Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN BERBASIS KEBUDAYAAN

Kanaya Arfinsa Damayanti (18406241052)


arfinsakanaya01@gmail.com
Dosen Pengampu:
Diana Trisnawati, S.Pd., M.Pd. dan Drs. Sardiman AM, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta

A. PENDAHULUAN
Jika kita bepergian ke luar negeri, kita akan melihat perbedaan dalam
perilaku, sikap, pakaian, bahasa, dan makanan. Bahkan kita akan menemukan
perbedaan dalam budaya yang merajuk pada norma bersama, tradisi, bahasa
dan presepsi kelompok. Dalam setiap negara pasti memiliki perbedaan budaya
(Robert E. Slavin, 2008:132).
Seiring dengan transformasi budaya dan krisis nilai yang melanda
dunia, tradisi dan kebudayaan yang telah berperan dalam mengatur perilaku
manusia dalam kehidupan sering terabaikan. Tradisi dan kebudayaan
dianggap hal yang kuno, tidak menarik dan ketinggalan jaman. Padahal
negara Jepang yang masih memagang terguh tradisi dan kebudayaannya pun
dapat maju dan mengalami kejayaan (Hamid Darmadi, 2009: 9).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Masyarakat yang hidup di Indonesia pun sangat
beragam. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya
dan bahasa yang mencerminkan masyarakat yang multikultural. Kebudayaan
lokal pun tidak lepas dari kehidupan masyarakatnya.
Dahulu, masyarakat sangat menjaga dan melestarikan tradisi dan
kebudayaan. Seiring perkembangan jaman, masyarakat mulai meninggalkan

1
tradisi dan kebudayaan. Di dalam tradisi dan kebudayaan terkandung nilai-
nilai dan norma yang mengatur tingkah laku masyarakat. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kebudayaan asing yang masuk. Masyarakat cenderung
meniru kebudayaan asing yang negative. Mereka menerima kebudayaan asing
tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Masyarakat terutama anak muda lebih
menyukai kebudayaan asing dari pada kebudayaannya sendiri. Contohnya,
masyarakat lebih menyukai lagu-lagu barat dan kpop dari pada musik asli
Indonesia. Padahal, dalam kebudayaan lokal terdapat nilai-nilai yang dapat di
jadikan pembelajaran. Ini merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal.
Masalah kebudayaan tersebut dapat diatasi melalui pendidikan.
Pendidikan yang berbasis kebudayaan dapat mencegah hilangnya tradisi dan
kebudayaan. Melalui pendidikan berbasis kebudayaan, nilai-nilai yang
terkandung di dalam tradisi dan kebudayaan akan ditanamkan ke dalam diri
masyarakat. Diharapkan masyarakat tidak lagi melupakan tradisi dan
kebudayaannya sendiri sehingga tradisi dan kebudayaan tidak hilang.

B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau
persekolahan. Sekolah yaitu lembaga pendidikan formal sebagai salah satu
rekayasa manusia dari peradaban selain keluarga. Dunia kerja, negara dan
keagamaan. Dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung selama
masa persekolahan yaitu dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,
pemebelajaran juga hanya dilakukan di sekolah bukan dimana saja (Redja
Mudyahardjo, 2001: 49-50). Namun sebenarnya pembelajaran sebagai
bagian dari pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan saja dan tidak
dibatasi hanya pada masa persekolahan saja.

2
Driyarkara dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
fenomena universal yang terjadi pada manusia sepanjang hidupnya
dimanapun manusia itu berada. Di manapun manusia berada pasti ada
pendidikan. Pendidikan digunakan sebagai usaha pengembangan manusia
dan masyarakat. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan
didasarkan pada pandangan hidup atau falsafat hidup, latar belakang
sosiokultural masyarakat dan pemikiran psikologis (Dwi Siswoyo, dkk,
2013: 1). Pendidikan merupakan sebuah berkah dari Tuhan Yang Maha
Esa dan manusia merupakan makhluk yang ditakdirkan memperoleh
pendidikan (H.A.R Tilaar,2005: 109).
Sejak dulu, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
masyarakat, karena pendidikan memberikan pemikiran kepada masyarakat
yang akan mengubah taraf kehidupan menjadi lebih baik. Pendidikan
sebagai proses perubahan sikap dan perilaku manusia dalam
bermasyarakat. Perilaku masyarakat yang berpendidikan dangan yang
tidak berpendidikan tentunya sangat jauh berbeda. Perilaku masyarakat
yang buruk diharapkan dapat berubah menjadi lebih baik dengan adanya
pendidikan. Pendidikan berperan dalam proses perubahan social.
Pendidikan membuat manusia menjadi lebih membuka pikirannya, lebih
mudah menerima hal-hal baru, dan membuat manusia berfikir secara
ilmiah serta berfikir rasional. Manusia yang berpendidikan akan melihat
ke masa depan, memiliki semangat untuk mewujudkan apa yang di cita-
citakan sehingga menjadi masyarakat yang dinamis, kreatif dan selalu
bekerja serta berusaha untuk meciptakan prubahan-prubahan yang dapat
mewujudkan masyarakan yang lebih baik dan lebih maju di masa yang
akan datang. Pendidikan dapat menjadikan manusia lebih siap dan terbuka
dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan.
Pendidikan memiliki beberapa fungsi seperti pendidikan bagi individu
itu sendiri, yaitu pendidikan berfungsi untuk menyiapkan diri individu

3
tersebut agar menjadi manusia yang utuh sehingga dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dan benar dalam hidupnya. Fungsi pendidikan bagi
masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu fungsi preserveratif dan fungsi
direktif. Fungsi preserveratif dilakukan dengan melestarikan nilai yang
ada dalam masyarakat sedangkan fungsi deirektif dilakukan oleh
pendidikan.
Selain memiliki fungsi, pendidikan juga memiliki tujuan yang akan
dicapai. Tujuan umum pendidikan menurut Langeveld adalah kedewasaan,
yaitu ketika menusia dapat hidup dengan mandiri. Menurut Hoogveld,
tujuan pendidikan adalah membantu manusia muda agar dapat menjalani
kehidupannya dengan mandiri. Sedangkan tujuan pendidikan menurut
Notonegoro adalah tercapainya kebahagiaan yang sempurna. Tujuan
pendidikan menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan
nasional adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi
warga egara yang demokratisserta bertanggung jawab” (Dwi Siswoyo,
dkk, 2013: 20-24).
Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis. Krisis tersebut
dapat diatasi melalui pendidikan, seperti pendidikan karakter, pendidikan
moral, pendidikan nilai, pendidikan akhlak dan pendidikan budi pekerti.
Dengan adanya pendidikan diharapkan manusia dapat meraih
perkembangan yang lebih tinggi seperti kemajauan budaya dan ilmu
pengetahuan. Sayangnya, pendidikan di Indonesia sering kali mengalami
berbagai permasalahan seperti fasilitas pendidikan yang tidak memadai,
kemiskinan yang mengakibatkan seseorang tidak dapat memperoleh
pendidikan, kurikulum yang tidak sesuai dengan pelajar dan sebagainya
(Rukiyati, dkk, 2016: 143).

4
Kemajuan teknologi yang pesat dalam bidang informasi, memerlukan
suatu perubahan yang besar di dalam sistem pendidikan. Seperti yang kita
ketahui bahwa sistem pendidikan di Indonesia merupakanwarisan dari
sistem pendidikan lama yang isinya adalah menghafal fakta tanpa arti.
Proses pendidikannya juga tidak terlalu berpengaruh bagi pengembangan
kemampuan untuk menenmukan dan meciptaka hal-hal baru. Masalah
pendidikan ini harus segara diatasi agar tujuan pendidikan dapat terwujud
(H.A.R. Tilaar, 2009: 151-152).
2. Budaya dan Kebudayaan
Istilah budaya dan kebudayaan sering kali disama artikan. Dalam
KBBI dijelaskan istilah budaya dapat diartikan sebagai: 1) pikiran; akal
budi; 2) berbudaya: mempunyai budaya, mempunyai akal pikiran sendiri.
Sedangkan kebudayaan dapat diartikan: 1) segala sesuatu yang dihasilkan
oleh manusia sebagai hasil dari pemikiran akal dan budinya; 2) peradaban
sebagai hasil dari akal budi manusia; 3) ilmu pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan
memberi manfaat kepadanya (Sujarwa, 2010: 27).
Koentjoroningrat dalam bukunya juga menjelaskan tentang
kebudayaan. Menurut Koentjoroningrat kata kebudayaan berasal dari
bahasa sangsekerta yang buddhaya, jamak dari kata buddhi yang artinya
budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai
hasil dari budi atau akal manusia (Sujarwa, 2010: 29).
Definisi-definisi yang sudah dijelakan di atas menunjukkan suatu
persamaan tentang pengertian kebudayaan. Persamaan tersebut yaitu,
mengakui bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta manusia, meliputi
perilaku dan hasil kelakuan manusia. Di dalam masyarakat, kebudayaan
diartikan sebagai the general body of the art atau tubuh dari seni umum
yang meliputi seni sastra, seni tari, seni musik, seni pahat, seni rupa,

5
pengetahuan filsafat dan bagian-bagiann keindahan yang ada dalam
kehidupan manusia (Sujarwa, 2010: 30).
Wujud kebudayaan menurut JJ. Honingmann yaitu, ideas artinya ide
atau gagasan, activites artinya aktivitas atau perilaku manusia dan artifact
artinya hasil kebudayaan yang berupa benda-benda hasil karya cipta
manusia seperti bangunan, gedung, monument, keris, candi dan
sebagainya. Koentjoroningrat dalam bukunya juga mengemukakan
tentang wujud kebudayaan. Pertama, wujud kebudayaan dari sebuah
kesatuan dari ide-ide, gagasan nilai-nilai, norma, peraturan dan
sebagainya. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kesatuan aktivitas
dan perilaku manusia dalam suatu masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan
sebagai benda hasil karya cipta manusia. Lebih jauh lagi, Koentjoroningrat
menjelaskan tentang tujuh unsur universal, yaitu: a) Sistem religi dan
upacara keagamaan; b) Sistem dan organisasi kemasyarakatan; c) Sistem
pengetahuan; d) Bahasa; e) Kesenian; f) sistem mata pencaharian hidup;
g) sistem teknolog dan peralatan. Unsur-unsur tersebut mencangkup
seluruh kebudayaan manusia di dunia dan menunjukkan ruang lingkup
serta konsepnya (Koentjoroningrat, 1974: 12).
3. Pendidikan Berbasis Kebudayaan
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling
berhubungan. Dalam rumusan-rumusan kebudayaan, telah ditemukan tiga
pengertian yaitu manusia, masyarakat dan budaya sebagai tiga dimensi
dari hal yang bersamaan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak dapat terlepas
dari kebudayaan. Keduanya sama-sama terlaksana di dalam masyarakat.
Jika kebudayaan memiliki tiga usur penting yaitu kebudayaan sebagai
suatu tata kehidupan atau order, kebudayaan sebagai suatu proses dan
kebudayaan yang memiliki suatu tujuan atau goals, maka pendidikan
merupakan proses dalam membudayakan. Kebudayaan tanpa adanya
proses pendidikan dapat memungkinkan kebudayaan itu punah.

6
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan dapat menyebabkan alienasi
dari subjek yang dididik dan dapat juga menyebabkan matinya
kebudayaan. Dengan demikian tidak ada suatu proses kebudayaan tanpa
pendidikan dan proses pendidikan tanpa kebudayaan (H.A.R. Tilaar, 1999:
7-8).
Ada dua sebab yang menjadikan pembahasan mengenai kebudayaan
dalam pendidikan perlu dan penting. Pertama, selama ini kebudayaan
selalu diartikan secara sempit. Orang-orang mengartikan kebudayaan tidak
lebih dari kesenian seperti seni tari, seni pahat, seni ukir, seni musik, seni
batik, seni lukis dan sebagainya. Dengan kata lain, kebudayaan hanya
mengenai nilai-nilai estetika. Kedua, pendidikan pada masa ini terlalu
intelektualis, artinya hanya satu unsur saja dalam kebudayaan. Sistem
pendidikan pada masa ini bukanlah tempat dimana kebudayaan dapat
berkembang (H.A.R. Tilaar, 1999: 67).
Pendidikan budaya dan pendidikan berbasis kebudayaan adalah
semacam hubungan yang tidak dapat dipungkiri. Kebudayaan harus
ditanamkan kedalam diri masyarakat. Salah satunya melalui pendidikan.
Pendidikan berbasis kebudayaan merupakan sarana yang tepat dalam
menanamkan kebudayaan terutama kebudayaan lokal dalam diri
masyarakat sehingga masyarakat tidak melupakan kebudayaannya sendiri
(Nirva Diana, 2012: 3).
Pendidikan berbasis kebudayaan juga merupakan sarana yang efektif
untuk memperbaiki mutu kehidupan masyarakat. Masyarakat yang sadar
kebudayaan akan bertransformasi menjadi masyarakat yang lebih maju
dan beradap. Dalam tatanan nilai, pendidikan berbasis kebudayaan
memiliki peran penting dalam mendorong masyarakat meraih
progresivitas dalam segala lini kehidupan. Dengan pendidikan yang
berbasis kebudayaan, jiwa-jiwa progresif,produktif dan inovatif dapat
berkembang dengan baik (Nirva Diana, 2012: 4).

7
Selain mencegah hilangnya kebudayaan, pendidikan berbasis
kebudayaan juga dapat meningkatkan nilai kebudayaan di dunia
internasional. Strategi pendidikan berbasis kebudayaan adalah
meningkatkan standar nilai potensi budaya bangsa yang berdaya saing
tinggi dengan negara-negara di dunia internasional. Peranan pendidikan
sangat penting bagi identitas kultural suatu bangsa. Identitas kultural
berfungsi sebagai: a) penanda atau pembeda karakter suatu bangsa; b)
pengikat kebersamaan; c) kekayaan bangsa dalam wujud warisan budaya;
d) kekuatan penggerak dalam kehidupan dan mencapai tujuan (Rafik
Karsidi, 2017: 7-8).
Pendidikan berbasis kebudayaan perlu diperkuat dan terus
dikembangkan agar semakin berkualitas. Pendidikan berbasis kebudayaan
yang berkualitasa akan menghasilkan out-put pembelajaran yang
apresiasif dan kreatif atas nilai-nilai budaya sehingga dapat melestarikan
tradisi dan kebudayaan (Sugeng Subagya,2016: 9).

C. KESIMPULAN
Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat.
Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan. Pendidikan merupakan
sebuah proses membudayakan. Pendidikan adalah pembelajaran untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan umumnya diperoleh
dari sekolah. Namun sebenarnya pendidikan dan pembelajaran dapat
diperoleh dimana saja, kapan saja dan tidak dibatasi waktu tertentu.
Pendidikan merupakan suatu fenomena yang terjadi pada setiap manusia
sepanjang hidupnya dimanapun mereka berada. Dimana ada manusia pasti ada
pendidikan. Pendidikan memiliki beberapa fungsi dan tujuan yang akan
dicapai. Di jaman yang semakin maju ini dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas bagi pengembangan kemampuan manusia.

8
Kebudayaan adalah hasil dari akal atau budi manusia yang dapat
berupa benda-benda, ide gagasan maupun aktivitas atau perilaku manusia.
Wujud dari kebudayaan dapat berupa sebuah kesatuan dari ide-ide, gagasan
nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya, suatu kesatuan aktivitas dan
perilaku manusia dalam suatu masyarakat serta benda hasil karya cipta
manusia. Kebudayaan memiliki tujuh unsur universal yang mencakup seluruh
kebudayaan dalam hidup manusia.
Kebudayaan semakin hari semakin terlupakan dan terancam hilang
merupakan salah satu dari masalah dalam kebudayaan. Nilai-nilai kebudayaan
sejak dini harus ditanamkan dalam diri masyarakat agar tidak hilang.
Pendidikan berbasis kebudayaan merupakan sarana yang tepat dalam
menanamkan kebudayaan terutama kebudayaan lokal dalam diri masyarakat
sehingga masyarakat tidak melupakan kebudayaannya sendiri. Pendidikan
berbasisi kebudayaan juga efektif dalam meningkatkan mutu kehidupan
masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung. Alfabeta, cv.
Diana Nirva. 2012. Manajemen Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Lampung:
Analisis Eksploratif Mencari Basis Filosofis. Jurnal Studi Keislaman.
Vol.12(1). Jurnal dapat diakses melalui:
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/636
Karsidi Ravik. 2017. Pendidikan Berbasis Budaya Menuju Keunggulan Bangsa.
Artikel dapat diakses melalui:
http://ravik.staff.uns.ac.id/2017/09/05/pendidikan-berbasis-budaya-menuju-
keunggulan-bangsa/
Koentjoroningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta. P.T
Gramedia.
Mudyahardjo Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Rukiyati, dkk. 2016. Pancasila. Yogyakarta. UNY Perss.
Siswoyo Dwi, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Edisi Pertama. Yogyakarta. UNY Perss.
Slavin Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta. PT Indeks.
Subagya Sugeng. 2016. Pendidikan Berbasis Budaya di Daerah Istimewa
Yogyakarta: Pendidikan, Pembelajaran dan Budi Pekerti. Artikel dapat
diakses melalui:
http://repository.upy.ac.id/1237/1/2.%20KI%20SUGENG%20SUBAGYA.pd
f
Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Tilaar H.A.R. 1999. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Tilaar H.A.R. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.
Tilaar H.A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta. PT Rineka Cipta.

10

Anda mungkin juga menyukai