Anda di halaman 1dari 11

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal


Volume ... Nomor ... Tahun ...
http://journal.uinsgd.ac.id./index.php/atthulab/

Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

Aghnia Nurfadillah1), Cucu Maryam Nurpadilah2)


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia, 40614
1)

Email: aghniafadillah6@gmail.com
2)
Email: cucumaryamnurpa@gmail.com

Abstract
The purpose of writing this article is to describe or know in general the concepts of
society, culture, and school. The research method used is library research technique by
reviewing and comparing library sources to obtain data on the research topic. The
results of the research show that society, culture and schools are closely related or
interrelated. Society is the object of education. Education makes people cultured.
Education and culture will jointly advance the community. The more people who
receive education, the more cultured they are. Education is an intermediary between
culture and society.
Keywords:
Society, culture, school

Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini untuk menggambarkan atau mengetahui secara
umum konsep masyarakat, kebudayaan, dan sekolah. Metode penelitian yang
digunakan adalah Teknik studi Pustaka (library research) dengan menalaah
dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data mengenai
topik penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa masyarakat,
kebudayaan dan sekolah tiu saling berhubungan erat atau saling keterkaitan.
Masyarakat merupakan objek yang menjadi tujuan pendidikan. Pendidikan
membuat orang berbudaya. Pendidikan dan kebudayaan akan bersama-sama
saling memajukan masyarakat. Semakin banyak manusia yang menerima
pendidikan, maka makin berbudaya pula manusia tersebut. Pendidikan
menjadi perantara antara kebudayaan dan masyarakat.
Kata Kunci:
Masyarakat, kebudayan, sekolah

PENDAHULUAN
Masyarakat, kebudayaan dan sekolah merupakan tiga unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, ketiganya saling
berkaitan satu sama lain. Tidak ada masyarakat yang hidup tanpa kebudayaan.

1
Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

Karena kebudayaan ada, hidup dan berkembang dalam masyarakat.


Kebudayaan lahir dari proses kehidupan manusia yang dihasilkan dari
hubungan interaksi antara satu manusia dengan manusia lain. Oleh karena itu,
manusia merupakan subjek yang menghasilkan kebudayaan itu sendiri. Tanpa
adanya masyarakat, kebudayaan tidak akan pernah ada. Dengan kata lain,
kebudayaan hadir karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat
hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya.
Selain itu, sekolah merupakan produk dari masyarakat, karena jika kita
sadari sekolah yaitu bangunan atau lembaga yang bertujuan untuk transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek lainnya. Maka untuk
mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan kekuatan-kekuatan masyarakat itu
sendiri. Karena hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil
gabungan kita dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, lingkungan, tempat
bermain, pekerjaan, dan lain-lain. Maka wajar apabila segala sesuatu yang kita
ketahui hari ini merupakan hasil hubungan timbal balik yang sudah
sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat dan kebudayaan. (Karsidi, 2005)
Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan sekolah
tidak lepas dari nilai-nilai yang dibangunnya sendiri. Berbagai bentuk nilai-
nilai budaya tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep yang hidup dalam pikiran
sebagian besar masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai,
berharga dan penting dalam hidup, sehingga nilai-nilai tersebut berfungsi
sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan
warga masyarakat tadi. Nilai-nilai tersebut ada yang berpengaruh langsung
ada pula yang berpengaruh tidak langsung terhadap kehidupan manusia.
(Sujarwa, 1999) Kebudayaan yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh
lingkungan fisik seperti iklim, topografi, kekayaan alam dan sebagainya.
Pada dasarnya, masyarakat memiliki pandangan hidup yang diwarisinya
dari zaman ke zaman dan menjadi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Bagaimanapun rendah/tinggi tingkat kebudayaan yang dianut masyarakat,
tetaplah dianggap berharga. Bagi masyarakat sendiri, hakikat dari berdirinya
sekolah sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidup
masyarakat agar mereka mampu melanjutkan eksistensinya. Oleh karena itu,
setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses
adaptasi sesuai perkembangan zaman melalui pendidikan di sekolah. Berbagai
pengalaman masyarakat dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan
dikomunikasikan kepada generasi berikutnya di sekolah. Sebagai suatu sistem,
kebudayaan tidak diperoleh masyarakat dengan begitu saja secara ascribed
tetapi melalui proses belajar yang berlangsung, salah satunya di sekolah.
Dengan pendidikan di sekolah ini memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap kemajuan masyarakat dan merupakan sarana dalam menerjemahkan
pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa.
Masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula,
dan secara progresif akan membentuk kemandirian.
Tujuan artikel ini untuk menggambarkan atau mengetahui secara umum
konsep masyarakat, kebudayaan dan sekolah. Karena tiga unsur tersebut saling

