BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hukum adat atau tradisi merupakan adat istiadat masyarakat yang
berjalan seiring dengan kekuatan kesadaran, kebutuhan, dan keyakinan
terhadap perilaku adat yang dikerjakan. Perilaku yang lahir dari kekuatan adat
itu sudah berjalan teratur laksana hukum kebijakan yang berlaku pada
masyarakat itu sampai pada tingkat suatu keharusan atau kewajiban.
Berlakunya kegiatan yang berhubungan dengan keyakinan disebabkan
dibalik pelaksanaan kegiatan adat terdapat sebuah harapan dan kekuatan
supranatural. Dan ummat Islam tentunya berharap besar kepada Tuhan Allah
SWT sesuai prosedur iman dan taqwa. Berangkat dari keyakinan itu muncul
perilaku pembiasaan kemasyarakatan yang berulang-ulang yang disebut
dengan adat.
Perilaku masyarakat yang berulang-ulang sebagai suatu kebenaran
yang diyakini, tentu di dalamnya terjadi banyak bentuk interaksi manusia.
Segala bentuk timbal balik manusia yang berlaku atas kebenaran dan harapan
ke depan untuk mencari kedamaian dan ketenangan hidup sangat diperlukan
untuk terciptanya kebersamaan, hubungan kekeluargaan dan sikap gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Pandangan manusia dalam bidang sikap dan perilaku agama adalah
bagian dari budaya. Budaya-budaya Islam bertujuan mendekatkan ajaran Allah
dengan manusia. Dan termasuk didalamnya adalah berdzikir/mengingat Allah
SWT dengan berbagai aktifitas yang positif, seperti menegakkan sholat, baik
yang fardhu maupun yang tathowwu, bertaubat kepada Allah, beristigfar,
memikirkan/merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah, membaca kitab
suci al-Qurn, mencari ilmu yang bermanfaat, mencari rezeki dengan niat
yang baik dan halal, memandang ciptaan Allah agar selalu ingat kepadaNya,
1
membaca kalimat takbir (Allhu akbar), kalimat tahlil (L ilha illallah),
kalimat tasbih (Subhnallah), dan kalimat tahmid (Alhamdulillh).1
Segala aktifitas dan kegiatan untuk selalu mengingat dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT, akan dapat menjadikan hati dan jiwa seorang hamba
semakin dekat dengan sang pencipta. Dalam al-Qurn Allah SWT berfirman,
2
.(-: )
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha
Perkasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam penciptaan langit
1 Mujaddidul Islam Mafa. Menyibak Kedahsyatan ikir. (Lumbung Insani, 2009). Hlm.
19.
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
(Q.S.Ali Imran, [3]: 189-191).
Dengan demikian, dz@@}ikir dapat berbentuk ucapan lisan, gerakan
raga maupun getaran hati sesuai dengan ajaran-ajaran yang diajarkan oleh
agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ucapan-ucapan
dzikrullah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT sangat banyak,
dan termasuk diantaranya adalah dzikir l ilhaillallah.., yang dikemas
dengan doa an ikir-dzikir yang lain dalam suatu majelis atau suatu
perkumpulan yang disebut jamaah tahlil.
Menurut K.H. Abdul Muchith Muzadi3, bahwa tahlil berarti
pengucapan
kalimat
ilhaillallah. Tahlilan
artinya
bersama-sama
melakukan doa bagi orang (keluarga, teman, dsb.) yang sudah meninggal
dunia, semoga diterima amalannya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT,
yang sebelum doa, diucapkan beberapa kalimat thayyibah (kalimat yang
bagus, yang agung), berupa hamdalah, shalawat, tasbih, beberapa ayat suci alQurn dan tidak ketinggalan tahlil, yang kemudian dominan menjadi nama
dari kegiatan seluruhnya, menjadi tahlil atau tahlilan.4
Salah satu dusun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dan
dianggap masih memiliki tradisi hingga saat ini sesuai dengan tujuan
penelitian ini adalah Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur. Desa Kembang Kerang Daya merupakan salah
satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok
Timur. Secara geografis Desa Kembang Kerang Daya berada di jalan Segara
Anak Aikmel Lombok Timur.
Hubungan sosial masyarakat Desa Kembang Kerang Daya dapat
dilihat pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tiap individu atau kegiatan
secara kelompok. Salah satu kegiatan masyarakat Desa Kembang Kerang
Daya yang menjadi tradisi hingga saat ini adalah kegiatan tahlilan pasca
pemakaman yang dilaksanakan oleh keluarga dan masyarakat dalam rangka
memberikan penghormatan terakhir pada orang yang meninggal dunia dengan
kegiatan-kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.
Bagi sebagian besar masyarakat Desa Kembang Kerang Daya kegiatan
tahlil sembilan hari setelah kegiatan pemakaman merupakan keharusan dan
dianggap sebagai suatu budaya yang memberikan nilai positif bagi
berlangsungnya sikap kekeluargaan dan kebersamaan. Untuk melaksanakan
kegiatan atau upacara tahlilan, keluarga orang yang meninggal berperan
sebagai penggerak dan pengatur kegiatan, selanjutnya masyarakat secara
serempak membantu dan mendukung dalam kebersamaan hingga kegiatan
tersebut berakhir.
6 Muhammad Solikhin. Sambut Kematian dengan Senyum. (Solo: Tiga Serangkai, 2009),
Hlm. 37
tali
shilaturrami
antar
warga
masyarakat
dapat
juga
maupun
nilai-nilai
keagamaan,
sehingga
setiap
tradisi
yang
mengandung unsur positif dapat terus dipertahankan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui berbagai unsur dan nilai yang terkandung di dalam tradisi tahlilan,
maka penulis mencoba melakukan pengkajian terhadap dzikir menurut alQurn dan hadits studi analisis tentang makna tahlilan sembilan hari di Desa
Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel kabupaten Lombok Timur.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Dzikir bukan hanya berbentuk ucapan lisan, akan tetapi dapat berupa
gerakan raga maupun getaran hati sesuai dengan ajaran-ajaran yang
diajarkan oleh agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Acara tahlil untuk orang yang meninggal secara khusus tidak disyariatkan
dalam Islam.
