MELATI
Lakon
Surabaya,
Pukul 21:22
1
TOKOH
SESEORANG 1
SESEORANG 2
SESEORANG 3
SESEORANG 4
KALAU KAU MAU, KITA BISA MENJADIKAN TOKOH KITA SIAPA SAJA, APA
SAJA, BERAPA PUN
WAKTU
KALAU KAU MAU, KITA BISA MELETAKKAN WAKTU INI DIMANA PUN, KAPAN
PUN, BERAPA PUN
TEMPAT
DAN KALAU KAU MAU PULA, KITA BISA MELETAKKAN TEMPAT INI DI MANA
SAJA, KAPAN SAJA, BERAPA SAJA
2
1
Sebaiknya keadaan ini kita mulai dengan keadaan yang gelap di seluruh panggung
pementasan, tanpa suara musik, tanpa suara tokoh, tanpa suara apa pun.
Masih tanpa suara, lampu berubah. Hanya menyorot sosok SESEORANG 1 yang sedang
duduk di benda yang lebih tinggi dari lantai, seorang diri. Tangannya meronce melati
perlahan. Sebelahnya adalah papan catur kosong, bidaknya di kanan kiri berserakan.
SESEORANG 1
(Menyanyikan lagu Rangkaian Melati dengan berwajah murung sedikit tertunduk melihat
tangannya sendiri di atas pangkuannya yang merangkai melati, suaranya parau, sedih,
seperti habis menangis)
SESEORANG 2
(Menyanyikan kelanjutan lagu Rangkaian Melati wajah penuh senyum bahagia sembari
perlahan tetap mengepang rambut SESEORANG 3 yang panjang, lagu nyanyiannya
dinyanyikan dengan suara yang lembut, berirama indah didengar, dinyanyikan dengan
bahagia)
Cintamu abadi
3
SESEORANG 1 & SESEORANG 2
(Menyanyikan lirik terakhir lagu Rangkaian Melati bersamaan dengan pembawaan masing-
masing) Biar pun kau tak kan kembali kekasihku yang sejati
SESEORANG 1
(Meletakkan melati)
SESEORANG 3
(Setelah diam sejenak, sedikit menoleh ke belakang) Mengapa mesti mengepang rambut, Ma?
SESEORANG 2
SESEORANG 3
Dan lalu Mama? (berwajah penuh tanya melihat rambut SESEORANG 2 yang tetap terurai
panjang)
SESEORANG 2
Lampu Berubah
SESEORANG 1
(Berwajah tak sedih lagi) Wong ayuku, sampai sekarang aku masih menyesali, semestinya
waktu itu aku tidak pergi ke Jerman. Sejak hari itu selepas menutup pintu rumah Anne Boleyn
dan berjalan di gang menuju jalan besar aku merasa ada sesuatu yang mengikutiku, sesuatu
yang menakutkan, mencengkeram sampai sekarang. Aku tidak tau sesuatu itu apa atau siapa.
Aku ketakutan, kira-kira? (Diam cukup lama) Wong ayuku, kau dengar kan? Mengapa tidak
lekas keluar? Sedang berdandan? Lama benar? Keluarlah wong ayuku
SESEORANG 3
(Keluar dengan dandanan yang berbeda sambil membawa gelas kosong dan sebotol anggur.
Duduk di sebelah SESEORANG 1, menuang minuman. Di tengah-tengah mereka adalah
papan catur.) Kekasih, kurasa, kira-kira yang menakutkanmu itu adalah Anne Boleyn sendiri.
(Sambil menata bidak catur) Pertama sebab Anne sudah lama dipenggal Raja Henry VIII.
Kedua, waktu itu Anne tidak hidup di Jerman kekasih, tapi di Inggris.
4
SESEORANG 1
Jadi menurutmu, sebegitu tampankah aku hingga Anne sengaja mengikutiku datang dari
Inggris ke Jerman dan sampai ikut lagi menakutiku hingga kembali ke Indonesia?
SESEORANG 3
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Pilihan dariku adalah jangan bertamu ke rumah-rumah perempuan, kekasih. Semakin banyak
nanti jadi lupa mana Anne yang di Inggris mana Anne yang ada di Jerman
SESEORANG 1
SESEORANG 3
SESEORANG 1
(Mengeluh) Mengapa kita selalu bermain catur jika aku belum pernah bisa mengalahkanmu
sampai sekarang, kau mahal sekali wong ayuku
SESEORANG 3
Sebab kau belum pernah bisa mengalahkanku, kekasih. Itulah mengapa kita mesti bermain
catur. Dan, orang-orang lain pun harus seperti itu, harus bisa mengalahkanku bermain catur
sebelum minta bermain yang lain.
SESEORANG 1
Permainan yang lain itu apa wong ayuku? Aku semakin ingin tau kau
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Kukira...
SESEORANG 3
Ada sejarahnya mengapa dan untuk apa aku memilih catur, kekasih. Sepanjang permainan ini,
nanti kau akan tau. Begitu juga dengan sejarahmu.
5
6
Lampu Berubah
SESEORANG 3, catur, gelas dan minuman telah hilang dari samping SESEORANG 1.
Memunculkan SESEORANG 2 duduk meracik bedak di samping SESEORANG 1.
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Iya, Kus
SESEORANG 1
Kus tidak keberatan kau asik sendiri dengan bedak-bedak buatanmu, Enggit. Kalau itu
memang hal yang kau suka. Percayalah, aku ada di tiap butirnya. (Menggenggam tangan
SESEORANG 2) tanganmu wangi sekali bahkan sebelum aku menciumnya, Enggit
SESEORANG 2
Tanganku wangi, aku baru meracik bedak, Kus, dan kau ada di tiap butirnya. Itulah alasannya
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Kau tetap butir-butir bedakku seperti yang kau katakan. Di mataku, kau tetap wangi meskipun
jarang mandi
SESEORANG 1
Di matamu ya, bukan di hidungmu. Ah, apa pun lah Enggit (Hendak mencium tangan Enggit)
SESEORANG 4
6
SESEORANG 1 mengeluh, SESEORANG 2 tersenyum tertawa kecil
SESEORANG 1
SESEORANG 2
SESEORANG 4
SESEORANG 1
Enggit, aku ingin mengatakan sesuatu. Ini penting. Dua hari lagi...
SESEORANG 4
SESEORANG 1
SESEORANG 4
Kita adalah akar hingga bau air bukanlah ikan melainkan akar itu sendiri
SESEORANG 1
SESEORANG 4
7
Oh... (Berdiri pergi) Keranggang... keranggang... jatuhkanlah krotomu. Aku butuh satu buat
makan burung-burungku. Keranggang... keranggang jatuhkanlah sarangmu. Aku butuh satu
buat hidup anak-anakku
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Bertiga juga tidak apa, cinta kita adalah hal yang sewajar-wajarnya
SESEORANG 1
Tidak dengan pencari keranggang, Enggit. Yang ingin kusampaikan adalah ada upacara desa.
SESEORANG 2
Lalu?
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Lalu?
SESEORANG 1
Kita sudah lama menetap di Kediri sejak kawin lari meninggalkan bapak ibumu yang tidak
memberi restu. Orang-orang sini sudah percaya pada kita atas semua hal, dan... cuma kita
yang punya bayi di desa ini, Enggit
SESEORANG 2
(Berdiri, marah) Maksud Kus bayi kita yang akan jadi wadal? Iya? Tidak Kus. Setelah
sepuluh tahun baru kita bisa punya bayi dan Kus mau mewadalkannya buat mitos-mitos
jahanam seperti itu!
SESEORANG 1
(Ikut berdiri) Ini juga bukan kemauanku, Enggit. Paksaan dari tetua desa. Mereka
menggantungkan keselamatan semuanya pada kita. Kalau tidak bencana bakal datang.
SESEORANG 2
Bencana itu sudah datang sejalan dengan datangnya pemikiranmu yang ingin mewadalkan
bayi kita
SESEORANG 1
8
Nanti bisa gagal panen
SESEORANG 2
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Sudah sewajarnya. Cukup, Kus. Hentikan kemelut ini. Sejak menginjak desa ini aku tidak
pernah percaya dengan sihir. Bagaimana mungkin seseorang tega mewadalkan bayinya,
menyembelih bayi semudah menyembelih ayam kampung hanya untuk alasan kedamaian
desa yang bakal dirusak oleh yang mbaurekso bila hal itu tidak dipenuhi setiap tahunnya. Kau
gila Kus. Syirik sudah otakmu. Kegagalan panen, sampai jika ada yang mati sekalipun itu
tidak wajar, adalah hal yang paling wajar. Kau tega menyembelih bayimu?
SESEORANG 1
Aku harus...
SESEORANG 2
(Menggelengkan kepala) Tak kusangka keteguhanmu membawaku lari dari rumah seteguh
pendirianmu menyembelih anak kita cuma buat wadal. Kau bukan Ibrohim dan anak kita
bukan Ismail, Kus.
SESEORANG 1
Aku harus...
SESEORANG 2
Tunggu... tunggu sebentar saja aku akan cari akal Kus supaya bukan anak kita atau bayi yang
lain yang jadi wadal. Aku bakal tirakat, cari cara menggantikannya
Lampu Berubah
SESEORANG 1
9
Jadi, seperti itulah kira-kira kisahku dengan Enggit dan bayi kami, wong ayuku. Aku salah
tindak. Aku tidak menunggu Enggit datang sampai esoknya. Aku terburu menyembelih anak
kami buat wadal. Padahal, Enggit benar-benar tirakat. Ia berpuasa dan apa saja lalu
menciptakan boneka wadal, dari tepung, dari nasi, dibentuk boneka bayi sebagai ganti
pengorbanan bayi selanjutnya. Tapi sayang aku yang melenyapkan tirakatnya. Ia tidak marah,
wong ayuku, hanya nelangsa. Di depan para warga ia menyembelih bayi-bayiannya tepat pada
leher dan keluarlah gula merah sebagai ganti darah. Lalu Enggitku mukso, memuksokan diri,
hilang bersama bayi kami sebab kecewa kepadaku. Sejak itulah, di tahun berikutnya, warga
melakukan tirakat Enggit. Mengganti bayi dengan boneka tepung nasi. Malah sekarang yang
kutau dibagian leher boneka bayi itu diberi pewarna merah yang mirip darah supaya efeknya
lebih dramatis ketika boneka itu disembelih.
SESEORANG 3
Kreatif (mengangguk-angguk)
SESEORANG 2
Upacara itu masih ada sampai sekarang wong ayuku, kalau bukan karena Enggit mungkin
sampai sekarang mereka masih menyembelih bayi yang asli. Enggit sudah seperti tuhan,
mengganti Ismail dengan lembu, mengganti lama dengan boneka. Dan, aku adalah Ibrohim
yang penuh kegagalan, wong ayuku
SESEORANG 3
SESEORANG 1
(Minum) Sudah empat puluh hari kalau tidak salah wong ayuku, aku merasa diikuti. Seperti
hari ini juga. Aku ketakutan. Setiap malam lalu aku merasa ada yang mengawasiku dari balik
jendela. Ini jelas bukan angin. Aku ketakutan wong ayuku
SESEORANG 3
Aku tidak menambahkan apa-apa pada minumanmu, kekasih, tapi mengapa kata-katamu
semakin tidak teratur. Tidak ada yang mengikutimu ke tempatku ini. Dan, lagi, jangan
mengakui diri jadi Kusno. Setauku Kusno dan Inggit tidak pernah terdampar ke Kediri apalagi
sampai menyembelih bayi. Mereka cuma pernah jalan-jalan ke Flores dan Bengkulu, sangat
cinta pada anaknya si Kroto
SESEORANG 1
Wong ayuku, kalau aku bukan Kusno lantas kau pikir aku ini siapa. Aku Kusno, tulen.
Percayalah.
SESEORANG 3
10
Ya... ya, aku percaya kekasih. Hanya saja, Kusno bukan orang bawah tanah, itu kesalahanmu
yang pertama, mencuri anak orang. Kalau itu Kusno, apa pun yang terjadi dia akan membawa
Inggit dengan baik. Bukan membawanya lari
SESEORANG 1
Aku memang tidak akan pernah bisa bersatu dengan Enggit sekali pun aku sangat cinta
padanya wong ayuku
SESEORANG 3
Kenapa demikian?
SESEORANG 1
Dia gadis Mirah. Aku baru tau setelah ia sudah tiada. Gadis Mirah mana pun tidak akan
pernah bisa satu denganku. Jangankan gadisnya, kedelai dari Mirah akan muntah bila
kumakan
SESEORANG 3
Tidak, kekasih. Inggit bukan gadis Mirah. Inggit dari Kamasan, Banjaran
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Rachmat Darsono yang bilang begitu padaku, mana mungkin dia asal tulis dan asal bicara.
Tidak mungkin salah
SESEORANG 1
Rachmat Darsono yang salah, Enggit itu dari Mirah. Sudahlah, kita bicara yang lain saja,
fokus catur saja. Aku datang tidak untuk kalah
SESEORANG 3
Kau akan kalah, kekasih. Aku pandai bermain catur. Sejak remaja aku diajari papanya mama
bercatur, yang tidak kusangka adalah ternyata papanya mama meminta upah dari les-lesan
yang kukira gratis ini. Papanya mama meminta bayaran yang mahal sekali, kekasih
SESEORANG 1
SESEORANG 3
11
8
Lampu Berubah
Papan catur, gelas, dan anggur hilang. SESEORANG 2 berjalan mondar-mandir gelisah,
meremas tangan sendiri.
SESEORANG 2
Aku harus segera cari akal. Ini tidak bisa dilanjutkan, dia anakku. Dia sudah menyate
bapaknya mana mungkin sekarang kubiarkan menikahiku. Aku harus berpikir lagi. Berpikir.
Berpikir
SESEORANG 1
SESEORANG 2
SESEORANG 1
Kau gelisah?
SESEORANG 2
SESEORANG 1
SESEORANG 4
Permisi, mau cari keranggang, disana tidak ada pohon mangga. Pasti di sini
SESEORANG 1
SESEORANG 4
SESEORANG 1
SESEORANG 4
Oh... ya ya ya
SESEORANG 1
Itulah Enggit, Kus tidak habis pikir mengapa selalu ada... ah, sudahlah, tidak perlu
dibicarakan
SESEORANG 2
SESEORANG 1
Jadi
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Bukan yang itu. Begini Enggit, aku ingin mengatakan sesuatu. Ini penting. Dua hari lagi....
SESEORANG 2
Kus, kenapa pembukaannya selalu seperti itu. Ganti, cari yang lain. Kalau kau sudah berkata
dengan awalan kalimat seperti itu ujung-ujungnya pasti petaka
SESEORANG 1
Kau ini kenapa, Enggit. Aku cuma mau bicara tentang lamaran
SESEORANG 2
Kan...
SESEORANG 1
Dua hari lagi adalah jatuh tempo untuk kau menjawab lamaranku, Enggit. Bagaimana? Tapi
lebih baik dipercepat
SESEORANG 2
(Semakin gelisah, kemudian menenangkan diri) Begini, Kus. Aku mau menerima lamaranmu,
asal ada perjanjiannya.
13
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Sekarang aku minta. Yang pertama buatkan bendungan Citarum, yang kedua buatkan sampan
besar untuk menyeberangi sungai. Lakukan dengan tanganmu sendiri, fajar adalah batasnya.
Kalau kau selesaikan kita menikah
SESEORANG 1
Enggit... berat sekali yang kau minta. Aku ini masih student, Enggit
SESEORANG 2
Seharusnya kau pun tau apa itu student, dan yang paling penting pengetahuanmu bahwa tiga
belas tahun beda usia kita
SESEORANG 1
SESEORANG 2
SESEORANG 1
Akan kulakukan mintamu, Enggit. Fajar kawanku, dan akan kujumpai ia bersamaan dengan
kubawakan bendungan dan sampan itu ke tanganmu.
SESEORANG 2
SESEORANG 1
(Berdiri di tengah, merentangkan tangan) Wahai penghuni semua alam, keluarlah, aku
meminta bantuanmu, jin-jinku datanglah, bangunkanlah bendungan dan buatkanlah sampan
sebelum fajar datang. (Sunyi, diam beberapa saat, menurunkan tangan) Pada dasarnya, jin itu
tidak terlihat, jadi wajar kalau kalian tidak melihat para jin mendatangiku (Pada penonton,
lalu keluar)
Lampu Berubah
14
SESEORANG 1
Aku mengalami kegagalan juga dengan Enggit yang kedua. Bendungan dan sampan hampir
selesai tapi fajar terburu datang, itu semua akal-akalan Enggit saja. Aku marah. Bendungan
kuhancurkan, sampan kutendang balik dan sekarang jadi gunung. Enggit mati di dalamnya.
Aku tidak bisa dengan Enggit yang kedua. Kau tau kenapa wong ayuku?
SESEORANG 3
SESEORANG 1
SESEORANG 2
Jelas sekali ini pasti sama dengan babak yang sebelumnya. Sampai sekarang aku tidak habis
pikir kepadamu, kekasih. Inggit itu orang Banjaran
SESEORANG 1
SESEORANG 2
SESEORANG 1
Memang harus, dengan siapa lagi aku harus bercerita kalau bukan dengan kau. Sudah lama
Sejak itu aku berhenti, bersama dengan banyak Enggit kurasa lebih menyenangkan. Aku
berkelana kemana-mana, jadi kaya, dan datanglah ribuan Enggit ke sisiku. Enggit ketiga,
keempat, kelima, sampai sekarang yang kesembilan. Enggit, jin-jinku pergi. Aku dianggap
tidak menyelesaikan apa-apa
SESEORANG 3
Kau memang tidak menyelesaikan apa-apa, kekasih (Berhenti bermain catur). Kesalahanmu
yang ketiga sebelum yang kedua adalah kau tidak pernah melakukan apa-apa. Enggit bilang
kau harus membuat sesuatu dengan tanganmu sendiri tapi kau pergunakan jin, itu sudah tidak
jujur namanya kekasih. Pantas kalau kau dibalas tidak jujur, ia membentangkan kain merah
seperti matahari akan terbit. Kesalahan berikutnya kau kaya dari main, lantas mabok, lantas
kemari dan madon. Lima sekaligus.
SESEORANG 1
SESEORANG 3
15
Berlagak jadi Ibrohim. Mateni adalah pantangan, kekasih. Kau seperti pencari keranggang,
menghidupi dengan mengambil bayi orang, menghidupi dengan mengambil bayi-bayi
keranggang
SESEORANG 1
Aku menyesal wong ayuku. Ah, tapi apa yang harus disesali. Aku baik-baik saja dan berkat
perjanjian-perjanjian yang tidak jujur itu sekarang aku punya banyak hal, tangkuban perahu,
toba, kelud, merapi, sampai yang modern-modern macam Surabaya Night Spectacular adalah
milikku.
SESEORANG 3
Ya, kau punya banyak sekali objek wisata yang laris, kekasih, dan semuanya hasil persyaratan
perempuan-perempuan. Mereka meninggalkanmu dan kau dapat uang. (Melanjutkan bermain
catur) lanjutkan ceritanya, bagaimana dengan Enggit yang ketiga dan seterusnya
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Kenapa, kekasih?
SESEORANG 1
Kalau kulanjutkan ceritanya dimana pun aku pasti akan bertemu dengan pencari keranggang
itu. Yang setiap kali aku hendak bicara sesuatu yang penting...
SESEORANG 4
SESEORANG 1
Oh... iya iya (improve berbicara di telpon tanpa suara, menutup telpon kemudian) yang setiap
kali aku hendak bicara sesuatu yang penting ia selalu datang menyela dan tiba-tiba
membacakan puisi. Tidak asik
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Dia pengawalku
SESEORANG 3
(Menebah dada)
16
Aku lelah berganti babak wong ayuku. Yang jelas... permainan catur kita hampir selesai dan
aku hampir kalah lagi.
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Tentu saja
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Ada perjanjiannya
SESEORANG 3
Tentu saja
SESEORANG 1
Aku berharap tidak ada pencari keranggang yang muncul. Aku harus menang, jadi... mintalah
sesuatu agar aku dapat memenangkanmu
SESEORANG 3
Kau akan kuanggap menang, dengan satu perjanjian. Buatkan aku seribu candi dalam waktu
semalam dengan tanganmu sendiri, waktunya hanya sampai fajar
SESEORANG 1
Itu hal yang mudah, aku sudah sering membuatkan yang seperti itu. (Berteriak) Pengawal...
SESEORANG 4
(Muncul) Ya tuan
SESEORANG 1
SESEORANG 4
Ya tuan (Keluar)
SESEORANG 3
SESEORANG 1
17
Dia pengawalku
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Ketahuilah wong ayuku kau adalah satu-satunya harapan terakhir. Aku harus punya kau dan
tidak yang lain. Kalau tidak kau apa yang harus kulakukan, apa aku harus saling serang
seperti suro dan boyo
SESEORANG 3
Tidak kekasih, bahkan suro dan boyo pun punya selir, masa kau tidak
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Boyo
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Suro
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Makanannya
SESEORANG1
SESEORANG 3
Laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu dengan selir dari pada dengan istri dan itulah
yang dilakukan suro dan boyo. Mereka lebih banyak meluangkan waktu untuk bertempur dari
pada makan, jadi bukankah bisa kita tarik benang merahnya kekasih, bahwa selirnya boyo
adalah suro dan selirnya suro adalah boyo, sedang istri-istri mereka adalah makanannya,
jarang ditemui, jarang dimakan, jarang dinikmati
SESEORANG 1
18
Jadi pertempuran mereka di laut itu hanya modus saja untuk mereka bisa sering-sering
bertemu?
SESEORANG 3
SESEORANG 1
SESEORANG 3
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Kalau aku tidak pandai mungkin aku sudah kalah sejak dulu, kekasih.
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Mama mengatakan untuk tidak mencukur alis sebelum menikah tapi alisku dicukur, Mama
mengatakan agar aku tidak pakai benges tapi aku dibengesi, Mama mengatakan agar aku tidak
pakai bedak tapi aku dibedaki. Aku memakai riasan wajah yang begitu berat dan hampir-
hampir aku tidak mengenali wajahku sendiri, aku seperti memakai topeng yang begitu tebal.
Riasan adalah topeng yang mengharuskanku menahan rasa malu, dan karena aku ditopengi
aku mesti seperti ini. Mamaku salah, katanya aku mesti dikepang supaya tidak menggoda tapi
kenyataannya aku sudah menggoda bahkah ketika rambutku masih dikepang dua.
Papan catur dan anggur adalah pertahanan diriku yang terakhir, aku sedang memertahankan
diri. Aku beli papan catur, aku beli sebotol anggur, bukan karena aku ingin menikmati
permainannya. Aku memertahankan diri dengan tegas. Papanya mama mengajariku bermain
catur dengan imbalan kepanganku dilepasnya. Aku pun membalas dengan hal yang sama.
Aku tantang orang yang datang padaku dengan harus mengalahkan papan catur terlebih
dahulu, aku tuang anggur supaya mereka linglung, dan aku yang menang
SESEORANG 1
Itukah sebabnya aku tidak pernah bisa mengalahkanmu wong ayuku? Sebab aku tidak terlalu
pandai?
SESEORANG 3
19
Tidak, kekasih. Sebab engkaulah yang mengajariku
SESEORANG 1
SESEORANG 3
SESEORANG 4
(Datang dengan terburu-buru) Ya tuan, hari sudah fajar. Jin-jin pergi dan candi tinggal hanya
sebuah lagi. Ya tuan, sebaiknya saya kembali saja jadi pencari keranggang dari pada menjadi
mengawal Ya tuan
SESEORANG 3
SESEORANG 1
(Kepada SESEORANG 4) Pergilah. (Kepada SESEORANG 3) Apa yang telah kau perbuat
wong ayuku, mengapa semakin kesini aku semakin ketakutan?
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Panggilkan pencari keranggang, aku mau dengar puisinya, badanku sakit, wong ayuku
SESEORANG 3
Tidak bisa kekasih, tidak ada pencari keranggan, kau masih di Jerman. öffne die tür! Buka
pintunya.
SESEORANG 1
Aduh... jantungku nyeri, wong ayuku, ginjalku, hatiku, paruku (membekap jantung, telungkup
kesakitan)
SESEORANG 3
Aku yang menang, kekasih. Lihatlah. Caturmu telah habis dan matahari telah muncul. Kau tak
jujur, kukatakan buatkan dengan tanganmu kau malah meminta jin, syirik kau, kekasih.
Pantas kau ditinggalkan perempuanmu
SESEORANG 1
20
SESEORANG 3
SESEORANG 1
Aku cuma gagal karena mereka semua perempuan dari Mirah, tidak akan pernah bisa bersatu
denganku. Katakan, katakan wong ayuku, jangan-jangan kau dari Mirah juga, Sebab itu kita
tidak bisa bersama
SESEORANG 3
SESEORANG 1
SESEORANG 3
Kau tidak bisa denganku bukan karena aku perempuan Mirah, kekasih. Tapi karena nama
asliku adalah Mirah
Selesai
21