TUGAS MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi Kebijakan Pendidikan
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
PASCASARJANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak
lupa juga kami ucapkan Terina kasih kepada Ibu Ulfah selaku Dosen Psikologi Belajar yang
telah memberi petunjuk dalam pelaksanaan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Kebijakan Desentralisasi
Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah
kami masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan pada makalah ini.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan
pengetikan atau kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................3
C. Tujuan Masalah .........................................................................................3
BAB II
A. Konsepsi era otonomi daerah .................................................................4
B. Urgensi Kebijakan Desentralisasi Pendidikan ........................................5
C. Kebijakan di era otonomi daerah ............................................................7
D. Implikasi kebijakan pendidikan di era otonomi daerah ........................12
E. Kebijakan otonomi pendidikan .............................................................19
BAB III
A. Kesimpulan ...............................................................................................21
B. Saran ..........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi pendidikan memiliki dampak positif dan negatif, dampak negatifnya yaitu
kecenderungan setiap pemerintah lebih egois untuk mementingkan daerahnya sendiri tanpa
menyadari harus selalu berinteraksi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
lainnya. Salah satunya adalah bidang pendidikan dengan penerapan manajemen berbasis
sekolah masih mengalami banyak kendala. 1
Pada era otonomi tersebut kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan
pemerintah daerah. Hal ini disebabkan pemerintah Pusat secara administrasi telah
menyerahkan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kemajuan dan perkembangan
pendidikan di daerahnya. Ketika pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan
kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerah
bersangkutan akan maju. Sebaliknya, kepala daerah yang tidak memiliki visi yang baik di
bidang pendidikan dapat dipastikan daerah itu akan mengalami stagnasi dan kemandegan
menuju pemberdayaan masyarakat yang well educated, tidak akan pernah mendapat
momentum yang baik untuk berkembang. 2
Otonomi daerah memberikan implikasi pada semua sektor kehidupan secara lebih
luas, tidak hanya pada kewenangan daerah untuk mengatur pemerintahan sendiri, lebih dari
pada itu juga menyentuh aspek-aspek riil kehidupan masyarakat termasuk pendidikan.
Dengan adanya otonomi daerah, berarti kekuasaan Negara dalam penyelenggaraan bidang
pendidikan akan terbagi antara Pemerintah Pusat di satu pihak dan Pemerintah Daerah di
lain pihak. 3
1
Iwan Ridwan and Iin Ratna Sumirat, ‘Kebijakan Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi Daerah’, Jurnal
Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel), 7.1 (2021).
2
Hasan Baharun, ‘Desentralisasi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Sistem Pendidikan Islam’, Jurnal Ilmu
Tarbiyah At-Tajdid, 1.2 (2012), 241–254.
3
Iis Arifudin, ‘Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah’, Risâlah,
Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 1.1 (2014), 39–49.
2
Pemberlakuan otonomi daerah ini tentu saja memiliki makna strategis dan
signifikansi bagi dunia pendidikan. Dunia pendidikan Indonesia selama ini telah
berkembang menjadi perpanjangan dari sistem birokrasi sehingga kondisi ini selanjutnya
berpengaruh pada kinerja akademik lembaga pendidikan, di mana kegiatan-kegiatan
pendidikan dan pembelajaran sangat didominasi intervensi birokrasi pemerintah. Di samping
itu, ciri khas dari lembaga-lembaga pendidikan tidak terakomodasi sedemikian rupa, karena
kepentingan pragmatis mengejar target yang dirancang pemerintah pusat. Akibatnya,
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia hampir tidak menyentuh kebutuhan riil
masyarakat lokal, karena mereka memang tidak dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan juga monitoring pelaksanaan pendidikan (Engkoswara, 2001:23).4
4
Arifudin.
5
Gusti Gusti and Masduki Masduki, ‘Regulasi Penjaminan Mutu Pendidikan Di Indonesia’, Jurnal Intelektualita:
Keislaman, Sosial Dan Sains, 11.1 (2022), 35–40.
6
Abdul Rahmat and Rusmin Husain, Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Perbaikan Mutu Pendidikan Sekolah
Dasar (Zahir Publishing, 2020).
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsepsi era otonomi daerah ?
2. Bagaimana urgensi kebijakan desentralisasi pendidikan ?
3. Bagaimana kebijakan pendidikan di era otonomi daerah ?
4. Bagaimana implikasi kebijakan pendidikan di era otonomi daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan ?
5. Bagaimana kebijakan otonomi pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsepsi era otonomi daerah.
2. Untuk mengetahui urgensi kebijakan desentralisasi pendidikan.
3. Untuk mengetahui kebijakan di era otonomi daerah.
4. Untuk mengetahui implikasi kebijakan pendidikan di era otonomi daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan.
5. Untuk kebijakan otonomi pendidikan.
7
“Kemdikbud kaji ulang konsep otonomi pendid
ikan” diambil dari Kompas Online edisi 29 Nopember 2011.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/29/09304757/Kemdikbud.Kaji.Ulang.Konsep.Otonomi.Pendidikan diakses
tanggal 16 April 2011.
BAB II
PEMBAHASAN
8
Ridwan and Sumirat.
9
Wajong., Asas Dan Tujuan Pemerintahan Daerah. (Jakarta: Djambatan, 1979).
10
Irfan Setiawan, Handbook Pemerintahan Daerah (Wahana Resolusi, 2018).
5
intervensi pihak lain atau pemerintah pusat dan pemerintah diatasnya. Dengan adanya
otonomi tersebut, daerah bebas berimprovisasi, mengekspresikan dan mengapresiasikan
kemampuan dan potensi yang dimiliki, mempunyai kebebasan berpikir dan bertindak,
sehingga bisa berkarya sesuai dengan kebebasan yang dimilikinya.11
11
Abdul Rozak and A Islam Az-Ziyadah, ‘Kebijakan Pendidikan Di Indonesia’, Alim| Journal of Islamic Education, 3.2
(2021), 197–208.
12
Arun and Jesse Ribot Agrawal, ‘Accountability in Decentralization, A Framework with South Asian and West
African Cases’, Yale University: Departemen of Political Science, 2000.
13
Aan Widianto, ‘Peran Humas Dalam Pengembangan Pendidikan Pada Era Otonomi’, Vol, 3 (2018), 159–73.
14
Andrew R. Freeman, ‘The Network Nation —The Relevance of This For Possible Education and General
Administrative Structure and Strategiesin the 1980s— And 90s, Master of Education Minor Thesis’, University of
Melboure, 1983 <%0Aafreeman@pcug.org.au.>.
6
15
Muhammad Lukman Syafii, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Pelaksanaan Dan Tanggung Jawab Secara
Mandiri’, JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 14.1 (2016), 115–34.
16
Iman Gojali Umiarso, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2010).
17
A Samad Usman, ‘Meningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah’, Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, 15.1 (2014), 13–31.
7
kapasitas kepada publik untuk ikut berpartisipasi dan mengelola pendidikan serta
peluang untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat.18
Dengan demikian desentralisasi pendidikan bertujuan untuk
memberdayakan peranan unit bawah atau masyarakat dalam menangani persoalan
pendidikan di lapangan. Desentralisasi pendidikan yang memfokuskan pada
pemberiaan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah dilakukan dengan
motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Desentralisasi pendidikan
meliputi suatu proses pemberiaan kewenangan yang lebih luas di bidang
kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke
pemerintah lokal dan pada saat kewenangan yang lebih besar juga diberikan pada
tingkat sekolah.19
18
Novia Yanti and Nursyamsi Nursyamsi, ‘Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional: Telaah Mengenai
UU NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dan PP NO. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama
Dan Keagamaan’, Mauizhah: Jurnal Kajian Keislaman, 10.1 (2020), 139–70.
19
D R H Masduki Duryat, Analisis Kebijakan Pendidikan; Teori Dan Praktiknya Di Indonesia (Penerbit K-Media,
2022).
20
Sani Safitri, ‘Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia’, Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 5.1
(2016).
8
21
Yanti and Nursyamsi.
22
D Daryono, Menuju Manajemen Berbasis Sekolah (Lembaga Academic & Research Institute, 2020).
9
23
Tajuddinur Tajuddinur, ‘Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)’, ULIL
ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1.9 (2022), 3294–3307.
24
Ahmaluddin Ahmaluddin, ‘Peranan Dinas Pendidikan Dalam Pengawasan Intern Terhadap Penyaluran Dana
Bantuan Operasional Sekolah Di Lingkungan Kabupaten Indragiri Hilir (Studi: Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020
Tentang Juknis Bos Reguler)’ (Universitas Islam Riau, 2022).
25
Ibnu Salman, Warjio Warjio, and Isnaini Isnaini, ‘Analisis Bantuan Operasional Sekolah Kepada Yayasan
Perguruan Almanar Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang’, Jurnal Administrasi
Publik (Public Administration Journal), 8.1 (2018), 18–38.
