Anda di halaman 1dari 12

202 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

KADERISASI FUQAHA DALAM PERKEMBANGAN


HUKUM ISLAM

Agus Muchsin

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: agus_muchsin@yahoo.co.id.

Abstract: This article elucidates the regeneration of Islamic legal scholars in the context
of the development of Islamic law. Using historical approach, this study shows that fiqh
as a discipline did not exist in the early phase of Islam. The term fiqh in that phase
referred to its etymologic meaning, i.e., comprehension. The companion of the prophet
who had in-depth comprehension of Islam was termed faqih (plural: fuqaha). So, the term
fiqh in its early phase of Islam signified an overall comprehension of all the teachings of
God relating to belief, law, ethics, and other aspects. The regeneration according to
Islamic perspective is aimed at preparing the candidates of highly intelligent, mature
leader, with high moral integrity, who will guard and develop the identity of Islam as
khair ummah (the best community). Nowadays, the cadre of Islam continues to exist to
maintain and develop the regeneration of Islamic legal scholars through mosques,
religious organizations, and pesantren (Islamic boarding schools).

Kata Kunci: Kaderisasi. Fuqaha, Hukum Islam

I. PENDAHULUAN berdayaan umat. Ulama sebagai ahli


agama dan pendamping masyarakat
Islam sebagai agama yang men-
sesungguhnya merupakan wujud dari
dukung intelektualisme menyebar ke-
pemahaman Islam yang sempurna
seluruh penjuru dunia tampil secara ___

(Islam kaffah). Ulama dengan kapa-


kreatif berdialog masyarakat setem-
sitas keilmuan yang general semesti-
pat dan berada dalam posisi yang
nya mampu menjawab problem-
menerima kebudayaan local, sekali-
problem kemanusiaan, seperti ke-
gus memodifikasinya menjadi budaya
tidakadilan, penindasan kesewenang-
baru yang dapat diterima oleh
wenangan dan kemiskinan yang ter-
budaya setempat dengan keorisinalan
jadi ditengah-tengah masyarakat.1
ajarannya dan tetap berada di dalam
Fenomena seperti diatas dicon-
jalur Islam. Peran seperti ini dilaku-
tohkan oleh nabi Muhammad saw.,
kan oleh para ulama sebagai penye-
bukan hanya pokus pada penyebaran
bar agama, mujtahid dan pengayom
aqidah Islam semata, tetapi mengu-
masyarakat, sehingga hubungan
bah struktur masyarakat yang sudah
antara ulama dan masyarakat tampak
bobrok. Islam yang diperkenalkan
begitu dekat tanpa ada sekat antara
tidak mengenal polarisasi miskin-
keduanya.
kaya, lemah-kuat, penindas-tertindas,
Dalam literature sejarah, para
ulama memiliki basis yang kuat penguasa-dikuasai, dan seterusnya.
Juga tidak ada perbedaan manusia
sebagai mediasi bagi perubahan
berdasar warna kulit, ras, suku, atau
social melalui aktivitas pem-
bangsa, yang membedakan mereka
203 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

bukan hal-hal yang bersifat fisik, bangun komunitas manusia yang


tapi nilai keimanan dan ketaqwaan- benar dan beragama serta mengarah-
nya.2 Bahkan misi utama yang di- kan menusia untuk senantiasa berbuat
upayakan dikalangan masyarakat baik dan meninggalkan perbuatan
Mekah adalah keadilan ekonomi dosa. Tercapainya tujuan tersebut di
dengan penekanan terhadap pemera- butuhkan kemampuan dalam mema-
taan dan keadilan untuk semua, hami pesan-pesan suci, baik secara
bukan untuk komunitas tertentu. tekstual maupun dengan kontekstual.
Nabi Muhammad saw., sangat Masa awal Islam, Rasulullah
menentang penumpukan dan per- saw adalah satu-satunya sumber
putaran harta dikalangan orang kaya hukum dan syari’at (referensi) bagi
semata, yang disekitarnya terdapat umat yang ketika itu masih belum
komunitas masyarakat miskin selalu terlalu rumit. Dalam mengembang-
tertindas secara struktural dan kan risalah Islam dan menjawab
sistemik. Solusi yang ditawarkan pertanyaan-pertanyaan di waktu itu,
oleh nabi melalui pesan alquran Rasulullah saw selalu dituntun Allah
adalah menganjurkan si kaya untuk dengan wahyu-Nya, sehingga tidak
mengeluarkan nafkah dari sebagian ada pertikaian dan perbedaan di-
hartanya kepada fakir miskin. antara Sahabat yang sangat krusial.
Setelah Nabi wafat, problema Sementara masalah pokok (ashal) di
kemasyarakatan semakin beragam, dalam agama, para sahabat tidak
sebagai akibat dari semakin bertam- menuntut terlalu banyak dari Rasul,
bahnya daerah Islam, dengan ber- mereka cukup puas dengan wahyu
bagai macam bangsa yang masuk yang diturunkan Allah dan beberapa
Islam dengan membawa berbagai ijtihad yang kemudian diakui oleh
macam adat istiadat, tradisi dan wahyu.
sistemkemasyarakatan. Dalam kaitan Sedangkan dalam masalah-
ini muncullah ahli-ahli hukum masalah furu’ (cabang/bukan asasi),
mujtahid yang disebut imam, ulama para sahabat mengembalikannya
dan fuqaha. kepada Rasulullah saw, dan kemudian
Berdasarkan kerangka pikir ter- Rasul saw akan berijtihad dengan
sebut, maka yang menjadi fokus pem- tuntunan wahyu dari Allah swt.,
bahasan dalam tulisan ini adalah: sehingga potensi perbedaan pendapat
1. Pemaknaan Term Fuqaha pada bisa dikatakan tidak ada.
Masa Nabi dan Setelahnya. Kenyataan tersebut tidaklah ber-
2. Kaderisasi Fuqaha pada Masa artibahwaRasulullah saw tidak mem-
Nabi dan Setelahnya, dan berikan kesempatan kepada para [

