Anda di halaman 1dari 16

Perbandingan Mazhab Dalam Hukum Islam

Mitahul Janah1,Sri Desilviani Hursan2


Pendidikan Agama Islam, IAIN Sultan Amai Gorontalo
1’2

1
Khuljannahm214@gmail.com, 2Desihursan@gmail.com

Abstrak
Artikel ini bertujuan mengurai pengembangan moderasi bermazhab bagi kalangan
mahasiswa, Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid
dalam memecahkan masalah, atau mengistinbathkan hukum Islam. Munculnya mazhab,
sebagai bagian dari proses sejarah penetapan hukum islam tertata rapi dari generasi sahabat,
tabi'in, hingga mencapai masa kcemasaan pada khilafah Abbasiyah, akan tetapi harus diakui
madzhab telah memberikan sumbangsih pemikiran besar dalam penetapan hukum fiqh
Islam.Sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat/mazhab dikarenakan perbedaan persepsi
dalam ushul fiqh dan fiqh serta perbedaan interpretasi atau penafsiran mujtahid.Menganut
paham untuk bermahzab, dikarenakan faktor“ketidakmampuan” kita untuk menggali hukum
syariat sendiri secara langsung dari sumber-sumbernya (Al-Ouran dan as-Sunnah).
Bermadzhab secara benar dapat ditempuh dengan cara memahami bahwa Sesungguhnya
pemahaman kita terhadap pcrbedaan pendapat di kalangan mazhab-mazhab adalah sesuatu
yang sehat dan alamiah, bukan sesuatu yang janggal atau menyimpang dari Islam. Banyak
persoalan yang timbul akibat ketidakpahaman persoalan mazhab seperti sikap taqlid,
fanatisme mazhab dan pendapat mewajibkan suatu mazhab tertentu. Akibatnya, timbul
perpecahan dalam ummat Islam hanya gara-gara berbeda mazhab. Lebih ekstrim lagi, hanya
karena berbeda dengan mazhabnya atau doktrin ulamanya, maka al-Quran dan Haditspun
ditolak. Istilah Madzhab tidak dikenal pada masa para sahabat. Mazhab-mazhab muncul
setelah masa ketiga generasi awal tersebut yaitu pada abad kedua Hijriah. Masa ini dikenal
dengan periode imam-imam mujtahid. Namun, para imam tidak mewajibkan mazhab mereka
untuk diikuti. Bahkan mereka memerintahkan para murid dan pengikut mazhabnya untuk
mengikuti dalil. Istilah Madzhab menjadi semakin populer pada pertengahan abad ke empat,
karena para ulama pengikut mazhab mengfokuskan diri dalam mengembangkan dan
menyebarkan mazhab imamnya masing-masing.

Kata Kunci : Madzhab dan Perbedaan

Abstract
This article aims to describe the development of mazhab moderation for students,
Madhhab is the main idea or basis used by Imam mujtahid in solving problems, or instituting
Islamic law. The emergence of schools, as part of the historical process of establishing
Islamic law, was neatly organized from generations of companions, tabi'in, until they reached
a period of anxiety in the Abbasid caliphate, but it must be admitted that schools have
contributed greatly to the determination of Islamic fiqh law. Opinions/schools are due to
differences in perception in ushul fiqh and fiqh as well as different interpretations or
interpretations of mujtahid. Adhering to schools of thought, is due to our "inability" to explore
Shari'a law itself directly from its sources (Al-Ouran and as-Sunnah). Properly adopting
madhhab can be achieved by understanding that our understanding of differences of opinion
among schools of thought is something that is healthy and natural, not something strange or
deviating from Islam. Many problems arise due to misunderstanding of school issues such as
the attitude of taqlid, fanaticism of schools and opinions that require a certain school of
thought. As a result, there are divisions within the Muslim ummah only because of different
schools of thought. Even more extreme, just because it is different from the school or the
doctrine of the ulama, the Qur'an and Hadith are rejected. The term "mazhab" was not known
at the time of the Companions. The schools emerged after the third period of the initial
generation, namely in the second century Hijriah. This period is known as the period of the
mujtahid priests. However, the imams do not oblige their sect to be followed. They even
ordered the students and followers of their schools to follow the proposition. The term
Madzhab became increasingly popular in the mid-fourth century, because the mazhab-
following scholars focused on developing and spreading their respective schools of thought.
Keywords : Madzhab and Difference
PENDAHULUAN
Diluar dari golongannya sebagai kafir dan murtad membuat stabilitas beragama dan
bernegara terancam. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman dalam moderasi serta
munculnya berbagai aliran antar agama dan aliran dalam satu agama. Pemikiran/ madzhab
dalam Islam menjadikan umat Islam agak sektarian karena adanya perbedaan dalam
memahami ajaran Islam. Saat ini muncul penilaian-penilaian Maraknya aksi radikalisme dan
paham takfiri (di kalangan Muslim yang menuduh Muslim lainnya yang berada subjektif yang
menilai pihak lain melanggar batas akidah. Gerakan takhfiri (pengkafiran) menganggap segala
yang berbau budaya dianggap bid’ah. Gerakan ini menyebarkan ajaran Islam melalui cara-
cara yang ekstrem dan keras. Padahal para wali di masa lalu melakukan penyebaran ajaran
Islam dengan cara yang damai, harmonis, rukun, dan santun. Kaum radikal sangat
berkomitmen pada ide-ide yang mereka dukung. Kaum radikal dalam gerakan sosial
memperjuangkan Moderasi beragama merupakan komitmen bersama masyarakat negeri ini
dalam rangka mewujudkan bangsa yang modern dan demokratis yang di dalamnya terdapat
banyak agama dan suku. Moderasi beragama merupakan tanda keberhasilan masyarakat yang
pluralistik.
Jadi, keyakinan dan praktik masing-masing agama dalam suatu umat harus tetap
dalam batas-batas tertentu. Artinya, pada akhirnya, agama diperlukan untuk mengisi
kekosongan nilai-nilai spiritual masyarakat, tetapi segala bentuk ekspresi tidak boleh menjadi
ancaman bagi masa depan yang damai. 1
keyakinan yang mereka yakini dengan sikap penuh gairah yang bisa berujung pada
kekerasan. Kita telah melihat bahwa teori ini kurang lebih "masuk akal" ketika ada konflik
atas nama agama dan aksi terorisme di mana-mana.
Pandangan ini bertahan di beberapa kelompok sempalan agama, yang kesemuanya
berakar pada aktivisme apresiasi agama. Radikalisme dapat mengambil berbagai bentuk yang
berbeda, termasuk protes dan penolakan norma-norma tradisional, serta semangat keagamaan
komunitas tertentu yang menginginkan dunia mereka diubah sesuai dengan keyakinan
mereka. Oleh karena itu, praktik dan pengajaran moderasi dalam beragama harus didorong
dalam kehidupan sosial masyarakat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui riset, yaitu
dengan mengolah data dan informasi dengan menelaah dan mengkaji, serta membahas dan

