apabila ada hajat syar’iyyah, Masail Fiqhiyyah terkait Ibadah
umpamanya transplantasi organ tubuh Amaliyah Mahasiswa
dengan tujuan untuk memulihkan Ibadah mempunyai tujuan
penyakit, yang termasuk masalah pokok dan tujuan tambahan. Tujuan
hajiyah (primer), maka hukumnya pokoknya adalah menghadapkan diri
boleh dengan urutan syarat-syarat kepada Allah SWT dan
sebagai berikut: (a) Diambilkan dari mengkonsentrasikan niat kepada-Nya
hewan, selain manusia. (b). Diambil dalam setiap keadaan. Dengan adanya
dari dirinya sendiri, dengan ketentuan tujuan seseorang akan mencapai
tidak membahayakan. (c). Diambilkan derajat yang tinggi di akhirat.
dari manusia yang sudah mati yang Sedangkan tujuan tambahan adalah
martabatnya lebih rendah, kemudian agar terciptanya kemaslahatan diri
yang sederajat; (3) Apabila manusia dan terwujudnya usaha yang
transplantasi organ tubuh dengan baik. Tujuan tambahannya antara lain
tujuan menghindari kematian, untuk adalah untuk menghindarkan diri dari
menyelamatkan nyawa seseorang, perbuatan keji dan munkar.
maka hal ini adalah termasuk unsur Praktek Ibadah merupakan
dhoruriyat, seperti seseorang yang kegiatan Co-Kurikuler yang mengikat
dan menjadi salah satu persyaratan
dalam mengikuti kegiatan akademik.
31
Qadim Zallum, “Beberapa
Problem Kontemporer dalam Pandangan Kegiatan ini berlaku umum dan
Hukum Islam”, judul asli, Hukmu asy
Syar’i fī al- Istinsakh, Naqlul A’adlā, al-
Ijhadi, Athfalul Anabib, Ajhizatul In’asy 32
Saifuddin Mujtaba, al-Masailul
Ath Ṭibbiyah, al-Ḥayah wal Maut, (Beirut: Fiqhiyah, (Jombang: Rausyan Fikr, 2009),
1997), 9. 317.

108
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

diwajibkan bagi setiap siswa. bahwa semua agama mengandung


Kegiatannya merupakan sub sistem pengharapan-pengharapan tertentu,
dalam membentuk integritas pribadi meski tidak tepat jika dikatakan bahwa
muslim dan pembentukan perilaku seorang yang beragama dengan baik
beragama dengan taat beribadah pada suatu waktu akan mencapai
sebagai pengamalan dari ajaran agama pengetahuan subjektif dan langsung
Islam. mengenai kenyataan terakhir bahwa ia
Keberagamaan atau religiusitas akan mencapai suatu kontak dengan
dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kekuatan spiritual. d) Dimensi
kehidupan manusia. Glock dan Stark pengetahuan agama yang mengacu
(1998) dalam bukunya American pada harapan bahwa orang-orang yang
Piety: The Nature Of Religious beragama paling tidak memiliki
Commitment menjelaskan bahwa sejumlah minimal pengetahuan
agama adalah sistem simbol, sistem mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-
keyakinan, sistem nilai, dan sistem ritus, kitab suci dan tradisi (budaya). e)
perilaku yang terlembagakan, yang Dimensi pengalaman atau
semuanya itu berpusat pada konsekuensi, dimensi ini mengacu
persoalanpersoalan yang dihayati pada identifikasi akibat-akibat
sebagai yang paling maknawi keyakinan keagamaan, praktik,
(Muhaimin, 2012) Dapat diartikan pengalaman, dan pengetahuan
bahwa aktivitas beragama tidak hanya seseorang dari hari ke hari.
terjadi ketika seorang melakukan Mata kuliah masail fiqhiyyah
perilaku ritual (beribadah), tetapi juga merupakan mata kuliah bermuatan
ketika melakukan aktivitas lain yang pendidikan agama Islam yang
didorong oleh kekuatan supranatural.33 memberikan pengetahuan tentang
Menurut Clock & Stark ada ajaran Islam dalam segi hukum syara
Lima macam dimensi keberagamaan, dan membimbing mahasiswa agar
yaitu: a) Dimensi Keyakinan yang memiliki keyakinan dan mengetahui
berisi pengharapan-pengharapan hukum-hukum dalam Islam dengan
dimana orang religious berpegang benar serta membentuk kebiasaan
teguh pada pandangan teologis tertentu untuk melaksanakannya dalam
dan mengakui kebenaran doktrin kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
tersebut. b) Dimensi praktik agama masail fiqhiyyah berarti proses belajar
yang mencakup perilaku pemujaan, mengajar tentang ajaran Islam dalam
ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan segi hukum Syara yang dilaksanakan
orang untuk menunjukkan komitmen di kelas antara dosen dan mahasiswa
terhadap agama yang dianutnya. c) dengan materi dan strategi
Dimensi pengalaman, dimensi ini pembelajaran yang sudah
berisikan dan memperhatikan fakta direncanakan. Sedangkan pengamalan
ibadah adalah dari kata amal, yang
33
Muhaimin. (2012). Paradigma berarti perbuatan, pekerjaan, segala
Pendidikan Islam. Jakarta: Rosda Karya.

