NIM : 2284230048
KELAS :B
َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِلَينِفُروا َك اَّفًة َفَل ْو اَل َنَف َر ِم ن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِم ْنُهْم َطاِئَف ة ِلَيَتَفَّقُه وا ِفي الِّديِن َو ِلُين ِذ ُروا َق ْو َم ُهْم ِإَذ ا
َر َج ُعوا
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap- tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Qs. At-Taubah [9]: 122)
Setiap nabi diberi mu jizat. Mu'jizat terbesar nabi Muhammad SAW., adalah Al-
Qur'an. Al-Qur'an secara harfiah berarti bacaan. 29 Al-Qur'an adalah kitab suci
yang menjadi bacaan wajib umat Islam. Al-Qur'an dibaca setiap shalat. Di luar itu,
setiap hari, santri membaca Al-Qur'an, khususnya pada waktu sore dan pagi hari,
dengan target satu hari satu juz Tradisi baca Al-Qur'an lebih intensif dilakukan
pada bulan Ramadhan (syahrul Qur'an). Mengingat membaca Al-Qur'an
merupakan ibadah, maka setiap muslim harus mampu membaca Al-Qur'an sesuai
aturan tajwid.
Jihad intelektual lebih intensif terutama pada saat Islam bersentuhan dengan
peradaban Romawi dan Persia serta masuk pada peradaban Yunani. Intelektual
muslim berusaha memahami dan menafsirkan makna Al-Qur'an secara cermat ke
dalam situasi baru kepada mereka yang baru masuk Islam. dan bukan berasal dari
latar belakang budaya Arab. Para ahli hadits berusaha mencari jawaban tentang
makna ayat Al- Qur'an langsung dari keterangan hadits nabi, kemudian mencari
jawaban melalui ra 'yu (nalar). Selain itu, intelektual muslim aktif mempelajari,
menerjemah, menyadur, dan memberi komentar terhadap karya-karya filosof
Romawi.
yakni perjalanan melintasi gurun sahara yang panas menuju medan perang. Tanpa
air dan persediaan makanan. Belajar membutuhkan konsentrasi, ketekunan dan
pengerahan segala potensi dan sumberdaya yang ada dalam melakukan pengkajian
dan penelitian atas dasar keingintahuan, keinginan, cita-cita, dan niat yang tulus
ikhlas. Konsep belajar bagi umat Islam meliputi prinsip kesungguhan (juhd),
sekaligus kesucian jiwa (tazkiyah) dan sikap kerendahan hati untuk memperoleh
mukasyafah Relasi guru dan pembelajar terjalin dalam kegiatan tabligh, ta'lim
tazkiyah al-nafs, dan rihlah al-jam'iyah. Pembelajar sungguh- sungguh
menggunakan mata dan telinga serta panca indara secara umum untuk mengamati,
mendengar, dan merasakan seluruh ayat-ayat Allah. Baik ayat-ayat tertulis dalam
Al. Qur'an (qauliyyah) maupun ayat-ayat yang terbentang luas di jagad raya
(kauniyyah). Belajar sebagai jihad perlu ketekunan dan kerja kolaborasi tim yang
saling menguatkan. Perlu kelompok belajar atau sekurang-kurangnya dua orang.
33 Anggota kelompok belajar saling berbagi dan menerima informasi-
pengetahuan lewat dialog dan diskusi (mudzakarah). Mereka melakukan bedah
kasus (bahsul masail) dengan cara berdiskusi dan adu argumentasi. Hal ini
mengisyaratkan bahwa peserta didik memerlukan bimbingan guru atau mitra
dialog dalam pendidikan sebaya.
Interaksi belajar guru dan peserta didik atau kelompok peserta didik bertujuan
agar menjadi insan rabbani yang hukama, fuqaha, sekaligus 'ulama. Insan rabbani
adalah ilmuwan yang tekun belajar mendaras Al-Qur'an dan mengajarkannya
kepada orang lain serta mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Kompetesi
insan rabhani yang utama adalah menjadi tempat bertanya bagi orang-orang yang
mengharapkan petunjuk. [21.25, 15/12/2023] b: Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani
keberadaan kelompok belajar dari sebagian umat Islam memberi jaminan
terpeliharanya kebenaran Islam hingga kiamat. Inilah yang menjadi landasan
teologis munculnya halakah-halakah ilmiah di Masjid dengan spesialisasi ilmu
yang beragam, mulai tafsir Al-Qur'an, hadis dan sirah nabawi, teologi (kalam),
hukum tasawuf, dan lain-lain. Dengan dinamika itu, pada kadar tertentu,
kelompok belajar yang berbasis Masjid berasrama menciptakan "city of intellect"
atau khairu ummah, yakni gaolongan intelektual [bukan sekedar ilmuaan] yang
memandang Islam bukan hanya sebagai konvensi sosial, melainkan juga sebagai
elan vital dalam perubahan sosial Mereka boleh jadi mujahid (orang yang
berjihad), faqih (ahli hukum Islam), muhaddits (ahli hadits), atau zahid (ahli sufi).
4. Pengetahuan tentang ijma (konsensus) dan atsar al- sahabah (tradisi para
sahabat)
6. Filsafat. Pengajaran filsafat ini hanya sah jika berakar dalam-dalam pada tradisi
wahyu dan tidak diceraikan darinya.
Tafaqquh fi ad-Din adalah memahami esensi kitab Al- Qur'an dan rahasia
maknanya serta sunnah (hadis) nabawi sebagai penjelasan Al-Qur'an.
Mengungkapkan makna transendental wahyu: abstraksi-abstraksi filosofis,
teologis, dan saintifik dalam Al-Qur'an dengan penjelasannya yang rinci Hal ini
didasarkan pada fakta bahwa Al-Qur'an sebagai kitab wahyu Allah SWT.,
merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan pedoman hidup.
Pada umumnya, lingkup kajian tafsir Al-Qur'an, syarah hadits, dan logika
digunakan sebagai dasar utama bahsul masail, dengan tema fikih. Pada awalnya
kajian fiqh meliputi seluruh aspek pengenalan tentang hak dan kewajiban manusia
kepada Allah, dirinya sendiri, dan lingkungannya. Dalam sejarah pemikiran Islam,
pengertian terma "figh" sebagai ilmu mengalami pergeseran Menurut al-Gazali
dan Hasan Basri, pada masa awal Islam, terma "figh" menurujuk pada corak
pemikiran dan gaya hidup sufistik, seperti pengetahuan esoterik, penyakit hati,
dan zuhud. Namun dalam perkembangannya, sampai abad ke II hijriyah, fiqh
meliputi masalah teologi dan hukum Islam. Lalu, setelah abad yang ke II hijriah,
ruang lingkup kajian fiqh sebagai ilmu direduksi hanya pada aspek hukum,
bahkan halal haram saja. Di lihat dari substansi materi, tema fikih meliputi semua
aspek kehidupan manusia, baik dalam hubungaannya dangan ibadah maupun
muamalah.
REFERENSI
Buku Ajar Kalkulus Integral oleh Febi Sanjaya, M.Sc., Beni Utomo, M.Sc., A. Yudhi
Anggoro, M.Si.
Link : https://people.usd.ac.id/~dosen/repository/febi/bukuajar-kalkulus.pdf
PPT Bahan Ajar UNY oleh Kus Prihantoso Krisnawan. 2011.
Link :
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132310891/pendidikan/kalkulus+diferensial1.pdf