1
Achmad Musyahid Idrus, Adriana Mustafa, and Mulham Jaki Asti. "Pengembangan Moderasi
Mazhab di Kalangan Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum UINAM: Relevansi Pemikiran Islam
Moderat." KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan 15.1 (2022): 138-158.From:
Pengembangan Moderasi Mazhab di Kalangan Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum UINAM:
Relevansi Pemikiran Islam Moderat | KURIOSITAS: Media Komunikasi Sosial dan Keagamaan (iainpare.ac.id)
mengumpulkan literature, baik yang sifatnya modern maupun klasik. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif content analysis yaitu menganalisis isi dari objek yang diteliti
berdasarkan sumber yang relevan. Dari objek kajian tentang perbandingan madzhab dalam
islam yang di dalamnya mengangkat tokoh yakni: Imam hambali, Imam syafi’i, Imam maliki,
danimam hanafi . Sedangkan sumber sekunder berasal dari artikel dan buku yang membahas
tentang perbandingan madzhab dalam islam.Kemudian data diolah dan dianalisis melalui
beberapa tahapan yakni dengan cara memilih, membandingkan, menggabungkan, dan
memilah data dari temuan yang relevan, agar memudahkan kita untuk melakukan
pengembangan terhadap pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MAZHAB
Kata Mazhab dalam bahasa Arab adalah ‫بھذم‬, berasal dari kata sifat (masdar) dari
Fi’il madhy ‫ بھذ‬, yang artinya menurut bahasa berarti berjalan atau pergi ( ‫ ) اس ر‬dan bisa juga
berarti pendapat (‫)يأرال‬.2
Sedangkan Mazhab menurut istilah ulama Fikih merumuskan, antara lain:
“Mazhab” adalah paham atau aliran Fikiran yang merupakan hasil ijtihad seorang
mujtahid tentang hukum dalam islam yang digali dari ayat Al-Qur’an atau Al- hadis yang
dapat di ijtihadkan.3
Menurut Abdur Rahman “Mazhab” adalah pendapat, paham atau aliran seseorang
alim besar dalam islam yang digelari Imam seperti empat Imam besar: Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali yang di sebarkan oleh murid para Imam ke berbagai Negara.4
Menurut Wahbah Az-zuhailiy “Mazhab” adalah segala hukum yang mengandung
berbagai masalah baik di lihat dari aspek metode yang mengantarkan pada kehidupan secara
keselu- ruhan maupun aspek hukumnya sebagai pedoman hidup.5
Menurut Huzaemah Tahido Yanggo “Mazhab” adalah pokok pikiran atau dasar
yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah atau mengistimbathkan
hukum islam. Selanjutnya pengertian Mazhab berkembang menjadi sekelompok umat Islam
yang mengikuti cara istidlal Imam Mazhab tertentu tentang masalah hukum Islam.6
Menurut Said Ramadhan “Mazhab” adalah jalan fikiran (paham/pendapat) yang di
tempuh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum islam dari Al-Quran dan
Hadis.7

2
Louwis Ma’luf, Al-munjid Fi-Luqhah Wa Al-‘alam, (Beirut: Dar al Masyrik,1986),h.239-240.
3
Muslim Ibrahim, Pengantar Fiqh Muqaaran, (Jakarta: Erlangga,1991), h. 47.
4
E. Abdurahman, Perbandingan Mazhab, (Bandung: Sinar Baru , 1991), h. 8-9.
5
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islamy Wa adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr,1989), h.27.
6
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos, 1997), h.72
7
Said Ramadhan, Islamic Law : Its scope and Equity, Terj. Badri Saleh, (Jakarta: Cv Firdaus), h. 95.
Menurut A. Djazuli “Mazhab” adalah aliran-aliran dalam fikih yang di awali dari
perbedaan penggunaan metode, berakibat pada perbedaan pendapat yang akhirnya terbentuk
kelompok pendukung (murid Imam) sebagai penerus Imamnya dan selanjutnya berkembang
menjadi mazhab tertentu.8
Menurut Qodri Azizi “Mazhab” ialah mengikuti Mazhab tertentu dalam sistem
pengambilan hukum Islam/Fiqh dari Mazhab Fi aqwal (pendapat) menuju pengembangan
Mazhab Fi al-manhaj (metodologi).9
Berdasarkan uraian diatas “Mazhab” dapat dipahami sebagai jalan fikiran atau
dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah atau
mengistimbathkan hukum islam berdasarkan kepada al-quran dan al-hadis.
B. CARA MELAKUKAN PERBANDINGAN
Mahmud Syaltud dan Ali Sayis dalam pengantar kitabnya yang berjudul “
Muqaranatul Mazahib”Menegaskan perbandingan mazhab merupakan cara baru dalam
mempelajari fikih. Kedua ulama tersebut menjelaskan secara singkat dan cukup jelas tentang
cara yang digunakan dalam melakukan perbandingam mazhab. Pertama sekali dimunculkan
dan dikemukakan suatu masalah dengan disebutkan hukumnya menurut pandangan berbagai
mazhab. Setelah itu kemudian diajukan dalil masing-masing mazhab dan cara pandang
mereka yang menjadi sumber perbedaan terhadap hukum tersebut. Kemudian barulah dalil-
dalil tersebut didiskusikan dari berbagai aspek yang terkait dengan pengambilan hukum.
Akhirnya setelah melakukan diskusi secara objektif dan ilmah, mugarin (pelaku
perbandingan) yang adil dan melepaskan dari fanatik mazhab yang dianutnya akan
mengambil kesimpulan dan berpegang teguh kepada pendapat yang lebih kuat dalilnya dan
lebih jelas istidlalnya. Sikap ini diambil oleh seorang mugarin hanya karena ingin sampai
kepada kebenaran yang diamalkannya semata. Maka mugarin yang fanatik terhadap mazhab
tertentu tidak akan bisa berlaku adil terhadap mazhab yang lain. Jika hal terakhir ini yang
akan terjadi, hendaklah dia menjauhi untuk mempelajari fikih perbandingan ini. Karena telah
menjadi ijma bahwa seseorag hakim tidak boleh memenangkan sebuah perkara atas dasar
persahabatan dan kedekatan. Juga tidak dibenarkan memvonis “kalah” sebuah perkara atas
dasar kebencian dan permusuhan. 10Siapapun yang menjadi mugarin maka harus bersikap
objektif, ilmiah, dan adil. Islam selalu memberikan kemudahan kepada umat Islam dalam
segala hal sesuai kemampuan mereka termasuk dalam pengetahuan tentang hukum. Bagi umat
Islam yang merasa sukar untuk memperoleh hukum dari dalilnya, maka ia hendaknya
bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan tapi setelah itu tidak menjadi kemestian
baginya untuk menganut suatu mazhab tertentu. Karena tidak terdapat kewajiban bagi
seseorang kecuali terhadap sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