109
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

sesuatu yang dikerjakan dengan yang berkewajiban untuk komitmen


maksud berbuat kebaikan melalui terhadap ajaran Islam melalui ibadah
praktik ibadah. Dari pengertian mahdah (hablum minallah), juga
tersebut, pengamalan berarti sesuatu sebagai proses pembentukan sikap dari
yang dikerjakan dengan maksud perilaku Tujuan Praktek Ibadah adalah
berbuat kebaikan, dari hal di atas untuk meningkatkan kualitas
pengamalan masih butuh objek mahasiswa dalam menguasai,
kegiatan. menghayati pengetahuan ibadah dan
Konteks ibadah dalam Islam melaksanakannya, serta merefleksikan
meliputi segala aktivitas ibadah yang hikmahnya (pesan moral dan etik)
berupa ibadah perkataan, ibadah ibadah ke dalam perilaku nyata dalam
perbuatan, ibadah jasadiah, ibadah pergaulan sebagai al-bajyar (makhluk
ruhaniah, ibadah amaliyah dan lain sosial) baik di dalam maupun di luar
sebagainya. Namun dari segala kampus. Substansinya sebagai bagian
aktivitas ibadah tersebut tidak semua dari perwujudan tuntutan Pendidikan
manusia melekat dalam kehidupan Nasional.
sehari-hari, hal ini dikarenakan salah Perilaku beragama dapat
satunya karena masih kurangnya dijabarkan dengan cara mengartikan
pendalaman akan ilmu agama maupun perkata. Kata perilaku dalam Kamus
kurangnya gerakan-gerakan yang Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
membangkitkan motivasi dan yaitu tanggapan atau reaksi individu
semangat dalam menjalankan ibadah terhadap rangsangan atau perilaku.34
tersebut. Perilaku merupakan seperangkat
Ibadah amaliyah merupakan perbuatan atau tindakan seseorang
salah satu ibadah yang didasarkan dalam melakukan respon terhadap
dengan konsep serta nash-nash yang sesuatu dan kemudian dijadikan
shohih, baik itu bersumber dari al- kebiasaan karena adanya nilai yang
Qur’an maupun Hadits Nabi diyakini. Ketaatan beribadah dan
Muhammad Saw. Amaliyah yang kecerdasan spiritual sangatlah penting
berasal dari kata dasarnya adalah bagi mahasiswa, hal itu ditunjukkan
‘amala yang artinya amal atau amalan, dengan semakin banyak ahli
ibadah amaliyah di sini berbeda mengaitkan kesehatan mental dengan
dengan ibadah yaumiyah atau ibadah keagamaan (spiritual) yang kuat.
sunnah muakkad dan ghairu muakkad, Orang yang pertama mengemukakan
karena penekanannya dalam tentang pentingnya terapi keagamaan
melaksanakan ibadah amaliyah ini di atau keimanan adalah William James,
lakukan secara kontinuitas dan tanpa seorang filosuf dan ahli jiwa dari
batas. Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa
Praktek Ibadah selain bermakna
bagian dari proses penyadaran fitri 34
Nasioanal, D. P. Kamus Besar
kemanusiaan sebagai hamba Allah Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Balai
Pustaka), 2005.

