Anda di halaman 1dari 4

KEPERCAYAAN RAKYAT

TAHLIL-AN di Ds.Mentoro Kec.Soko Kab.Tuban

KARYA ILMIAH POPULER

TAHLIL-an

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan tahlil? Kita sering sekali mendengarnyam akan tetapi tidak tau maksud dan tujuan tersebut. Tahlil-an adalah sebuah tradisi yang sudah beredar dikalangan masyarakat yang berhubungan dengan agama terutama agama islam, diantaranya tahlilan, istighosahan, dll. Tahlilan adalah ritual/kepercayaan upacara selametan yang dilakukan sebagian umat islam di Indonesia untuk memperingati atau mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya pada hari ke 40, hari ke 100, ke 1000 harinya kematian, dan bisa ke satu tahun pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Kata Tahlil sendiri secara harafiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid Laa ilaaha illallah (tiada yang patut disembah kecuali Allah SWT), yang sesungguhnya bukan dzikir yang dikhususkan bagi upacara memperingati kematian seseorang, dari sisi etimologi, kata tahlil memiliki arti mengucapkan laaillahaillallah, dalam hadist dijelaskan, bahwa Rosululloh SAW, bersabda perbaharuilah imanmu! Seorang sahabat bertanya, wahai Rosululloh, bagaimana cara memperbaharui iman? Rosululloh menjawab, Perbanyaklah tahlil. Upacara tahlilan ditengarai merupakan praktik pada masa transisi yang dilakukan oleh masyarakat yang baru memeluk Islam, tetapi tidak dapat meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit bukan hanya terjadi pada masyarakat pra Islam di Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk di jazirah Arab. Oleh para dai pada waktu itu, ritual yang lama diubah menjadi ritual yang bernafaskan Islam. Di Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga istilah Tahlilan dianggap sebagai memperingati kematian seseorang.

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai macam kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar penduduk tanah air ini, diantaranya keyakinan-keyakinan yang mendominasi saat itu adalah Animisme dan Dinamisme, Setelah Islam masuk dibawa oleh ulama yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syariat Islam, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan-bacaan thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit demi sedikit dan meninggalkan acara tersebut menuju acara Islam yang murni. Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan kalimat-kaimat toyyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, para ulama yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga datanglah generasi

selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan perlahan-lahan. Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian seterusnya, kemudian pembacaan kalimat toyyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga sering kita jumpai acara tahlilan disuatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain (ini menunjukan bahwa acara yasinan dan tahlilan sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh nabi kita dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat yang mulia dan juga bukan termasuk sunnah, seandainya mereka telah melakukannya pasti sampai khobarnya kepada kita bagaimana prosesi acara tersebut, sebagaimana sunnah-sunnah yang jelas disyariatkan dan telah mereka lakukan, sehingga kita mengetahui bagaimana kita harus mengamalkannya sesuai dengan contohnya). Sampai hari ini.

Prosesnya adalah salah seorang utusan dari shohibul bayt/ tamir masjid mengumumkan lewat speaker musholla/masjid untuk mengundang para tamu undangan, bisa juga dilakukan lewat surat undangan, kemudian Bapak Kiai/ Pak RT/ Kepala desa, yang memimpin jalannya acara tersebut, Biasanya yang dibaca pada waktu acara dimulai adalah surat-surat pendek, tahlil, dan surat Yasin, kemudian ada waktu istirahat untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh pemilik acara, ini dilakukan supaya mendapatkan pahala dari bershodaqoh tersebut, dengan member makananmakanan ringan seperti (kacang tanah, buah-buahan, krupuk, dls). Kemudian masing-masing kembali kerumah.

Menurut Bapak kiai Masyhudi di desa Mentoro Kec.Soko Kab.Tuban, sampai sekarang kepercayaan tentang tahlil masih berjalan lancar, yang dilaksanakan setiap kamis malam jumat, dilakukan pada hari itu karena menurut Bapak kiai Masyhudi hari jumat merupakan hari yang paling baik, karena hari jumat itu adalah ratunya hari, yang banyak amalan-amalan dilakukan pada hari kamis malam jumat, dan akan mendapatkan pahala yang banyak. Beberapa manfaat adanya tahilan :

1. Sebagai ikhtiar (usaha) untuk bertaubat kepada Allah SWT, untuk diri sendiri dan keluarga yang telah meninggal.

2. Mempererat tali persaudaraan antar sesama, baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia, karena sejatinya ukhuwah islamiyah itu tudak terputus karena kematian.

3. Untuk mengingat bahwa akhir dari kehidupan di dunia ini adalah kematian, yang setiap jiwa tidak akan terlewati.

4. Sebagai wujud rasa cinta sekaligus penenang hati, bagi keluarga yang terkena musibah.

5. Tahlil sebagai media untuk dakwah islamiyah, dls.

Sampai saat ini kepercayaan itu masih berjalan dan berkembang, pada umumnya dikembangkan di pedesaan, dan sebagian kecil diperkotaan.

Jumlah Kata : 834 kata

SUMBER DATA :

WAWANCARA

Dengan Narasumber

Nama

: Bapak kiai Masyhudi S.pd.I

Ttl / Usia

: Tuban, 09 Oktober 1963 / 48 th

Alamat

: Dk.Singkil Ds.Mentoro Kec.Soko Kab.Tuban RT/RW: 003/004

Riwayat pendidikan : M.I : MI Salafiyah Prambontergayang, Soko, Tuban.

MTs : MTs Salafiyah Prambontergayang, Soko, Tuban.

M.A : MA Salafiyah Prambontergayang, Soko, Tuban.

P.T : STITMA Tuban, fak.Tarbiyah Jurusan.Pend. Agama Islam.

Profesi

: 1.Tokoh masyarakat (Pak kyai)

2. PNS (guru di SDN Wadung, Soko, Tuban), Guru Agama

3. Petani

Anda mungkin juga menyukai