8
A. Djazuli, ilmu fiqh (Sebuah Pengantar) (Bandung: Orba Saleh, 1991), h. 106.
9
Qadri Azizy, Reformasi Bermazhab, (Teraju: Mizan, 2004), h.20-22.
10
Mahmud syaltud dan Ali Sayis,Muqaranatu al-Fikhi Al-Islami ,(Mesir;Daar al-Ma’arif ),h.3
Di sisi lain tidak ditemukan dalil yang bersumber dari Allah dan Rasul-
Nyaterhadap kewajiban untuk bermazhab dengan suatu mazhab dari beberapa imam.
Ditegaskan oleh perkataan ulama “bahwa mewajibkan bermazhab berarti membuat syariat
baru.” Melakukan kerja perbandingan mazhab bukan hal yang bisa dilakukan oleh semua
orang. Hanya orang yang sudah mampu saja yang diperbolehkan. Menurut Syaltut wajib bagi
orang yang sudah mampu itu untuk melakukan perbandingan dan bahkan diwajibkan pula
untuk mengamalkan hasilnya. Statemen ini tampaknya mendapat penolakan dari ulama
mutaakhirin yang penolakan tersebut dinilai oleh Syaltut tidak cukup memiliki dasar yang
sahih." Cara untuk mengetahui studi perbandingan mazhab dan halhal yang terkait dengannya
dapat saja dilakukan baik secara formal maupun non formal. Secara formal, gagasan dan
implementasi pembelajaran perbandingan mazhab telah dilakukan oleh universitas al-Azhar.
Menurut Mahmud Syaltut, orang pertama yang mengusulkan mata kuliah perbandingan
mazhab untuk dimasukkan di fakultas-fakultas Universitas al-Azhar adalah Syekh Imam al-
Maraghi. Usul itu diterima dan kemudian menjadi matakuliah di tingkat empat Fakultas
Syariah.” Sampai saat ini pembelajaran fikih mugarin selain di al-Azhar sebagai perintis awal,
telah berkembang luas dan dipelajari di perguruan tinggi Islam baik di dalam maupun luar
negeri.
C. PERKEMBANGAN MAZHAB DALAM SEJARAHNYA
Sekilas terdapat anggapan bahwa mazhab fikih itu dimulai oleh kemunculan imam
mazhab yang empat. Berdasar kajian sejarah, sebenarnya kemunculan mazhab itu jauh
sebelum imam mazhab yang empat. Wahbah Zuhali dalam kitabnya al-Fiq al-Islami wa
Adillatuhu, menegaskan bahwa kemunculan mazhab telah bermula sejak zaman sahabat
Rasulullah. Sebagai contoh pada masa itutelah muncul mazhab Aisyah, mazhab Abdullah bin
Umar, mazhab Abdullah bin Massud dan lain-lain lagi. Pada zaman tabi'in, telah muncul tujuh
ahli fikih yang termasyhur di Madinah. Mereka adalah Sa'id bin Musayyab, Urwah bin
Zubair, al-Gasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid, Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits
bin Hisyam, Sulaiman bin Yasar, Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud dan Nafi'
hamba (maula) Abdullah bin Umar. Di kalangan ahli Kufah juga telah muncul Algamah bin
Masud, Ibrahim an-Nakha'i (guru Hammad bin Abi Sulaiman yang menjadi guru Imam Abu
Hanifah). Di kalangan ahli Basrah juga muncul ahli fikih, di antaranya adalah al-Hasan al-
Bashri. Di samping mereka, terdapat lagi ahli fikih dari golongan tabi'in lain di antaranya
adalah Ikrimah hamba (maula) Ibnu Abbas, Atha' bin Abi Ribah, Thawus bin Kisan,
Muhammad bin Sirin, al-Aswad bin Yazid, Masrug ibnul A'raj, Algamah al-Nakhai, alSya'bi,
Syuraih, Sa'id bin Fubair, Makhul al-Dimasygi dan Abu Idris al-Khulani.
Dari awal abad kedua hingga pertengahan abad ke-4 Hijriyah yang merupakan
zaman keemasan bagi ijtihad, telah muncul tiga belas ulama mujtahid yang masyhur yang
mazhab mereka telah dibukukan dan pendapat mereka banyak diikuti. Mereka ialah Sufyan
bin Uyainah di Mekkah, Malik bin Anas di Madinah, al-Hassan al-Bashri di Bashrah, Abu
Hanifah dan Sufyan al-Tsauri (161 H) di Kufah, al-Auza'i (157 H) di Syria (Syam), al-Syafi'i
dan al-Laits bin Sad di Mesir, Ishag bin Rahawaih di Naisabur, Abu Tsaur, Ahmad, Dawud
alZahiri, dan Ibnu Jarir al-Thabari di Bagdad. Namun, kebanyakan mazhab ini hanya terdapat
dalam kitab saja, karena para pengikut dan penganutnya sudah tidak ditemukan lagi.
Walaupun demikian, ada juga yang masih wujud dan masyhur hingga hari ini, yaitu mazhab
yang empat. (Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali)” Pada bagian akhir buku ini seara ringkas
akan dibahas imam dan pemikiran hukumnya dari golongan mazhab fikih ahlussunnah yang
empat, Syi'ah, Khawarij juga mazhab Zahiriyah."11
D. MANFAAT PERBANDINGAN MAZHAB
Orang yang mempelajari perbandingan fikih islam akan mendapatkan manfaat-
manfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yaitu masyarakat. Sebagian dari manfaat-
manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Orang yang mempelajari salah satu bagian dari ilmu fikih ini akan dikelilingi oleh
banyak sekali permasalahan yang menjadi perselisihan pendapat para ulama. Oleh karena itu,
ia dapat memilih sesuai dengan kebutuhan ketika timbul permasalahan. Dia bisa memilih
pendapatpendapat ulama yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
sehingga ia memberikan fatwa sesuai kebutuhan. Ia boleh memilih apa yang akan difatwakan
tanpa harus merasa sempit dan kesulitan serta ia bisa keluar dari pendapat madzhab,
khususnya ketika dalam kondisi darurat. Terlebih lagi jika apa yang difatwakannya itu
dalilnya lebih rajih tatkala dibandingkan dengan pendapat madzhab yang dianutnya. Inilah
manfaat ilmiyah dan amaliyah yang dianggap sebagai buah hakiki dari mempelajari Fikih
Mugaran.
Manfaat-manfaat yang lainnya adalah dapat mengetahui pendapatpendapat para
imam yang berijtihad dalam permasalahan-permasalahan yang diperselisihkan kemudian
membandingkan pendapat-pendapat tersebut disertai dalil-dalilnya. Selanjutnya melakukan
istinbath hukum dari dalil yang ada. Orang yang mempelajari perbandingan madzhab, setelah
mengetahui hal tersebut akan memiliki pengetahuan mendalam terhadap urusan agamanya
dan ia akan keluar dari lingkaran orang-orang yang taklid secara murni. Sedangkan orang
yang mampu meneliti dalildalil tetapi tetap bertaklid adalah tercela.
Ketika melihat kepada dalil-dalil yang dijadikan sandaran para imam akan
diketahui bahwa semuanya merujuk kepada nash-nash yang ada dalam Kitabullah atau sunnah
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ada pula yang merujuk kepada giyas atau kaidah-
kaidah umum dalam kaidah syariah. Oleh karena itu, tidak benar persangkaan orang yang
mengatakan bahwa para ahli fikih dalam ilmu syariah telah mengambil sebagian hukum dari
undang-undang Romawi atau undang-undang lainnya yang berasal dari agama buatan
manusia atau agama samawi yang terdahulu. Juga tidak benar pernyataan bahwa para ahli

