Penyusun :
NIM : 44319039
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat dan taufik serta hidayah-Nyalah akhirnya makalah
ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Psikologi Industri.
2
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi
Secara bahasa, motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation”, yang
berarti “dorongan” atau “daya batin”. Sedangkan secara istilah motivasi
adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat serta memiliki tujuan tertentu.
Kita tahu bahwa motivasi merupakan hasil interaksi antara individu
dengan situasi. Tentu saja, setiap individu memiliki dorongan motivasional
dasar yang berbeda-beda. Sekarang dapat kita definisikan motivasi sebagai
suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya. Sementara motivasi umum berkaitan
dengan usaha mencapai tujuan apa pun, kita akan mempersempit focus
tersebut menjadi tujuan-tujuan organisasional untuk menecerminkan minat
kita terhadap perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.
Berikut ini adalah tiga elemen utama dari definisi motivasi.
- Intensitas, berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Ini
adalah elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika kita
membicarakan tentang motivasi.
- Arah, intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan menghasilkan prestasi
kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah
yang menguntungkan organisasi. Dengan demikian kita harus
mempertimbangkan kualitas serta intensitas upaya secara bersamaan.
- Ketekunan, dimensi ini merupakan ukuran mengenai berapa lama
seseorang bisa mempertahankan usahanya. Individu-individu yang
5
bertahan melakukan tugas dalam waktu yang cukup lama demi mencapai
tujuan mereka.
6
Kepuasan Kerja
Lock ( 1995 )
Robbins ( 1996 )
Porter ( 1995 )
7
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa :
8
4. Penghargaan, meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti
hormat diri, otonomi, dan pencapaian, dan faktor-faktor
penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian
5. aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorang sesuai
kecakapannya, meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi
seseorang, dan pemenuhan diri sendiri
9
- Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor
lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi
10
Teori yang menyatakan bahwa pencapaian, kekuatan, dan hubungan
adalah tiga kebutuhan penting yang membantu menjelaskan motivasi.
Teori ini dikembangkan oleh David McClelland, yang didefiniskan
berikut ini.
Kebutuhan pencapaian: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-
standar, berusaha keras untuk berhasil
Kebutuhan kekuatan: kebutuhan untuk membuat individu lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku
sebaliknya
Kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin suatu hubungan
antarpersonal yang ramah dan akrab
Teori Evaluasi Kognitif
Teori ini menjelaskan bahwa pengenalan penghargaan ekstrinsik,
seperti imbalan kerja, untuk usaha kerja yang sebelumnya memuaskan
seacar intrinsic karena kesenangan yang berhubungan dengan isi dari
pekerjaan itu sendiri cenderung menurunkan seluruh motivasi.
Perkembangan teori evaluasi koginitif baru-baru ini adalah indeks
diri, yang mempertimbangkan tingkat sampai mana alasan-alasan
seseorang untuk mengejar suatu tujuan konsisten dengan minat dan
nilai-nilai inti mereka. Sebagai contoh, apabila para individu mengejar
tujuan-tujuan karena minat intrinsic, cenderung mencapai tujuan-
tujuan mereka dan merasa senang meskipun mereka tidak mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
Teori Penentuan Tujuan
Teori bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit dengan umpan balik,
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Teori ini mengisyaratkan
bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan tersebut, yang
berarti, seorang individu memutuskan untuk tidak merendahkan atau
megabaikan tujuan tersebut.
Teori Efektivitas Diri
11
Teori ini merujuk pada keyakinan seorang individu bahwa ia mampu
mengerjakan suatu tugas. Semakin tinggi efektifitas diri Anda,
semakin tinggi rasa percaya diri yang Anda miliki dalam kemampuan
Anda untuk berhasil dalam suatu tugas. Selain itu, individu yang
mempunyai efektivitas diri yang tinggi tampaknya merespons umpan
balik negative dengan usaha dan motivasi yang lebih tinggi.
Teori Penguatan
Teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-
konsekuensinya. Dalam teori ini, kita mempunyai sebuah pendekatan
perilaku, yang menunjukkan bahwa penguatan memengaruhi perilaku.
Teori ini mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada
apa yan terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.
Teori Keadilan
Teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil
pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang
lain, dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan.
Selain itu, adalah penting untuk memerhatikan bahwa ketika sebagian
besar penelitian tentang teori keadilan berfokus pada imbalan kerja,
karyawan tampaknya mencari keadilan dalam distrivusi penghargaan
organisasional yang lain.
Teori Harapan
Teori harapan dari Victor Vroom menunjukkan bahwa kekuatan dari
suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung
pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti
dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut. Teori ini berfokus pada tiga hubungan, yaitu:
o Hubungan usaha—kinerja
o Hubungan kinerja—penghargaan
o Hubungan penghargaan—tujuan-tujuan pribadi
12
Teori harapan membantu menjelaskan mengapa banyak pekerja tidak
termotivasi dalam pekerjaan-pekerjaan mereka dan hanya melakukan
usaha minimum untuk mencapai sesuatu.
13
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah
dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih
penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha
mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status
sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil
(fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.
Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi
maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi
memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya,
kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu
banyak atau sedikit).
Rekan kerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang
berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang
ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang
meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari
kepuasan.
Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan
sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan
bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih
besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena
sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai
kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
14
2.4 PENGUKURAN KEPUASAN KERJA
15
- Keluar : perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi,
termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri
- Aspirasi : secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki
kondisi, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah
dengan atasan, dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja
- Kesetiaan : secara pasif tetapi optimistif menunggu membaiknya
kondisi, termasuk membela organisasi ketika berhadapan denagn
kecaman eksternal dan memercayai organisasi dan manajemennya
untuk “melakukan hal yang benar”
- Pengabaian : secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih
buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-
menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.
16
Adanya sebuah pengait penting dari hubungan kepuasan-perputaran
karyawan adalah tingkat kinerja karyawan. Khususnya tingkat kepuasan
tidak begitu penting dalam memprediksikan perputaran karyawan untuk
pekerja-pekerja ulung. Karena organisasi biasanya melakukan banyak
upaya untuk mempertahankan orang-orang ini. Mereka mendapatkan
kenaikkan bayaran, pujian, pengakuan, peluang promosi yang meningkat,
dan lain-lain. Tanpa memerhatikan tingkat kepuasan, yang terakhir
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tinggal dengan organisasi
karena pengakuan, pujian dan penghargaan-penghargaan lain memberi
mereka lebih banyak alasan untuk tinggal.
Kepuasan Kerja dan Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Ketidakpuasan kerja memprediksi banyak perilaku khusus, termasuk
upaya pembentukan serikat kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian di
tempat kerja, pergaulan yang tidak pantas, dan kelambanan. Kuncinya
adalah apabila karyawan tidak menyukai lingkungan kerja mereka, entah
bagaimana mereka akan merespons. Adalah tidak selalu mudah untuk
meramalkan dengan pasti bagaimana mereka akan merespons.
17
adanya gangguan-gangguan selama kerja, kekurangan fasilitas kerja dan lain
sebagainya.
Sumber-sumber kepuasan kerja antara lain :
Mengetahui dirinya telah berhasil dalam kerjanya;
Merasa senang telah dapat menggunakan pengeta-huan/keterampilannya;
Mendapatkan pengembangan keterampilan pribadi secara mental dan
fisik;
Kegiatan itu sendiri;
Perkawanan dan kebersamaan;
Kesempatan mempengaruhi orang lain;
Penghargaan (respect) dari orang lain;
Waktu untuk bepergian dan liburan;
Keamanan dalam penghasilan dan kedudukan;
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Ada beberapa teori pada zaman dulu dan teori kontemporer. Serta
ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, yang terdiri
atas: seberapa puas individu dengan pekerjaan mereka, apa yang
menyebabkan kepuasan kerja, serta pengaruh dari karyawan yang
tidak puas dan puas di tempat kerja.
3.1 Saran
Fraser, T.M. 1992. Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
19
Judge, Timothy dan Robbins, Stephen. 2009. Perilaku Organisasi:
Organizational Behaviour. Jakarta: Salemba Empat.
20