Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1. Rio Adika Putra 22013010307
2. Adelia Haura Zahrahanny 22013010308
3. Wika kwana suci 22013010302
4. Karina Eka Wardani 22013010305
5. Zahrah Zain Salsabila 22013010309
6. Devi Tri Oktaviani 22013010325
Setelah berbagai transaksi dicatat dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama
kali dilakukan adalah pencatatan di dalam jurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang
lain, pencatatan di dalam jurnal ini biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut
urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang
pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Karena jurnal
merupakan catatan akuntansi yang pertama diselenggarakan dalam proses akuntansi, maka
dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
ada satu transaksi yang tidak dicatat, catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan
penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke
dokumen sumbernya.
JURNAL UMUM
Jika jenis transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom, debit dan
kredit, sudah cukup memadai sebagai catatan akuntansi pertama. Pada gambar dibawah
disajikan contoh jurnal umum yang biasanya digunakan oleh perusahaan kecil untuk
menampung semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi penjualan, pembelian, penerimaan dan
pengeluaran kas, penyusutan aset tetap dan transaksi lainnya. Karena dalam perusahaan kecil
volume transaksinya masih sedikit, jurnal umum seperti tampak pada Gambar di atas cukup
untuk menampung semua jenis transaksi.
1. Kolom Tanggal. Kolom ini diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang diisi
secara berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya transaksi.
2. Kolom Keterangan. Kolom ini diisi dengan keterangan lengkap mengenai transaksi
yang terjadi, seperti nama akun yang didebit dan dikredit, serta penjelasan ringkas
tentang transaksi yang bersangkutan. Misalnya transaksi yang terjadi berupa
pengeluaran kas untuk pembayaran upah karyawan, maka kolom keterangan akan
diisi dengan informasi sebagai berikut:
Kas xx
3. Kolom Nomor Bukti. Kolom ini digunakan untuk mencatat nomor formulir
(dokumen sumber) yang dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal tersebut.
Karena pencatatan dalam jurnal harus dapat diverifikasi ketelitian dan kebenarannya,
nomor ini diperlukan untuk pencarian kembali dokumen sumber yang bersangkutan
dengan transaksi, untuk keperluan verifikasi terhadap transaksi yang telah terjadi.
4. Kolom Nomor Akun. Kolom ini diisi dengan nomor akun yang didebit dan nomor
akun yang dikredit dengan adanya transaksi. Pencantuman nomor akun dalam kolom
ini digunakan untuk proses peringkasan secara periodik, biasanya setiap bulan,
transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu. Pada akhir bulan misalnya,
jurnal umaim ini diringkas, dan hasil ringkasannya dibukukan (posting) ke dalam
akun yang bersangkutan dalam buku besar. Oleh karena itu, seperti telah disebutkan
di atas, dalam sistem akuntansi pokok, jurnal berfungsi untuk menggolongkan
transaksi keuangan dan sekaligus berfungsi untuk meringkas transaksi keuangan yang
terjadi dalam suatu periode akuntansi.
5. Kolom Debit dan Kredit. Kolom ini diisi dengan jumlah rupiah transaksi. Jumlah-
jumlah rupiah dalam kolom ini diringkas (dijumlahkan) menurut nomor akun yang
tercantum dalam kolom nomor akun. Hasil ringkasan menurut nomor akun ini
kemudian secara periodik dibukukan ke dalam akun yang bersangkutan dalam buku
besar.
JURNAL KHUSUS
Jika usaha perusahaan bertambah besar dan jenis transaksi menjadi lebih banyak,
jurnal umum tersebut menjadi tidak mampu lagi menampung berbagai transaksi yang
timbul, yang frekuensi terjadinya semakin tinggi. Dalam hal ini mulai diperlukan jurnal
khusus, selain jurnal umum tersebut, dan dibutuhkan lebih banyak karyawan untuk
menyelenggarakan berbagai jurnal khusus tersebut. Jika transaksi semakin banyak dan
frekuensi terjadinya semakin tinggi, jurnal khusus perlu diperluas lagi dengan
membuatnya berkolom-kolom, agar dapat dihemat waktu yang diperlukan untuk mencatat
setiap transaksi yang terjadi dan untuk mengecek ketelitian pencatatan di dalam buku
pembantu.
Prinsip-prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai berikut:
Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing prinsip dasar perancangan jurnal tersebut di
atas :
a) Jumlah Jurnal yang Memadai. Jika jenis transaksi yang ditangani perusahaan
semakin banyak, dengan frekuensi kejadian yang semakin tinggi, keadaan ini
menuntut penyelenggaraan berbagai jurnal untuk mengimbangi kenaikan kegiatan
bisnis perusahaan tersebut. Oleh karena itu diperlukan perancangan jurnal-jurnal
khusus untuk mencatat berbagai jenis transaksi yang sering terjadi di perusahaan.
Penggunaan berbagai jurnal khusus memungkinkan beberapa karyawan mencatat
dengan segera berbagai transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
b) Jurnal Digunakan untuk Memisahkan Transaksi ke dalam Penggolongan Pokok
Tertentu. Jika kegiatan bisnis perusahaan menjadi besar, transaksi perusahaan yang
terkait dengan penjualan, pembelian, penerimaan, dan pengeluaran kas menjadi
semakin tinggi frekuensinya. Oleh karena itu diperlukan jurnal- jurnal khusus untuk
menggolongkan transaksi perusahaan ke dalam klasifikasi sesuai dengan kegiatan
pokok perusahaan seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, dan pembelian
tersebut.
c) Penggunaan Jurnal Berkolom. Jika frekuensi transaksi yang menyangkut akun
tertentu tinggi, untuk mengurangi pekerjaan pembukuan (posting) yang rinci, harus
digunakan kolom khusus dalam jurnal, sehingga memudahkan pembukuan jumlah
kolom ke dalam akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai contoh, jika
dalam transaksi pengeluaran kas, frekuensi pembayaran utang dagang merupakan
transaksi yang frekuensinya tinggi, maka dalam jurnal pengeluaran kas perlu
dibuatkan kolom khusus untuk mencatat pendebitan akun Utang Dagang. Pada akhir
bulan, pembukuan ke dalam akun Utang Dagang dalam buku besar akan mudah
dilakukan dengan cara menjumlahkan kolom Utang Dagang dalam jurnal pengeluaran
kas tersebut. Lihat Gambar dibawah untuk memperoleh gambaran kemudahan
pembukuan ke dalam akun Utang Dagang dari jurnal pengeluaran kas. Bandingkan
dengan pembukuan kolom "Lain- Lain", yang masih memerlukan klasifikasi akun
yang dicatat di situ lebih dahulu sebelum pembukuan ke dalam akun yang
bersangkutan ke dalam buku besar dilakukan.
d) Nama Kolom dalam Jurnal Harus Sesuai dengan Nama Akun yang
Bersangkutan dalam Buku Besar. Nama kolom dalam jurnal dapat disamakan
dengan alamat, yang menunjukkan ke akun apa informasi keuangan yang dicatat di
situ akan dipindahkan ke dalam buku besar, Buku besar terdiri dari akun-akun yang
merupakan wadah untuk menampung ringkasan informasi dari berbagai jurnal. Tiap-
tiap wadah tersebut diberi nama, sehingga jurnal yang merupakan catatan akuntansi
pertama harus menyalurkan informasi ke alamat wadah yang tepat, agar tidak terjadi
kekeliruan pembukuan ke dalam wadah tersebut. Oleh karena itu, kolom-kolom yang
dibentuk dalam jurnal harus diberi nama sesuai dengan nama akun yang akan dituju
dalam buku besar. Nama kolom Utang Dagang Debit pada gambar di bawah. Jurnal
Pengeluaran Kas menunjukkan nama akun Utang Dagang dalam buku besar yang
akan digunakan untuk menampung jumlah rupiah kolom tersebut. Kata "debit"
sebagai tambahan di belakang nama akun tersebut menunjukkan bahwa jumlah rupiah
kolom tersebut dicatat dalam akun Utang Dagang sebelah debit.
e) Kolom-Kolom dalam Jurnal Digunakan untuk Mengumpulkan Angka yang
Akan Diringkas dalam Akun yang Bersangkutan dalam Buku Besar. Dalam hal
akun tersebut merupakan alun kontrol, terjadi pembukuan ganda, yaitu ringkasan total
dibukukan dari jurnal ke dalam akun kontrol yang bersangkutan dalam buku besar,
dan rinciannya dibukukan dari jurnal atau dari dokumen sumber ke dalam bukou
pembantu. Dalam hal ini harus dilakukan rekonsiliasi periodi antara buku pembantu
dengan akan kontrol yang bersangkutan dalam buku besar, untuk menjamin ketelitian
pencatatan ganda tersebut.
f) Sedapat Mungkin Jurnal Harus Dirancang Sedemikian Rupa Sehingga
Pekerjaan Menyalin Informasi dari Dokumen Sumbernya Dibuat Sangat
Minimum. Jurnal Pengeluaran Kas pada Gambar 4.2 adalah contoh jurnal yang
hampir semua data yang direkam dalam dokumen sumbernya, Bukti Kas Keluar,
disalin di dalamnya. Pekerjaan menyalin informasi merupakan pekerjaan yang
mengandung risiko kesalahan manusiawi.Oleh karena itu dalam merancang jurnal,
sedapat mungkin pekerjaan menyalin informasi dari dokumen sumber ke dalam jurnal
dibuat seminimum mungkin. Dalam metode pembukuan tertentu, dokumen
pembukuan diisi di atas formulir jurnal, sehingga jurnal dihasilkan dari pembuatan
dokumen pembukuan. Dengan demikian pekerjaan menyalin data dari dokumen ke
dalam jurnal dapat dihindari. Sering kali untuk menghindari pekerjaan penyalinan ini,
arsip dokumen dapat menggantikan jurnal Dalam pencatatan transaksi penjualan
misalnya, faktur penjualan dapat disimpan menurut tanggalnya, sehingga dapat
berfungsi sebagai jurnal penjualan.
JENIS JURNAL
Jenis jurnal yang biasanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar adalah sebagai
berikut:
1. Jurnal penjualan
2. Jurnal pembelian
3. Jurnal penerimaan kas
4. Jurnal pengeluaran kas
5. Jurnal umum
Berikut ini diuraikan kegunaan dan bentuk formulir setiap jenis jurnal tersebut :
1. Jurnal Penjualan. Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik
penjualan kredit maupun penjualan tunai. Contoh jurnal penjualan disajikan pada gambar
di bawah. Dari jurnal penjualan ini. manajemen akan dapat memperoleh informasi
mengenai semua jenis transaksi penjualan selama periode tertentu, urut secara
kronologis.
2. Jurnal Pembelian. Jurnal pembelian ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian
kredit. Transaksi pembelian tunai dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Dalam cara
pembukuan tertentu (voucher system), jurnal pembelian digantikan fungsinya oleh
register voucher (voucher register).
3. Jurnal Penerimaan Kas. Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan kas Sumber pokok penerimaan kas perusahaan umumnya dari penjualan
tunai dan penerimaan piutang. Jika frekuensi transaksi kas masih rendah, jurnal
penerimaan kas ini digabungkan dengan jurnal pengeluaran kas dalam satu jurnal yang
disebut jurnal kas.
4. Jurnal Pengeluaran Kas. Jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran kas Contoh jurnal ini disajikan pada gambar Jurnal Pengeluaran Kas.
5. Jurnal Umum. Jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi selain yang dicatat
dalam jurnal khusus. Jika perusahaan hanya menyelenggarakan dua jurnal khusus: jurnal
kas dan jurnal penjualan, maka jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi selain
penerimaan dan pengeluaran kas serta transaksi penjualan. Pada umumnya jurnal umum
berbentuk jurnal dua kolom (artinya kolom rupiahnya hanya terdiri dari dua kolom) yaitu
kolom debit dan kolom kredit, Hal ini dibuat demikian karena transaksi yang dicatat
dalam jurnal umum sangat bervariasi, dengan frekuensi kejadian yang rendah. Jika
transaksi tertentu yang dicatat dalam jurnal umum relatif sering terjadi, maka akun yang
terkait dapat dibuatkan kolom tertentu, sehingga jurnal umum tidak hanya terdiri dari dua
kolom saja.
Jurnal umumnya berbentuk buku yang dijilid. Bentuk jurnal ini banyak dijumpai di
perusahaan yang menggunakan sistem manual di dalam pembukuannya. Jurnal dapat pula
berbentuk lembaran lembaran formulir lepas. Bentuk ini digunakan terutama jika pembukuan
menggunakan mesin pembukuan. Dalam akuntansi dengan komputer, jurnal berbentuk arup
transaksi dalam bentuk pita magnetik (magnetic tape) atau magnetic disk yang setelah dicek
kebenaran dan kesahihannya, digunakan untuk memutakhukan (update) arsip induk (buku
besar dan buku pembantu).
Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mencatat informasi dalam jurnal,yaitu :
1. Dengan pena.
Informasi dalam dokumen sumber disalin dalam jurnal dengan menggunakan tulisan
tangan.
2. Dengan mesin pembukuan.
Informasi dalam dokumen sumber dicatat dalam jurnal dengan men pembukuan,
bersamaan dengan pembukuan ke dalam akun buku pembantu. Pencatatan ke dalam
jurnal dapat pula dilakukan bersamaan dengan pembuatan dokumen sumber, yaitu
dengan menggunakan jawal dan akun buku pembantu sebagai tembusannya pada saat
pembuatan dokumen sumber. Dalam kedua cara tersebut, jurnal diperoleh sebagai
tembusan pencatatan ke dalam akun buku pembantu atau tembusan pencatatan informasi
di dalam dokumen sumber.
4. Dengan komputer
Data dalam dokumen sumber dimasukkan ke dalam sistem komputer melalui keyboard
dan dicatat ke dalam arsip transaksi (transaction file) yang berfungsi sebagai jurnal. Jika
perusahaan menggunakan formulir elektronik, penangkapan data sekaligus dilakukan
pada saat entry ke dalam formulir elektronik dan sekaligus pencatatan ke dalam arsip
transaksi, Arsip transaksi ini setelah divalidasi, kemudian digunakan untuk
memutakhirkan arsip induk (buku besar dan buku pembantu).
LANGKAH PERANCANGAN JURNAL
Berikut ini adalah langkah-langkah yang biasa ditempuh oleh ahli sistem dalam merancang
jurnal,yaitu :
Perancangan Jurnal. Jurnal standar kemudian dipakai sebagai dasar untuk menentukan
kolom-kolom yang harus dicantumkan dalam jurnal khusus. Kolom dalam jurnal ditentukan
atas dasar tingginya frekuensi terkaitnya akun tertentu yang didebit atau dikredit dalam
pencatatan transaksi.
BAB 5 BUKU BESAR DAN BUKU PEMBANTU
f. Akun dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ledger)
Rekening dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ladger),
biasanya digunakan jika perusahaan menggunakan mesin pembukuan sebagai
alat postingnya.
- Kode Rekening
Kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf
atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang
sebelumnya telah dibuat. Kode ini memudahkan identifikasi dan pembedaan
elemen-elemen yang ada di dalam suatu klasifikasi.
a. Tujuan kode yaitu :
1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik.
2. Meringkas data.
3. Mengklasifikasi rekening atau transaksi.
4. Menyampaikan makna tertentu.
B. Buku Pembantu
- Buku pembantu adalah suatu kelompok rekening yang merupakan rincian
rekening tertentu dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk yang
memudahkan dan memperpecepat penyusunan laporan dan neraca percobaan.
Umunya perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai buku pembantu
berikut ini :
a. Buku pembantu persediaan, terdiri dari kartu persediaan yang berisi informasi
baik mengenai kuantitas maupun harga pokok sebagai persediaan.
b. Buku pembantu piutang, terdiri dari kartu piutang yang disusun menurut nama
debitur perusahaan.
c. Buku pembantu utang, terdiri dari kartu utang yang disusun menurut nama
debitur perusahaan.
d. Buku pembantu harga pokok produk, terdiri dari kartu harga pokok produk
yang dugunakan untuk mencatat harga pokok pesanan yang diproduksi
peruahaan.
e. Buku pembantu biaya, terdiri dari kartu biaya yang digunakan untuk mencatat
biaya yang tidak bersangkutan dengan pesanan tertentu (biaya overhead
pabrik) sesungguhnya, biaya admistrasi dan umum, dan biaya pemarasan.
f. Buku pembantu aktiva tetap, terdiri dari kartu aktiva tetap yang digunakan
untuk mencatat semua informasi mengenai aktiva tetap.
1. Posting jurnal ke dalam rekening buku besar dengan tulisan tangan dan posting
dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu dengan cara yang sama, dalam
metode ini dilakukan dengan tulis tangan.
4. Pembukuan tanpa buku pembantu, tidak digunakan buku pembantu. Fungsi buku
pembantu digantikan dengan arsip dokumen sumber.
Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan akun-akun yang digunakan untuk
menyortir dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Akun adalah judul suatu
catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri disebut
dengan debit dan sebelah kanan disebut dengan kredit, sebagai alat untuk mengklasifikasikan
dan mencatat transaksi berdasar prinsip tata buku berpasangan (double entry bookkeeping).
Jika diperlukan rincian akun tertentu dalam buku besar, dibentuklah buku pembantu. Buku
pembantu (subsidiary ledgers) adalah suatu kelompok akun yang merupakan rincian akun
tertentu yang ada dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk untuk memudahkan dan
mempercepat penyusunan laporan dan neraca saldo. Dalam ledgerless bookkeeping, fungsi
buku pembantu ini digantikan oleh arsip dokumen sumber. Akun yang ada dalam buku besar,
yang dirinci dalam buku pembantu disebut dengan akun kontrol (controlling account),
sedangkan akun yang ada dalam buku pembantu, yang merupakan rincian akun tertentu
dalam buku besar disebut dengan akun pembantu (subsidiary account). Data yang di-posting
ke dalam buku pembantu ini diperoleh dari dokumen sumber atau dari jurnal.
• Ada berbagai bentuk formulir akun buku besar: (1) akun dengan debit lebar, (2) akun biasa,
(3) akun berkolom saldo di tengah, (4) akun berkolom saldo, (5) akun ganda berkolom saldo,
(6) akun dengan saldo lama dan saldo baru.
• Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam
laporan keuangan. Dengan demikian susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan
keuangan merupakan dasar untuk menyusun akun-akun yang ada dalam buku besar.
Selanjutnya akun- akun yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan
transaksi yang dicatat dalam jurnal.
• Kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi sebelumnya yang telah
dibuat. Dalam sistem pengolahan data akuntansi, kode memenuhi berbagai tujuan berikut ini:
(1) mengidentifikasi data akuntansi secara unik, (2) meringkas data, (3) mengklasifikasi akun
atau transaksi, (4) menyampaikan makna tertentu.
• Ada 5 metode pemberian kode akun: (1) kode angka atau alfabet urut, (2) kode angka blok,
(3) kode angka kelompok, (4) kode angka desimal, (5) kode angka urut didahului dengan
huruf.
Pemberian kode dengan Kode Angka Urut ini memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
akun diberi kode dengan angka urut, dari angka kecil ke angka besar, (2) jumlah angka (digit)
dalam kode tidak sama, (3) perluasan klasifikasi pada suatu akun akan mengakibatkan
perubahan kode semua akun yang kodenya lebih besar dari kode akun yang mengalami
perluasan.
Pemberian kode dengan Kode Angka Blok ini memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
akun diberi kode dengan blok angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar, (2)
jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama, (3) perluasan klasifikasi pada suatu akun
ditampung dengan menyediakan angka cadangan dalam setiap blok yang diperkirakan akan
mengalami perluasan klasifikasi.
Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih subcodes yang dikombinasikan menjadi
satu kode. Kode Angka Kelompok ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) akun
diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf, (2) jumlah angka dan/atau huruf dalam
kode adalah tetap, (3) posisi angka dan/atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu, (4)
perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan/atau ke kanan.
Dalam merancang rerangka kode akun, berbagai pertimbangan berikut ini perlu
diperhitungkan: (1) rerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan
metode pengolahan data yang digunakan, (2) setiap kode harus mewakili secara unik unsur
yang diberi kode, (3) desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
• Posting ke dalam buku besar dan buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu di
antara 4 metode berikut ini: (1) posting jurnal ke dalam akun buku besar dengan tulisan
tangan dan posting dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu dengan cara yang sama,
(2) posting dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu yang menghasilkan jurnal
sebagai tembusan posting ke dalam akun tersebut, (3) posting ke dalam buku pembantu
sebagai akibat dari pengisian dokumen sumber, yang sekaligus menghasilkan jurnal sebagai
tembusan pengisian bukti tersebut, (3) pembukuan tanpa buku pembantu (ledgerless
bookkeeping).
Posting ke dalam buku besar dan buku pembantu dapat dilakukan dengan salah satu di antara
4 metode berikut ini: (1) posting jurnal ke dalam akun buku besar dengan tulisan tangan dan
posting dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu dengan cara yang sama, (2) posting
dokumen sumber ke dalam akun buku pembantu yang menghasilkan jurnal sebagai tembusan
posting ke dalam akun tersebut, (3) posting ke dalam buku pembantu sebagai akibat dari
pengisian dokumen sumber, yang sekaligus menghasilkan jurnal sebagai tembusan pengisian
bukti tersebut, (3) pembukuan tanpa buku pembantu (ledgerless bookkeeping).
• Dokumen sumber atau media dapat dibagi menjadi golongan: media tunggal dan media
campuran. Media tunggal adalah dokumen sumber yang hanya berisi satu akun yang didebit
atau satu akun yang dikredit. Media campuran adalah dokumen sumber yang berisi lebih dari
satu akun yang dikredit atau lebih dari satu akun yang didebit. Media campuran di-posting ke
akun pembantu dengan salah satu di antara dua cara berikut ini: (1) random posting, (2)
exhaust posting.