11
H. Sapiudin Shidiq,Studi Awal Perbandingan Mahzab Dalam Fiqih,(Cet.1; Jakarta:
Kencana,2021),h. 22-23
fikih mendapat pengaruh dari undangundang tersebut. Dengan demikian maka kita
sepenuhnya yakin tanpaada sedikit pun keraguan mengenai syariat Islam dan fikih Islam
merupakan fikih tersendiri yang jauh dari syariat selain Islam.
Orang yang mempelajari fikih mugaran akan mengetahui ushul-ushul dan kaidah-
kaidah yang dijadikan pegangan para imam dalam pengambilan hukum dari dalil-dalil yang
ada. Dengan demikian, ia akan memiliki kemampuan dalam menganalisa setiap dalil dan
mampu untuk mencari jalan pengambilan hukum. Sehingga jika terjadi peristiwa baru maka ia
akan mampu memberikan hukum yang sesuai. Terlebih lagi hal itu akan menyababkan
hatinya tenang dalam mengamalkan suatu hukum atau dalam memberi fatwa kepada orang
lain atau dalam memberi keputusan di antara sesama manmusia. Sebab, ia tidak akan
menyajikan fatwa melainkan ia telah mengetahui dalil dari fatwa tersebut.
Manfaat lainnya adalah tampak betapa usaha keras dan kesulitan yang telah
dikerahkan para imam dalam meng-istinbath suatu hukum dari dalil-dalilnya. Dengan
demikian, sudah sepantasnya kita menghargai seluruh imam-imam yang ada tanpa membeda-
bedakan atau fanatik kepada salah satu di antara imam-imam tersebut. sebab kita akan
mengetahui cara pandang mereka dalam pengambilan dalil suatu hukum. Kita juga meyakini
bahwa masing-masing pendapat dari imam tidak keluar dari daerah dalil syariat. Terlebih lagi,
masing-masing dari mereka menghormati pendapat lainnya. Sehingga sudah sepantasnya kita
mengikuti mereka dalam setiap perilaku mereka, menghargai jerih payah mereka, dan
menghormati setiap pendapat mereka Radhiyallahu Anhum.
Demikianlah secara global manfaat-manfaat yang akan diperoleh oleh orang yang mau
mempelajari fikih muqaran.12
E. PROSES DAN TEHNIK PERBANDINGAN MAZHAB
Perbandingan mazhab termasuk salah satu cabang ilmu fikih yang terbaru yang
tujuannya untuk mencari pendapat mazhab mana yang terkuat dalilnya dalam masalah yang
diperselisihkan oleh para mujtahid. Maka dengan mengadakan perbandingan mazhab akan
tertanam rasa toleransi terhadap pendapat mazhab yang lain dan dengan tertanam rasa
toleransi akan tercipta saling menghormati dan lahirlah keinginan untuk mengadakan
pendekatan dan akhirnya akan bersatu kembali pendapat-pendapat yang berbeda-beda itu
kepada pendapat yang terkuat dalilnya yang bersumber dari al-Ouran dan Sunnah.
Dalam mencapai kesimpulan perbandingan mazhab ini lebih dahulu melalui
beberapa proses diantaranya :
Pertama, Pembanding memindahkan pendapat-pendapat fukaha dari berbagai
mazhab pada masalahyang mereka perselisikan. Dalam memindahkan pendapat ini
pembanding harus memelihara bahwa pendapat yang dipindahkan itu adalah adalah pendapat