3. Sistem Pelaksanaan Kaderisasi sahabat untuk berijtihad dan ber-


Fuqaha zaman Sekarang. fatwa. Rasulullah bahkan meng-
izinkan beberapa orang sahabatnya
II. PEMBAHASAN yang dianggapnya mampu, sehingga
A. PemaknaanTerm Fuqaha pada para sahabat yang mendapat izin dari
Masa Nabi dan Setelahnya Rasul untuk berfatwa tidak ditemu-
kan kejanggalan dan keanehan dari
Alquran merupakan suatu doku- fatwanya, bahkan dalam prakteknya
men agama dan etika yang menitik- jika mereka ragu maka masalah yang
beratkan pada tujuan praktis pencip- dihadapi dikembalikan kepada Rasul
taan kebaikan moral dan mem- saw.
204 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

Perkembangan fiqh sebagai versal (global) yaitu pemahaman


sebuah ilmu di awal Islam belum tentang segala apa yang diundang-
ada. Makna fiqh yang berkembang kan oleh Allah kepada hamba-
ketika itu adalah makna bahasa Nya, baik menyangkut persoalan
(etimologi), yaitu pemahaman. iman, ataupun hukum-hukum
Sahabat yang memahami agama furudh, hudud, perintah dan
secara utuh disebut faqih dengn larangan dan sebagainya. 3
bentuk plural fuqaha (ahli fiqh/orang Hal ini juga didukung adanya
yang paham). Meski demikian, fiqh data bahwa Rasulullah saw. ketika
sebagai amaliyah praktis sudah ada meng-gunakan terminologi fiqh,
di masa Rasul, bahkan jika mem- senantiasa dimaksudkan untuk
perhatikan metode Rasul menyelesai- suatu pemahaman tentang Islam
kan problema sosial, sudah mem- secara global. Hal ini tercermin
praktekkan beragam metode ijtihad dari beberapa hadis Rasulullah
yang dikenal belakangan dalam yang menggunakan istilah fikih, di
kajian fiqh/ushul fiqh, seperti; Qiyas, antaranya:
Istihsan, Istishab, Saddu
Dzari’ah, memperhatikan Mashlahah
al-
َ‫عَنَ َاَبَنَ َعَبَاسَ َاَنَ َالنَبَ َصَلَى َاهلل‬
dan sebagainya.
Fahamdalamterminologi bahasa
َ‫عَلَيَهَ َ َوسَلَ مَ َاَتَى َاَلَخلَءَ َفَ خَوضَعَتَ َلَهَخ‬
Arab diidentikkan dengan faqiha
digunakan dalam Alquran dalam
ََ‫خَوضخَ َوءَا َفَلَمَا َخََرجَ َقَالَ َمَنَ َ خَوضَع‬
bentuk kata kerja (fi’il) sebanyak 20
kali, yaitu dalam QS. Al-Isra’ (17):
ََ‫لهَ م‬
‫ َاَلَ خ‬:َ‫تَ َاَبَ خنَ َعَبَاسَ َقَال‬‫هَ ذَا َقخَلَ خ‬
44, QS. Hud (11): 91, QS. Thaha 5
َ‫َ َولَيَسََلَخمََفَقَهََفََالَِّيَن‬...َ4‫فَقَهَهَخ‬
(20): 28, QS. Al-An’am (6): 25, 65
dan 97, QS. Al-A'raf (7): 791, QS. Lebih jauh, Mu’in A. Sirry
Al-Anfal (7): 65, QS. Al-Taubah (9): menjelaskan bahwa term fiqh pada
81,82, 122,127, QS. Al-Kahfi (18): awal-awal Islam juga mencakup
57, 93, QS. Al-Fath (48): 15, QS. pengertian asketis dalam pengung-
Al-Hasyr (59): 13, QS. Al- kapan tasawwuf. Asumsi ini di-
Munafiqun (63): 3 dan 7, QS. Al- topang oleh adanya riwayat bahwa
Isra’ (17): 46. suatu ketika seorang sufi bernama
Keseluruhan term fiqh yang Farqad (wafat tahun 131 H)
terulang sebanyak 20 kali tersebut berdiskusi dengan Hasan al-
dalam Alquran di atas, bermakna Bashri. Melihat ide-ide Hasan al-
memahami (agama). Term ini berarti Basri yang asing di tengah-tengah
bahwa pada masa-masa awal dari masyarakat, Ia mengatakan bahwa
perkembangan Islam, term fiqh para fuqaha (ahli fiqh) akan
dipergunakan dalam pengertian ilmu menentang sikapnya itu. Namun
tentang agama, dan fuqha adalah Hasan Basri menjawab seorang
mereka yang memahami ilmu faqih yang sebenarnya adalah
tentang keagamaan. seorang yang memandang hina
Pengungkapan istilah fiqh kehidupan dunia, senang akhirat,
oleh Nabi pada awal-awal Ia memiliki ilmu yang mendalam
metransformasikan Islam, juga tentang agama, benar dan taat
dimaksudkan sebagai pemahaman dalam ibadah serta memperjuang-
hukum-hukum agama secara uni- kan kepentingan umat.
205 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

Sampai kepada pemerintahan hukum-hukum syari’at [ ama-


Khalifah Al-Makmun, terminologi liyah (praktis) dari dalil-
fiqh masih sangat luas cakupannya dalilnya yang terperinci.
yaitu mencakup teologi, akhlaq, Menurut Al-Jurjani:
dan hukum. Menurut Ahmad
Hasan, karangan Abu Hanifah
yang membahas persoalan teologi
ََ‫اَلَفَقَهَخ َفَ َاَلَصَطَلَحَ َ خهَوَ َاَلعَلَمخ‬
dan diberi nama al-Fikih al-Akbar َ‫بَاَحَكَامَ َالشََرعَيَةَ َاَلعَمَلَيَةَ َمَنَ َاَدَلَتَهَا‬
adalah bukti bahwa term fikih
tidak hanya terbatas pada per- 8
َ‫التَفَصَيَلَيَة‬
soalan hukum, tapi juga teologi. 5
Perkembangan selanjutnya, Artinya:
term fiqh perlahan mulai Al-fiqh menurut istilah adalah
menyempit dan bersifat spesialis ilmu atau pengetahuan hukum-
sebagai sebuah disiplin ilmu. hukum syari’ah yang bersifat
Term fikih tidak lagi bersifat praktis (yang diperoleh) dari
umum (tidak lagi dimaksudkan dalil-dalilnya yang terperinci.
agama secara global) melainkan Beberapa defenisi di atas,
khusus pada hukum-hukum oleh Umar Sulaiman al-Asyqar
syari’ah yang berkaitan dengan dalam, Tarikh al-Fiqh al-Islamy
perbuatan manusia. Hal ini merumuskan beberapa item yang
tercermin dari beberapa defenisi terdapat dalam beberapa definisi
yang dikemukakan. fiqh yang dirumuskan oleh
Menurut Hasan Ahmad al- fuqaha, diantaranya:
Katib, fiqh adalah:
1. Fiqh merupakan suatu disiplin
ََ‫مَ خمَ َوعَةَخ َاَلَحَكَامَ َاَلشََرعَيَةَ َاَلعَ مَلَيَة‬ ilmu yang memeliki objek pem-
bahasan dan kaidah tersendiri.
6
َ‫اَلَسَتَفَادَةَخَمَنََاَدَلَتَهَاَاَلتَفَصَيَلَيَة‬ 2. Fiqh adalah pengetahuan tentang
‫خ‬ hukum syari’ah (kaidah landasan
Artinya: hukum yang ditetapkan Allah).
Fiqh adalah kumpulan hukum- 3. Fiqh adalah pengetahuan tentang
hukum syari’at amaliyah hukum syari’at amaliyah (per-
(praktis) yang diambil/digali buatan manusia). Dalam arti
dari dalil-dalilnya yang ter- fikih, berkaitan dengan masalah
perinci mereka sehari-hari.
4. Ilmu fiqh diperoleh dari dalil-
Yusuf Qadhrawi mendefenisi- dalil hukum yang terperinci.
kan fiqh sebagai: Artinya, hukum tersebut tidak
ََ‫اَلَفَقَهَخ َ خهَوَ َاَلعَلَمخَ َاَلَتَعَلَ خقَ َبَاَسَتَنبَاط‬ termasuk dalam kategori ilmu
‫خ‬ fikih jika tidak bersandar pada
sumber hukum yang diketahui. 9
َ‫اَلَحَكَامَ َالشََرعَيَةَ َاَلعَمَلَيَةَ َمَنَ َاَدَلَتَهَ ا‬ Perubahan makna fiqh secara
7
َ‫التَفَصَيَلَيَة‬ otomatis juga berpengaruh kepada
orang atau ahli yang menguasi
Artinya: disiplin ilmu tersebut. Makna yang
sifatnya generalis dalam artian
Fiqh adalah ilmu yang ber- penguasaan keagamaan secara luas,
kaitan dengan peristimbatan
206 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

menjadi istilah yang sifatnya Terjemahnya:


spesialis dengan ruang lingkup Kecelakaanlah bagi setiap
terbatas pada hukum-hukum pengumpat lagi pencela, Yang
amaliyah (hukum praktis) yang mengumpulkan harta dan meng-
diambil dari dalil-dalil rinci. hitung-hitung. Dia mengira
B. Proses Kaderisasi Fuqaha bahwa hartanya itu dapat meng-
Masa Nabi dan Sesudahnya. kekalkannya.10
Berikut Surah al Ma’un, orang-
Rasulullah saw., membangun
pondasi Syari’at dan menyem- orang yang tidak memperdulikan
purnakannya merupakan fungsi anak-anak yatim dan orang-orang
utamanya sebagai utusan Allah. miskindikelompokkankedalam orang
yang mendustakan agama. Allah ber-
Pondasi Syari’at dibangun pada awal
firman:
masa kerasulan di kota Mekah. Fase
    
ini dikenal juga dengan Periode
Makkiyah. Sedangkan penyem-
purnaannya terjadi terjadi pasca
peristiwa hijarah ke Madinah. Kedua      
fase ini tercatat dalam sejarah sebagai
awal dari pembentukan karakter umat     
menjadi peribadi muslim yang taat
dan memiliki pemahaman luas (faqih/ Terjemahnya:
fuqaha), dengan melalui proses pen- Tahukah kamu (orang) yang
didikan dan kaderisasi yang dilaksana- mendustakan agama? Itulah
kan oleh Rasulullah saw. orang yang menghardik anak
Periode Makkiyah lebih difokus- yatim, Dan tidak menganjurkan
kan kepada problematika akidah, memberi makan orang miskin11
akhlak, dan beberapa ibadah pokok
sebagaibentuksimbol kongkrit aktua- Periode Madinah merupakan
lisasi akidah, serta beberapa pem- tahap penyempurnaan dan pem-
benahan problema ekonomi masya- bangunan secara utuh. Hal itu
rakat, hal ini tampak ketika Periode disebabkan karena karakter sosial
awal tersebut terdapat beberapa surah masyarakat Madinah lebih terbuka
pendek yang sama sekali tidak terhadap ajaran Islam. Pada fase
menyinggung persoalan penyem- inilah disempurnakan aturan praktis
bahan berhala, malah beberapa surah Syari’at Islam, baik dalam hal
diantaranya menyinggung masalah ibadah maupun mu’amalah.
keserakahan terhadap harta benda Rasulullah saw adalah satu-
dan ketidakpedulian terhadap orang- satunya sumber hukum dan syari’at
orang yang menderita. Allah ber- (referensi) bagi umat ketika itu,
firman dalam Q.S.Al Humazah meski dalam beberapa kasus terdapat
(104): 1-3 beberapa sahabat melakukan ijtihad,
namun selanjutnya diperhadapkan
       kepada Rasulullah saw.,seperti ketika
Ammar bin Yasir yang dalam ke-
      
adaan junub dalam perjalanan dan
tidak menemukan air, lalu ber-
tayammum dengan berguling di atas
permukaan tanah. Ammar sempat
207 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

berdiskusi dengan Umar bin Khathab Dua faktor inilah yang memberikan
dan ijtihad Umar mengatakan kalau warna khusus bagi hukum-hukum
tidak perlu shalat.12 dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan
Kasus ini di perhadapkan oleh masing-masing fuqaha, yang
kepada Rasul saw., lalu mengatakan klimaksnya membentukwatak daerah
cukup kamu meletakkan tanganmu tempat fatwa tersebut lahir. Watak
dengan seperti ini. Deskripsi ini dan warna itu mengerucut kepada
memperlihatkan bahwa ijtihad yang dua aliran besar. Pertama: Madrasah
dlakukan ole sahabat masih begitu al-Hadits lebih cenderung terkosen-
terjaga karena tetap diperhadapkan trasi pada Madinah yang merupakan
kepada Rasulullah saw. tempat asal Sunnah dan tempat
Sepeninggal Rasulullah saw, berkumpulnya para fuqaha, karena
ditangan para Khulafa al Rasyidun merekalah orang-orang yang paling
melakukan perluasan (futuhat) dekat dan paling mengenal Hadits
Islam, terutama di masa kekhalifa- Rasul saw waktu itu. Diantara pem-
han Umar bin Khattab r.a. Perluasan besar golongan ini dari kalangan
ini menuntut penyebaran sahabat sahabat adalah Zaid bin Tsabit r.a,
yang memahami agama (fuqaha) Abdullah bin Umar r.a dan ‘Aisyah
kebeberapa daerah baru untuk mem- r.a.13
berikan fatwa dan pengajaran tentang Aliran ini tidak hanya ber-
Islam yang benar dan sekaligus kembang di Hijaz, tapi juga meluas
menjadi qadhi/hakim yang memutus- ke daerah-daerah Syam, Mesir
kan perkara-perkara yang terjadi di bahkan Iraq. Diantara ulama-ulama
daerah-daerah baru tersebut. terkenal yang tergolong terlahir dari
Perbedaan kondisi tiap daerah aliran ini adalah Amir asy-Sya’bi r.a
menyebabkan lahirnya perbedaan (tabi’in Kufah), Imam Sufyan ats-
masalah yang timbul, kemudian Tsauri r.a (tabi’ tabi’in dan ulama
perbedaan masalah ini yang dicoba Kufah), Imam al-Auza’i r.a (ulama
diantisipasi oleh setiap sahabat di Syam), Yazid bin Habib r.a (ulama
daerah mereka masing-masing. Mesir pertama yang mengajak
Dengan bekal ilmu yang diting- masyarakat Mesir untuk mencurah-
galkan Rasul saw. Perbedaan sikap kan perhatian kepada Hadits), Imam
diantara para sahabat tersebut, masih Sa’id ibnu al-Musayyib r.a, Imam
berada pada tataran antar individu Malik r.a, Imam Syafi’i r.a, Imam
dan belum ada sikap fanatik Ahmad bin Hanbal r.a dan Imam
terhadap satu orang sahabat. Dawud azh-Zhahiri r.a.14
Metode fatwa fuqha tersebut, Fuqaha’ aliran ini yang berdiam
mengerucut menjadi dua golongan, di Hujaz berpatokan dan berpegang
satu golongan yang cenderung kuat terhadap teks-teks yang ada,
menggunakan logika dalam mengolah karena mereka memang memiliki
sumber asli, alquran dan Sunnah, teks-teks hadis yang banyak. Mereka
sementara golongan lain lebih cen- sangat enggan memakai logika,
derung sangat berhati-hati dalam karena sedikit sekali permasalahan-
membaca teks yang ada dan sangat permasalahan baru yang timbul di
memegang teguh teks-teks tersebut. kalangan mereka, hal ini disebabkan
Inilah embrio munculnya dua aliran juga oleh kesamaan kondisi dan
besar dalam perkembangan Fiqh dan lingkungan yang mereka hadapi
Ijtihaddi beberapa dekade berikutnya. dengan kondisi masa Rasul saw.
208 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

Aliran ini, jika dihadapkan adalah Alqamah bin Qais an-Nakh’i


kepada suatu masalah, langkah r.a, al-Aswad bin Zaid an-Nakh’i r.a,
pertama yang mereka ambil adalah Masruq bin al-Ajda’ al-Hamdani r.a,
mencari solusinya di dalam alquran Ubaidah bin Amru as-Salmani r.a,
dan Sunnah, jika mereka mendapat- Syuraih bin al-Harits al-Qadhi r.a,
kan pertentangan diantara beberapa al-Harits al-A’war r.a, Ibrahim an-
hadits mereka mengadakan kuali- Nakh’i r.a, Imam Abu Hanifah an-
fikasi dan penilaian terhadap perawi Nu’man r.a.
hadits. Jika tidak ditemukan di Aliran ini berkeyakinan bahwa
dalam Sunnah maka mereka beralih hukum syari’at telah sempurna
ke Atsar para sahabat. Jika tidak sebelum wafatnya Rasul saw, dan
juga ada jawaban baru mereka untuk menjabarkan dalil-dalil syariah
menggunakan logika atau berhenti mesti dibarengi dengan logika.
dahulu sampai mendapatkan jawaban Fuqaha’ aliran ini berusaha mencari
(tawaqquf). Karakter fuqaha dari ‘ilat hukum-hukum yang sudah ada,
madshab ini tidak suka memper- kemudian menjadikannya patokan
tanyakan sesuatu yang belum terjadi dalam menetapkan hukum dalam
(iftiradh).15 masalah baru yang tidak ada
Kedua. Madrasah ar-Ra’yi penetapan hukumnya secara jelas
(Aliran Ahli Logika) Berpusat di dalam nash (al-hukmu yaduru ma’a
Kufah (Iraq) yang juga banyak al-illah wujudan wa ‘adaman). Ciri
melahirkan fuqaha, sehingga bisa khusus lain aliran ini adalah para
disejajarkan dengan Madinah, hanya Fuqaha’-nya tidak takut dalam
saja Madinah lebih duluan dikenal berfatwa bahkan dalam memper-
sebagai pusat keilmuan. Faktor kirakan hal-hal yang belum terjadi
dominan yang melatarbelakangi (iftiradh). Meskipun demikian
sehingga Iraq identik dengan aliran mereka sangat ketat dalam melakukan
ini, karena kondisi geografis Iraq kritik terhadap hadits-hadits yang
yang jauh dari pusat Hadits dapat dijadikan sebagai landasan
(Madinah), sehingga mereka hanya hukum.
menerima sedikit hadits. Sementara
C. Sistem Pelaksanaan Kaderisasi
itu, jumlah sahabat yang pernah
Fuqaha Zaman Sekarang
datang ke daerah mereka juga tidak
banyak, seperti Abdullah ibnu Rasulullah Muhammad saw.
Mas’ud r.a, Ali bin Abi Thalib r.a, merupakan contoh pemimpin luar
Sa’ad bin Abi Waqqash r.a, Abu biasa yang sangat layak kita contoh.
Musa al-Asy’ari r.a, al-Mughirah bin Melalui sistem kaderisasi yang
Syu’bah r.a dan Anas bin Malik dibangun olehnya hanya dalam tempo
r.a.16 23 tahun sejak kerasulannya Islam
Faktor lain, Iraq merupakan dapat menyebar keseluruh pelosok
daerah utama perpecahan umat Islam dunia. Kader-kadernya sebagai
di waktu itu, karena di sanalah lahir pemimpin yang memiliki integritas
dan berkembangnya aliran Syi’ah tinggi dan intlektual yang tidak diragu-
dan Khawarij. Banyaknya perbedaan kan banyak mewarnai sejarah kehi-
inilah kiranya yang menjadikan dupan manusia.
watak orang Iraq suka berlogika. Sebagai contoh Umar bin
Diantara ulama-lama besar yang Khattab, ketika menjadi khalifah
dikategorikan ke daslam aliran ini pengaruh Islam semakin kuat,
209 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

dengan melakukan ekspansi wilayah Sekarang ini masjid lebih cen-


kekuasaan Islam yang dalam catatan derung digunakan sebagai pusat
sejarah sampai kepada Kekaisaran kegiatan pendidikan dan pengajaran,
Byzantium dan Persia yang meliputi tempat mengaji, tempat upacara-
Palestina, Suriah, Iran, dan Turki. upacara keagamaan dan serta tempat
Kaderisasi menurut Islam di- pengkajian keislaman18
gambarkan sebagai usaha Di Pesantren Masjid berfugsi
mempersiapkan calon-calon pemim- sebagai tempat pengkajian dan pen-
pin yang intelek dan meiliki itegritas, dalamankitab-kitabkuningdan sekali-
matang dalam pembinaan serta gus pusat informasi seputar pesantren.
tangguh dalam mempertahankan dan Sementara diluar Pesantren, masjid
mengembangkan identitas khairu juga dimanfaatkan sebagai pusat
ummah, sebagai umat yang bertaqwa pengkajian oleh beberapa kelompok
kepada Allah swt.17 Saat ini kader- majelis taklim dan majelis dzikir
kader Rasulullah terus bermunculan, serta beberapa organisasi Islam yang
meneguhkan keberhasilan sistem mampu mencetak kader-kader ulama
kaderisasi dengan berbagai macam dan fuqaha.
metode yang diwariskan Rasulullah
b. Kaderisasi fuqaha melalui orga-
saw. nisasi Islam
a. Kaderisasi Fuqaha Melalui Masjid Islam dalam perkembangan
Umumnya masjid di bangun sejarahnya telah memiliki beragam
sebagai sarana untuk beribadah, corak dan mengalami pasang surut
mensucikan jiwa serta tempat silih berganti. Di masa Nabi,
menjalin persaudaraan, menghubung- ekspresi ke islaman relatif tunggal,
kan dan mempererat jiwa antara karena semua masalah dikalangan
jama’ah dengan yang lainnya. umat Islam dapat cepat diselesaikan
Fungsi ini sesungguhnya jauh lebih dengan otoritas Nabi yang mutlaq
sedikit jika dibandingkan dengan sehingga umat” sami’na wa atha’na”
fungsi masjid pada masa Rasulullah (kami dengar dan kami taati).19
saw., karena disamping sebagai Di era Khulafa’ al Rasyidun,
sarana ibadah juga menjadi pusat sekalipun terjadi gesekan politik
kegiatan sosial dan sekaligus yang berdampak pada perang
memiliki fungsi akademis yang saudara, suadah barang tentu
banyak melahirkan kader-kader berdampak pada lahirnya beberapa
fuqaha dan ulama. firqah-firqah (kelompok). Munculnya
Di sisi lain masjid di zaman golongan beragam ini semula di
Rasulullah saw, merupakan tempat pacu oleh persaingan politik antara
bermusyawarah para sahabat dalam Mu’awiyah dan Khalifah Ali bin Abi
berbagai permasalahan umat serta Thalib yang berakhir dengan perang
pusat komando para syahid yang siffin, yang pada akhirnya ber-
berjuang demi Islam. Tat kala Nabi dampak pada munculnya tiga firqah
mendengar berita persiapan kaum dengan tiga ekspresi; sunni, syi’ah
Quraisy untuk berperang membalas- dan khawarij. Di awal abad ke-15 H
kan kekalahan mereka dalam perang abad ke-21 M, ekspresi keislaman
badar, maka Nabi mengumpulkan itu menurut Ahmad Syafii Maarif,
para sahabat di masjid. yang dikutif dari catatan Abdul
Mun’im al Hafni, telah mencapai
210 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

sekitar 700 firqah. Induknya dapat di kan ilmu-ilmu agama dari kitab-
telusuri pada tiga ekspresi di atas, kitab kuning standar (al kutub al
yang semula semuanya bercorak mukarrarah). Mulai dari kitab kecil
Arab.20 (al mabsut), kitab-kitab sedang (al
Kemunculan firqah (kelompok mutawassithah) sampai pada kitab-
kelompok) dalam Islam, umumnya kitab besar atau tingkat tinggi (al
lahir bersama dengan faham-faham a’liy).
keberagamaan yang tidak jarang Pesantren dengan sistem peng-
menjadi sebuah aliran (madzhab), ajaran non klasikal biasanya diidentik-
bahkan menjadi sebuah organisasi kan dengan nama “salaf” atau pesan-
Islam, dengan upaya-upaya menarik tren salafiyah. Sebaliknya pesantren
simpati individu lain, dengan yang menggunakan sistem madrasi
melalui pengkajian, diskusi dan (klasikal) dengan menggunakan
kaderisasi. kitab-kitab non klasik biasanya
Di Indonesia, terdapat beberapa diidentikka dengan pesantren khalafi.
organisasi besar seperti, Nahdlatul
[[[[[ Terlepas dari dua metode di
(NU) Ulama’, Muhammadiyah, atas, Pesantren merupakan satu-
Majelis Ulama Indonesia (MUI), satunya jalan yang terbaik untuk
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), mengangkat harkat dan martabat
Front Pembela Islam (FPI), Hizbut umat islam melalui perbaikan
Tahrir Indonesia (HTI) dan beberapa kualitas pendidikan umat. Pesantren
organisasi Islam lainnya. Beberapa mempersiapkan peserta didik untuk
organisasi tersebut secara rutin melak- brakidah yang kokoh, berakhlak
sanakan kajian-kajian Islam sebagai mulia, berilmu pengetahuan luas,
bentuk penyikapan mereka terhadap memiliki kreatifitas tinggi sehingga
kasus-kasus sosial. Nahdlatul Ulama’ sanggup untuk hidup secara dinamis
dengan Bahtsul Masail sementara dalam bermasyarakat.
Muhammadiyah dengan Lembaga Menarik untuk dikemukakan
Tarjihnya. Dua jenis aktifitas peng- kaderisasi melalui pesantren dengan
kajian dari dua organisasi besar ter- corak seperti di atas, sekarang ini
sebut, banyak melahirkan kaderisasi juga menjadi marak dilaksanakan
ulama dan fuqaha yang secara pada lingkungan akademisi dengan
konpetitif memiliki kemandirian mela- pola Pesantren Mahasiswa (ma’had
kukan ijtihad. Baik ijtihad jama’iy al jami’ah). Program ini diharapkan
ataupun ijtihad sebagai konsumsi mampu melahirkan manusia-manusia
pribadi. terbaik dan pilihan, memiliki akidah
islamiyah yang kokoh dan menyatuh
c. Kaderisasi fuqaha melalui
dalam tauhid. Karenanya, mahasiswa
Pesantren
mendapat bekal berbagai disiplin
Asumsi masyarakat tentang ilmu pengetahuan agama seperti
pesantren tampaknya secara gradual akidah, tafsir, ushul figh dan fiqh
mengalami perubahan. Asumsi awal kalasik dan kontempore. Pengetahuan
ada yang menilai bahwa pesantren ini dikembangkan disamping penge-
adalah sebuah lembaga pendidikan tahuan mereka yang secara spesifik
Islam “tradisional” yang hanya berdasarkan jurusan dan program
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam studi masing-masing.
dengan metode pengajaran sorogan.
Kiyai-kiyai di Pesantren mengajar-
211 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

III. PENUTUP fuqaha dengan metode fatwa


dengan corak;(a) golongan yang
1. Perkembangan fiqh sebagai sebuah
cenderung menggunakan logika
ilmu di awal Islam belum ada.
dalam mengolah sumber asli,
Makna fiqh yang berkembang
alquran dan Sunnah, (b) golongan
ketika itu adalah makna bahasa
yang lebih cenderung sangat
(etimologi), yaitu pemahaman.
berhati-hati dalam membaca teks
Sahabat yang memahami agama
yang ada dan sangat memegang
secara utuh disebut faqih dengn
teguh teks-teks tersebut.
bentuk plural fuqaha (ahli
3. Kaderisasi menurut Islam digam-
fiqh/orang yang paham). Term
barkan sebagai usaha mempersiap-
fiqh pada awalnya ditransfor-
kan calon-calon pemimpin yang
masikan Islam, dimaksudkan
sebagai pemahaman hukum- intelek dan meiliki itegritas,
matang dalam pembinaan serta
hukum agama secara universal
yaitu pemahaman tentang segala tangguh dalam mempertahankan
apa yang diundangkan oleh dan mengembangkan identitas
Allah kepada hamba-Nya, baik khairu ummah. Saat ini kader-
menyangkut persoalan iman, kader Rasulullah terus bermun-
culan, meneguhkan keberhasilan
akhlaq, ataupun hukum-hukum
furudh, hudud, perintah dan sistem kaderisasi fuqaha dengan
berbagai macam metode yang di-
larangan dan sebagainya. Per-
wariskan Rasulullah saw. melalui
kembangan selanjutnya ter-
Masjid-masjid, organisasi ke-
minilogi fiqh, mengarah kepada
agamaan dan pesantren-pesantren.
suatu disiplin ilmu pengetahuan
yang terkait hukum-hukum
syar’iah dengan tuntutan ama- DAFTAR PUSTAKA
liyah secara praktis. al-Asyqar, Umar Sulaiman, Tarikh al-
2. Rasul saw., membangun pondasi Fiqh al-Islamy, diterjemahkan
Syari’at pada awal masa kerasulan oleh Junardi, Dedi dan Ahmad
di kota Mekah dan Madinah. Nurrahman dengan judul Fiqh
Proses kaderisasi fuqaha oleh Islam Sejarah Pembentukan dan
Rasul saw., tampak pada kasus
Perkembangannya, Cet. I;
ketika beberapa sahabat melakukan Jakarta: Akademika Pressindo,
ijtihad, namun selanjutnya diper-
2001.
hadapkan kepada Rasulullah saw.,
Ash Shiddiqie, T.M. Hasbi, Pengantar
dan selanjutnya dibenarkan atau
Hukum Islam, Jilid I Bandung:
ditunjukan kesalahannya. Selanjut-
Bulan Bintang, 1980.
nya pada masa sahabat.
Departemen Agama RI, Al qur’an dan
Sepeninggal Rasulullah, ditangan
Terjemahnya Jakarta: Atlas, 1998.
para Khulafa al Rasyidun
Fajar, Malik, (Ed), Kontekstualisasi
melakukan perluasan (futuhat)
Ajaran Islam Jakarta: IPHI dan
Islam. Perluasan ini menuntut
Paramadina, 1995.
penyebaran sahabat yang mema-
hami agama (fuqaha) kebeberapa Hasan, Ahmad, The Early Development
daerah baru, untuk memberikan of Islamic Jurisprudence Cet.I;
fatwa dan pengajaran tentang India: Adam Fublisher and
Islam. Kondisi seperti ini menjadi Distributors, 1994.
embrio dari lahirnya kaderisasi
212 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

ibn Saurah, Abu Isa Dirham bin Isa, perdagangan, perekonomian, jual beli, sewa
Sunan Al- Turmidzi, Juz IV, menyewa, pinjam meminjam, gadai, perseroan
kontrak dan sebagainya. Lihat., Harun Nasution,
Beirut: Dar al-Kut-b al-Ilmiyah, Islam Di tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II,
1987 (Jakarta: Universitas Indonesia, 1979), h. 8
Ibrahim, H. Muslim, et.al. Perkembangan 2
Lihat Q.S. 48 : 13
Ilmu Fiqh di Dunia Islam Cet. II;
Sya’ba Muhammad Ismail, al-Tasyri’ al-
3
Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Islami: Mashadiruhu wa Athwaruhu (Cet. III;
Maarif, Ahmad Syafii Islam Dalam Mesir: Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyyah,
Bingkai Keindonesiaan dan 1975), h.10 – 11.
Kemanusiaan Sebuah Rrfleksi 4
Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj al-
SejaraH, Cet. I; Bandung: Mizan. Qusyairy, Sahih Muslim, Jilid II, (Beirut: Dar al-
2009. Kut-b al-Ilmiyah, t.th.), h. 390.
5
Muhammad Ismail, Sya’ba, al-Tasyri’ Abu Isa Dirham bin Isa ibn Saurah,
Sunan Al- Turmidzi, Juz IV, (Beirut: Dar al-
al-Islami: Mashadiruhu wa Kut-b al-Ilmiyah, 1987), h. 592.
Athwaruhu Cet. III; Mesir: 6
Lihat Ahmad Hasan, The Early
Maktabat al-Nahdhat al- Development of Islamic Jurisprudence (Cet.I;
Mishriyyah, 1975. India: Adam Fublisher and Distributors,
_____________ Al-Khatib, Al-Fiqh al- 1994), h. 3 – 4.
7
Muqaran Mesir: Dar al Talif, Lihat Hasan Ahmad Al-Khatib, Al-Fiqh
1957. al-Muqaran (Mesir : Dar al Talif, 1957), h.
12.
Nasution, Harun, Islam Di tinjau Dari 8
Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: Lihat Yusuf Qardhawi, Madkhal li
Dirasat al-Syari’at al-Islamiyah (Cet. I;
Universitas Indonesia, 1979 Beirut: Muassasat al-Risalah, 1993), h, 21.
Qardhawi, Yusuf, Madkhal li Dirasat 9
Muhammad Yusuf Musa, Al-Madkhal li
al-Syari’at al-Islamiyah Cet. I; Dirasat al-Fiqh, al-Islamy (Cet. II; Mesir: Dar
Beirut: Muassasat al-Risalah, al-Fikr al-Araby, 1961), h. 11.
10
1993 Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh al-
Fiqh al-Islamy, diterjemahkan oleh Dedi
al-Qusyairy, Abul Husain Muslim bin Al- Junardi dan Ahmad Nurrahman dengan judul
Hajjaj, Sahih Muslim, Jilid II, Fiqh Islam Sejarah Pembentukan dan
Beirut: Dar al-Kut-b al-Ilmiyah, t.th. Perkembangannya, (Cet. I; Jakarta:
Rakhmat, Jalaluddin, et, et. al. Akademika Pressindo, 2001), h. 12-13.
Kontekstualisasi Doktrin Islam Departemen Agama RI, Al qur’an dan
11

Dalam Sejarah Cet. II; Jakarta: Terjemahnya (Jakarta: Atlas, 1998), h. 1101
12
Paramadina, 1995. Ibid., h. 1108
13
Yusuf Musa, Muhammad, Al-Madkhal Seorang laki-laki sementara junub dan tidak
menemukan air datang menemui Umar bin
li Dirasat al-Fiqh, al-Islamy Cet. Khathab mempertanyakan apakah dia harus shalat
II; Mesir: Dar al-Fikr al-Araby, atau tidak. Umar menjawab jangan shalat sampai
1961. engkau mendapatkan air. Ammar berkata pada
Umar “tidakkah anda ingat. Dulu engkau dan akau
pernah dalam perjalanan, kita dalam keadaan
Catatan Akhir: junub, Engkau tidak shalat sementara aku
1
berguling-guling diatas tanah, setelah itu aku
Problema kemasyarakatan dalam al quran sampaikan pada Rasulullah. Mendengar demikian
secara umum termaktub pada 368 ayat, dan 228 Umar menegur Ammar dan berkata wahai Ammar
ayat atau 3 1/5 persen merupakan ayat yang takutlah kepada Allah. Lihat., Jalaluddin
mengungkap soal kehidupan kemasyarakatan Rakhmat,et. al. Kontekstualisasi Doktrin Islam
umat, yaitu ayat yang berkaitan dengan hidup Dalam Sejarah (Cet. II; Jakarta: Paramadina,
kekeluargaan, perkawinan, perceraian, hak waris, 1995), h. 251
213 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 2, Juli 2010, hlm 202-213

14 17
Lihat. H. Muslim Ibrahim et.al. Lihat., Q.S. Ali Imran : 110
Perkembangan Ilmu Fiqh di Dunia Islam (Cet. II; 18
Lihat., Malik Fajar, (Ed), Kontekstualisasi
Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 44 Ajaran Islam ( Jakarta : IPHI dan Paramadina,
15
Lihat., Ibid 1995), 203-221
1 19
Lihat., T.M. Hasbi Ash Shiddiqie, Pengantar Lihat. Q.S. Al Baqarah (2): 285
Hukum Islam, Jilid I (Bandung : Bulan Bintang, 20
Lihat., Ahmad Syafii Maarif, Islam Dalam
1980), h. 93-98.
Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan Sebuah
16
Lihat. Jalaluddin Rakhmat, op. cit., h.268- Rrfleksi SejaraH, (Cet. I; Bandung: Mizan. 2009),
269. h. 180

Anda mungkin juga menyukai