2 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Aghnia Nurfadillah dan Cucu Maryam Nurpadilah

berkaitan erat dan membutuhkan kerja sama untuk mewujudkan tujuan


bersama. Dengan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat
dan sekolah, merupakan sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan
orientasi kepada kehidupan warga masyarakat.
Pada penelitian terdahulu, yakni dalam artikel manusia dan kebudayaan
Sekolah oleh Normina menyebutkan bahwa manusia dilahirkan sudah
mempunyai naluri untuk hidup berkawan, sehingga dia disebut sosial animal.
Sehingga manusia hidup sebagai anggota masyarakat yang melakukan
interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar. Salah satunya adalah
kebudayaan yang terjadi di sekolah. Sekolah menjadi tempat dalam
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai
keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan
mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini karakteristik
peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
bernilai strategis, memiliki daya ungkit dan berpeluang sukses. (Normina,
2015)
Adapun pada penelitian lain yang dilakukan oleh Mahdayeni, dkk
menyebutkan bahwa hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai
perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal, artinya
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan.
Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka
kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya.
Kebudayaan masyarakat tersebut terjadi pada lingkungan hidup mereka.
Adanya lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu system kehidupan
dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia dan mampu
memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
(Mahdayeni et al., 2019)
Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah penelitian
terdahulu berfokus apa pembahasan masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan
pada penelitian ini lebih fokus pada konsep masyarakat, kebudayaan, dan
sekolah dan hubungan dari ketiganya.

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data
atau informasi yang terdapat di perpustakaan guna dijadikan sebagai dasar
kegiatan penelitian (Raihan, 2017). Penelitian kepustakaan ini dilakukan
dengan mengkaji berbagai literatur kepustakaan, baik berupa buku, laporan
hasil penelitian terdahulu, maupun website yang difokuskan pada
pengungkapan konsep masyarakat, kebudayaan, dan sekolah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pengertian Masyarakat

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 3
Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

Dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society. Istilah tersebut berasal


dari kata Latin yaitu “socius” yang berarti teman atau kawan. Istilah masyarakat
berasal dari bahasa arab “syaraka” yang berarti ikut serta dan berpartisipasi.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, saling
mempengaruhi satu sama lain dalam suatu proses pergaulan, yang
berlangsung secara berkesinambungan. Pergaulan ini terjadi karena adanya
nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur serta harapan dan keinginan
yang menjadi kebutuhan bersama. Hal tersebut merupakan tali pengikat bagi
sekelompok orang yang disebut masyarakat. Definisi lain, masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat
ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3) Kontinuitas
waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. (Koentjaraningrat,
2009)
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,
hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan
pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan
hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soekanto, 2006), memaparkan bahwa
masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan
kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah
laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Sedangkan menurut Horton
mengatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup dalam
suatu wilayah tertentu yang memiliki pembagian kerja yang berfungsi khusus
dan saling tergantung (interdependent) dan memiliki sistem sosial budaya
yang mengatur kegiatan para anggota, yang memiliki kesadaran akan kesatuan
dan perasaan memiliki serta mampu untuk bertindak dengan cara yang teratur.
Masyarakat sebagai sekumpulan manusia, di dalamnya mencakup
beberapa unsur yaitu: a) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;
b) Bercampur dalam waktu yang cukup lama; c) Mereka sadar bahwa mereka
merupakan satu kesatuan; d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota
kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. Maka dapat
disimpulkan masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi
dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah,
dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan
yang diikat oleh kesamaan.

Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Setelah mendapat awalan
ke- dan akhiran –an menjadi kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Adapun istilah culture yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebududayaan
berasal dari kata Latin colore. Artinya mengolah atau mengajarkan, yaitu
mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colore dan culture,

4 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Aghnia Nurfadillah dan Cucu Maryam Nurpadilah

diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang
kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang
berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah “keseluruhan
kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam
pengalaman historinya”. Termasuk disini ialah pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi
manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni
zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai. (Dewantara, 1994)
Kebudayaan tidak diwariskan secara biologis dan bukan diperoleh
karena kreativitas sendiri, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara
belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Jadi, kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat.
Kebudayaan mencakup semuanya yang di dapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu
yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif.
Beberapa karakteristik kebudayaan:
1. Kebudayaan adalah hasil belajar. Kebudayaan bukan warisan biologis,
tetapi warisan sosial, melalui:
a. Proses Internalisasi yaitu suatu proses dimana seorang individu sejak
dilahirkan hingga hampir meninggal belajar menanamkan
kepribadiannya, perasaan, hasrat, nafsu, serta emosinya yang
diperlukan sepanjang hidupnya.
b. Proses Sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seorang individu dari
masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan
dalam berinteraksi dengan individu yang ada disekelilingnya;
dimana setiap individu memiliki peran dalam kehidupan sehari-hari.
c. Proses Enkulturasi, yaitu suatu proses dimana seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan
adat istiadat, norma-norma yang hidup dalam kebudayaannya.

2. Kebudayaan beraneka ragam. Kebudayaan itu bersifat unik, sehingga


setiap masyarakat mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan
kebutuhan, dimana geografi atau lingkungan dimana kebudayaan itu
hidup.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 5
Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

3. Kebudayaan itu bersifat relatif. Kebudayaan beranekaragam, sehingga


setiap kebudayaan hanya dapat dinilai berdasarkan norma-norma dan
nilai-nilainya sendiri
4. Kebudayaan itu bersifat Universal. Kebudayaan terbagi dalam Tiga
wujud. Yaitu: Ideas (Sistem Budaya), Activities (Sistem Sosial) dan
Artifacts yaitu hasil konkrit.
5. Kebudayaan itu bersifat materi dan non materi.
6. Kebudayaan itu bersifat Dinamis.
7. Kebudayaan itu Terintegrasi

Pengertian Sekolah
Kata sekolah berasal dari bahasa Latin, schola, yang berarti waktu luang atau
waktu senggang. Pada zaman Yunani kuno biasanya orang-orang mengisi
waktu luang dengan cara mengunjungi suatu tempat, atau orang pandai untuk
menanyakan atau mempelajari apa saja yang mereka anggap sangat
dibutuhkan dalam hidup. Mereka menyebut kegiatan itu dengan istilah skole,
scola, scolae, atau schola, yang artinya waktu luang yang digunakan secara
khusus untuk belajar.
Berdasarkan undang-undang no 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan
pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar. Sekolah adalah salah satu lembaga formal sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar yang menjadi tumpuan harapan orang tua,
masyarakat dan pemerintah karena sekolah memberikan pelayanan,
pendidikan, pengajaran, dan pelatihan untuk memperoleh pengetahuan baru.
(Mulyasa, 2011)
Menurut Yusuf sekolah merupakan lembaga pendidikan formal secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah
sebagai suatu sistem sosial dibatasi oleh sekumpulan elemen kegiatan yang
berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sosial sekolah yang demikian
bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik.
Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang
berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa
sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak
berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. (Pidarta, 1997)

Kebudayaan Sekolah
Kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas.
Namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”. Sekolah
bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan arena
itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. sekolah
merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi
dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak . Sistem
pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang

6 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Aghnia Nurfadillah dan Cucu Maryam Nurpadilah

diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta


norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan kebudayaan sekolah.
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta
yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah
Timbulnya sub-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian cukup
besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi
serupa ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang
tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan misalnya upacara.
Timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik
anak dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, ketrampilan yang
sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik control tertentu yang
berlaku di sekolah. Sekolah mengajarkan hal-hal yang belum dipelajari dalam
keluarga dan kelompok bermain. Sekolah sebagai pendidikan formal
mempersiapkan diri seseorang untuk menguasai peranan-peranan baru
dikemudian hari, saat seseorang tidak lagi menggantungkan diri pada orang
tuanya.

Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan


Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan adalah hasil, penjelmaan atau manifestasi
dari kerja jiwa manusia. Masyarakat adalah kesatuan dari manusia-manusia
yang melahirkan kebudayaan tersebut. Dengan kata lain, masyarakat itu
merupakan himpunan dari manusia-manusia yang melahirkan, mendukung
dan mengembangkan kebudayaan itu. Jadi, masyarakat itu adalah wadah atau
tempat dari kebudayaan, tempat menyalurkan cipta budaya manusia serta
tempat mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan lahir di tengah-tengah
masyarakat, sebab manusia yang melahirkan kebudayaan itu hidup di tengah-
tengah masyarakat. Sebaliknya, kebudayaan tidak akan berkembang jika tidak
didukung oleh masyarakat. Kebudayaan tanpa masyarakat tidak akan ada.
Tetapi adakah masyarakat tidak berkebudayaan? Meskiagaimana
sederhananya susunan dari sebuah masyarakat, pastilah masyarakat tersebut
memiliki kebudayaan. Tidak ada masyarakat yang tidak berkebudayaan,
sekalipun ia masyarakat primitif namanya.
Dalam kesehariannya manusia memerlukan budaya, manusia harus
memiliki kebudayaan, tanpa budaya manusia tidak akan bisa hidup, karena
kebudayaan adalah semua hasil ciptaan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya atau untuk memenuhi kelansungan hidupnya. Masyarakat dan
kebudayaan diibaratkan sebagai suatu sistem. Menurut Harijono Djojodihardjo,
sistem merupakan gabungan obyek yang memiliki hubungan secara fungsi dan
hubungan antara setiap ciri obyek, secara keseluruhan menjadi suatu kesatuan
yang berfungsi. Masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu sistem maksudnya
saling bekerja sama atau saling berhubungan satu sama lain. Dimana
kebudayaan tidak akan tercipta apabila tidak adanya masyarakat. Kebudayaan
ada karena adanya manusia yang menciptakannya. Masyarakat tidak akan ada

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 7
Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

apabila tidak adanya manusia yang mendiami suatu wilayah dengan jangka
waktu yang lama, terdapat interaksi di dalamnya dan mempunyai tujuan yang
sama. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
dalam kehidupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi antara
masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan unsur yang saling
mendukung, karena masyarakat dan kebudayaan saling mempengaruhi.
(Febriyanti, 2020)

Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kehidupan masyarakat.
Kebutuhan masyarakat telah mendorong para pendidik untuk
mengembangkan institusi kependidikan yang semakin hari semakin kompleks.
Masyarakat pada dasarnya sama dengan gejala alam, dipengaruhi oleh
kekuatan yang yang tidak dapat dihindari yang menyebabkan masyarakat
berubah. Meskipun kecepatan dan keleluasaan dan kecepatan perubahan itu
sudah tentu tidak sama antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Menurut Buchori, pendidikan bukan hanya sekedar menyiapkan peserta didik
menjadi tenaga yang siap pakai di pasar kerja. Lebih daripada itu pendidikan
harus membantu anak didik untuk menjadi manusia. Maka bisa kita lihat
bahwa peran pendidikan semakin strategis. Karena itu pendidikan yang
bermutu merupakan suatu investasi yang mahal. Masyarakat maju menyadari
hal tersebut karena kondisi masyarakat mempengaruhi perbaikan pendidikan
di Indonesia.
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih
baik, lebih maju, dan lebih sejahtera bagi rakyat seluruhnya. Namun, untuk itu,
pendidikan memerlukan pegangan dan pedoman ke arah mana masyarakat
akan bergerak. Pandangan dan sikap hidup apa yang dikehendaki masyarakat
dalam perjuangannya mencapai tujuannya. Hal ini berpengaruh kuat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki
keterkaitan dan ketergantungan yang sama-sama saling membutuhkan
(simbiotic). Masyarakat sangat membutuhkan layanan pendidikan yang baik,
dan tentunya hal itu bisa dilewati melalui lembaga pendidikan guna
mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan harapan hidup yang
sempurna. Lembaga pendidikan tidak dapat eksis tanpa masyarakat,
sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai hidup yang sempurna tanpa
lembaga pendidikan. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk
melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. Hubungan
sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan
masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat
tentang kebutuhan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama para
anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah. Hak hidup dan
kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat. Kemajuan sekolah
dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi; kedua-duanya saling
membutuhkan. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena
masyarakat memerlukannya. Pendidikan sangat membantu masyarakat untuk

8 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Aghnia Nurfadillah dan Cucu Maryam Nurpadilah

dapat menjadi seseorang yang baik, berpengetahuan dan dapat


mengembangkan pertumbuhan anak, begitu pula pendidikan tanpa
masyarakat maka pendidikan tidak akan berjalan.
Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin berhasil
mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat atau orang tua yang
dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa
prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini harus menjadi pertimbangan dan
perhatian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya yaitu:
1. Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang
dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus
informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun
informasi kegiatan yang bersifat non akademik

2. Continuity
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan
masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan
hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara
insedental atau sewaktu-waktu.

3. Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan
masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun
komunikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat
menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada
masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui
pertemuan langsung maupun melalui media hendaknya disajikan dalam
bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar
(masyarakat setempat).

4. Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup
semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan dan
diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan
kurikuler, remedial teaching dan lain-lain.

5. Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif
dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif kepada
masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan respon hal-
hal positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami secara detail
berbagai masalah yang dihadapi sekolah.

6. Adaptability

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 9
Masyarakat, Kebudayaan dan Sekolah

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan


dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian
dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan,
budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam
kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan hubungan dengan
masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. (Zaitun,
2015)

SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat, kebudayaan dan sekolah merupakan
tiga unsur yang saling berhubungan satu sama lainnya. Masyarakat atau
sekelompok manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan.
Masyarakat merupakan objek yang menjadi tujuan pendidikan. Pendidikan
membuat orang berbudaya. Pendidikan dan kebudayaan akan bersama-sama
saling memajukan masyarakat. Semakin banyak manusia yang menerima
pendidikan, maka makin berbudaya pula manusia tersebut. Pendidikan
menjadi perantara antara kebudayaan dan masyarakat. Hingga saat ini,
lembaga sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi
baru dan harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum.
Karena di sekolah pula sosialisasi anak terjadi. Dengan sistem pendidikan,
mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh masyarakat. Kebudayaan yang berlaku disekolah menggambarkan pola
perilaku masyarakat. Maka, pendidikan menjadi sarana transfer kebudayaan
kepada masyarakat dari generasi ke generasi serta menjadi alat untuk
mengubah pola pikir masyarakat yang berdasar pada kebudayaan. Pendidikan
yang baik akan menghasilkan masyarakat yang maju dan berkualitas, begitu
pula masyarakat yang maju akan memiliki pola pikir yang dapat membentuk
kebudayaan yang baik dan berkualitas. Dan jika masyarakat tersebut sudah
memiliki tingkat kebudayaan tinggi akan menghasilkan system pendidikan
yang baik dan berkualitas pula.

REFERENSI
Dewantara, K. H. (1994). Kebudayaan. Penerbit Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa.
Febriyanti, A. (2020). Masyarakat dan Kebudayaan Tidak Bisa Dipisahkan.
Www.Kompasiana.Com/Andinifebriyanti.
https://www.kompasiana.com/andinifebriyanti/5e5bbf26d541df611355d
575/masyarakat-dan-kebudayaan-tidak-bisa-dipisahkan?
page=all#section1
Karsidi, R. (2005). Sosiologi Pendidikan. UNS Press dan LPP UNS.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.
Mahdayeni, Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia Dan Kebudayaan
(Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia Dalam Keanekaragaman
Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber Penghidupan). Manajemen
Pendidikan Islam, 7(2).
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Remaja Rosdakarya.

10 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ...
Aghnia Nurfadillah dan Cucu Maryam Nurpadilah

Normina. (2015). Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah. Al-Hiwar, 03(06).


Pidarta, M. (1997). Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. PT. Rineka Cipta.
Raihan. (2017). Metodologi Penelitian. Universitas Islam Jakarta.
Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada.
Sujarwa. (1999). Manusia dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas
Agama. Pustaka Belajar.
Zaitun. (2015). Sosiologi Pendidikan (Analisis Komprehensif Aspek Pendidikan dan
Proses Sosial). Kreasi Edukasi.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal ... (...) ... 11

Anda mungkin juga menyukai