12
Abdussami’ Ahmad Imam,Pengantar Studi Perbandingan Madzhab,(Cet.1;Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar,2016),h.33
yang terdapat dalam kitab-kitab mazhab yang diakui sebagai sumber utama mazhab itu dan
pendapat yang dipindahkan itu adlah pendapat yang terkuat. Oleh karena itu pembanding
tidak boleh memindahkan pendapat dari kitab yang ditulis oleh fukaha yang oleh mazhabnya
tidak diakui sebagai seorang mujtahid dalam mazhabnya. Dan apabila terdapat beberapa
pendapat dalam satu mazhab mengenai satu masalah maka pembanding harus memeilih
pendapat yang terkuat dan tidak boleh mengambil pendapat yang lemah.
Kedua, kemudian sesudah mendapat dipindahkan, dicantumkan lagi dalil baik dari
al-Guran, sunnah, ijma” dan giyas atau kaidahhukum yang lainnya yang dipergunakan oleh
mazhab itu dalam mempertahankan pendapatnya. Dan dalam memindahkan dalil juga
hendaknya dalil yang dipindahkan adalah dalil yang terkuat, tidak boleh mengambil dalil yang
lemah dlam mazhab itu.
Ketiga, Sesudah pendapat dan dalil dipindahkan barulah mencari faktor apa yang
menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat yang mungkin saja perbedaan itu disebabkan
faktor bahasa, baik dalam Alguran daupun sunnah yang kurang jelas pengertiannya. Atau
mungkin pula disebabkan oleh faktor Sunnah, umpanya mazhab Hanafi menolak hadits Ahad
sedang mazhab yang lain mempergunakan hadits Ahad sebagai dalil, atau mazhab Hambali
mempergunakakn hadits dhaif sebagai dalil, sedang mazhab yang menolaknya, mungkin ada
suatu hadits ampai ketangan seseorang mujtahid tetapi tidak sampai ke tangan mujtahid yang
lain, dan juga perbedaan menilai hadits baik segi kekuatan matan dan sanadnya. Maka inilah
yang mungkin dapat menimbulkan perbedaan pendapat. Ijma' juga dapat menimbulkan
perbedaan pendapat, umpanya dalam mazhab zhahiri menolah ijma bukan sahabat, sedang
mazhab yang lain menerima ijma' selain dari sahabat, mazhab Hanafi dan Hambali menerima
ijma sukuti dan dapat dijadikan dalil, namun mazhab Maliki dan Syafi'i menolak nya, mazhab
syiah hanya menerima ijma” dari keluarga Rasulullah (ahli bait) saja. Dikalangan mazhab
yang empat juga terjadi perbedaan pendapat tentang pemakaian giyas sebagai sumber fikih,
ada sangat luas mempergunakannya tetapi ada yang terbatas. Selain dari itu mazhab tidak
sama mempergunakan kaidah hukum dalam menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam
sumber diatas.
Keempat, Kemudian baru dikemukakan kritik dari pelbagai pendapat terhadap
pendapat yang lain untuk mengetahui kuat lemahnya dalil yang dikemukakan. Dalam
mengemukakan kritik danmenilai kritik yang dikemukakan oleh pelbagai pihak si
pembanding hendaknya bersikap sebagai seorang wasit, karena itu ia harus melepaskan
kecenderungannya kepada sesuatu pendapat. Pada saat membanding seolah-olah pembanding
berada diatas semua mazhab maka dengan cara itu akan lahirlah rasa kejujuran dalam menilai
dan akan sampai kepada suatu kesimpulan yang obyektif.
Kelima, terakhir barulah pembanding mengambil kesimpulan yang merupakan
tarjih dan sekian pendapat untuk memperoleh pendapat mana yang lebih kuat dalilnya atau
pendapat mana yang lebih praktis dan lebih sesuai dengan kemaslahatan umat pada suatu
tempat dan suatu waktu.
Inilah proses yang harus dilalui oleh pembanding dalam mengambil kesimpulan
atau keputusannya, yang dilandasi dengan penuh kejujuran dan ketelitian agar hasil
bandingannya betul-betul mendekati kepada kebenaran (gath'i), yang tentunya menjadi
kewajiban bagi pembanding melaksanakan untuk dirinya sendiri hasil perbandingannya,
namun ia tidak boleh memaksa orang lain untuk menerimanya namun kalau ada yang
mengikuti pendapatnya diperbolehkan.13
F. RUANG LINGKUP DAN TUJUAN MEMPELAJARI MAZHAB
 Ruang Lingkup
Secara ideal keberadaan hukum diharapkan mampu berfungsi sebagai pengendali
perilaku manusia dan mengarahkannya pada berbagai kreasi dan aksi yang positif. Idealitas
telah mengedepankan sejak manusia meniti zaman primitif. Pada masa ini hukum berfunsi
untuk (1) memeliharakedamaian masyarakat, (2) menekan tindak kejahatan dan kekerasan, (3)
menjaga kekayaan dan (4) mensosialisasikan ukuran-ukuran moral dalam berbagai bentuk
hubungan manusia atas dasar persaudaraan dan persahabatan.14
Dengan dikemukakannya arti “muqaranah” (perbandingan) maka nampak jelas
bahwa “muqaranah” terbatas pada masalah-masalah fiqh yang diperdebatkan, dengan
menganalisa perbedaan kekuatan dalil dari kelemahan dalil lainnya, dan disimpulkan dengan
sampainya pada pendapat yang kuat dan didukung dengan dalil yang kuat dan alasan yang
jelas sehingga amalan terhadap dalil tersebut diharuskan bahkan diwajibkan setelah adanya
upaya yang disertai analisa yang mendalam, terinci dan kuat. Hukum-hukum ijtihadiah dalam
fiqh diilhami oleh al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw dan bersumber pada pemikiran dan
penalaran dengan memperhatikan ruh al-tasyri’ (jiwa syari’at). Dalam realitasnya, fiqh yang
dihasilkan para ulama selama inii merupakan hasil pemahaman dan interpretasi para ulama
terhadap hukum- hukum syar’i dan bukan terhadap syari’ah itu sendiri. Dalam arti bahwa
yang menjadi fokus kajian ulama adalah teks-teks yang berkaitan dengan aturan dan kaidah
hukum yang bersifat partikular dalam al-Qur’an dan as- Sunnah, dan sering sekali
mengabaikan manhaj dan metode yang digunakan syar’i dalam menetapkan kaidah dan aturan
hukum tersebut.
Padahal sebagaimana yang dikemukakan dalam Q.S. al-Jatsiyah (45) ayat 18,
bahwa al-Qur’an secara eksplisit memerintahkan untuk mengikuti syari’ah, sementara ahkam
asy-syari’ah harus dipahami sebagai implementasi partikular dari syari’ah yang ditetapkan
sesuai dengan maksud, tujuan dan konteks ketika diturunkannya. Ahkam asy-syari’ah yang
berupa aturan atau kaidah hukum, diturunkan berdasarkan sebab dan alasan tertentu, sehingga
para ulama sejak awal Islam menekankan adanya pengetahuan terhadap sebab-sebab turunnya