110
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi ditetapkan secara rinci melalui
kesehatan adalah keimanan kepada penjelasan al-Quran atau Sunnah,
Tuhan, sebab individu yang benarbenar dicontohkan langsung oleh Rosul dan
religius akan selalu siap menghadapi tidak diijinkan menambah atau
malapetaka yang akan terjadi.35 menguranginya, dan prinsip
Keimanan dan ketakwaan pelaksanaannya adalah ketaatan
kepada Tuhan merupakan prakondisi kepada perintah Allah.37 Sedangkan
manusia sebelum mempunyai ibadah ghoiru mahdhah memiliki
kesehatan mental yang sejalan dengan kriteria yaitu tidak ada dalil yang
kaedah agama, karena agama melarang baik dalam al-Quran maupun
merupakan salah satu kebutuhan psikis Sunnah, mempunyai asas
manusia yang perlu dipenuhi oleh kebermanfaatan dan kemasyarakatan,
setiap orang yang merindukan rasional.38
ketentraman dan kebahagiaan.36 Ketaatan beribadah membawa
Dari pengertian-pengertian dampak positif terhadap kehidupannya,
tersebut di atas, dapat ditarik karena pengalaman membuktikan
kesimpulan bahwa ketaatan beribadah bahwa seseorang yang taat beribadah
adalah suatu ketundukan dan ia selalu mengingat Allah SWT, karena
penghambaan manusia kepada Allah banyaknya seseorang mengingat Allah
SWT dengan melaksanakan segala SWT, jiwa akan semakin tentram.
perintah dan menjauhi segala larang- Agar dapat mendekatkan diri kepada
Nya serta diikuti dengan hubungan Yang Maha Suci maka ia harus
harmonis dan selaras terhadap manusia mensucikan jiwanya terlebih dahulu.
yang lainnya (ibadah mahdhah dan Untuk mensucikan jiwa salah satu
ghoiru mahdhah). Ibadah dimaksudkan caranya adalah dengan beribadah.
penulis di sini yaitu menurut pendapat Semakin taat seseorang beribadah
Nursi dalam Zaprulkhan dan Anbiya semakin suci jiwanya dan semakin
yang akan menjadi penelitian yaitu dekatlah ia kepada Allah SWT.
bagaimana mahasiswa mampu Seseorang dapat dikatakan taat
mengerjakan thaharah, shalat, puasa, apabila ia dapat menumbuh suburkan
zakat, shodaqoh, berbakti kepada dan mengembangkan serta membentuk
orang tua, dan memaafkan orang lain sikap positif dan disiplin serta cinta
(ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru terhadap agama dalam pelbagai
mahdhah). Ibadah mahdhah di sini kehidupan yang nantinya diharapkan
dibatasi dengan beberapa kriteria yaitu menjadi manusia yang bertakwa
ketentuan aturan pelaksanaanya telah kepada Allah SWT taat kepada

35 37
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa Zaprulkhan. Penyakit Yang
al-Nafs, Penerjemah Rof’i Usmani, (Bandung : Menyembuhkan, (Bandung : PT Mizan
Pustaka, 1997), 283. Publika, 2008), 21-22.
36 38
AF.Jaelani, Penyucian Jiwa & Ali Anwar Yusuf, Studi Agama
Kesehatan Mental, (Jakarta: Penerbit Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung : CV
Amzah, 2001), 77. Pustaka Setia, 2003), hlm. 144.

111
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

perintah Allah dan Rasul-Nya. Jadi hal-hal yang baru, keadaan yang baru
dapat disimpulkan bahwa manusia yang belum ada pada ketetapan Fikih
dapat dikatakan taat apabila ia mampu yang sudah ada. Oleh sebab itu
menumbuhkan dan membina metodenya menggunakan metode
keterampilan beragama dalam semua ijtihad, bukan Ijma’ atau kesepakatan,
lapangan hidup dan kehidupan serta sebab metode penetapan menggunakan
dapat memahami dan menghayati Ijma’ hanyalah dilakukan apabila
ajaran agama Islam secara mendalam terdapat berbagai pendapat tentang
dan bersifat menyeluruh, sehingga hukum sesuatu yang terdapat
dapat digunakan sebagai pedoman landasannya berupa sunah dan Ayat al-
hidup, baik dalam hubungan dirinya Qur’an.
dengan Allah SWT melalui ibadat Pada metode Ijtihad landasan
shalat umpamanya dan dalam utamanya adalah kemaslahatan pada
hubungannya dengan sesama manusia masalah-masalah yang jelas-jelas tidak
yang tercermin dalam akhlak melanggar Akidah dan Ahlak. Hal itu
perbuatan serta dalam hubungan perlu dipahami bahwa yang dimaksud
dirinya dengan alam sekitar melalui persoalan hukum kontemporer adalah
cara pemeliharan dan pengolahan alam hanya pada ibadah ghoiru mahdhoh,
serta pemanfaatan hasil usahanya.39 bukan ibadah Mahdhoh yang memang
bersifat tertutup. Oleh sebab itu
Penutup sebagai catatan penting disini adalah
Sebagai penutup dari tulisan ini tidak ada masalah baru dalam ibadah
bahwa masail fiqhiyah sebagai ilmu yang berhubungan dengan Allah SWT.
dari kajian ilmu fiqih yang Pada ibadah Mahdhoh seperti sholat,
diorientasikan kepada mengetahui maka dimanapun, kapanpun dan dalam
jawaban dan mengetahui proses keadaan apapun sudah terdapat
penyelesaian masalah melalui ketetapan yang tegas berdasarkan
metodologi ilmiah, sistematis dan kepada fikih.
analitis. Dari sudut fikih, penyelesaian Berpijak pada berbagai
suatu masalah dikembalikan kepada pandangan para pemikir kontemporer
sumber pokok (al-Quran dan al- tersebut, maka sudah seharusnya para
Sunnah), Ijmak, Qiyas dan seterusnya, pendidik di perguruan tinggi pada
sehingga nilai yang dihasilkan bidang kajian ilmu fikih, khususnya
senantiasa berada dalam koridor penulis berusaha untuk menerapkan
sebagaimana disebut di atas. metode dan pendekatan kerangka teori
Kajian masail fiqhiyah pada dalam berbagai hal dan kesempatan,
dasarnya bukan pembaharuan hukum, khususnya dalam proses pembelajaran
tetapi melihat apakah ada illat yang Kajian masail fiqhiyyah. Dan ini
baru untuk menerapkan hukum kepada merupakan tugas yang cukup berat.
Tugas yang tidak kalah beratnya
39
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan membedakan berbagai hal yang masuk
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 89.

112
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

dalam kategori experience dan al-Qardawī, Yūsūf (1995), Fatwa-


interpretation; menunjukkan kepada Fatwa Kontemporer, Jakarta:
mahasiswa kategori mana yang masuk Gema Insani Press, Jilid 2.
al-Syarbiny, Muhammad bin Ahmad
dalam experience, dan kategori mana
al-Khatib (W. 977 H), (1994),
yang masuk dalam interpretation. Wa Mughny al-Muhtaj ila Ma’rifah
Allahu A’lam Ma’any Alfadz al-minhaj,
Beirut: Darul Kutub al-ilmiyah,
Daftar Pustaka Juz 1.
‘Umar, Sayyid Abdurrahman bin Arifin, Syamsul, dan Sari Narulita,
Muhammad bin Hasan bin “Latar Belakang Mahasiswa
Bughiyah al Mustarsyidin, Dalam Memahami Fiqih, Di
Indonesia: al-Haramain, tth. Akses dari Jurnal Studi Al-
AF.Jaelani (2001), Penyucian Jiwa & Qur’an Vol.9 , No.1 , Tahun.
Kesehatan Mental, Jakarta: 2013.
Penerbit Amzah. Azhar, Muhammad, Fiqh Kontemporer
al-Ashqa, Umar Sulayman dalam Pandangan
(1992)”Tarikh al-Fiqh al- Neomodernisme Islam, TT.
Islami, Kuwait: Maktabah al- Daradjat, Zakiah (1992), Ilmu
Falah. Pendidikan Islam, Jakarta:
Al-Bannani, Hasyiyah al-‘Allamah al- Bumi Aksara.
Bannani ‘ala Syarh al-Mahalli Engineer, Ashar Ali (1994), Hak-hak
‘ala Matn Jam’ al-Jawami’, perempuan dalam Islam, alih
Juz 1, t.t.p: Dar Ihya’ al-Kutub bahasa oleh Farid wajidi,
al-‘Arabiyyah, t.th. Bandung: LSPPA.
al-Bouti, Muḥammad Sa’id Ramadan Hosen Ibrahim, (1966), “Fungsi dan
(1977), Ḍawabit al-maslahah fi Karakteristik Hukum Islam
al-Syari’ah al-Islamiyyah, dalam Kehidupan Umat Islam”,
Beirūt: Mu’assasah al-Risalah. dalam Amrullah Ahmad, dkk,
al-Daruquthny, Abu al-Hasan (2004) Dimensi Hukum Islam dalam
‘Aly bin Umar (W. 385 H), Sistem Hukum Nasional,
Sunan al-Daruquthny, Beirut: Jakarta: Gema Insani Press.
Yayasan al-Risalah. Imyani Muhammad Mustafa (1981),
al-Juwaini, Abd Malik ibn Yusuf abu “Al-Dirasat al-Fiqhiyyah”,
al-Ma’ali, Al-Burhan fi Ushul dalam Al-Dirasat alIslamiyyah,
al-Fiqih, Cairo : Dar al- silsilah al-nadwat, Al-Qahirah:
Anshar,1400 H), I. Dar al-Fikr.
al-Naisabury, Muslim bin al-Hajjaj Iqbal, Mahathir Muhammad,
(W.261), Shahih Muslim, Juz 1. “Merumuskan Konsep Fiqh
al-Nawawy, Abu Zakariya Muhyiddin Islam Perspektif Indonesia” di
(W. 676 H), al-Majmu’: Syarah akses dari jurnal al-Ahkam,
al-Mahadzdzab, Beirut: Darul Vol. 2, Nomor 1, Januari-Juni
Fikr, tth, Juz 3. 2017.
al-Qaradawi, Yusuf (1996), Fatwa- Junaedi, Mahfudz, “Fiqh Indonesia:
fatwa Kontemporer, alih bahasa Tinjauan Kritis Epistemologi”
oleh As’ad Yasin, Jakarta: Di akses dari jurnal Syariati,
Gema Insani Press. Vol. I No. 03, Mei 2016.

113
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653

Kamali, Muhammad Hashim (1993), Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh


Membumikan Syari’at: Kontekstual”, Di Akses dari
Pergulatan Mengaktualkan jurnal Yudisia, Vol. 6, No. 2.
Islam, Jakarta, Mizan. Suma, Muhammad Amin (2002),
Khatib, Hassan Ahmad (1957), al-Fiqh Ijtihad Ibn Taymiyyah dalam
al-Muqaran, t.t.p: Dar al-Ta’lif Fiqh Islam, Jakarta: Pustaka
Kurzman, Charles, (ed.) (1988), Firdaus.
Liberal Islam A Sourcebook, Syah, Ismail Muhammad (1992),
New York: OxfordUniversity Filsafat Hukum Islam, Jakarta:
Press. Bumi Aksara.
Mahmasani, Subhi (1961), Falsafat al- Weiss, Bernard G. (1998), The Spirit of
Tasyri‘ fi al-Islam: Islamic Law, Athens:
Muqaddimah fi Dirasat al- University of Georgia Press.
Syari’ah al-Islamiyyah ‘ala Yusuf, Ali Anwar (2003), Studi Agama
Daw’ Madhahibiha al- Islam untuk Perguruan Tinggi,
Mukhtalifah wa Dhaw’ al- Bandung : CV Pustaka Setia.
Qawanin al Hadithah, Beirut: Yusuf, Muhammad (2020),
Dar al-‘Ilm li al-Malayin. “Membangun Konsep Fikih
Mudzhar, Atho’ (1995), Fiqh dan Kontemporer,” Di Akses dari
Reaktualisasi Ajaran Islam, Jurnal Syarah, Vol.9, No. 2.
Jakarta: Paramadina, 1995. Zaprulkhan (2008), Penyakit Yang
Muhaimin (2012), Paradigma Menyembuhkan, Bandung : PT
Pendidikan Islam. Jakarta: Mizan Publika.
Rosda Karya. Zuhdi, Masjfu’ (1993), Pencangkokan
Najati, M. Utsman (1997), Al-Qur’an Organ Tubuh dalam Masaail
wa al-Nafs, Penerjemah Rof’i Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas
Usmani, Bandung : Pustaka Agung.
Poerwandari, E. Kristi (1995),
“Aspirasi Perempuan Dan
Aktualisasinya” dalam T.O
Ihromi (Peny.), Kajia Wanita
Dalam Pembangunan Jakarta,
Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Qasim, Abu ‘Abdillah Muhammad bin
(W. 918 H), Fath al-Qarib al-
Mujib fi Syarh Alfadz al-Taqrib
Beirut: Darul Fikr, tth, Juz 1.
Rahman, Fazlur (1975), Islam,
Chicago: The University of
Chicago.
Sanusi, “Merajut Nalar Fiqh
Kontekstual”, diakses dari
Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam.

114

Anda mungkin juga menyukai