Contoh masalah yang berbeda antara Muhammadiyah dan NU, antara lain:
Sedikit yang perlu diluruskan, bahwa NU, Muhammadiyah dan organisasi lainnya
sebagaimana disebutkan bukanlah aliran dalam islam, seperti halnya aliran mu’tazilah,
Qadariyah, Jahmiyah dll. Tetapi keduanya, dan juga yang lainnya hanyalah organisasi massa,
yang tepatnya disebut organisasi islam. Memang orang yang tidak tahu, akan mengira ormas-
ormas ini sebagai aliran dalam Islam, padahal hakikatnya tidak demikian. Tidak ada satu pun
prinsip di dalam ormas-ormas tersebut yang bertentangan atau menyimpang
dari ushuludin (pokok-pokok agama), kesemuanya secara umum disatukan dalam satu ikatan
aqidah yang dianut jumhur kaum muslimin sepanjang zaman, yang lazim disebut Ahlusunnah
wal Jama’ah.
Kalau pun kita temui adanya perbedaan pendapat yang terjadi, atau mengatasnamakan
ormas-ormas tersebut, itu hanyalah masalahfur’iyyah atau hal ini bukanlah berarti mereka bisa
dicap beda pemahaman. Karena ternyata perbedaan pendapat bukan hanya antar ormas-ormas
tersebut, bahkan didalam tubuh mereka masing-masing pun juga ada perbedaan-perbedaan
pemahaman satu sama lain. Perbedaan yang ada, seperti dalam masalah furu’iyyah (cabang
agama), metode dakwah, cakupan dll. Justru akan membuat ormas-ormas tersebut akan saling
menguatkan dan menopang dakwah. Menjadi sarana berlomba-lomba dalam kebaikan
sebagaimana yang telah diperintahkan : “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan." (Al-
Baqarah : 148)
Hanya saja, memang tidak bisa dipungkiri, adanya sebagian oknum yang picik
pandangan, saling sikut dengan sesama saudaranya, bahkan saling hujat, hanya karena berbeda
organisasi dan bendera dakwah. Orang-orang seperti ini harus segera disadarkan. Karena sadar
atau tidak sadar dia telah melakukan kemunkaran besar, yang bukan saja akan berimbas pada
dirinya, tetapi mudharatnya bisa menimpa jama’ah kaum muslimin pada umumnya.
Betapa indahnya hidup ini jika kita bisa mempererat tali ukhuwah diantara kita sehingga
perbedaan yang terjadi tak akan mampu mempecah belah persaudaraan kita. sebagaimana
FirmanNya,“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (al Hujaraat : 10)
Dan Rasulullah Saw pun menambahkan “Orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila
ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.”
Di hadis lain pun Rasul bersabda, “Barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman,
hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (Mukhtarul ahadits)
Ada sebuah kisah kisah yang mungkin bisa kita teladani dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang
terjadi antara pemimpin NU (K.H Idham Cholid) dan pemimpin Muhammadiyah (Buya Hamka)
ketika sedang melakukkan perjalanan ketanah suci, kurang lebih seperti ini : ketika mereka
sedang dalam perjalanan menuju tanah suci didalam sebuah kapal laut, saat melakukan sholat
subuh berjamaah, para pengikut Nadhlatul Ulama heran saat Idham Cholid yang mempunyai
kebiasaan menggunakan doa qunut dalam kesehariannya, malah tidak memakai doa qunut tatkala
Buya hamka dan sebagian pengikut Muhammadiyah menjadi makmumnya.
Demikian pula sebaliknya, tatkala Buya hamka mengimami shalat subuh, para pengikut
Muhammadiyah merasa heran ketika Buya hamka membaca doa qunut karena Idham cholid dan
sebagian pengikut NU menjadi makmumnya. Mereka malah berpelukan mesra setelah shalat,
saling menghormati, dan saling berkasih sayang. Lihatlah saudaraku, betapa kebesaran jiwa
mereka mampu menjaga ukhuwah yang terjalin, sikap seperti inilah yang seharusnya kita
terapkan dalam, menyikapi perbedaan diantara sesama kita.
NU ( Nahdhatul Ulama)
Muslim manapun asal dia lahir di indonesia pasti kenal dengan dengan gerakan Islam
yang satu ini. Bahkan sangking populernya Nahdhatul Ulama, seorang ustadz pernah
menceritakan sebuah kisah lucu kepada kami. Yaitu ketika lawatannya ke daerah pelosok pulau
madura, ia sempat bertanya kepada seorang penduduk setempat agamanya apa, orang tersebut
menjawab lugu : ‘agama saya NU’.
Organisasi ini didirikan pada 31 Januari 1926 oleh KH. Hasyim ‘Asy’ari seorang ulama
karismatik yang sangat dimuliakan pada masanya. Dalam upaya memantapkan prisip dasar
orgasnisai ini, beliau merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), dan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU ,
yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan politik.
Dalam AD/RT Nahdhatul Ulama (NU) jelas dinyatakan bahwa NU beraqidah Ahlussunah
waljama'ah, dengan mazhab aqiadahnya Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.
Kemudian dalam bidangfiqih lebih cenderung mengikuti mazhab Syafi'i namun tetap mengakui
eksistensi tiga madzhab yang lain, sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4
di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
Baghdadi.
Dalam kiprahnya warga nahdhiyin –demikian anggota organisasi ini disebut- bukan hanya
bergelut dengan dunia kepesantrenan, yang memang dikenal sebagai basis utama kekuatan
organisasi ini. Tetapi juga mereka aktif diberbagai panggung dakwah lainnya termasuk dunia
politik.
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan .
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh
dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka
kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu
beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib
dan para pedagang.
Berbeda dengan NU yang menyatakan dengan tegas mazhab Aqidah dan fiqihnya, dalam
anggaran dasarnya Muhammadiyah hanya menegaskan dirinya sebagai organisasi yang
berasaskan islam, tidak menyatakan berafiliasi dengan mazhab manapun. Meskipun dalam
prakteknya kader Muhammadiyah tidak bisa dikatakan tidak bermazhab apalagi anti mazhab.
Dalam muqadimah anggaran dasarnya, ternukil sebuah ayat 104 surah ali Imran : “Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya
umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan
ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang
niscaya.
Perhimpunan ini menyatakan sebagai organisasi islam yang sama sekali tidak mempunyai
kaitan dengan organisasi politik apapun juga, serta tidak mengurusi masalah-masalah politik
praktis (AD, ps. 1 ayat 3).
Untuk lebih jauh mengenal organisasi ini, dapat mengunjungi situs resminya : http://alirsyad.net
Khatimah (penutup)
Sebenarnya masih banyak organisasi islam indonesia lainnya selain yang telah disebutkan
diatas, yang mana perlu kenal seluk beluknya agar tumbuh semangat ukhwah dan kecintaan
diantara kita. Sebut saja diantaranya adalah NW (nahdhatul Wathan), Hidayatullah, Ikatan
cendikiawan muslim indonesia (ICMI), al Khairaat, Mathla’ul Amwar dan yang lainnya.
Organisasi Islam hanyalah sebuah sarana menyatukan visi, menggalang persatuan,
menumbuhkan potensi dan menyelaraskan langkah umat. Ia adalah sebuah wadah bagi kaum
muslimin yang dipergunakan untuk memperjuangkan dakwah Islam, bukan sebaliknya. Ali bin
Abu Thalib ra. Pernah berkata : ‘kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan
yang terorganisir.
Seandainya bukan karena munculnya para aktivis dakwah yang tergabung dalam harakah-
harakah tersebut, sungguh dakwah Islam akan beku, ketinggalan zaman, sedikit pengaruhnya,
bahkan akan mudah dilibas, ditindas dan dilindas musuh-musuh Islam. Kalaulah bukan karena
jasa mereka, sungguh dakwah Islam ini belum akan sampai ke berbagai belahan masyarakat yang
ada dipedalaman.
Saudaraku, sudah saatnya kini umat islam bersatu padu kembali. Apapun latar belakang dan
organisasi yang dikendarainya. Karena mufakat itu bukan hanya untuk hal-hal yang disepakati,
- karena memang mustahil kita menyatukan perbedaan khilafiyah masing-masing harakah-
tetapi mufakat bisa juga kita lakukan dengan siapapun dari sesama saudara kita, selama diikat
oleh aqidah islamiyah.
Saudaraku, jika kita sudah berani bersatu padu, saling asah, asih dan asuh, maka bergembiralah,
tidak berapa lama lagi pertolongan Allah pasti akan datang. Dan kejayaan Islam yang kita
rindukan itu akan menjelang.
“…Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.” (Albaqarah: 214)
Wallahua’lam bis Shawwab.