13
H. Syaikhu,Norwili, Perbandingan Mazhab Fiqih,(Yogyakarta:K-Media,2019),h.33-35
14
Moh. Saichu, Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, Dialogia, Vol. 2
Nomor 2, 2004, h. 125-126.
suatu ayat dan hadist (asbab al- wurud) serta konteks masyarakat Arab ketika itu sebelum
menafsirkan dan menyimpulkan suatu hukum. Perbedaan kesimpulan hukum yang terjadi di
antara ulama dalam berijtihad merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri.15
 Tujuan Mempelajarinya
Mempelajari suatu ilmu tentu berkaitan dengan manfaat atau tujuan dari ilmu yang
diajarkan. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya pembahasan perbedaan pendapat dalam hukum
Islam berdampak positif dalam perkembangan hukum Islam dan mempunyai manfaat yang
tidak sedikit. Sebab dengan adanya pembahasan semacam ini telah memberikan sumbangsih
besar dalam perkembangan pengetahuan hukum Islam dengan menampilkan berbagai hasil
ijtihad berkualitas, pendapat-pendapat yang bermutu serta produk pemikiran yang mencakup
berbagai realita sosial, kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini,
tujuan mempelajari perbandingan bisa dikemukakan sebagai berikut:
1. Pengetahuan berbagai mazhab fiqh dalam masalah-masalah fiqhiyyah yang ada perbedaan
didalamnya, serta mengambil di antara pendapat yang ada lalu dijadikan sebagai landasan
dengan disertai sumber dalilnya. Maka dalam hal ini, seorang pembanding bisa konsisten
dalam agamanya dan mempunyai pemahaman yang mendalam dalam syariat.
Sebagaimana yang penunjukan ini difirmankan Allah SWT dalam QS. Yusuf ( ): 108
َ‫صي َْر ٍة اَن َ۠ا َو َم ِن اتَّبَ َعنِ ْي ۗ َو ُسب ْٰحنَ هّٰللا ِ َو َمٓا اَن َ۠ا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫قُلْ ٰه ِذ ٖه َسبِ ْيلِ ْٓي اَ ْدع ُْٓوا اِلَى ِ ۗع َٰلى ب‬
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk
orang-orang musyrik.”
2. Menganalisa upaya-upaya dan dasar-dasar setiap imam dan menjadikannya sebagai bagian
dalam merumuskan berbagai hukum dari berbagai dalilnya. Maka dalam hal ini seorang
muqarin (pembanding) mengetahui batas atau kadar upaya atau ketentuan yang dilakukan
para imam mujtahid sehingga dapat sampai pada kesimpulan rumusan hukum dari dalil-
dalil yang ada. Tentunya dalam hal ini tetap dihargainya semua imam mujtahid tanpa
harus melebihkan antara satu dengan yang lainnya disebabkan pola perumusan dalil yang
beragam, disamping itu pula setiap imam dari mereka tetap menghargai pendapat imam
lainnya dan tidak membebankan yang tidak sepakat agar memahaminya dan ini adalah
bagian dari penghargaan ilmiah serta kemandirian berpendapat.
3. Seorang muqarin memposisikan dirinya atas apa yang menjadi sandaran/landasan para
imam dari dalil-dalil serta mengetahui sumbernya dari nash-nash al-Qur’an dan sunnah
yang bersifat qath’i atau zanni, sebagaimana rumusan suatu hukum landasannya dari qiyas

15
Muhammad Adib Hamzani, Elastisitas Hukum Islam (Studi Pemikiran Hukum al- Sha’rani dalam
al-Mizan al-Kubra), dalam Ahmad Zahro, at.al (Ed.) Antologi Kajian Islam, (Cet. I; Surabaya: Pascasarjana
IAIN Snan Ampel Press, 2010), h. 33.
atau perumusannya berasal dari kaidah-kaidah umum atau khusus dari mazhab tertentu
seperti maslahat mursalah dari Malikiyyah, istihsan dari Hanafiyyah, sehingga kekeliruan
yang ada bisa diketahui dari pihak yang mengklaim bahwasanya kaum muslimin
melandaskan hukum- hukum muamalatnya dari undang-undang Romawi atau selain
syariat dan kekeliruan lainnya bahwa semua kitab-kitab fiqh berasal dari Allah yang
diturunkan untuk Rasulullah, sehingga perbedaan antar fuqaha dijadikan sebagai media
untuk saling memusuhi dan kebencian dalam satu umat yang seharusnya tetap bersatu
padu dan beroegang teguh sebagai wujud dari yang Allah SWT firmankan dalam QS. Ali
Imran (3): 103
‫„ه اِ ْخ َوانً„ ۚ„ا‬ٓ ٖ „ِ‫ص ُموْ ا بِ َحب ِْل هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا َّواَل تَفَ َّرقُوْ ا ۖ َو ْاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ َعلَ ْي ُك ْم اِ ْذ ُك ْنتُ ْم اَ ْعد َۤا ًء فَاَلَّفَ بَ ْينَ قُلُوْ بِ ُك ْم فَاَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمت‬
ِ َ‫َوا ْعت‬
َ‫ك يُبَيِّنُ هّٰللا ُ لَ ُك ْم ٰا ٰيتِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدوْ ن‬
َ ِ‫ار فَا َ ْنقَ َذ ُك ْم ِّم ْنهَا ۗ َك ٰذل‬ ٰ
ِ َّ‫َو ُك ْنتُ ْم عَلى َشفَا ُح ْف َر ٍة ِّمنَ الن‬
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.
4. Pengetahuan mengenai kumpulan berbagai pendapat imam mujtahid menerangkan posisi
ijtihad sebagai rahmat bagi umatnya dan tanpa membatasi diri dalam satu mazhab tertentu
dan sifat konsekwensi serta berpegang teguh terhadap pendapat tertentu sehingga
memberikan jalan untuk bisa membandingkan. Dengan adanya kumpulan pendapat para
imam mujtahid, memudahkan bagi manusia dan menghilangkan bebannya,
menghindarkan dari berbagai kerusakan dan menjaga kemaslahatan sehingga yang
demikian tentu sejalan dengan tujuantujuan syariat mempunyai keistimewaan tersendiri.
5. Manfaat perbandingan bisa didapatkan dengan adanya keharusan melaksanakan apa yang
telah didapatkan dan dianggap sebagai dalil kuat dibandingkan dengan dalil-dalil lainnya.
Posisi sebagai akademis, pembanding dan peneliti dianggap sama dalam hal ini,
kesemuanya harus melaksanakannya dan menjaga kemaslahatan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia dengan urusan-urusan yang ada. Hasil daripada pengetahuan adalah
pengamalan dan agama kita yang lurus tidak membebankan kita sebagai kaum muslimin
kecuali mengikuti hokum
hukumnya yang benar dan sesuai rumusan hukumnya dari sumber-sumbernya yang jelas16
G. MENYIKAPI PERBEDAAN DALAM BERMADZHAB

16
Firman Muh. Arif, Perbandingan Mazhab Dalam Lintasan Sejarah,(Cet.1; Makassar: Indonesia
Independent Publisher,2013),h. 10-13
Jalan yang dalam mengikuti madzhab apa pun dari madzhab-madzhab yang
benar,harus mengerti bahwa adanaya madzhab lain adalah salah satu bentuk dan identitas
kebenaran syariat, juga merupakan penjelasan akan luas dan agungnya syariat Islam.
Perbedaan sama sekali bukanlah alasan untuk saling berjauhan, saling bermusuhan,
saling menyimpan kebencian, atau saling menginjak-injak hak dan kehormatan orang lain.
Disamping itu, betapa banyak persamaan yang harus diikuti secara benar dan cermat. Perlu
cara yang benar didalam membangun hubungan antarmadzhab guna merekatkan hubungan
dan persatuan, bahkan untuk menghilangkan pemisah dan perbedaan. Sehingga, mungkin jika
masalah ini ditempatkan sebagaimana mestinya dapat berpengaruh pada tempat yang tadinya
banyak berdiri bermacam-macam madzhab menjadi lenyap secara perlahan dan menuju pada
arti persatuan.17
Al-Hamid Jakfar Al-Qadri dalam buku Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat,
dalam menyikapi berbagai pandangan dan pemikiran ini, baik itu yang berhubungan dengan
akidah, hukum, maupun suluk, umat Islam dituntut untuk memperhatikan dua hal. Pertama,
toleran ketika berbeda. Kedua tidak saling mengkafirkan dan menyesatkan.
H. LATAR BELAKANG TIMBULNYA MAZHAB DAN IKHTILAF SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN FIQH.
Dikalangan jumhur pada masa ini muncul tiga belas mazhabyang berarti pula
terlahir tiga belas mujtahid. Akan tetapi darijumlah itu, ada sembilan Imam mazhab yang
paling populer danmelembaga di kalangan jumhur umat islam dan pengikutnya. Padaperiode
inilah kelembagaan fiqih, berikut pembukuannya mulaidikondifikasikan secara baik, sehingga
memungkinkan semakinberkembang pesat para pengikutnya yang semakin banyak dankokoh.
Mereka yang dikenal sebagai peletak ushul dan manhaj(rnetode) fiqh adalah:
1) Imam Abu Sa'id al-Hasan bin Yasar al-Bashry (w. 110 )
2) Imarn Abu Hanifah al-Nu'man bin Tsabr bin Zauthy (w.1 50)
3) Inram Auza'iy Abu Amr Abd. Rahman bin 'Amr binMuhammad, (w.157 )
4) Imam Sutiyan bin Sa'id bin Masruq al-Tsaury (w.160)
5) Imam al-Laits bin Sa'ad (w.1 75)
6) Imam Malik bin Anas al-Ashbahy (w. 1 79 )
7) Imam Sufyan bin Uyainah (w. 198 )
8) Imam Muhammad bin Idris al-Syafi'i (w.204)
9) Imam Ahmad bin Hambal (wafat 241)
10) Ishak bin Ruhawaih (w. 238)
11) Abu Tsaur (w. 240)
12) Daud adz Dhahiri (w.270)

17
Al-Hamid Jakfar Al-Qadri, Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat : Telaah atas Pemikiran Al-
Habib Umar bin Hafizh dalam Membina Ukhuwah dan Membangun Dialog, (Jakarta : Mizan Pustaka, 2012),h.
95
13) Ibn Jarir at Thabari (w.310)
Ketiga belas aliran ini pada akhirnya membentuk mazhab-mazhab tersendiri,
mereka memiliki buku rujukan, memiliki metodeistinbath dan pengikut dimas:ing-masing
daerah. Pendiri mazhab-mazhab ini adalah ulama-ulama terkenal. Mereka belajar
kepadaulama-ulama sebelumnya, apa yang mereka hafal dan faham dariwarisan Nabi Saw.
Pada masa imam-imam, negeri-negeri Islamdipenuhi dengan ilmu dan ulama. Ilmu-ihnu syar'i
mendomittasiorang-orang yang rnerniliki akal cerdas, jiwa yang suci dansemangat yang
tinggi. Ulama syari'ah pada waktu itu adalah orang-orang yang memiliki kedudukan yang
tinggi dan terhonnat dimasyarakat Islam..
Di samping berdampak positif, rnuncul dan perkembangannyarnazhab itu juga
menimbulkan dampak negatif. Setelah muculnyamazhab-mazhab dalam hukum Islarn dan
hasil ijtihad para itnatnmazhab telah banyak dibukukan, ulama sesudahnya lebih
cenderunguntuk mencari dan menetapkan produk-produk izyihadhadiyah pararnujtahid
sebelumnya, meskipun sebagian dari hasil ijtihad mereka sudah berkurang atau tidak sesuai
lagi dengan kondisi yang dihadapiketika itu, lebih dari itu, sikap toleransi bennazhab pun
semakinmenipis dikalangan sesama pengikut rnazhab fiqih yang ada.Kemunduran fiqih lslarn
yang langsung sejak pertengahan abadke-4 sarnpai-sampai akhir abd ke-13 Hijriyah ini sering
disebutsebagai periode taqlid dan penutupan pintu ijtihad disebut demikian,kerena sikap dan
paham yang mengikuti pendapat para ulamamujtahid sebelumnya dianggap sebagai tindakan
yang lumrah,bahkan dipandang tepat.Selain itu juga munculnya istilah ikhtilaf telah ada di
masa sahabat, hal ini terjadi antara lain karena perbedaan pemahaman diantara mereka dan
perbedaan nash (sunnah) yang sarnpai kepadamereka, selain itu juga karena pengetahuan
mereka dalam masalahhadis tidak sama dan juga karena perbedaan pandangan tentangdasar
penetapan hukum dan berlainan tempat.24
Sebagaimana diketahui, bahwa ketika agama Islam telahtersebar meluas ke
berbagai penjuru, banyak sahabat Nabi yangtelah pindah tempat dan berpencar-pencar ke
nagara yang barutersebut. Dengan dernikian, kesempatan untuk beftukar pikiran
ataubernrusyawarah memecahkan sesuatu masalah sukar dilaksanakan.Sejalan dengan
pendapat di atas, Qasim Abdul Aziz Khomismenjelaskan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan ikhtilal' dikalangan sahabal ada tiga yakni :
1) Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur'an
2) Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat
3) Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu18

