Disusun Oleh :
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah– Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Perilaku Organisasi.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perilaku Organisasi. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata
kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya. Kami selaku penyusun sangat mengetahui bahwa
makalah ini jauh darikesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kamidapat
menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah motivasi merujuk pada sebuah keadaan internal yang mengaktifkan dan
memberikan petunjuk kepada pikiran kita. Seseorang mulai lapar apabila melihat iklan
makanan di televisi mengingatkannya bahwa dia memiliki makanan di kulkas dan menuju ke
dapur. Jika motiv rasa lapar tidak diaktifkan,mungkin motifnya untuk berhasil di sekolah
dapat memberikan arahan yang berbeda kepadanya-mungkin membaca buku psikologi. Jika
semua motifnya tidak diaktifkan,dia tidak akan melakukan apa apa. Motif adalah pusat
kehidupan kita yang membangkitkan dan mengarahkan apa yang kita pikirkan,rasakan,dan
kita lakukan.
Beberapa motif seperti rasa lapar berasal dari keadaan psikologis internal.karena kita akan
melihat,beberapa factor internal,seperti tingkat gula dalam darah,penting dalam meregulasi
rasa lapar. Tetapi motif lain,seperti motif motif untuk sukses,tidak berdasarkan pada eadaan
psikologis internal yang sederhana.untuk semua motif,isyarat eksternal berperan penting.
Adapun beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Definisi motivasi?
5. Keterlibatan Pekerjaan?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen yang
bersangkutan dan mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan konsep motivasi dalam
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa individu nampaknya terdorong untuk berhasil, seorang siswa yang berjuang
keras untuk membaca buku teks pelajaran selama lebih dari 20 menit, ternyata mampu
membaca habis buku harry potter selama sehari. Perbedaannya adalah pada situasi. Seperti
yang kita analisis mengenai konsep motivasi, perlu diingat bahwa level motivasi bervariasi,
baik antara perorangan maupun di dalam individu pada waktu yang berbeda.
Empat teori mengenai motivasi pekerjaan dirumuskan selama tahun 1950-an mungkin
masih merupakan yang paling banyak diketahui. Meskipun saat ini diragukan keabsahannya.
Penjelasan yang lebih valid akan dibahas. Akan tetapi empat teori ini mempresentasikan
suatu fondasi. Dan banyak manajer di lapangan masih menggunakan teknologi ini
a. Teori Hierarki kebutuhan
Teori motivasi terbaik yang diketahui adalah teori Hierarki kebutuhan dari Abraham
Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa di dalam setiap manusia terdapat Hierarki lima
kebutuhan
Meskipun tidak ada kebutuhan yang terpuaskan sepenuhnya, kebutuhan yang pada
dasarnya tidak terpenuhi tidak lagi memotivasi. Dengan begitu, sebagaimana setiap
kebutuhan pada dasarnya telah terpenuhi. Maka kebutuhan berikutnya menjadi dominan
dengan demikian apabila ingin memotivasi seseorang menurut Maslow. Anda perlu
memahami pada level Hierarki kebutuhan yang mana seseorang tersebut saat ini dan
pusatkan perhatian pada pemenuhan kebutuhan di level tersebut maupun di atasnya.
Dibawa teori X para manajer meyakini bahwa para pekerja pada dasarnya tidak
menyukai bekerja sehingga harus diarahkan atau bahkan dipaksa untuk melakukan
pekerjaannya. Sebaliknya, dibawah teori Y para manajer beranggapan bahwa para pekerja
memandang pekerjaannya sebagai suatu hal yang alamiah seperti beristirahat atau bermain
dan maka dari itu rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, dan bahkan mencari
tanggung jawab.
Untuk lebih memahami sepenuhnya berpikiranlah seperti pada teori Hierarki Maslow
teori Y menyatakan bahwa urutan kebutuhan yang lebih tinggi akan mendominasi para
individu. McGroger sendiri meyakini bahwa teori Y lebih valid daripada teori X. Maka dari
itu, dia mengusulkan gagasan tersebut sebagai pengambilan keputusan yang partisipatif,
bertanggung jawab dan pekerjaan yang lebih menantang, serta keterkaitan kelompok yang
baik dengan memaksimalkan motivasi seorang pekerja.
Celakanya, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa keduanya, serangkaian asumsi
yang valid atau berlaku pada asumsi teori Y akan meningkatkan jumlah pekerja yang
termotivasi. Teori-teori perilaku organisasi memerlukan dukungan empiris sebelum kita dapat
menerimanya. Teori X dan Teori Y kekurangan dukungan tersebut seperti halnya teori
Hierarki kebutuhan.
Meyakini pada hubungan individu untuk bekerja adalah dasar, dan bahwa sikap terhadap
pekerjaan dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan. Seorang ahli psikolog bernama
Frederick Herdzberg penasaran “ apa yang orang-orang inginkan dari pekerjaan mereka? “.
Dia meminta kepala orang-orang untuk menggambarkan secara terperinci situasi dimana
mereka merasakan sangat baik atau buruk tentang pekerjaan mereka. Tanggapan-
tanggapannya berbeda secara signifikan dan mengarahkan kesimpulan Hertzberg pada teori
dua fakto (two – factor theory). Juga dinamakan teori motivasi murni (motivation hygiene
theory).
Bagi Hertzberg data menunjukan bahwa lawan dari kepuasan adalah bekas ketidakpuasan
sebagaimana yang diyakini sejak dahulu. Menghapuskan karakteristik ketidapuasaan dari
pekerjaan tidak lantas membuat pekerjaan menjadi memuaskan sebagaimana yang
diilustrasikan. Hertzberg mengusulkan sebuah kesinambungan ganda lawan dari “kepuasan”
adalah tidak ada kepuasan dan lawan dari “ketidakpuasan” adalah “tidak ada ketidapuasaan”
Teori dua fakto belum didukung dengan baik dalam literatur, dan memiliki banyak kritik,
kritik-kritik yang disampaikan meliputi berikut ini
Tanpa memperhatikan kritikan – kritikan yang telah dikemukakan, teori Hertzberg lebih
dibaca secara luas, dan hanya sedikit manajer yang tidak terbiasa dengan rekomendasi-
rekomendasinya.
Anda memiliki satu kantong biji-bijianbiji-bijian dan lima sasaran yang ditetapkan di
depan anda masing-masing ditempatkan semakin jauh. Target A hampir dalam jangkauan
lengan. Jika anda mengenainya. Anda akan memperoleh $2,target B sedikit lebih jauh
dibayar $4 tetapi sekitar 80% orang yang berhasil mengenainya. Target C dibayar $8, dan
sekitar 50% orang yang berhasil mengenainya. Sangat sedikit orang yang dapat mengenai
target D tetapi imbalanya $16 bagi seseorang yang dapat melakukannya, terakhir, target E
dibayar $32, tetapi hampir tidak mungkin mencapainya. Akankah anda mengupayakan nya?
Jika anda memilih C, anda mungkin akan berprestasi tinggi. Mengapa? Bacalah penjelasan
berikut ini!
McClelland dan para peneliti berikutnya memuatkan banyak perhatiannya pada (nAch).
Orang yang berprestasi tinggi bekerja dengan sebaik-baiknya ketika mereka mempresepsikan
probabilitas keberhasilan mereka sebesar 0.5-yaitu peluang 50-50 mereka tidak menyukai
pertaruhan dengan peluang kegagalan yang tinggi karena mereka tidak mencapai kepuasan
dari keberhasilan yang datang melalui kesempatan murni. Demikian halnya, mereka tidak
menyukai kegagalan yang rendah (probabilitas kesuksesan yang tinggi) karena disana tidak
terdapat tantangan bagi keahlian mereka. Mereka ingin menetapkan tujuan yang dapat sedikit
melonggarkan mereka sendiri.
Dengan mengandalkan pada jumlah riset yang ekstensif, kita dapat memprediksi
beberapa hubungan diantara kebutuhan pencapaian dengan kinerja. Pertama, ketika pekerja
memiliki derajat tanggung jawab pribadi yang tinggi dan umpan balik serta derajat resiko
yang menengah, orang dengan prestasi yang tinggi akan sangat termotivasi. Misalnya,
mereka berhasil dalam kegiatan kewirausahaan seperti menjalankan bisnis-bisnis mereka
sendiri dan mengelola unit mandiri di dalam organisasi yang besar. Kedua, kebutuhan yang
tinggi untuk mencapainya tidak lantas membuat seseorang menjadi manajer yabg yang baik,
terutama dalam organisasi yang besar. Orang dengan kebutuhan pencapaian yang tinggi
tertarik dengan seberapa baiknya yang mereka kerjakan secara pribadi,dan bukan dalam hal
mempengaruhi orang lain untuk melakukan dengan baik. Tenaga penjualan yang memiliki
kebutuhan akan pencapaian yang tinggi tidak serta merta menjadi manajer penjualan yang
baik dan manajer yang baik dalam suatu organisasi yang besar biasanya tidak memiliki
kebutuhan untuk pencapaian yang tinggi. Ketiga kebutuhan akan afiliasi dan kekuasaan akan
cenderung erat terkait dengan keberhasilan manajerial. Para manajer terbaik memiliki
kebutuhan tinggi akan kekuasaan dan rendah dalam kebutuhan afiliasi. Pada kenyataannya,
motif kekuasaan yang tinggi menjadi persyaratan bagi efektivitas manajerial.
Teori-teori awal mengenai motivasi bahkan tidak bertahan dibawah pemeriksaan dekat atau
turun menjadi tidak disukai. Sebaliknya, Teori-teori Kontemporer memiliki satu persamaan
masing-masing memiliki tingkat yang wajar atas dokumentasi pendukung yang valid. Hal ini
bukan berarti bahwa mereka tidaj dapat disangsikan lagi kebenarannya. Kita menyebutnya
sebagai” teori Kontemporer” karena mereka merupakan pernyataan pemikiran terkini dalam
hal menjelaskan motivasi pekerja.
“ini aneh” kata Marcia “saya mulai bekerja pada lembaga kemanusiaan sebagai seseorang
sukarelawan, saya menghabiskan waktu 15 jam dalam seminggu untuk membantu orang-
orang mengadopsi hewan peliharaan. Saya suka sekali bekerja di sana, tiga bulan lalu mereka
merekrut saya menjadi karyawan waktu penuh dengan bayaran $11 per jamnya, saya
melakukan pekerjaan yang sama seperti yang saya lakukan seperti sebelumnya, tetapi saya
tidak menemukan kegembiraan sebanyak dahulu.
Apakah reaksi Marcia berlawanan dengan intulsi? Ada penjelasan mengenai hal ini
dinamakan teori penentu nasi sendiri (shelf-determination-theory) teori ini berpendapat
bahwa lebih suka jika merasakan memiliki kontrol atas tindakan mereka. Sehingga segala hal
yang menjadikan tugas yang sebelumnya dinikmati berubah menjadi sebuah kewajiban
daripada aktivitas yang dipilih dengan bebas akan meruntuhkan motivasi, banyak riset
mengenai penentuan nasib sendiri dalam perilaku kognitif telah memfokuskan pada teori
evaluasi kognitif (cognitif- evaluatif – theory), yang mana mengemukakan hipotesis bahwa
imbalan secara ekstrinsik akan mengurangi keterkaitan secara instrinsik atau tugas. Ketika
orang-orang dibayar untuk bekerja, sedikit dirasakan sesuatu yang mereka ingin lakukan dan
lebih seperti sesuatu yang mereka harus lakukan. Teori Penentuan Nasib Sendiri juga
mengusulkan cara-cara untuk mencapai kompetensi dan hubungan yabg yang positif dengan
orang lain. Sejumlah besar studi yang mendukung teori penentuan nasib sendiri inilah
implikasi utama yang terkait dengan imbalan kerja.
Ketika organisasi-organisasi menggunakan imbalan secara ekstrinsik sebagai payoff atas
kinerja yang lebih tinggi. Para pekerja merasakan bahwa mereka sedang kurang melakukan
pekerjaan dengan baik karena keinginan secara instrinsik dari mereka sendiri untuk lebih
unggul daripada karena itulah yang diinginkan oleh organisasi. Menghilangkan imbalan
secara ekstrinsik juga dapat mengangkat persepsi perorangan mengenai mengapa dia
mengerjakan tugas dari penjelasan eksternal menjadi internal. Jika anda dapat membaca
sebuah novel dalam waktu satu minggu disebabkan oleh instruktur literatur Inggris yang
mensyaratkan kepada anda untuk melakukannya, anda menganggap bahwa perilaku membaca
anda didorong sumber dari eksternal. Namun, jika anda menemukan diri sendiri terus-
menerus membaca sebuah novel dalam waktu seminggu setelah program kuliah berakhir,
maka kecenderungan alamiah anda yang akan mengatakan “saya menikmati membaca novel-
novel karena saya membacanya dalam seminggu”.
Gene Broadwater, pelatih tim pelari lintas negara dari HamiltonHigh School,
memberikan kepada pasukannya kata-kata terakhir ini sebelum mereka mendekati garis start
dari lomba kejuaraan liga: "Masing-masing dari kalian telah siap secara fisik, Sekarang,
pergilah ke sana dan lakukan yang terbaik. Tidak ada seorang pun yang dapat meminta
kepada kalian lebih dari itu."
Anda telah mendengar pernyataan diri sendiri berkali-kali: "Hanya lakukan yang
terbaik. Itulah yang diminta oleh semua orang. Tetapi apa maksud dari "lakukan yang
terbaik?" Apakah kita dapat mengetahui kita akan mencapai tujuan yang samar-samar atau
tidak? Akankah para pelari lomba lintas negara akan memperoleh catatan waktu yang lebih
cepat jika pelatih Broadwater memberikan tujuan secara spesifik? Riset terhadap teori
penetapan tujuan (goal-setting theory) pada kenyataannya mengungkapkan efek yang
mencengangkan atas ketegasan tujuan, tantangan, dan umpan balik pada kinerja.
Teori efikasi diri (self-efficacytheory) juga dikenal sebagai teori kognitif sosial, atau
teori pembelajaran sosial, mengacu pada keyakinan individu bahwa dia mampu untuk
melaksanakan tugas." Semakin tinggi efikasi diri, semakin Anda percaya diri pada
kemampuan untuk berhasil. Dengan demikian, dalam situusi yang sulit, orang dengan efikasi
diri yang rendah lebih cenderung untuk mengurangi upaya mereka atau menyerahkan
sekaligus, sementara itu orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha dengan lebih
keras untuk menguasai tantangan." Efikasi diri dapat menciptakan spiral yang positif, yaitu
orang dengan efikasi diri yang tinggi akan menjadi lebih terlibat dalam tugas mereka dan
kemudian, pada gilirannya, akan meningkatkan kinerja, yang mana lebih jauh lagi akan
meningkatkan efikasi “. Perubahan dalam efikasi diri dari waktu ke waktu terkait dengan
perubahan dalam kinerja kreatif pula." Para individu yang memiliki efikasi diri tinggi juga
tampak menanggapi umpan balik negatif dengan upaya dan motivasi yang semakin
meningkat, sementara orang dengan efikasi diri yang rendah cenderung untuk mengurangi
upaya mereka setelah memperoleh umpan balik negatif”. Bagaimana para manajer dapat
membantu para pekerja mereka untuk mencapai level efikasi diri yang tinggi? Dengan
menerapkan teori penetapan tujuan dan teori efikasi diri secara bersama-sama.
Teori penetapan tujuan dan teori efikasi diri tidak bersaing, mereka saling melengkapi
satu sama lain. Para pekerja yang memiliki manajer yang menetapkan tujuan yang sulit bagi
mereka akan memiliki level efikasi diri yang lebih tinggi dan menetapkan tujuan yang lebih
tinggi atas kinerja mereka sendiri. Mengapa? Penetapan tujuan yang sulit bagi orang akan
mengartikan kepercayaan anda pada mereka. Bayangkan, saat ini bos anda menetapkan
tujuan yang lebih tinggi bagi Anda daripada rekan sekerja Anda. Bagaimana diangkat, Anda
akan berpikir, "Baiklah, saya menduga bos saya berpendapat bahwa saya mampu
melaksanakannya dengan lebih baik daripada orang lain”. Pemikiran ini ditetapkan dalam
suatu proses gerakan psikologi yang mana anda lebih percaya diri dengan diri anda sendiri
(efikasi diri yang tinggi) dan anda menetapkan tujuan pribadi yang lebih tinggi mengerjakan
dengan lebih baik dimanapun diluar tempat kerja.
Para peneliti yang mengembangkan teori efikasi diri, Albert Bandura, mengusulkan
empat cara efikasi diri yang dapat ditingkatkan."
Menurut Bandura, sumber yang paling penting untuk meningkatkan efikasi diri adalah
kemahiran dalam melaksanakan-yaitu, memperoleh pengalaman yang relevan dengan tugas
atau pekerjaan. Jika Anda mampu melaksanakan pekerjaan dengan berhasil pada masa yang
lalu, maka Anda menjadi lebih percaya diri bahwa Anda juga dapat melakukannya pada masa
yang akan datang.
Sumber yang kedua adalah pemodelan yang dilakukan menajdi lebih percaya diri karena
Anda melihat seorang yang lain mengerjakan tugasnya. Jika teman Anda menjadi lebih kurus,
maka akan meningkatkan kepercayaan diri Anda bahwa Anda juga dapat menurunkan berat
badan. Pemodelan yang dilakukan akan sangat efektif ketika Anda melihat diri Anda sendiri
sama dengan orang yang Anda sedang amati. Menonton pertandingan Tiger Woods yang
memainkan lemparan bola golf yang sulit tidak akan meningkatkan kepercayaan diri Anda
untuk melempar bola golf Anda sendiri, tetapi jika Anda menonton para pegolf amatir seperti
Anda, sangat persuasif.
Sumber yang ketiga adalah bujukan secara lisan: menjadi semakin percaya diri karena
seseorang meyakinkan Anda bahwa Anda memiliki keahlian yang diperlukan untuk mencapai
kesuksesan. Para pembicara motivasi menggunakan taktik ini.
d. Teori Penguatan
Teori penguatan mengabaikan keadaan dari dalam individu dan hanya memusatkan
perhatian semata pada apa yang terjadi ketika dia melakukan beberapa tindakan. Oleh karena
tidak memusatkan perhatian dengan apa yang memcetuskan sebuah perilaku, bukan itu, tetapi
ini sesungguhnya suatu teori motivasi. Teori ini memberikan sarana yang ampuh untuk
menganalisis apa yang mengendalikan perilaku, dan inilah mengapa kita umumnya akan
mempertimbangkannya dalam pembahasan mengenai motivasi.
Teori pengondisian perilaku, mungkin merupakan komponen yang paling relevan dari
teori penguatan bagi manajemen, menyatakan bahwa orang-orang akan belajar untuk
berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang
tidak mereka inginkan. Tidak seperti perilaku yang refleksif atau tidak dipelajari, perilaku
operasional dipengaruhi oleh penguatan atau kurangnya penguatan yang disebabkan oleh
konsekuensinya. Maka dari itu, penguatan akan memperkuat perilaku dan meningkatkan
kemungkinan akan diulangi kembali."
Model-model merupakan pusat bagi sudut pandang pembelajaran sosal Empat proses
yang menentukan pengaruh mereka pada individu:
1. Proses atensi. Orang-orang belajar dari model hanya ketika meveka mengakui
dan mencurahkan perhatian pada fitur pentingnya. Kita cenderung usntuk menjadi
sagat dipengaruhi oleh model-model yang menarik, tersedia berulang kali, penting
bagi kita, atau mirip dengan kita dalam estimasi kita
2. Proses retensi. Pengaruh dari model bergantung pada seberapa baikaya individu
mengingat tindakan model setelah model tidak lagi siap tersedia.
3. Proses reproduksi penggerak. Setelah seseorang melihat suatu perilaku baru
dengan mengobservasi model, mengamati kemudian dikonvcrsi menjadi
melakukan. Proses ini mendemonstrasikan bahwa individu dapat mengerjakan
aktivitas yang dicontohkan.
4. Proses penguatan. Para individu termotivasi untuk memperlihatkan perilaku
yang dicontohkan jika insentif yang positif atau imbalan yang diberikan. Perilaku
yang dikuatkan secara positif diberikan perhatian yang lebih, dipelajari dengan
lebih baik, dan lebih sering dilakukan.
e. Teori Keadilan/Keadilan Organisasi
Ainsley adalah seorang mahasiswa di State University yang ingin bekerja dengan
berbekal gelar sarjana jurusan keuangan. Dengan tujuan untuk memperoleh beberapa
pengalarman kerja dan meningkatkan daya saingnya, dia menerima magang musim panas di
departemen keuangan pada sebuah perusahaan farmasi Dia cukup senang dengan gaji
sebesar: $15 per jam lebih banyak daripada para mahasiswa lainnya dalam kelompoknya
yang menerima magang musim panas mereka. Di tempat kerja dia bertemu dengan Josh,
searang lulusan baru di State University yang bekerja sebagai manajer menengah pada
departemen keuangan yang sama. Josh memperolch 530 per jam.
Pada pekerjaan, Ainsley digambarkan sebagai seorang yang rajin dan giat. Dia
terlibat, merasa puas, dan selalu terlihat bersedia untuk membantu yang lainnya. Josh sedikit
berkebalikan. Dia sering lerlihat kurang tertarik dengan pekerjaannya dan bahkan memiliki
pemikiran untuk keluar dari tempat kerja. Ketika suatu hari didesuk mengenai mengapa dia
tidak bahagia. Josh menyebut bahwa gajinya sebagal alasan utama. Secara spesifik, dia
memberitahukan kepada Ainsley bahwa, dibandingkan dengan para manajer pada perusahaan
farmasi lainnya, dia memperoleh sangat sedikit. "Ini tidak adi’l, keluhnya, ‘Saya bekerja
sekeras mereka, tetapi saya tidak memperoleh sebanyak mereka. Mungkin saya harus
mencari persaingan"
Bagaimana seseorang yang telah memperoleh $30 per jam kurang terpuaskan dengan
gajinya daripada sescorang yang memperolch $15 per jam dan kurang termotivasi sebagai
hasilnya? Jawabannya terletak pada teori keadilan dan, lebih luas lagi, dalam prinsip keadilan
organisasional. Menurut teori keadilan, para pekerja membandingkan apa yang mereka
peroleh dari pekerjaan mereka ("hasil" mereka, misalnya gaji, promosi, pengakuan. stau
mendapat tempat di sudut kantor) pada apa yang mereka masukkan ke dalanrn ya Cinpur"
mereka, misalnya usaha, pengalaman, dan pendidikan), Mereka mengambil rasio hasil
mereka terhadap input mereka dan membandingkannya dengan rasio orang lain, biasanya
seseorang yang sama seperti misalnya rekan sekerja atau seseorang yang melakukan
pekerjaan yang sama. Hal ini diperlihatkan pada Tampilan 7-3. Jika kita meyakini bahwa
rasio kita sama dengan siapa kita membandingkan diri kita sendiri. suatu keadaan keadilan
terjadi dan kita memandang situasi tersebut sama adilnya. J. Stacy Adams mengusulkan
bahwa keadaan tegang yang negatif ini memberikan motivasi untuk melakukan sesuatu untuk
memperbaikinya.
Didasarkan pada teori keadilan, para pekerja yang menganggap sebagai ketidakadilan
1. Mengubah input (mengerahkan sedikit upaya jika bergaji rendah atau upaya iebih
jika bergaji tinggi)
2. Mengubah hasil (para individu dibayar dengan menggunakan dasar hasil kerja
dapat meningkatkan gaji mereka dengan memproduksi kuantitas unit lebih banyak
dengan mutu yang lebih rendah) meningkatkan gaji mereka dengan memproduksi
kuantitas unit yang lebih banyak dengan mutu yang lebih rendah
3. Mengubah persepsi sendiri ("Saya terbiasa berpikir bahwa saya telah bekerja
dengan kecepatan yang sedang, tetapi sekarang saya menyadari bahwa saya telah
bekerja lebih keras daripada orang lain.")
4. Mengubah persepsi orang lain ("Pekerjaan Mike tidak seperti yang saya pikirkan")
5. Pilihlah pembicara yang berbeda ("Saya tidak memperoleh sebanyak kakak ipar
saya tetapi saya melakukan dengan jauh lebih baik daripada yang Ayah saya
lakukan ketika dia seumur saya)
6. Meninggalkan bidang (keluar dari pekerjaan)
f. Teori Ekspektansi
Salah satu penjelasan motivasi yang paling banyak diterima secara luas adalah teori
ekspektansi (expectancy theory) yang dicetuskan oleh Victor Vroom. Meskipun memperoleh
banyak kritikan, banyak bukti yang mendukung teori ini.
Keterlibatan pekerja merupakan suatu proses partisipatif yang menggunakan input pekerja
untuk meningkatkan komitmen mereka kepada kesuksesan organisasi. Logikanya adalah
bahwa apabila kita melibatkan para pekerja dalam keputusan yang mempengaruhi mereka
dan meningkatkan kemandirian serta mengendalikan kehidupan kerja mereka, mereka akan
menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen pada organisasi, lebih produktif, dan lebih
terpuaskan dengan pekerjaan mereka. Manfaat-manfaat ini tidak hanya berlaku bagi individu
saja ketika tim tim kerja diberikan kendali lebih atas kerja mereka, maka moral dan kinerja
akan meningkat.
Program keterlibatan pekerja berbeda antar negara" sebuah studi di atas empat negara,
termasuk Amerika Serikat dan India ,menyatakan pentingnya memodifikasi praktik
pelaksanaan untuk mencerminkan budaya nasional." Sementara itu para pekerja di Amerika
Serikat telah siap menerima program keterlibatan pekerja, para manajer di India yang
berusaha untuk memberdayakan para pekerja mereka diberikan peringkat terendah oleh para
pekerja tersebut. Reaksi-reaksi ini konsisten dengan budaya rentang kekuasaan yang tinggi di
India, yang mana menerima dan mengharapkan perbedaan dalam otoritas. Sama halnya, para
pekerja di Cina yang sangat Memegang teguh nilai tradisional budaya Cina hanya merasakan
sedikit manfaat dan pengambilan keputusan partisipatif, tetapi para pekerja yang lebih
longgar sifat tradisionalnya lebih terpuaskan dan memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi
dengan adanya manajemen partisipatif." Namun,studi lain yang dilaksanakan di Cina
menunjukkan bahwa keterlibatan dapat meningkatkan pemikiran dan perasaan mengenai
keamanan pekerjaan dari para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
2.4. MEMOTIVASI DENGAN DESAIN PEKERJAAN: MODEL
KARAKTERISTIK PEKERJAAN
1. Menggambarkan model karakteristik pekerjaan dan cara untuk memotivasi
dengan mengubah ligkngan kerja.
Menarik, riset mengenai motivasi memfokuskan pada pendekatan yang mengaitkan
konsep-konsep motivasi dengan perubahan dalam cara suatu pekerjaan tersebut disusun.
Desain pekerjaan (job design) merupakan suatu cara dimana elemen-elemen dalam suatu
pekerjan di organisasi.Riset dalam desain pekerjaan (job design) menyatakan bahwa cara
yang mana elemen-elemen dalam suatu pekerjaan di organisasi dapat meningkatkan atau
menurunkan upaya dan juga menjelaskan apa saja elemen-elemen tersebut. Kita pertama
akan meninjau kembali model karakteristik pekerjaan dan kemudian membahas beberapa
cara pekerjaan dapat didesain ulang. Terakhir, kita akan mengupas pengaturan alternatif
pekerjaan.
a. Model Karakteristik Pekerjaan
Model karakteristik pekerjaan (job characteristic model) merupakan suatu model yang
mengusulkan bahwa suatu pekerjaan dapat digambarkan dalam bentuk lima dimensi
utama pekerjaan: keahlian yang bervariasi,identitas tugas, signifikansi tugas,
kemandirian, dan umpan balik. Dikembangkan oleh J. Richard Hackman dan Greg
Oldham, model karakteristik pekerjaan mengatakan bahwa kita dapat menggambarkan
suatu pekerjaan dalam bentuk lima dimensi utama pekerjan.
1. Keahlian yang bervariasi adalah kondisi yang mana suatu pekerjaan memerlukan
aktivitas berbeda yang bervariasi sehingga pekerja dapat menggunakan keahlian dan
bakat yang terspesialisasi.
2. Identitas tugas adalah keadaan di mana suatu pekerjaan memerlukan penyelesaian
secara keseluruhan dan dapat mengidentifikasikan hasil kerja.
3. Signifiansi tugas adalah keadaan di mana suatu pekerjaan memengaruhi kehidupan
atau pekerjaan orang lain.
4. Kemandirian adalah keadaan di mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan,
independensi, dan keleluasaan dalam menjadwalkan pekerjaan dan menentukan
prosedur untuk melaksanakannya.
5. Umpan balik adalah keadaan dimana pelaksanaan aktivitas kerja menghasilkan
informasi secara langsung dan jelas tentang kinerja Anda sendiri. Suatu pekerjaan
dengan umpan balik yang tinggi adalah merakit iPad dan mengujinya untuk melihat
apakah mereka bekerja dengan tepat. Seorang pekerja pabrik yang merakit iPad tetapi
kemudian mengirimkan mereka kepada seorang pengawas pengendalian mutu untuk
menguji dan membuat penyesuaian akan memperoleh umpan balik yang rendah dari
aktivitasnya.
2. Membandingkan cara-cara utama agar pekerjaan dapat didesain ulang
Bagaimana Pekerjaan dapat Didesain Ulang?
Tugas-tugas yang berulang seperti petugas penjaga mesin pabrik hanya memberikan
sedikit variasi, kemandirian, atau motivasi dalam pekerjaan. Sebalikya, pekerjaannya di
pemasaran menantang dan menstimulasi. Mari kita lihat beberapa cara untuk
menempatkan JCM ke dalam praktik untuk membuat pekerjaan menjadi lebih
memotivasi.
a. Rotasi pekerjan
Rotasi pekerjaan (job rotation) merupakan pergeseran pekerjaan secara berkala dari
satu tugas ke tugas lainnya. Jika para pekerja menderita akibat rutinisasi pekerjaan
mereka yang berlebihan, salah satu alternatif adalah rotasi pekerjaan dengan persyaratan
keahlian yang sama pada level organisasi yang sama. Di Singapore Airlines, seorang
agen tiket dapat mengambil tugas menangani bagasi. Rotasi pekerjaan yang ekstensif
merupakan salah satu alasan Singapore Airlines diperingkatkan sebagai salah satu
maskapai penerbangan terbaik di dunia. Banyak perusahaan manufaktur telah
mengadopsi rotasi pekerjaan sebagai suatu sarana untuk meningkatkan fleksibilitas dan
menghindari pemecatan. Para manajer pada perusahaan-perusahaan ini melatih para
pekerja dengan semua peralatan mereka sehingga mereka dapat berpindah-pindah
sebagaimana diperlukan dalam menanggapi order-order yang masuk. Meskipun rotasi
pekerjaan seringkali dikonseptualisasikan sebagai aktivitas bagi para pekerja lini
perakitan dan manufaktur, banyak organisasi menerapkan rotasi pekerjaan bagi para
manajer baru untuk membantu mereka mendapatkan gambaran keseluruhan bisnis pula.
Kelebihan dari rotasi pekerjaan adalah bahwa hal ini mengurangi kebosanan,
meningkatkan motivasi, dan membantu para pekerja memahami dengan lebih baik
bagaimana pekerjaan mereka memberikan kontribusi bagi organisasi. Bukti internasional
dari Italia, Inggris dan Turki memperlihatkan bahwa rotasi pekerjaan dihubungkan
dengan level kinerja organisasi yang lebih tinggi dalam pengaturan manufaktur. Namun,
rotasi pekerjaan memiliki kelemahan-kelemahan. Biaya pelatihan meningkat, dan
memindahkan seorang pekerja ke dalam posisi baru akan menurunkan produktivitas
hanya ketika efisiensi pada pekerjaan sebelumnya menciptakan nilai ekonomi organisasi.
Pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan yang mana
membuat pengambilan keputusan menjadi lebih otomatis dan efisien. Rotasi pekerjaan
dapat menciptakan gangguan ketika para anggota kelompok kerja harus menyesuaikan
dengan para pekerja baru. Para supervisor harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memonitor pekerjaan dari para pekerja yang baru
dirotasi.
b. Pengayaan Pekerjaan Pengayaan pekerjaan
Robin dan chris keduanya lulus dari perguruan tinggi beberapa tahun yang lalu dengan
memperoleh gelar dalam bidang pendidikan dasar dan menjadi guru kelas 1 di distrik sekolah
yang berbeda. Robin langsung mengalami konfrontasi dengan sejumlah hambatan"beberapa
pekerja lama berseteru dengan perekrutannya, terjadi ketegangan antara bagian administrasi
dengan para guru, dan para murid memiliki sedikit ketertarikan dalam pembelajaran. Rekan
kerja chris menunjukkan bahwa mereka senang bekerja dengan seorang lulusan baru, para
murid yang antusias dengan pembelajaran ,dan seorang kepala sekolah yang sangat
mendukung. Tidak mengejutkan, pada akhir tahun pertama ,Chris telah menjadi seorang guru
yang sangat jauh lebih efektif dari pada Robin.
Dan memiliki hubungan sosial yang baik bahkan dapat membuat tugas yang sangat
membosankan dan berat Lebih memuaskan. Riset menunjukkan bahwa aspek sosial dan
konteks kerja sama pentingnya dengan fitur desain pekerjaan lainnya. Kebijakan-kebijakan
seperti rotasi pekerjaan ,memberdayakan pekerjaan dan peran serta pekerja memiliki efek
positif terhadap produktivitas, setidaknya ,sebagian karena mereka mendorong lebih banyak
komunikasi dan lingkungan sosial yang positif.
3.1. Kesimpulan
Menurut, pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan
sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.
Motivasi berfungsi untuk sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu disetiap aktifitas yang
dilakukan, penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi
perbuatan, pendorong usaha untuk mencapai prestasi. Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu
motivasi positif, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang berprestasi, diharapkan mereka
akan dapat lebih berprestasi dan motivasi negatif yaitu dengan memberi hukuman bagi yang
bersalah, tentunya agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Pemberian hukuman, memang efektif untuk mencegah kesalahan. Namun, sikap
untuk tidak berbuat salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau dapat
meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik. Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi
ini digunakan dalam porsi dan waktu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan
pemahaman diri. Referensi yang kami ketahui berdasarkan pendapat Rogers mendasarkan
teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang
mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri
seluruh manusia. Selain pendapat Rogers, kami juga memperoleh referensi dari Maslow yang
menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas
apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi.
Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian
berlanjut ke kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-
actualization). Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi,
perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang. Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau
penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para
psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik
seseorang untuk beberapa tujuan. (Iram, 2008).
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas
mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan
perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi
mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul
“Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori
Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai
oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada
hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah,
1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland
(1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus
mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan
lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya.
Teori motivasi kompetensi menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan
untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan lingkungannya. Keterampilan tersebut
antara lain keterampilan untuk mengevaliasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas
tersebut, nilai tugas siswa, harapan untuk tugas dalam tugas, patokan keberhasilan tugas,
locus of control dan penguatan diri. Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno
(2010) bahwa motivasi dapat dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang
timbul dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain.
3.2. Saran
a. Dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi.
b. Diharapkan pembaca dapat termotivasi dengan meningaktkan proses pembelajaran.
c. Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai motivasi untuk
belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari
luar, seperti lingkungan.
d. Pendidik harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
e. Diperlukannya usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi belajar khususnya
dari pihak orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah untuk meningkatkan hasil
belajar anak.
f. Disarankan supaya guru meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode
demonstrasi.
g. Disarankan agar guru mampu mengembangkan atau melatih siswa agar lebih terampil.
h. Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan dalam proses belajar-mengajar dimasa
mendatang sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat
memotivasi siswa untuk terus belajar.
i. Disarankan dapat lebih fokus dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil belajar
dapat melibatkan aspek moral dan aspek emosional.
j. Sebaiknya pendidik ataupun sebagai konselor memahami peran motivasi dalam
belajar, supaya dapat memberikan motivasi terhadap peserta didik sehingga peserta
didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil yang optimal.