3. Acara tahlil untuk orang yang meninggal telah menjadi tradisi bagi
sebagian masyarakat Islam.
4. Acara tahlil untuk orang yang meninggal dilaksanakan 7 sampai 9 hari,
yang dilanjutkan pada hari ke 40, 100 dan hari ke 1000.
5. Kegiatan tahlil dianggap memiliki nilai bagi masyarakat dan orang yang
meninggal dunia.
C.
Batasan Masalah
Dari identifikasi permasalahan di atas, maka terdapat beberapa
permasalahan dalam penelitian ini. Namun untuk lebih memperjelas tujuan
dalam penelitian ini, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Makna dzikir dalam al-Qurn dan Hadits
2. Dzikir dalam bentuk tradisi tahlilan sembilan hari.
3. Makna dan nilai tradisi tahlilan sembilan hari pada masyarakat Desa
Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Lombok Timur.
D.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tradisi tahlilan 9 hari menurut Islam?
2. Bagaimanakah alasan-alasan masyarakat terhadap tradisi tahlilan 9 hari?
3. Apakah makna dan nilai yang terkandung dalam tradisi tahlilan sembilan
hari di Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur?
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini,
antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tradisi tahlilan 9 hari menurut Islam.
2. Untuk mengetahui alasan-alasan masyarakat dalam terhadap tradisi
tahlilan 9 hari.
3. Untuk mengetahui makna dan nilai yang terkandung dalam tradisi tahlilan
sembilan hari di Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pengembangan
berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu-ilmu keagamaan khususnya dalam
bidang ilmu tafsir.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengupas makna sosial
khususnya makna tradisi tahlilan sembilan hari yang telah menjadi tradisi
masyarakat Sasak pada umumnya dan masyarakat Desa Kembang Kerang
Daya pada khususnya.
G.
Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang dzikir telah banyak dilakukan, di antaranya:
Mujaddidul Islam Mafa. 2009. Menyibak Kedahsyatan Dzikir. Lumbung
Insni. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa dzikir merupakan bacaan-bacaan
thayyibah yang diapresiasikan dalam bentuk ucapan lisan, gerakan raga
maupun getaran hati yang sesuai dengan cara-cara yang oleh agama Islam
dalam rangka mendekatkan diri ke khadirat Allah SWT. Selanjutnya, M. Arifin
Ilham & Yudy Effendy. 2011. 4 Dzikir Superdahsyat, Rahasia Terbesar
Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir bagi kesuksesan hidup. Jakarta: Qultum
Media. Dalam buku tersebut memberikan kesimpulan bahwa membaca tasbih
membantu kita memiliki hati yang selalu tenteram sehingga kita bisa lebih
fokus menjalani aktivitas sehari-hari, membaca tahmid akan melahirkan
simpati dan empati terhadap sesama, membaca tahlil dapat membentuk pribadi
yang tangguh dan tidak mudah menyerah, dan membaca takbir akan
menguatkan rasa percaya diri kita.
Sedangkan pada penelitian ini, penulis akan mencoba menguraikan
tentang berbagai unsur yang terkandung dalam tradisi dzikir tahlilan 9 hari di
Desa Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Lombok Timur.
H.
1.
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
10
Lokasi Penelitian
7 Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif. (bandung:
Pustaka Setia, 2009), hlm. 57.
11
Subyek Penelitian
Subyek atau informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Kembang Kerang Daya Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Subyek
penelitian ini bersifat Purposive sampling yaitu pemilihan sampling
penelitian dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang permasalahan dalam penelitian ini
sehingga memudahkan peneliti memperoleh informasi yang diperlukan.
4.
12
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan. Data ini menyangkut kondisl daerah lokasi
penelitian dan data lainnya yang menunjang penelitian.9
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,
dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.10 Berkaitan dengan hal tersebut, maka sumber data pada
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data yang bersumber
dari informan (hasil wawancara) dan data yang diperoleh dari literatur
(data kepustakaan) yang berhubungan dengan penelitian ini.
5.
10 Moleong. J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005),
hlm.. 112.
13
14
secara
sistimatis
kepada
tujuan
penilitian
atau
penyelidikan.
Adapun cara penulisan dalam mempergunakan metode
interview ini adalah :
Pertama penulis mengadakan pengenalan diri pada masyarakat
yang dijadikan sebagai responden dengan maksud memohon izin dan
mengadakan penelitian. Di samping itu, penulis perlu menyampaikan
15
16
tercetak
dalam media
massa.13 Sedangkan
menurut
Klaus
17
al-Qurn).
Lafadz
tersebut
sudah
lazim
digunakan
dalam
18
lafadz
tambahan.
al-Qurn
Sedangkan
adalah
al-Asyari
huruf
dan
asli,
para
bukan
huruf
pengikutnya
Al-
ditulis
dengan
tambahan
huruf
hamzah
di
19
ditulis
dengan
huruf
hamzah
di
tengahnya
Sesungguhnya
atas
tanggungan
kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
20
21
yang dimulai dari surat al-Fatihah, dan ditutup dengan surat al-Nas, dan
sampai kepada kita secara tertib dalam bentuk tulisan (Mushaf) maupun lisan
dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan dan pergantian, sekaligus
dibenarkan oleh Allah Swt, di dalam firman-Nya.22 Definisi ini selaras dengan
apa yang diberikan oleh Ahli Ushul.23
Dalam Kitab Mannaul-Qaththan mabahits fi ulumil-Qurn,24 yang
dimaksud
Saw dan membacanya adalah ibadah.25 Definisi lain mengenai al-Qurn juga
dikemukakan oleh al-Zarqani. Menurut al-Zarqani, al-Qurn itu adalah lafal
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dari permulaan surat alFatihah sampai akhir surat al-Nas.26
Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi mengenai alQurn, yaitu firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah;
Muhammad bin Abdullah melalui al-Rhul Amin (Jibril As) dengan lafallafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
22 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Bandung;
Risalah, 2003), hlm. 21.
23 M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam I, (Jakarta; Bulan
Bintang, 2000), hlm 188.
24 Dikutip Dari Kitab Mannaul-Qaththan Mabahits Fi Ulumil-Quran,
Hlm. 21
25 Abuddin Nata, Al-Quran Dan Hadits (Dirasah Islamiyah I), (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 54.
26 Ibid, hlm. 55.
22
23
2. Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan normanorma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam
kehidupannya secara individual dan kolektif.
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasardasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya.30
C. Fungsi Al-Qurn
Agama Islam sebagai petunjuk dan jalan hidup manusia yang paling
sempurna dan mengandung ajaran yang menuntun umat manusia kepada
kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui dasar-dasar dan perundangundangannya melalui al-Qurn. Al-Qurn adalah sumber utama yang
memancarkan ajaran Islam. Hukum-hukum Islam yang mengandung
serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan
dapat di jumpai sumbernya yang asli dalam al-Qurn31. Allah swt berfirman,
24
25
32 Fazlur Rah man , Tema Pokok Al-Quran, Pustaka, Bandun g, 1983. H.1
33 Tuhan m e na makan al - Q u ran den gan al-Kitab y a n g di sini berarti
y a n g ditulis, seba gai isyarat bah w a al - Q uran diperintahkan untuk
ditulis.
34 Takwa y aitu m e melihara diri dari siksaan Allah den gan m e n gikuti
segala perintah - perintah - N ya; dan m e njauhi segala laran gan - laran gan N y a; tidak cukup diartikan den gan takut saja.
26
manusia
dengan
petunjuk
itu
manusia
bisa
itu
bila
al-Qurn
dipelajari
dengan
benar
dan
27
(syifa)
bagi
segala
macam
Hai
manusia,
Sesungguhnya
Telah
datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (Q.S. Ynus [10]: 57).
Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
28
Dan Jikalau kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan
dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya?" apakah (patut al-Quran) dalam bahasa
asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah:
"al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang
al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka
itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang
jauh". (Q.S. Fushshilat [41]: 44).
29
Dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu
yaitu Al Kitab (Al Quran) Itulah yang benar, dengan
membenarkan
kitab-kitab
yang
sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha mengetahui
lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya
(Q.S. al-Fathir: 31).
Dan kami Telah turunkan kepadamu al-Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
30
Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya
(Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya.
Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab
yang memberi penerangan. (Q.S. Yaa Siin: 69).
31
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus.
Sesungguhnya kami Telah menjelaskan ayat-ayat
(kami) kepada orang-orang yang mengambil
pelajaran (Q.S. al-Anam: 126).
36 Shalat w usthaa ialah shalat y a n g di ten gah - ten gah dan y a n g paling
uta ma. ada y a n g berpendapat, bah w a y a n g di maksud den gan Shalat
w usthaa ialah shalat Ashar. m e nurut keban yakan ahli hadits, a yat Ini
m e nekankan a gar semua shalat itu dikerjakan den gan sebaik- baikn ya.
32
33
34
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras,
Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang
yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah Telah menurunkan
peringatan kepadamu,(dan mengutus) seorang Rasul
yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang
menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya
dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan
amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya
ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki
yang baik kepadanya.(Q.S. al-Thalaq: 10-11).
Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang
kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan,
35
Dan al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi
seluruh umat (Q.S. al-Qalam: 52).
(Al-Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orangorang yang bertakwa (Q.S. Ali-Imran: 138).
36
10.
(dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari
mereka sendiri dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (alQuran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (Q.S. al-Nahl: 89).
11.
yang haq dan bathil. Seperti Firman Allah Swt dalam Q.S.
al-Baqarah [2]: 185.
37
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qurn sebagai petunjuk bagi
manusia
dan
penjelasan-penjelasan
mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur (Q.S. al-Baqarah [2]: 185).
12.
Sebagai
pengajaran/pembentang/penjelas
(tibyan)
38
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat
pengajaran
bagi
orang-orang
yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,
dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman (Q.S. Yusuf [12]: 111).
(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orangorang yang bertakwa (Q.S. Ali-Imran: 138).
13.
39
14.
40
Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini
kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai
peringatan bagi orang yang takut (kepada
Allah),Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan
bumi dan langit yang Tinggi(Q.S. Thaha: 1-4).
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak
akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku,
Maka
Sesungguhnya
baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta" (Q.S. Thaha: 123-124).
15.
41
sebagian lainnya.37 Seperti Firman Allah SWT dalam Q.S. AlMaidah: 48.
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang Telah datang
kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami
37 M. Husain Z a habi. Israiliyat dalam Tafsir dan Hadits, trj. oleh Didin
Ha fidhuddin, Litera A ntar-Nusa, (Jakarta; 2003), hl m. 2
42
dua
aspek
dalam
al-Qurn
itu
sendiri:
1)
BAB III
DZIKIR TAHLIL 9 HARI ANTARA SUNNAH DAN BIDAH
A.
Pengertian Dzikir
43
40
.( : )
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Ali Imran, [3]: 191).
Ayat di atas menjelaskan tentang ciri-ciri orang Islam yang oleh alQurn disebut sebagai orang yang berakal, yaitu mereka yang selalu ingat
kepada Allah, kapan pun dan dimana pun. Ayat di atas juga menyebutkan kata
tafakkur yaitu merenung atau memikirkan ciptaan Allah Swt. Dengan
38 Mujaddidul Islam Mafa. Op Cit. hlm. 18.
39 Asrifin An-Nakhrawie. Op Cit. hlm. 8.
40 Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. (Bandung:
Diponegoro, 2000), h. 59.
44
demikian, bertafakkur juga dapat diartikan sebagai dzikir karena orang yang
mengingat ciptaan Allah, maka secara bersamaan ia akan mengingat Allah
Swt.
Adapun makna dzikir yang kedua dalam arti menyebut nama Allah
dapat dilihat dalam Q.S. al-Araf ayat 205,
37
45
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepadaNya dengan penuh ketekunan (Q.S. Al-Muzammil [73] :
8).
Kalimat wadzkurisma rabbika adalah bentuk amr
46
Dan apahila orang-orang kafir itu melihat kamu,
mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok.
(mereka mengatakan): "Apakah Ini orang yang
mencela tuhan-tuhan-mu?", padahal mereka adaIah
orang-orang yang ingkar mengingat Allah yang Maha
Pemurah (Q.S. al-Anbiyaa [21]: 36).
.( )
: : :
46
.
45 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Opcit. jilid 6 juz 17 hlm. 30-31.
46 Al-Imam Jalaluddin As-Suyuti, Al-Haawi li al-Fatawi, Sub Bab natijat (al-Fikr fi alJahr fi adz-Dzikr), hlm. 392.
47
Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman.
dengan nama yang mana saja kamu seru, dia
mempunyai al Asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam
shalatmu
dan
janganlah
pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu" (Q.S. al-Isra [17]: 110).
b.
48
Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaranajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, Maka
barangsiapa
yang
menghendaki,
tentulah
ia
memperhatikannya,
Dan Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi
seluruh umat (Q.S. al-Qalam [80]: 52).
49
Dan Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah
suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu.49
e.
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
Mengetahui (Q.S Al-Jumuah [62] : 9).
50
setiap keadaan dan tidak dikhususkan pada waktu shalat saja.51 Allah Swt
berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu
pagi dan petang (Q.S. al-Ahzab: [33]: 41-42).
Allah juga berfirman,
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram (Q.S. Ar-Rad [13]: 28).
51
Dalil
tentang
larangan
pelaksanaan
52
: )
53
.(
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. al-Maidah, [5] : 3).
Ibadah menurut kaidah Islam tidak akan diterima oleh Allah
kecuali memenuhi 2 syarat, yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti
tata cara rasulullah SAW. Allah berfirman :
54
.(: )
53
55
} {
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas telah
menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepada
kami Amru bin Murrah, aku mendengar Murrah Al Hamdani
berkata, Abdullah berkata, "Sebaik-baik pembicaraan adalah
kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan seburuk-buruk
perbuatan adalah perkara baru, " kemudian beliau mengutip
ayat: '(Apa yang dijanjikan untuk kalian pasti akan datang) '
(Qs. Al an'aam: 134).
Rasulullah Saw, juga bersabda,
55 Shahih Bukhari, Opcit. (6735)
54
56
Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan
kepadaku Malik dari Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Biarkanlah apa yang aku tinggalkan untuk kalian, hanyasanya
orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka gemar
bertanya dan menyelisihi nabi mereka, jika aku melarang kalian
dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian
dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian."
Selanjutnya di dalam al-Qurn Allah SWT juga berfirman,
: )
57
.(
Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu
orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya (QS. al-Kahf, [18] : 103-104).
Atas dasar ini pula lahirlah sebuah kaidah ushul fiqh yang
berbunyi : Hukum asal dari suatu ibadah adalah batal, hingga terdapat
dalil yang memerintahkannya. Maka beribadah dengan dalil istihsan
semata tidaklah dibenarkan dalam agama, karena tidaklah suatu perkara
itu baik melainkan Allah SWT dan rasul-Nya menganggapnya baik dan
56 Ibid (6744)
57 Depag Ri. Opcit. h. 234.
55
tidaklah suatu perkara itu jelek melainkan Allah SWT dan rasul-Nya
menganggapnya jelek.
Pelaksanaan Tahlil secara berjamaah tidak pernah disyariatkan,
apalagi ketika membaca tahlil secara berjamaah dilakukan dengan
mengeraskan suara, maka itu dilarang oleh syariat, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw,
58
.
56
Rasulullah
menganjurkannya,
tentu
memerintahkan
ada
riwayat
atau
yang
bersama-sama
selamanya
bukan
pekerjaan
Rasulullah SAW"59
Al Imam Asy Syafii rahimahullah berkata dalam salah satu
kitabnya yang terkenal yaitu Al Um (1/248):
Aku membenci acara berkumpulnya orang (di rumah keluarga
mayit) meskipun tidak disertai dengan tangisan. Karena hal itu
akan menambah kesedihan dan memberatkan urusan mereka60
Imam Syafii telah berkata:
.Dan aku (Imam Syafii) lebih memilih bagi para imam dan
makmum untuk berdzikir setelah shalat (yang lima waktu)
dengan cara menyembunyikannya (yakni tidak
mengeraskan suaranya), kecuali bila imam harus
mengajarkannya kepada makmum, maka ia (boleh) untuk
59 Imam Al-Syatibi, Al-I'tisham: 1/219
60 Lihat Ahkamul Jana-iz karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
hal. 211
57
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah
di antara kedua itu". (QS. Al Isra': 110).61
Imam Nawawi telah berkata di dalam kitab Syarah Muslim (III/
308, ketika beliau mensyarah hadits no: 2704): Bab (yang di dalamnya
terdapat pembahasan tentang) disukainya kita untuk merendahkan suara
pada saat berdzikir , kecuali pada tempat-tempat yang diperintahkan
oleh Agama untuk dikeraskan, seperti pada saat bertalbiyah, dan lainlain Serta (bab) tentang sabda beliau kepada para shahabatnya, ketika
mereka mengeraskan suara dalam bertakbir: Wahai manusia, hendaklah
kamu menyayangi diri kalian sendiri, karena sesungguhnya kamu
tidaklah menyeru Dzat Yang tuli dan jauh, bahkan kalian menyeru Dzat
Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia itu bersama kalian
(dengan ilmu serta pengawasan-Nya).Makna kata ( )
adalah: Kasihanilah diri kalian sendiri dengan cara merendahkan suara
kalian (di dalam berdzikir), karena meninggikan suara itu hanyalah
dilakukan oleh seseorang yang sedang memanggil orang yang berada
jauh darinya, agar orang yang berada jauh darinya itu dapat
61 Muhammad bin Idris al-Syafii (150-204), al-Um, Juz 1( Darul
Marifah, Beirut, 1393 H), hlm. 127.
58
59
perlu diteliti kembali, sebab pada saat itu tidak tertinggal dari para
Shahabat kecuali sedikit.
Syaikh Zainuddin bin Abdil Aziz al Malibari di dalam kitabnya
Fat-hul Muin (III: 185-186, kitab: Shalat, pada pembahasan dzikir dan
doa setelah shalat) setelah membawakan pernyataan Imam Syafii di
atas secara lengkap dari kitab al Umm, maka ia mengatakan: Adapun
(berdzikir atau berdoa) dengan suara yang sangat keras di dalam
masjid, sehingga mengganggu orang yang sedang shalat, maka sudah
selayaknya hal seperti ini untuk diharamkan.62
b.
60
63
Ahmad bin Mani' dan Ali bin Hujr menceritakan kepada kami,
mereka berkata, "Sufyan bin Uyainah memberitahukan kepada
kami dari Ja'far bin Khalid, dari ayahnya, dari Abdullah bin
Ja'far, ia berkata, 'Ketika datang kabar kematian Ja'far, Nabi
SAW bersabda, "Buatkan makanan untuk keluarga Ja'far,
karena mereka ditimpa sesuatu yang menyibukkan mereka
(kematian)."
2.
Dalil
tentang
anjuran
pelaksanaan
61
64
.(: )
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan
Saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,
dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
64 Depag RI, Opcit. h. 434.
62
65
Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Adalah Rasulullah SAW jika
menshalati jenazah, beliau berdoa, "Ya Allah, ampunilah orang
yang hidup diantara kami dan yang mati diantara kami, dan yang
menyaksikan dan yang tidak bisa hadir diantara kami, anak-anak
kecil dan orang tua diantara kami, laki-laki dan perempuan
diantara kami, Ya Allah siapa yang Engkau hidupkan diantara
kami, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam, siapa yang
Engkau wafatkan diantara kami, maka wafatkanlah ia dalam
keadaan iman, Ya Allah janganlah Engkau halangi pahalanya dan
janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya."
66
Dari Watsilah bin Al Asqa', dia berkata, "Rasulullah pernah
menshalati jenazah seorang laki-laki muslim, aku mendengar beliau
65 Sunan At-Tirmidzi. Opcit. (998). Lihat juga Shahih: Al Ahkam (124), Al Misykah
(1675).
63
67
Dari Auf bin Malik, dia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah
SAW menshalati jenazah seorang laki-laki dari kalangan Anshar,
aku mendengar beliau membaca doa, "Ya Allah, rahmatilah dia,
ampunilah dia dan sayangilah dia, mandikanlah dia dengan air, es,
dan embun, bersihkanlah dia dari dosa dan kesalahan sebagimana
bersihnya baju putih dari kotoran, dan gantikanlah rumahnya
dengan rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), dan
keluarga dengan keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan
hindarkanlah dia dari fitnah kubur dan azab neraka. " Auf
berkata: aku melihat posisiku saat itu, aku berharap dapat
menduduki posisi laki-laki tersebut.
Tahlil dan doa merupakan bagian dari dzikrullah (mengingat
Allah). Sedangkan dzikir merupakan amalan thayyibah yang sangat
dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak sedikit dalam ayat-ayat
al-Qurn maupun al-Hadits Rasul yang menganjurkan untuk senantiasa
memperbanyak sekaligus mendalami makna dan berbagai macam
keutamaan dari dzikrullah, seperti firman Allah,
66 Sunan Ibnu Majah (1227-1521) AlAhkam, Al Misykah (1677).
67 Ibid (1228-1522): Al Irwa (1/42) Al Ahkam (123), Muslim (3/357).
64
). : (
68
69
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari
Malik dari Sumay dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang membaca laa ilaaha illallahu wahdahuu laa
syariika lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli
syai'in qadir Tidak ada ilah (yang berhaq disembah) selain Allah
Yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya
kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya
mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak,
ditetapkan baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan
darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan dari
65
(godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang
yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali
seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu."
.( )
: : :
70
.
Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dengan sanad Shohih
dari ibn Abbas radhiyallaah anhu berkata: Telah bersabda
Rasulullaah Shollallaah alaih wa sallam: Allah Taaala berfirman:
Wahai hamba-Ku apabila engkau berdzikir kepada-Ku di dalam
kesunyian, maka Aku akan mengingatmu di dalam kesunyian pula,
dan apabila engkau berdzikir kepada-Ku dalam kelompok yang
banyak, maka Akupun akan mengingatmu di dalam kelompok yang
jauh lebih baik dan lebih besar
Dalam kitabnya, Ibnu Taimiyah, menjelaskan bahwa sampainya
pahala bacaan dzikir yang dihadiahkan pada mayit.
:
: :
. .
Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya (oleh seseorang) tentang orang
yang membaca tahlil 70.000 kali dan menghadiahkannya kepada
mayit agar menjadi tebusan baginya dari neraka, apakah hal ini
hadits shahih atau tidak?. Dan apabila sseorang membaca tahlil
lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau
tidak? Beliau menjawab, Apabila seseorang membaca tahlil
sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan
kepada mayit, maka hadiah tersebut bermanfaat baginya, dan ini
bukan hadits shahih dan bukan hadits dhaif. Wallahu alam.71
70 Al-Imam Jalaluddin As-Suyuti, Al-Haawi li al-Fatawi, Sub Bab natijat (al-Fikr fi alJahr fi adz-Dzikr), hlm. 392.
66
kajian
al-Hafizh
al-Suyuthi
dalam
al-Hawi
lil-Fatawi.
sebagaimana
dijelaskan
oleh
al-Hafizh
al-Suyuthi.
67
Keempat, pendapat Imam Malik bin Anas, pendiri madzhab Maliki, bahwa
hidangan kematian yang telah menjadi tradisi masyarakat dihukumi jaiz
(boleh), dan tidak makruh. Dalam konteks ini, Syaikh Abdullah al-Jurdani
berkata:
.
Hidangan kematian yang telah berlaku menjadi tradisi seperti
tradisi Juma dan sesamanya adalah boleh menurut Imam Malik.
Pandangan ini mengandung keringanan sebagaimana dikatakan
oleh al-Allamah al-Murshifi dalam risalahnya. 73
Berdasarkan paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa hukum
memberi makan orang-orang yang bertaziyah masih diperselisihkan di
kalangan ulama salaf sendiri antara pendapat yang mengatakan makruh,
mubah dan Sunnat. Di kalangan ulama salaf tidak ada yang berpendapat
haram. Bahkan untuk selamatan selama tujuh hari, berdasarkan riwayat
Imam Thawus, justru dianjurkan oleh kaum salaf sejak generasi sahabat
dan berlangsung di Makkah dan Madinah hingga abad kesepuluh Hijriah.
Nah, dengan demikian, hukum suguhan makanan sebenarnya masih
diperselisihkan di kalangan ulama.
Setelah menjelaskan bahwa seluruh ulama telah sepakat tentang
sampainya pahala bacaan Al-Qurn atau dzikir lainnya kepada mayit,
Sayyid Alawi Al-Maliki, salah seorang guru besar di masjid Al-Haram
pada zamannya berkata: Kalau ada orang menyangka bahwa hal tersebut
73 Syaikh Abdullah al-Jurdani, Fath al-Allam Syarh Mursyid al-Anam,
juz 3 hal. 218.
68
69
Tiap kaum (jamaah atau kelompok orang ) yang berdzikir
menyebut (keagungan nama) Allah. Mereka itu pasti dikelilingi
77 Ibid. hlm. 36.
70
Banyak-banyaklah berdzikir menyebut Allah sehingga kaum
munafik menuduh kalian berbuat riya.
Dalam hadis yang lain:
Perbanyaklah berdzikir mengingat Allah hingga mereka (orangorang munafik itu) menuduh kalian gila.
Al-Baihaqy juga mengetengahkan hadits dari Zaid bin Aslam r.a.
yang menuturkan, bahwasanya Ibnul Adzrui r.a. berkata, (pada suatu
hari) aku bepergian bersama Nabi SAW. Kami melewati masjid, di
dalamnya ada orang yang berdzikir dengan suara keras. Aku bertanya,
Dia memenuhi seruan anda ya Rasulullah? Barang kali ia sedang mencari
pujian! Beliau menjawab, Tidak! Ia seorang Awwah! (beriba hati
menyesali kesalahannya).
Dzikir sebagaimana bisa dilakukan dengan diam-diam juga bisa
dilakukan dengan suara keras. Masing-masing mempunyai keutamaan.
Menurut Syaikh Ismail Usman Zain Al-Yamani Al-Makki bahwa
keutamaan dzikir dengan suara keras lebih banyak. Suara keras itulah yang
menjadi dasar dalam menegakkan syiar-syiar Islam dan aturan-aturannya
seperti dalam adzan, iqamah, takbiratul ihram, dalam shalat dan
78 Ibid, hlm. 57.
71
Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu". (Q.S. Al-Isra: 110).
Maka mengambil jalan tengah dalam hal tersebut itulah yang adil
yaitu dengan alunan suara yang gemulai. Dengan merinci manfaat bacaan
al-Qurn dan berdzikir secara jahran dan sirran, Imam Syuti berhasil
menyerasikan dua hal (jahran dan sirran) dengan menjelaskan bahwa ayat
di atas merupakan ayat Makkiyah yang bertepatan dengan masa turunnya
ayat dan janganlah kamu (hai nabi) mengeraskan suaramu di dalam
sholat, dan jangan pula engkau melirihnya) (Q.S. al-Araf:205). Ayat
tersebut turun pada saat Rasulullah SAW sholat dengan suara agak keras,
72
kemudian di dengar oleh kaum musyrikin Quraisy, lalu mereka memakimaki al-Qurn dan yang menurunkannya. Karena itulah beliau SAW
diperintah
meninggalkan
cara
jahran
guna
mencegah
terjadinya
:
) (
:
.
.
79 Ibid, hlm. 59.
80 H.R. Thabrani dalam Irsyadul Muminin Ila Fadailil Zikri Rabbil
Alamin karya Syaikh Ismail Usman Zain Al-Yamani Al-Makki. (terj. Abdul
Hayyi Nukman, Pengurus NW Lombok Timur, 1996), hlm. 15-16.
73
Dari tsabit, dia berkata: Salman r.a. berada dalam jamaah yang
sedang berdzikir menyebut nama Allah (yakni di masjid), kemudian
ketika Nabi SAW lewat mereka berhenti, maka beliau bersabda:
Apakah yang kalian ucapkan tadi? Dia berkata: Kami
menjawab: Kami berdzikir menyebut nama Allah SWT. Beliau
bersabda: Aku sesungguhnya telah melihat rahmat turun di atas
kalian, maka aku ingin menyertai kalian menerima rahmat itu.
Kemudian beliau bersabda: Puji-pujian bagi Allah yang telah
menciptakan beberapa orang dari ummatku yang akau disuruh
bersabar bersama-sama mereka.81
Menurut Syaikh Ismail Usman Zain Al-Yamani Al-Makki bahwa
dzikir dalam hadits di atas dilakukan dengan suara keras berdasarkan pada
kata-kata ( maka mereka berhenti) dan kata-kata
(apakah yang kalian ucapkan tadi?). Nabi SAW membenarkan apa yang
mereka lakukan, dan memberikan pujian kepada mereka. Hal ini
menunjukan bahwa dzikir dengan suara keras di masjid di syariatkan dan
menunjukan keutamaannya yang agung.
Dari beberapa dalil di atas dapat disimpulkan bahwa berdzikir
kepada Allah dan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah dapat
dilakukan dalam segala keadaan dan situasi, baik di kala kita sedang
duduk, berdiri, berjalan, berjualan, di rumah dan di masjid, sewaktu
mengendarai kendaraan dan sebagainya selama diucapkan dengan ikhlas
semata-mata hanya kepada Allah SWT. Apabila dzikir dilakukan secara
berjamaah, bersama-sama, khalaqah, maka bacaan dzikir itu secara
bersama-sama dengan suara yang lembut, tidak saling mendahului dan
tidak boleh membaca sebagian saja. Jika tatacara atau adab berdzikir itu
74
75
hari telah menjadi tradisi yang diterima secara turun temurun dari nenek
moyang. Kegiatan tersebut, selain dianggap sebagai kegiatan keagamaan
dianggap juga mengandung nilai-nilai sosial keagamaan di dalamnya. Dan
nilai sosial keagamaan inilah yang menjadi pengikat masyarakat, baik dari
sejak proses pemakaman hingga acara tahlilan.
Menurut H. M. Munir, salah seorang tokoh agama mengatakan bahwa
kegiatan tahlilan bagi orang yang meninggal dunia melalui beberapa proses,
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menamatkan al-Qurn
Yasinan
Membaca al-fatihah
Membaca surat al-Ikhlas
Membaca surat al-Falaq
Membaca surat an-Nas; dan
Awal surat al-Baqarah.84
76
dibaca sesuai dengan permintaan tuan rumah yang diniatkan untuk orang
yang meninggal dunia.
Selanjutnya Ust. H. Makruf Haris menjelaskan bahwa bacaan yang
umumnya dilaksanakan dari dulu hingga sekarang adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
77
78
sajian
untuk
masyarakat
yang
melakukan
tahlilan
lebih
79
80
BAB IV
DZIKIR DALAM TRADISI TAHLILAN SEMBILAN HARI
A.
88 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.
1069.
81
82
yang tulus kecuali hanya kepada Allah, tidak hanya mengakui Allah sebagai
Tuhan tetapi juga untuk mengabdi, sebagimana dalam pentafsiran kalimah
thayyibah. Pada perkembangannya, tahlil diistilahkan sebagai rangkaian
kegiatan doa yang diselenggarakan dalam rangka mendoakan keluarga yang
sudah meninggal dunia. Sebenarnya tahlil bisa dilakukan sendiri-sendiri,
namun kebiasaannya tahlil dilakukan dengan cara berjamaah.
Tahlilan bukanlah sebuah kewajiban, jika ditinggalkan berdosa atau
bukanlah perkara yang diwajibkanNya atau ditetapkanNya atau bukanlah
perkara syariat, syarat sebagai hamba Allah. Jika berkeyakinan bahwa tahlilan
adalah sebuah kewajiban yang jika ditinggalkan berdosa maka keyakinan
seperti itu termasuk bidah dholalah karena yang mengetahui atau
menetapkan sesuatu perkara atau perbuatan ditinggalkan berdosa (kewajiban)
atau dikerjakan / dilanggar berdosa (larangan/pengharaman) hanyalah Allah
SWT. Sebagaimana firman-Nya,
83
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa
pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat[536]."
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui (Q.S al-Araf: 32-33).
Tahlilan adalah amal kebaikan, yaitu suatu perkara yang tidak
diwajibkanNya dan tidak bertentangan dengan al-Quran dan Hadits. Tahlilan
adalah sedekah atas nama ahli kubur yang diselenggarakan oleh keluarga ahli
kubur sedangkan peserta tahlilan bersedekah diniatkan untuk ahli kubur
dengan tasbih, takbir, tahmid, tahlil, pembacaan surah Yasiin, Al Fatihah,
dzikir dan doa .
Rasulullah SAW telah menyampaikan bahwa kita boleh bersedekah
atas nama orang yang telah meninggal dunia,
Telah bercerita kepada kami Ismail berkata telah bercerita
kepadaku Malik dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah
radliallahu anha bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada
Nabi shallallahu alaihi wasallam: Sesungguhnya ibuku telah
84
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
Asma` Adl Dlubai Telah menceritakan kepada kami Mahdi bin
Maimun Telah menceritakan kepada kami Washil maula Abu
Uyainah, dari Yahya bin Uqail dari Yahya bin Yamar dari Abul
Aswad Ad Dili dari Abu Dzar bahwa beberapa orang dari sahabat
Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya kepada beliau, Wahai
Rosulullah, orang-orang kaya dapat memperoleh pahala yang lebih
banyak. Mereka shalat seperti kami shalat, puasa seperti kami puasa
dan bersedekah dengan sisa harta mereka. Maka beliau pun
bersabda: Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara
kepada kalian untuk bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah
sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid
85
:
Imam asy-Syafii rahimahullah berkata : disunnahkan agar
membaca sesuatu dari al-Quran di sisi quburnya, dan apabila
mereka mengkhatamkan al-Quran disisi quburnya maka itu bagus92.
Beliau juga berkata:
Aku menyukai sendainya dibacakan al-Quran disamping qubur
dan dibacakan doa untuk mayyit93
Tahlilan hukum asalnya adalah boleh, menjadi makruh jika keluarga
ahli kubur merasa terbebani atau meratapi kematian, menjadi haram jika
dibiayai dari harta yang terlarang (haram), atau dari harta mayyit yang
memiliki tanggungan / hutang atau dari harta yang bisa menimbulkan bahaya
atasnya.
B.
Alasan-Alasan
Masyarakat
Terhadap
Tradisi
Tahlilan 9 Hari
Biasanya acara tahlil dilaksanakan sejak malam pertama orang
meninggal sampai tujuh harinya. Lalu dilanjutkan lagi pada hari ke 40 hari
91 H.R. Muslim 1674
92 Riyadlush Shalihin [1/295] lil-Imam an-Nawawi ; Dalilul Falihin [6/426] li-Imam
Ibnu Allan ; al-Hawi al-Kabir fiy Fiqh Madzhab asy-Syafii (Syarah Mukhtashar
Muzanni) [3/26] lil-Imam al-Mawardi dan lainnya.
93 Marifatus Sunani wal Atsar [7743] lil-Imam al-Muhaddits al-Baihaqi.
86
ke-100, dan hari ke-1000. Selanjutnya dilakukan setiap tahun dengan nama
khol atau haul, yang waktunya tepat pada hari kematiannya. Adapun kegiatan
tahlilan tersebut berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW,
Ada dua lelaki mukmin dan munafik sama-sama mendapat fitnah di
alam kubur. Orang mukmin difitnah selama tujuh hari, dan orang
munafik difitnah selama 40 hari. (Hadits melalui Ubaid ibn Amir
ra.).
Dari sisi periwayatan, hadits ini kurang valid menurut Imam Syafii,
karena sanad menurut penyelidikannya hanya shaheh sampai peringkat
tabiin., kecuali Imam Abu Hanifah dan Imam Malik menganggap hadits ini
shahih. Imam syafii mengetengahkan periwayatan yang dimaksud dalam
kitab Nailul Athar juz 4, melalui Imam Thawus, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya mayit ini difitnah dalam alam kuburnya selama 7
hari. Maka kalian semua, berilah mereka kebahagiaan dengan mengeluarkan
shodaqah kepada mereka selama 7 hari. Kemudian beliau (Imam Syafii)
berpendapat bahwa yang sampai kepada mayit hanya shadaqah, bukan
bacaan-bacaan ikir. Kemudian pendapatnya dilengkapi oleh Imam Abu
Hanifah dan Imam Malik, bahwa yang sampai ke mayit tidak hanya shadaqah
melainkan bacaan-bacaan dzikir pahalanya juga sampai ke mayit.94
Terhadap adanya siksa kubur, Rasulullah Saw bersabda,
87
95
Dari Zaid bin Tsabit RA, dia berkata, "Disaat Rasulullah berada di
kawasan perbatasan bani Najjar di atas keledai dan kami saat itu
bersamanya, tiba-tiba keledai itu meronta dan hampir
menjatuhkannya, ternyata di sana terdapat 6 atau 5 atau 4 makam (dia
berkata, seperti inilah yang diceritakan Jurairi). Kemudian beliau
'?bertanya, "Siapa yang mengetahui penghuni makam-makam itu
Seorang pemuda menjawab, 'Saya.' Lalu beliau bertanya, 'Kapan
mereka meninggal?' Pemuda itu menjawab, 'Mereka seluruhnya
meninggal pada zaman kemusyrikan.' Lalu beliau bersabda,
'Sesungguhnya penghuni makam-makam ini akan menerima bencana
atau siksaan di kuburnya. Kalau mereka belum dimakamkan, maka
aku akan memohon kepada Allah agar kalian dapat mendengarkan
siksa kubur seperti yang aku dengar.' Lalu beliau menghadapkan
95 Abu Husain Muslim bin Hajjaj Al Qusyairi An-Naisaburi, Shahih Muslim, hadits
496 Juz 8, hlm. 160-161.
88
telah
mendoakan
ataupun
96
96 Sunan Ibnu Majah, Bab Jenazah hadis ke 22. Lihat juga Al Misykah (1673), Syifah
Ash-Shalah, (731), Al Ahkam (119).
89
97
Dari Auf bin Malik RA, dia berkata, "Suatu ketika Rasulullah
menshalatkan jenazah, dan saya hafal doa yang beliau ucapkan, yaitu
'Ya Allah ampunilah dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan
maafkanlah ia, muliakan tempat kembalinya, lapangkan kuburnya
dan cucilah ia dengan air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia
dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan
pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya (di dunia) dengan
rumah yang lebih baik (di akhirat), serta gantilah keluarganya (di
dunia) dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan (di dunia)
dengan pasangan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke surgamu dan
lindungi ia dari siksa kubur atau siksa api neraka, ' sehingga saya
berangan-angan, seandainya saja saya yang menjadi mayit itu."
Setelah
pembacaan
tahlil
dan
doa
biasanya
tuan
rumah
90
91
dan anak-istri. Paling tidak beberapa waktu mereka ingat bahwa mereka nanti
akan mati.
C.
92
93
89
94
95
dalam
sebuah
bilangan.
Angka
sembilan
menunjukan
96
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan
Saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan