Anda di halaman 1dari 6

Konsep Dasar Motivasi

Definisi Motivasi

Motivasi adalah proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan
seseorang sebagai upaya untuk mencapai tujuan. Karena motivasi secara umum berkaitan
dengan upaya atau usaha menuju setiap tujuan, kita akan mempersempit fokus menjadi
tujuan organisasi terhadap perilaku terkait pekerjaan

Kekuatan (intensity) menggambarkan seberapa keras seseorang dalam berusaha yang


merupakan elemen penting dalam menekuni motivasi. Kekuatan yang besar tidak
mungkin menghasilkan kinerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dialurkan dalam
suatu arahan (direction) yang memberikan keuntungan dalam organisasi. Jadi perlu
mempertimbangkan mutu agar seimbang dengan kekuatan yang dimiliki. Motivasi
memiliki juga dimensi ketekunan (persistence). Ketekunan mengukur berapa lama
seseorang dapat memertahankan usahanya.

Teori-teori Awal Mengenai Motivasi

1. Teori Hierarki Kebutuhan


Teori motivasi paling baik yang diketahui adalah teori hierarki kebutuhan dari
Abraham Maslow, bahwa setiap manusia memiliki hierarki 5 kebutuhan :
1. Fisiologis. Meliputi lapar,haus, tempat perlindungan, seks, kebutuhan fisik lainnya
2. Rasa aman. Keamanan dan perlindunga dari bahaya fisik dan emosional
3. Sosial. Kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan
4. Penghargaan. Faktor-faktor internal misalnya rasa harga diri, kemandirian, dan
pencapaian, serta faktor-faktor eksternal misalnya status, pengakuan, dan
perhatian
5. Aktualisasi diri. Dorongan yang mampu membentuk seseorang untuk menjadi
apa. Meliputi, pertumbuhan, mencapai potensi diri, dan pemenuhan

Meskipun tidak ada kebutuhan yang terpuaskan sepenuhnya, kebutuhan yang


sudah terpenuhi, tidak lagi memotivasi dan kebutuhan berikutnya menjadi dominan.
Dalam Maslow, kebutuhan fisiologis adalah urutan kebutuhan yang lebih rendah,
sedangkan aktualisasi diri adalah yang paling tinggi.

2. Teori X dan Teori Y


Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan ada dua
sudut pandang berbeda mengenai manusia, yaitu : sisi negativ atau berlabel teori X,
dan yang satu lagi mendasar secara positif.
Dibawah teori X, manajer meyakini bahwa karyawan pada dasarnya tidak
suka bekerja sehingga harus diarahkan atau dipaksa untuk melakukan pekerjaannya.
Sebaliknya, teori Y, beranggapan bahwa para pekerja memandang pekerjaannya
sebagai hal yang alamiah seperti beristirahat atau bermain, sehingga rata-rata orang
dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab.
Untuk lebih memahami, refleksikan seperti teori Maslow, bahwa teori Y
menyatakan bahwa urutan kebutuhan yang lebih tinggi akan mendominasi para
individu. Namun tidak ada bukti yang menyatakan bahwa keduanya adalah
serangkaian asumsi yang valid.
3. Teori Dua-Faktor

Teori dua-faktor adalah suatu teori yang mengaitkan faktor-faktor intrinsik dengan
kepuasan kerja dan menghubungkan faktor ekstrinsik dengan ketidakpuasan kerja
yang diteliti oleh Hertzberg. Teori ini disebut juga teori motivasi murni. Adapun faktor
murni yaitu seperti kebijakan dan administrasi perusahaan (gaji pokok yang seketika
memadai dalam pekerjaan, mampu menenangkan pekerja. Ketika faktor ini memadai,
pekerja tidak akan puas.

Sudut Pandang yang Berlawanan antara Kepuasan dan ketidakpuasan

Sudut pandang tradisional

Kepuasan ketidakpuasan

Sudut pandang Hertzberg

Kepuasan tidak ada kepuasan

Faktor-faktor murni

Tidak ada ketidakpuasan ketidakpuasan

Kritikan mengenai teori dua-faktor


1. Metodologi Herztberg terbatas karena bergantung pada laporan pribadi. Ketika
segalanya berjalan dengan baik, orang akan memuji, dan sebaliknya.
2. Metodologi hertzberg dipertanyakan. Para penilai harus mengintepretasikan salah satu
respon degan satu cara,sementara memerlakukan respon lain yang mirip dengan beda.
3. Tidak keseluruhan ukuran kepuasan dimanfaatkan
4. Hertzberg berpendapat bahwa terdapat hubungan antara kepuasan dan produktivitas,
tetapi hanya melihat pada kepuasan. Untuk jadi relevan, harus mengansumsikan
adanya hubungsn yang kuat diantara kepuasan dengan produktivitas

4 Teori Kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan McClelland adalah teori yang menyatakan bahwa pencapaian,


kekuasaan, dan afiliasi adalah tiga kebutuhan yang penting dan dapat membantu dalam
menjelaskan motivasi. Adapun teori ini dikembangkan oleh David McClelland dkk, yang
melihat ada 3 kebutuhan :

1. Kebutuhan akan pencapaian (nAch) adalah dorongan untuk berprestasi, untuk


pencapaian yang berhubungan dengan serangkaian standar
2. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow) adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dengan cara yang tidak akan dilakukan tanpa dirinya
3. Kebutuhan akan afiliasi (nAff) adalah keinginan untuk hubungan yang penuh
dengan persahabatan dan interpersonal yang dekat.

McClelland kemudian memusatkan pada kebutuhan nAch . Mereka tidak


menyukai pertaruhan dengan peluang kegagalan yang tinggi karena mereka tidak
mencapai kepuasan dari keberhasilan yang datang melalui kesempatan murni.

Dengan jumlah riset yang ekstensif, dapat memprediksikan hubungan diantara


kebutuhan pencapaian dan kinerja.

1. Ketika pekerjaan memiliki derajat tanggung jawab pribadi yang tinggi dan
umpan balik dan derajat resiko menengah, orang yang berprestasi tinggi akan
sangat termotivasi.
2. Kebutuhan yang tinggi untuk mencapainya tidak lantas membuat seseorang
menjadi manajer yang baik, terutama pada organisasi yang besar. Apabila
kebutuhan akan pencapaian yang tinggi, mereka akan tertarik dalam seberapa
baik kinerja secara pribadi.
3. Kebutuhan akan afiliasi dan kekuasaan cenderung erat terkait dengan
keberhasilan manajerial karena manajer terbaik memiliki kebutuhan yang
tinggi.

Kekurangan dari teori ini yaitu memiliki efek kurang praktis karena prosesnya
memakan waktu yang lama dan biaya mahal.

Teori-teori Kontemporer Mengenai Motivasi

Teori ini merupakan pernyataan pemikiran terkini dalam menjelaskan motivasi pekerja.

1. Teori Penentuan Nasib Sendiri

Teori penentua nasib sendiri adalah teori motivasi yang memusatkan perhatian pada
pengaruh yang menguntungkan dari motivasi secara intrinsik dan pengaruh yang
merugikan bagi motivasi secara ekstrinsik. Maksudnya, orang-orang lebih suka jika
merasakan memiliki kontrol atas tindakan mereka, sehingga segala hal yang menjadikan
tugas yang sebelumnya dinikmati berubah menjadi kewajiban daripada aktivitas yang
diilih dengan bebas akan meruntuhkan motivasi

Teori Evaluasi Kognitif adalah versi dari teori penentuan nasib sendiri yang
berpegang teguh pada mengalokasikan imbalan secara ekstrinsik atas perilaku yang
sebelumnya telah memperoleh imbalan secara intrinsik yang cenderung pada penurunan
keseluruhan tingkat motivasi jika imbalan terlihat sebagai pengendalian.

Kesesuaian Diri adalah keadaan dimana alasan seseorang mencapai tujuan adalah
sejalan dengan minat dan nilai utama mereka. Jika individu mengejar tujuan karena sebab
intrinsik, maka mereka cenderung untuk memperoleh tujuan dan bahagia, bahkan jika
gagal, karena prosesnya sesuai denga mereka, dan menyenangkan. Sebaliknya jika
individu mengejar tujuannya oleh sebab ekstrinsik (uang, status, keuntungan lain), kurang
cenderung memperoleh tujuan, dan kurang bahagia bahkan ketika dia nerhasil
memerolehnya.

Jadi intinya, pilihlah pekerjaan dengan alasan selain imbalan ekstrinsik.


2. Keterlibatan pada Pekerjaan

Keterlibatan pada Pekerjaan adalah investasi atas fisik, kognitif, dan energi emosional
pekerja ke dalam kinerja. Orang yang lebih cenderung untuk terlibat dalam pekerjaan
mereka biasanya keadaan yang mana pekerja meyakini manfaat untuk terlibat dengan
pekerjaan. Yang kedua kesesuaian diantara nilai perorangan dengan nilai organisasi.

3. Teori penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan adalah teori yang mengatakan bahwa tujuan yang spesifik dan
sulit, dengan umpan balik akan mengarahkan pada kinerja yang lebih tinggi. Tujuan yang
spesifik, akan menghasilkan output yang lebih tinggi daripada tujuan yang digeneralisasi.
Karena ketegasan itu akan bertindak sebagai pendorong secara internal. Individu akan
termotivasi oleh tujuan-tujuan yang sulit karena, pertama tujuan yang menantang
memperoleh perhatian dan membantu kita memfokuskan diri, kedua, tugas yang sulit
akan membangkitkan energi kita karena harus bekerja keras untuk mencapainya. Terakhir
tujuan yang sulit, tentu akan mempertahankan kita untuk usaha mencapainya.

Jika pekerja mampu menetapkan tujuan mereka sendiri, akankah mereka berusaha
lebih keras? Bukti yang ada bercampur, ada yang tinggi, dan rendah. Teori ini
mengasumsikan bahwa individu yang berkomitmen pada tujuan dan ditetapkan untuk
tidak merendahkan atau menelantarkannya. Individu (1) meyakini bahwa dia dapat
mencapainya (2) ingin mencapainya. 2 kategori perilaku dalam mengejar tujuan :

1. fokus promosi, suatu strategi pengaturan diri yang melibatkan upaya pencapaian
tujuan melalui kemajuan dan pencapaian
2. Fokus pencegahan, suatu strategi pengaturan diri yang melibatkan upaya pencapaian
tujuan melalui pemenuhan tugas dan kewajiban

Mengimplementasikan Penetapan Tujuan ( MBO)

Yaitu dengan manajemen berdasarkan tujuan, dimana adalah suatu program yang
meliputi tujuan secara spesifik, ditetapkan secara partisipatif, dalam suatu periode waktu
yang eksplisit, dengan umpan balik atas perkembangan tujuan yang merupakan 4 bahan
dari MBO.
4 . Teori Efikasi Diri

Anda mungkin juga menyukai