PENUTUP
KESIMPULAN
Mazhab adalah aliran pemikiran atau pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh
imam mujtahid dalam meng-istinbath-kan hukum Islam. Mazhab terdiri dari imam mujtahid,
materi figh, komunitas (muurid/pengikut) dan karya imam mazhab. Mazhab secara garis besar
terbagi dua: mazhab ahlu al-sunnah dan syi'ah.
Perbandingan mazhab (figh mugaran) adalah suatu ilmu yang mengumpulkan
pendapat-pendapat para ulama figh, dalam suatu masalah figh yang dukhtilafikan dengan cara
mengumpulkan, meneliti dan mengkaji serta mendiskusikan dalil-dalil masing-masing
pendapat (mazhab) secara objektif untuk mencari pendapat yang paling terkuat dan paling
sesuai dengan prinsip umum hukum Islam. Sebagian orang masih ada yang beranggapan
bahwa mempelajari berbagai mazhab dan perbedaan yang ada didalamnya adalah sesuatu
yang tabu dan tidak ada gunanya, dengan asumsi bahwa perbandingan itu akan
menggoyahkan pendirian seseorang dan boleh jadi nantinya seseorang akan selalu
membanding-bandingkan hukum atau dalil dan mencari yang mudah dengan berpindah-
pindah. mazhab Mempelajari perbandingan mazhab sangatlah luas manfaatnya sebab
perbandingan yang dilakukan merupakan perbandingan lintas mazhab, tidak ada lagi
keterikatan pada satu paham, netralitas benar-benar diuji dalam hal ini sehingga keputusan
yang diambil benar-benar objektif berdasarkan kenyataan dan bukan rekayasa hukum. Tujuan
dari muqaranah atau perbandingan bukanlah setelah kita membandingkan sebuah dalil atau
hukum, lantas kita jadikan untuk saling melemahkan atau menjatuhkan pendapat satu dengan
lainnya, karena fungsi perbandingan juga untuk mempererat atau mendekatkan mazhab-
mazhab itu sendiri.Secara ideal keberadaan hukum diharapkan mampu berfungsisebagai
pengendali perilaku manusia dan mengarahkannya pada berbagaikreasi dan aksi yang positif.
Idealitas telah mengedepankan sejak manusiameniti zaman primitif. Pada masa ini hukum
berfunsi untuk (1) memeliharakedamaian masyarakat, (2) menekan tindak kejahatan dan
kekerasan, (3)menjaga kekayaan dan (4) mensosialisasikan ukuran-ukuran moral
dalamberbagai bentuk hubungan manusia atas dasar persaudaraan dan persahabatan.

DAFTAR PUSTAKA

18
Qasin Abdul Aziz ,Aqwal al-shahabah,( Kairo: Maktabah al-Iman,20O2),h.161
Idrus, Achmad Musyahid, Adriana Mustafa, and Mulham Jaki Asti. "Pengembangan
Moderasi Mazhab di Kalangan Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum
UINAM: Relevansi Pemikiran Islam Moderat." KURIOSITAS: Media Komunikasi
Sosial dan Keagamaan 15.1 (2022): 138-158.
From: Pengembangan Moderasi Mazhab di Kalangan Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan
Hukum UINAM: Relevansi Pemikiran Islam Moderat | KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial dan Keagamaan (iainpare.ac.id)
Shidiq,Sapiudin H. (2021).Studi Awal Perbandingan Mahzab Dalam Fiqih.Cet.1; Jakarta:
Kencana.
From:Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih - Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. -
Google Buku
Ahmad Imam,Abdussami'.(2016). Pengantar Studi Perbandingan
Madzhab.Cet.1;Jakarta:Pustaka Al- Kautsar. From:Pengantar Studi Perbandingan
Madzhab - Dr. Abdus Sami' Ahmad Iman - Google Buku
H. Syaikhu,Norwili, Syaikhu H.(2019). Perbandingan Mazhab Fiqih.Yogyakarta:K-Media.
From:PERBANDINGAN MAZHAB FIQH; Penyesuaian Pendapat di Kalangan Imam
Mazhab - H. SYAIKHU, M.H.I., NORWILI, M.H.I. - Google Buku
Ramadhan,Said. Islamic Law : Its scope and Equity, Terj. Badri Saleh.Jakarta: Cv
Firdaus.From: Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih - Dr. H. Sapiudin
Shidiq, M.Ag. - Google Buku
Arif,Firman Muh. (2013).Perbandingan Mazhab Dalam Lintasan Sejarah.Cet.1; Makassar:
Indonesia Independent Publisher. From:199950105.pdf (core.ac.uk)
Hasbiyallah, H.(2012).Perbandingan Mazhab.Cet.2;Yogyakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. From: (PDF) BUKU PERBANDINGAN
MADZHAB DALAM ISLAM KARYA H. HASBIYALLAH, M.Ag. (DIRJEN
PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA) | Idik Saeful Bahri -
Academia.edu
Muslim, Ibrahim.(1991). Pengantar Fiqh Muqaaran. Jakarta: Erlangga,1991. From: Studi
Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih - Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. - Google
Buku
syaltud Mahmud & Sayis Ali,Muqaranatu al-Fikhi Al-Islami . Mesir;Daar al-Ma’arif .
From:Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih - Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag.
- Google Buku
Hamzani, Muhammad, Adib.(2010). Elastisitas Hukum Islam (Studi Pemikiran Hukum al-
Sha’rani dalam al-Mizan al-Kubra), dalam Ahmad Zahro, at.al (Ed.) Antologi Kajian
Islam. Cet. I; Surabaya: Pascasarjana IAIN Snan Ampel Press. From: 199950105.pdf
(core.ac.uk)
Saichu,Moh.(2004). Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani. Dialogia, Vol. 2NO2.
From: 199950105.pdf (core.ac.uk)
Karimuddin, M. Z. (2019). Kedudukan Mazhab, Taklid Dan Ijtihad Dalam Islam. Al-Qadha:
Jurnal Hukum Islam Dan Perundang-Undangan, 6(1), 55-65 . From:Pengembangan
Moderasi Mazhab di Kalangan Mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum
UINAM: Relevansi Pemikiran Islam Moderat | KURIOSITAS: Media Komunikasi
Sosial dan Keagamaan (iainpare.ac.id)
Ma’luf, Louwis .(1986). Al-munjid Fi Al-Luqhah Wa Al-‘alam, Beirut: Dar al Masyrik, 1986.
From: Pengantar Perbandingan Mazhab - Repository UIN Sumatera Utara
Abdurrahman,E.(1991).Perbandingan Mazhab, Bandung: Sinar Baru.From: Pengantar
Perbandingan Mazhab - Repository UIN Sumatera Utara
Qadri Azizy, Qadri.(2004). Reformasi Bermazhab, Teraju: Mizan.From: Pengantar
Perbandingan Mazhab - Repository UIN Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai