(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
Karmawan
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
karmawan@unis.ac.id
Faiz Fikri Al Fahmi
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
ffikri@unis.ac.id
Aslihatul Rahmawati
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
arahmawati@unis.ac.id
Abstrak
Masail fiqhiyah mempunyai dua makna yaitu sebagai masalah-masalah yang
bersifat kontemporer, sekaligus merupakan disiplin dari ilmu fikih untuk menetapkan
hukum pada masalah baru yang belum ada hukumnya dengan menggunakan metode
Ijtihad. Artikel ini mengkaji tentang masalah fiqhiyyah yang berkembang di
kalangan mahasiswa pada prodi Pendidikan agama Islam Fakultas Agama Islam
UNIS dan masyarakat umumnya terkait masalah kontemporer, adapun objek kajian
masail fiqhiyyah ini, relevansi fiqih kontemporer dengan doktrin klasik, fleksibilitas
dan keluasan hukum Islam, maqaṣid syari’ah sebagai metode ijtihad kontemporer,
dan pintu ijtihad dibuka kembali. Penelitian ini menyimpulkan bahwa solusi konkret
dalam mengurai problematika hukum Islam kontemporer. Untuk mencapai
pemahaman yang komprehensif dalam mengurai dan memahami nilai dan pesan
yang terkandung dalam hukum Islam, maka penerapan teori Maqaṣid Syariah
mutlak diperlukan dalam ijtihad kontemporer. Hal ini demi lahirnya fiqih yang
humanis, elastis, dan egaliter. Dengan demikian diharapkan mampu berdialektika
dengan problematika yang terus bermunculan.
91
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
kehendak Allah terhadap manusia yang budaya sebagai variabel yang selalu
berisi perintah dan larangan. Oleh menyertai pemikiran hukum Islam.
sebab itu, pelaksanaan hukum-hukum Perkembangan hukum Islam
fiqhiyyah dianggap sebagai bentuk (fikih) dalam dunia intelektual Islam
ketundukan kepada Allah; ia adalah merupakan hal menarik karena
manifestasi eksoterik keimanan. Fikih aktualisasi ajaran Islam yang
bukan hanya mengatur hal-hal yang dirumuskan dalam kitab fikih
berhubungan dengan ritual semata, tapi mengalami pengembangan yang
juga seluruh aspek kehidupan manusia disebabkan oleh aspek geografis yang
dari mulai hubungan pribadinya menembus sekat tradisi masyarakat.
dengan dirinya sendiri, dengan Tradisi yang lahir dari sebuah
Tuhannya, keluarganya, lingkungan interpretasi sosial menjadi sesuatu
masyarakatnya serta dengan orang yang amat diperhatikan dalam
yang di luar agama dan negaranya.2 penetapan hukum. Nuansa lokal dari
Kehadiran fiqh pada dasarnya hukum fikih adalah sebuah
merupakan rumusan hukum Islam keniscayaan karena rumusan hukum
yang digali dari al-Qur’an dan hadits. fikih dipengaruhi oleh kebudayaan
Rumusan hukum yang terdapat dalam masyarakat. Hukum fikih berbeda
kitab fikih mengandung nilai dan sifat dengan syari’ah yang bersifat
lokalistik. Dikatakan demikian karena substansial dan universal.
dalam perjalanannya, para fuqaha yang Adapun corak fikih dan
merumuskan hukum dari al-Qur’an pendekatan nalar dalam bahasan kitab-
dan hadis tidak bisa melepaskan diri kitab fikih sedikit banyaknya turut
dari pengaruh budaya atau tradisi yang mempengaruhi corak pemikiran ulama
mengitarinya. Asimilasi dan akulturasi sesudahnya yang kemudian
sosial budaya tidak dapat dihindarkan mentransformasikannya lewat dakwah
dan tidak dinafikan dalam pemikiran kepada masyarakat setempat, sehingga
fikih. Pada saat itulah terjadi sandingan apa yang dipegang masyarakat adalah
antara pemahaman keagamaan dengan apa yang mereka terima dan mereka
pahami dari “ajaran” yang
2
Muhammad Mustafa Imyani disampaikan ulama mereka melalui
menyebutkan sebelas bahasan pokok fiqh kitab-kitab tersebut yang menjadi
yaitu, ‘Ibadat” Mu‘amalat, hukum keluarga,
hukum makanan dan minuman, hubungan referensinya. Bahkan pengamalan
internasioanl pada masa perang dan aman, masyarakat terhadap syariat Islam
hudud dan jinayat, kehakiman (judicial/al-
qada’), sumpah (al-Ayman), hukum tentang
khususnya dalam bidang ibadah sedikit
hamba, hukum tentang pelombaan dan banyaknya dipengaruhi oleh doktrin
permainan, dan terakhir hukum yang pemahaman yang diajarkan dan
bersangkutan dengan kematian. Lihat “Al-
Dirasat al-Fiqhiyyah”, dalam Al-Dirasat mereka terima dari para ulama
alIslamiyyah, silsilah al-nadwat (Al-Qahirah: setempat. Ajaran ditransformasikan
Dar al-Fikr, 1981), 143-146. Bandingkan adakalanya melalui dakwah atau
dengan “Umar Sulayman al-Ashqar” Tarikh
al-Fiqh al-Islami (Kuwait: Maktabah al-Falah, pengajian-pengajian agama, juga
1982), 19-21.
92
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
93
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
94
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
Sehingga fikih didefinisikan secara Hasan, dalam bahasa yang berbeda tapi
terminologis sebagai pengetahuan bersubstansi serupa, dia menerangkan
tentang hukum-hukum syariat yang bahwa syari’ah meliputi baik hukum
bersifat furu’ (cabang) yang digali maupun aturan-aturan pokok agama,
(secara langsung) dari dalil-dalil syar’i sedangkan fikih semata-mata
yang terperinci.6 Atau bisa juga berurusan dengan hukum saja.9 Dalam
dipahami sebagai pemeliharaan pengertian ini, syari’ah selalu
hukumhukum furu’ secara mutlak, dipandang sebagai yang terbaik, adil
apakah hukum-hukum tersebut dan seimbang, sementara fiqh hanya
langsung diambil dari dalil-dalilnya lah upaya pemahaman yang dilakukan
atau tidak.7 untuk mencapai cita-cita dan tujuan
Persoalannya, di kalangan umat syari’ah (maqasid al-Syari’ah).
Islam seringkali kemudian terjadi Persoalan lain yang kemudian
kerancuan antara makna fikih dengan muncul berikutnya adalah kenyataan
syari’ah. Padahal sebenarnya antara seringnya fikih dianggap sebagai
keduanya terdapat perbedaan yang produk hukum yang instant dan final
signifikan. Mengenai hal ini Khaled M. daripada sesuatu yang memerlukan
Abou el-Fadhl menjelaskan bahwa penafsiran ulang. Berulangkali usaha-
syari’ah yang secara etimologis berarti usaha pemahaman ulang terhadap
“jalan”, adalah hukum Tuhan sebagai produk fikih masa lampau mengalami
sesuatu yang abstrak dan ideal. kebuntuan karena begitu kukuhnya
Sementara fiqh adalah pemahaman dan posisi fikih dalam benak umat Islam.
pelaksanaan konkret Kehendak Tuhan Apa yang dialami oleh almarhum
tersebut.8 Mencuplik argumen A. Fazlur Rahman sampai tragedi Nasr
Hamid Abu Zayd adalah sebagian kecil
Lihat, Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The bukti-buktinya. Pada prinsipnya, di
University of Chicago, 1975), 100-101.
6
Al-Bannani, Hasyiyah al-
kalangan umat Islam tidak ada yang
‘Allamah al-Bannani ‘ala Syarh al- menolak fikih sebagai hasil penafsiran
Mahalli ‘ala Matn Jam’ al-Jawami’, Juz atas teks-teks primer dasar Islam: al-
1, (t.t.p: Dar Ihya’ al-Kutub al-
‘Arabiyyah, t.th), 42 Qur’an dan Hadis. Hanya saja, sikap
7
Hassan Ahmad Khatib, al-Fiqh terhadap penafsiran ulama seringkali
al-Muqaran, (t.t.p: Dar al-Ta’lif, 1957), berlebihan bahkan sampai ke tingkat
11.
8
Khaled M. Abou El Fadl, “Atas Nama kultus. Akibatnya, posisi fikih
Tuhan”, (Speaking in God’s Name: Islamic meninggi dan menjadi pintu masuk
Law, Authority, and Women), terj. R. Cecep
Lukman Yasin, ( Jakarta: Serambi, 2001), 61.
untuk memahami kandungan teks-teks
Lihat juga, Subhi Mahmasani, Falsafat al-
Tasyri‘ fi al-Islam: Muqaddimah fi Dirasat al-
Syari’ah al-Islamiyyah ‘ala Daw’ Islam dalam Kehidupan Umat Islam”, dalam
Madhahibiha al-Mukhtalifah wa Dhaw’ al- Amrullah Ahmad, dkk, Dimensi Hukum Islam
Qawanin al Hadithah, (Beirut: Dar al-‘Ilm li dalam Sistem Hukum Nasional, ( Jakarta:
al-Malayin, 1961), 21-24; Bernard G. Weiss, Gema Insani Press, 1996), 86.
The Spirit of Islamic Law, (Athens: University 9
Mahfudz Junaedi, “Fiqh Indonesia:
of Georgia Press, 1998), 119-121; Ibrahim Tinjauan Kritis Epistemologi” Di akses dari
Hosen, “Fungsi dan Karakteristik Hukum jurnal Syariati, Vol. I No. 03, Mei 2016, 372.
95
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
dasar. Fikih menjadi “korpus tertutup” sebagai ilmu, dan aplikasinya melalui
yang lain di luar al-Qur’an dan Hadis. konsep salih li kulli zamân wa makan
Seolah-olah ada semacam pembatasan tidak dapat dilepaskan dalam konteks
pemahaman fikih di kalangan sosial budaya tertentu dan
masyarakat dewasa ini sehingga lebih mengandung nilai-nilai universal yang
mementingkan menghafal syarat sah, akan selalu relevan untuk setiap zaman
syarat wajib, rukun dan lainnya dari dan tempat sesuai dengan maqâṣid asy-
pada efek ibadah itu sendiri. Padahal syarî’ah dan sekaligus sebagai filsafat
pada awalnya fikih mencakup pula hukum Islam dengan pendekatan
persoalan tauhid dan akhlak seperti sistem (maqasid based ijtihad).10
yang terdapat dalam Kitab al-Fiqh al- Berpijak pada penjelasan di
Akbar karya Imam Abu Hanifah atau atas, maka pada dasarnya dapat
Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali dikatakan bahwa memahami dunia
sebagaimana disinggung sekilas di fikih tidak bisa dilepaskan dari
atas. pemahaman adanya faktor-faktor yang
Diskursus pemahaman fikih senantiasa berubah dan menuntut
berorientasi kepada membangun adanya pemahaman-pemahaman baru.
pemikiran fikih yang dibutuhkan Karena itu prinsip bahwa ketentuan
masyarakat saat ini Pembahasan hukum Islam senantiasa bergerak maju
hukum Islam tidak dapat dilepaskan sesuai dengan perubahan zaman,
dari kajian teori system yang kondisi dan tempat (taghayyur al-
menggunakan pendekatan filsafat ilmu. ahkam manat bi taghayyur al-azminah,
Dalam pembahasan fikih didekatkan al-ahwal wa al-amkinah) adalah
pula dengan epistemologi makna dan ketentuan prinsip yang semestinya
kebenaran dalam memahami fikih. dijadikan sebagai sebuah pegangan
Memahami teks sebagai sumber kunci.
hukum Islam pembahasan dan Untuk mengembangkan hukum
aplikasinya menggunakan fikih, pandangan seperti itu sangat
hermeneutika, karena dengan mendesak untuk segera dirubah dan
hermenutika akan didapatkan diluruskan. Tawaran yang dapat
pemahanan dan penafsiran terhadap diajukan untuk hal itu antara lain.
sumber hukum Islam yang bersumber pertama, memberikan porsi yang
dari teks al-Qur`an dan al-Hadits cukup terhadap peran akal. Akal harus
sesuai dengan konteks yang menjadi diberi peluang untuk mengembangkan
objek hukum tersebut. produk-produk yang ada dalam kitab-
Pembahasan ini perlu kitab fikih. Membatasi peran akal
didekatkan dengan konteks keilmuan berarti membiarkan fikih sebagai
kontemporer dengan melakukan kumpulan aturan yang abadi setara
integrasi interkoneksi, sehingga
ditemukan teori kebenaran dalam 10
Muhammad Yusuf, “Membangun
menemukan hukum Islam. Fikih Konsep Fikih Kontemporer,” Di Akses dari
Jurnal Syarah, Vol.9 No. 2 Tahun 2020, 206.
96
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
dengan syari’ah (agama), dan hal itu fikih ideal. Dengan kata lain, fikih
berarti mengekalkan produk pemikiran yang dirumuskan oleh praktisi
manusia yang semestinya temporal dan berdasarkan realitas lapangan harus
liable terhadap perubahan. Akibat lain dikembangkan dari pada fikih yang
dari kekeliruan memahami fikih lebih dominan mengeks-presikan hal-
identik dengan syari’ah ialah tidak hal yang ideal. Dengan demikian, agar
adanya batasan waktu dan tempat bagi fikih terus berkembang, produk fikih
berlakunya sebuah produk fikih. Fikih harus dipandang sebagai produk
dianggap berlaku sepanjang masa, dominan akal ketimbang wahyu. Fikih
untuk semua tempat dan kondisi. harus dilihat sebagai mata rantai
Perbaikan atau revisi terhadap perubahan yang tak henti-hentinya.12
sebagian (apalagi seluruhnya) terhadap Karakteristik Metode
fikih dianggap mengganggu syari’ah Pengembangan Fikih
(agama). Karena itu fikih cenderung Keberhasilan dalam melakukan
resisten terhadap perubahan. Kedua, proses pembelajaran fiqh mungkin
membuka peluang keragaman fikih. tergantung pada metode dan
Setiap masa dan tempat mempunyai pendekatan yang digunakan. Sebuah
kultur dan persoalannya sendiri. “metode” (process and procedure to
Memberlakukan produk pemikiran obtain data) dan “pendekatan” (the
untuk semua tempat dan sepanjang way to think) dalam studi atau kajian
masa sama halnya dengan mengingkari keislaman yang memiliki kedudukan
realitas keragaman. Karenanya fikih cukup penting,yang mungkin sering
harus dianggap sebagai varian diabaikan. Fikih dan implikasinya pada
keragaman yang bersifat partiku-lastik tataran pola pikir dan pranata sosial
yang terkait dengan tempat dan waktu. yang dihadirkannya dalam kehidupan
Fikih harus dianggap sebagai respon muslim dianggapnya terlalu kaku
atau refleksi kenyataan yang ada serta sehingga kurang responsif terhadap
merupakan ekspresi dari kultur lokal tantangan dan tuntutan perkembangan
tertentu. Kesadaran akan keragaman zaman, khususnya dalam hal-hal yang
ini penting sebagai landasan untuk terkait denganpersoalan-persoalan
mengembangkan fikih di berbagai hudud, hak asasi manusia, hukum
tempat yang realitanya memang publik, wanitadan pandangan tentang
berbeda-beda. Ketiga, berfikir realistis. non-Muslim. Meskipun pintu ijtihad
Memproduk fikih yang didasarkan atas telah dibuka, tetapi tetap saja ilmu-
realitas masyarakat sangat penting ilmu agama khususnya fikih, tidak dan
sebagai upaya untuk mengembangkan belum berani mendekati, apalagi
fikih.11 Fikih yang riil, dapat memasuki pintu yang telah terbuka
dilaksanakan, lebih penting dari pada tersebut. Tegasnya, keilmuan fikih
12
Muḥammad Sa’id Ramadan al-
11
Atho’ Mudzhar, Fiqh dan Bouti, Ḍawabit al-maslahah fi al-Syari’ah
Reaktualisasi Ajaran Islam, (Jakarta: al-Islamiyyah (Beirūt: Mu’assasah al-
Paramadina, 1995), 372-374. Risalah, 1977), 74.
97
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
98
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
99
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
secara mendalam apa makna dibalik agama (hukum Islam) agar tidak keluar
perintah ibadah tersebut. Misalkan saja dari jalur agama.15
tentang niat dalam melaksanakan Dewasa ini masyarakat muslim
ibadah. Niat merupakan suatu hal yang dihadapkan pada persoalan baru,
menyangkut tentang jiwa manusia, seiring dengan datangnya wabah
ilmu yang mempelajari tetang jiwa penyakit yang dikenal dengan covid-
adalah psikologi. Dengan ilmu 19. Salah satu persoalan yang harus
psikologi dapat menjelaskan diselesaikan oleh umat Islam adalah
pengertian tentang niat, bagaimana bagaimana mengurus janazah orang
kesadaran manusia yang dibutuhkan yang meninggal karena penyakit
dalam niat, sejauh mana niat dapat covid-19 tersebut. Pihak medis pada
mempengaruhi perbuatan yang awalnya mengikuti prosedur medis
diniatkan serta bagaimana niat itu (protokol kesehatan), janazah
dilakukan agar mempengaruhi dimandikan, dikafankan, dishalatkan
kesadaran yang tinggi dalam diri dan dikuburkan sesuai dengan protokol
manusia. kesehatan, dimana pihak keluarga,
Pengamalan fikih dalam bidang famili dan masyarakat dimana janazah
mu’amalah, butuh kepada ilmu itu tinggal tidak dilibatkan. Dalam
matematika, akuntansi dan keahlian kondisi seperti ini tentunya akan terjadi
teknologi informasi. Perkembangan konflik antara tenaga medis dengan
dalam bidang ekonomi berpengaruh keluarga janazah dan hal ini dapat
besar pada perkembangan fikih, dimengerti karena beberapa hal telah
aktivitas bisnis dewasa ini tidak bisa dilanggar yaitu keyakinan, adat dan
melepaskan diri dari jasa perbankan, psikologi keluarga janazah. Selain itu,
sementara di dunia perbankan juga pengetahuan fiqih tersusun melalui
mengalami perkembangan pesat prosedur yang jelas sebagaimana
seiring dengan penemuan baru dalam tertuang dalam qawaid al-fiqihiyah
rangka memudahkan pebisnis dalam yang dalam operasionalnya meliputi;
bertransaksi. Demikian juga dalam 1. Metode deduktif (istinbath), yaitu
bank syari’ah, untuk menjaga metode penarikan kesimpulan
keseimbangan dengan bank khusus(mikro) dari dalil-dalil
konvesional dalam memberikan umum (al-Qur’an dan hadits).
layanan kepada nasabah juga ikut serta Metode ini dipakai
mengejar perkembangan tersebut. untukmenjabarkan atau
Tentunya dalam hal ini kebutuhan akan menginterpretasikan dalil-dalil Al-
ilmu pengetahuan suatu keniscayaan Qur’an dan haditsmenjadi hukum-
agar dapat menjalankan roda hukum yang terinci sebagaimana
perekonomian untuk menjaga
15
ketahanan ekonomi masyarakat Syamsul Arifin dan Sari Narulita,
“Latar Belakang Mahasiswa Dalam
muslim, disamping juga harus Memahami Fiqih, Di Akses dari Jurnal Studi
memahami ketentuan- ketentuan Al-Qur’an Vol.9 , No.1, Tahun. 2013, 40
100
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
101
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
17 18
Abd Malik ibn Yusuf abu al-Ma’ali Muhammad Azhar, Fiqh
al-Juwaini, Al-Burhan fi Ushul al-Fiqih (Cairo Kontemporer dalam Pandangan
: Dar al-Anshar,1400H), I/295 Neomodernisme Islam, TT.
102
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
103
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
tidak berjama’ah. Hanya saja, ketika melakukan qunut pada sholat Fajr
dilakukan secara berjama’ah, sholatnya (shubuh) sampai beliau wafat”.23
tetap sah, hanya saja tidak Imam al-Nawawy (W. 678 H) dalam
mendapatkan pahala sholat. Sholat kitab al-Majmu’, “Menurut madzhab
dhuha tersebut disamakan dengan kami (madzhab Syafi’i), bahwa di
sholat tasbih dan witir. Dalam sunnahkan qunut pada sholat shubuh,
penjelasan kitab Bughiyah al- baik ketika ada bencana, atau pun
Murtasyidin dijelaskan ”bahwa tidak. Atas kesunahan qunut tersebut,
diperbolehkan berjama’ah pada sholat dinyatakan juga oleh kebanyakan
yang seperti sholat witir dan sholat ulama salaf (terdahulu), dan ulama
tasbih. Tidak makruh dalam hal setelahnya. Di antara ulama terdahulu
tersebut, namun juga tidak ada nilai tersebut yaitu; Abu Bakar al-Shiddieq,
pahala. Betul demikian. Namun, bila ‘Umar bin al-Khattab, ‘Usman, ‘Aly
dimaksudkan untuk mengajari orang- Ibn ‘Abbas, dan Barra bin ‘Azib.”24
orang yang sholat, dan juga Kata qunut, secara bahasa,
memotivasi mereka (untk berarti do’a (memohon),25 baik untuk
melaksanakan kebaikan), maka mendapatkan kebaikan, atau terhindar
baginya nilai pahala. Dan pahala akan dari keburukan. Sementara secara
didapatkan dengan niat yang baik. istilah, di definisikan sebagai “dzikir
Seperti dibolehkan suara keras pada khusus yang mencakup pada do’a dan
posisi pelan, di mana makruh pujian (tsana).” Dari makna secara
hukumnya karena ada tujuan bahasa ini, tampak ada kessamaan
pengajara. Dasar yang paling utama makna antara qunutdengan sholat.
adalah hukumnya boleh. Seperti juga Menurut Syaikh Wahbah al-Zuhaily
pada perkara-perkara yang mubah, bila (W.1436 H/2015), makna sholat,
dimaksudkan pada pendekatan (seperti secara bahasa juga berarti do’a
ketaqwaan), misalnya keresahan atau (memohon). Makna sholat tersebut,
keyakinan umum atas disyari’atkannya didasarkan pada ayat al-Qur’an surat
secara berjama’ah, bila ada bahaya al-Taubah/9: 103).
tersebut, maka sama sekali tidak ada
nilai pahala hukumnya haram dan
dilarang”22 23
Abu al-Hasan ‘Aly bin Umar al-
Kemudian dalam contoh lain Daruquthny (W. 385 H), Sunan al-
terkait hukum melakukan qunut Daruquthny, (Beirut: Yayasan al-Risalah ,
2004), 2, 370.
shubuh. Menurut madzhab Syafi’iy 24
Abu Zakariya Muhyiddin al-
hukumnya sunnah terkai penjelasan Nawawy (W. 676 H), al-Majmu’: Syarah al-
hadits “Dari Anas bin Malik r.a (dia) Mahadzdzab, (Beirut: Darul Fikr, tth), Juz 3,
504.
berkata. “Rasulullah SAW senantiasa 25
Kata qunut juga diartikan,
senantiasa ta’at (lihat QS al-Zumar/93: 9);
tunduk (lihat QS. Al-Rum/30: 26); berdiri
22
Sayyid Abdurrahman bin lama, seperti dalam sebuah Hadis berikut:
Muhammad bin Hasan bin ‘Umar, Bughiyah al “Seutama-utama sholat yaitu yang lama
Mustarsyidin (Indonesia: al-Haramain, tth), 67. berdirinya”, (HR. Muslim).
104
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
105
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
106
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
107
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
atau tidak dipaksa oleh siapapun. menderita penyakit jantung atau ginjal
Organ yang didonorkan bukanlah yang sudah mencapai stadium gawat,
organ vital, seperti jantung dan hati.”31 maka ia dapat mati sewaktu-waktu.
Hal ini karena penyumbangan tersebut Karenanya boleh dilakukan
dapat mengakibatkan kematian transplantasi atas dasar keadaan
pendonor, padahal Allah Swt melarang darurat.32
untuk membunuh dirinya sendiri. Selanjutnya, masih banyak lagi
Sementara Mujtana, mengatakan aspek-aspek yang muncul terkait
bahwa hukum transplantasi organ masail fiqhiyyah, adapun yang penulis
tubuh, sebagai berikut: (1) Apabila kemukakan hanya sebagian saja contoh
transplantasi dilakukan dengan tidak yang berkembang di kalangan
ada hajat syar’i, yakni untuk masyarakat, oleh karena itu,
pengobatan, maka hukumnya haram. pembahasan masalah fiqhiyyah akan
Sebab ada unsure “taghoyyurul menjadi pembahasan yang menarik
khilqoh” (perubahan ciptaan) dan terutama bagi peneliti tentang hukum
dikhawatirkan mencerminkan sikap Islam pada masyarakat.
tidak rela menerima taqdir Illahi; (2)
Apabila ada hajat syar’iyyah, Masail Fiqhiyyah terkait Ibadah
umpamanya transplantasi organ tubuh Amaliyah Mahasiswa
dengan tujuan untuk memulihkan Ibadah mempunyai tujuan
penyakit, yang termasuk masalah pokok dan tujuan tambahan. Tujuan
hajiyah (primer), maka hukumnya pokoknya adalah menghadapkan diri
boleh dengan urutan syarat-syarat kepada Allah SWT dan
sebagai berikut: (a) Diambilkan dari mengkonsentrasikan niat kepada-Nya
hewan, selain manusia. (b). Diambil dalam setiap keadaan. Dengan adanya
dari dirinya sendiri, dengan ketentuan tujuan seseorang akan mencapai
tidak membahayakan. (c). Diambilkan derajat yang tinggi di akhirat.
dari manusia yang sudah mati yang Sedangkan tujuan tambahan adalah
martabatnya lebih rendah, kemudian agar terciptanya kemaslahatan diri
yang sederajat; (3) Apabila manusia dan terwujudnya usaha yang
transplantasi organ tubuh dengan baik. Tujuan tambahannya antara lain
tujuan menghindari kematian, untuk adalah untuk menghindarkan diri dari
menyelamatkan nyawa seseorang, perbuatan keji dan munkar.
maka hal ini adalah termasuk unsur Praktek Ibadah merupakan
dhoruriyat, seperti seseorang yang kegiatan Co-Kurikuler yang mengikat
dan menjadi salah satu persyaratan
dalam mengikuti kegiatan akademik.
31
Qadim Zallum, “Beberapa
Problem Kontemporer dalam Pandangan Kegiatan ini berlaku umum dan
Hukum Islam”, judul asli, Hukmu asy
Syar’i fī al- Istinsakh, Naqlul A’adlā, al-
Ijhadi, Athfalul Anabib, Ajhizatul In’asy 32
Saifuddin Mujtaba, al-Masailul
Ath Ṭibbiyah, al-Ḥayah wal Maut, (Beirut: Fiqhiyah, (Jombang: Rausyan Fikr, 2009),
1997), 9. 317.
108
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
109
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
110
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi ditetapkan secara rinci melalui
kesehatan adalah keimanan kepada penjelasan al-Quran atau Sunnah,
Tuhan, sebab individu yang benarbenar dicontohkan langsung oleh Rosul dan
religius akan selalu siap menghadapi tidak diijinkan menambah atau
malapetaka yang akan terjadi.35 menguranginya, dan prinsip
Keimanan dan ketakwaan pelaksanaannya adalah ketaatan
kepada Tuhan merupakan prakondisi kepada perintah Allah.37 Sedangkan
manusia sebelum mempunyai ibadah ghoiru mahdhah memiliki
kesehatan mental yang sejalan dengan kriteria yaitu tidak ada dalil yang
kaedah agama, karena agama melarang baik dalam al-Quran maupun
merupakan salah satu kebutuhan psikis Sunnah, mempunyai asas
manusia yang perlu dipenuhi oleh kebermanfaatan dan kemasyarakatan,
setiap orang yang merindukan rasional.38
ketentraman dan kebahagiaan.36 Ketaatan beribadah membawa
Dari pengertian-pengertian dampak positif terhadap kehidupannya,
tersebut di atas, dapat ditarik karena pengalaman membuktikan
kesimpulan bahwa ketaatan beribadah bahwa seseorang yang taat beribadah
adalah suatu ketundukan dan ia selalu mengingat Allah SWT, karena
penghambaan manusia kepada Allah banyaknya seseorang mengingat Allah
SWT dengan melaksanakan segala SWT, jiwa akan semakin tentram.
perintah dan menjauhi segala larang- Agar dapat mendekatkan diri kepada
Nya serta diikuti dengan hubungan Yang Maha Suci maka ia harus
harmonis dan selaras terhadap manusia mensucikan jiwanya terlebih dahulu.
yang lainnya (ibadah mahdhah dan Untuk mensucikan jiwa salah satu
ghoiru mahdhah). Ibadah dimaksudkan caranya adalah dengan beribadah.
penulis di sini yaitu menurut pendapat Semakin taat seseorang beribadah
Nursi dalam Zaprulkhan dan Anbiya semakin suci jiwanya dan semakin
yang akan menjadi penelitian yaitu dekatlah ia kepada Allah SWT.
bagaimana mahasiswa mampu Seseorang dapat dikatakan taat
mengerjakan thaharah, shalat, puasa, apabila ia dapat menumbuh suburkan
zakat, shodaqoh, berbakti kepada dan mengembangkan serta membentuk
orang tua, dan memaafkan orang lain sikap positif dan disiplin serta cinta
(ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru terhadap agama dalam pelbagai
mahdhah). Ibadah mahdhah di sini kehidupan yang nantinya diharapkan
dibatasi dengan beberapa kriteria yaitu menjadi manusia yang bertakwa
ketentuan aturan pelaksanaanya telah kepada Allah SWT taat kepada
35 37
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa Zaprulkhan. Penyakit Yang
al-Nafs, Penerjemah Rof’i Usmani, (Bandung : Menyembuhkan, (Bandung : PT Mizan
Pustaka, 1997), 283. Publika, 2008), 21-22.
36 38
AF.Jaelani, Penyucian Jiwa & Ali Anwar Yusuf, Studi Agama
Kesehatan Mental, (Jakarta: Penerbit Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung : CV
Amzah, 2001), 77. Pustaka Setia, 2003), hlm. 144.
111
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
perintah Allah dan Rasul-Nya. Jadi hal-hal yang baru, keadaan yang baru
dapat disimpulkan bahwa manusia yang belum ada pada ketetapan Fikih
dapat dikatakan taat apabila ia mampu yang sudah ada. Oleh sebab itu
menumbuhkan dan membina metodenya menggunakan metode
keterampilan beragama dalam semua ijtihad, bukan Ijma’ atau kesepakatan,
lapangan hidup dan kehidupan serta sebab metode penetapan menggunakan
dapat memahami dan menghayati Ijma’ hanyalah dilakukan apabila
ajaran agama Islam secara mendalam terdapat berbagai pendapat tentang
dan bersifat menyeluruh, sehingga hukum sesuatu yang terdapat
dapat digunakan sebagai pedoman landasannya berupa sunah dan Ayat al-
hidup, baik dalam hubungan dirinya Qur’an.
dengan Allah SWT melalui ibadat Pada metode Ijtihad landasan
shalat umpamanya dan dalam utamanya adalah kemaslahatan pada
hubungannya dengan sesama manusia masalah-masalah yang jelas-jelas tidak
yang tercermin dalam akhlak melanggar Akidah dan Ahlak. Hal itu
perbuatan serta dalam hubungan perlu dipahami bahwa yang dimaksud
dirinya dengan alam sekitar melalui persoalan hukum kontemporer adalah
cara pemeliharan dan pengolahan alam hanya pada ibadah ghoiru mahdhoh,
serta pemanfaatan hasil usahanya.39 bukan ibadah Mahdhoh yang memang
bersifat tertutup. Oleh sebab itu
Penutup sebagai catatan penting disini adalah
Sebagai penutup dari tulisan ini tidak ada masalah baru dalam ibadah
bahwa masail fiqhiyah sebagai ilmu yang berhubungan dengan Allah SWT.
dari kajian ilmu fiqih yang Pada ibadah Mahdhoh seperti sholat,
diorientasikan kepada mengetahui maka dimanapun, kapanpun dan dalam
jawaban dan mengetahui proses keadaan apapun sudah terdapat
penyelesaian masalah melalui ketetapan yang tegas berdasarkan
metodologi ilmiah, sistematis dan kepada fikih.
analitis. Dari sudut fikih, penyelesaian Berpijak pada berbagai
suatu masalah dikembalikan kepada pandangan para pemikir kontemporer
sumber pokok (al-Quran dan al- tersebut, maka sudah seharusnya para
Sunnah), Ijmak, Qiyas dan seterusnya, pendidik di perguruan tinggi pada
sehingga nilai yang dihasilkan bidang kajian ilmu fikih, khususnya
senantiasa berada dalam koridor penulis berusaha untuk menerapkan
sebagaimana disebut di atas. metode dan pendekatan kerangka teori
Kajian masail fiqhiyah pada dalam berbagai hal dan kesempatan,
dasarnya bukan pembaharuan hukum, khususnya dalam proses pembelajaran
tetapi melihat apakah ada illat yang Kajian masail fiqhiyyah. Dan ini
baru untuk menerapkan hukum kepada merupakan tugas yang cukup berat.
Tugas yang tidak kalah beratnya
39
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan membedakan berbagai hal yang masuk
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 89.
112
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
113
Islamika
(Jurnal Agama, Pendidikan, dan Sosial Budaya) P-ISSN: 1858-0386 Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021
E-ISSN: 2686-5653
114