10
Hal ini dapat terlihat diberbagai persoalan yakni sumber daya manusia
(SDM) daerah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, manajemen
pendidikan yang belum optimal dan lain sebagainya. Diantara persoalan yang
dihadapai pendidikan di daerah sekarang adalah menyangkut mutu lulusan yang
masih rendah, kekurangan guru dan kualifikasinya yang tidak sesuai, ketidak
merataan penyelenggaran pendidikan, masalah relevansi, kurikulum dan hal-hal
lain sebagainya, ini merupakan suatu pekerjaan rumah yang cukup berat bagi
pemerintah daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah. Pemahaman dan
komitmen yang kuat dari pemerintah daerah tentang pendidikan sangat diperlukan
dalam upaya menjawab permasalahan tersebut. Adapun kebijakan nasional yang
menjadi prioritas pemerintah harus pula mendapat perhatian dari sekolah. Dengan
demikian sekolah dituntut memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun
pemerintah, karena keduanya merupakan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.28
27
Zaidun Naim, ‘Implikasi Desentralisasi Pendidikan Pada Pengembangan Pendidikan Islam’, Journal TA’LIMUNA,
3.2 (2014), 143–57.
28
Hengki Nurhuda, ‘Masalah-Masalah Pendidikan Nasional; Faktor-Faktor Dan Solusi Yang Ditawarkan’, Dirasah:
Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam, 5.2 (2022), 127–37.
12
29
Nurhuda.
13
dan akreditas, supervise bertujuan untuk pengendali mutu (quality control) dan
akreditas.30
Untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan secara nasional tampaknya
mengalami banyak kesulitan, karena sejumlah masalah dan kendala yang perlu
diatasi. Masalah-masalah yang berkaitan dengan substansi dalam pendidikan
sebagai berikut:
1) Masalah Kurikulum
Dalam konteks otonomi daerah kurikulum suatu lembaga
pendidikan tidak sekedar daftar mata pelajaran yang dituntut didalam
suatu jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pengertian yang luas kurikulum
adalah berisi kondisi yang telah melahirkan suatu rencana atau program
pembelajaran tertentu, juga berkenan dengan proses yang terjadi dalam
pembelajaran, fasilitas yang tersedia yang menunjang terjadinya proses,
dan akhirnya produk atau hasil proses. Oleh sebab itu masyarakat di
Indonesia yang sangat heterogen dengan berbagai macam keseragamannya
seperti: budaya, adat, suku, sumber daya alam dan bahkan sumber daya
manusia. Masing-masing daerah mempunyai kesiapan dan kemampuan
yang berbeda dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Permasalahan
relevansi pendidikan selama ini diarahkan pada kurangnya kepercayaan
pemerintah pada daerah untuk menata sistem pendidikannya sesuai dengan
kondisi objektif didaerahnya. Situasi ini memacu terciptanya
pengangguran lulusan akibat tidak relevannya kurikulum dengan kondisi
daerah.
2) Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)
Sejak kebijakan otonomi daerah pengelolaan sumber daya manusia
didaerah baik di provinsi, kabupaten/kota memang cukup
memprihatinkan. Pimpinan daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) yang
kekuasaanya sangat besar kadang menempatkan orang- orangnya secara
semena-mena dan jarang memperhatikan aspek profesionalisme, padahal
sumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam
30
Idris Idris, ‘Perencanaan Pendidikan Dalam Konteks Desentralisasi Pendidikan’, Scolae: Journal of Pedagogy, 3.2
(2020).
14
32
Yoyon. Suryono, Arah Kebijakan Otonomi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. (Yogyakarta: FIP UNY,
2000).
21
proses pembelajaran yang efektif dan mampu menjangkau seluruh ranah dan
potensi anak didik. Proses pembelajaran sangat berorientasi pada ranah kognitif
dengan pendekatan formalisme dan pada saat yang sama, cenderung mengabaikan
ranah afektif dan psikomotorik.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
Kesimpulan pada uraian diatas bahwa otonomi daerah yang diterapkan melalui
Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 2004, bukan saja menerapkan otonomi
tentang pemerintahan saja, akan tetapi jauh lebih luas yaitu mencakup di bidang
pendidikan. Dengan diterapkan Undang-undang tersebut, maka pemerintah terutama
pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota) yang terbentang dari sabang sampai
ke merauke harus berperan aktif untuk meningkat mutu pendidikan. Hal ini disebabkan
oleh bahwa pendidikan merupakan urat nadinya suatu daerah, kalau pendidikannya maju,
maka di bidang-bidang yang akan ikut maju. Otonomi pendidikan telah memberikan
peluang bagi daerah untuk bisa memacu pendidikan yang ada di daerah masingmasing.
Otonomi pendidikan juga memberikan peluang yang seluas-luasnya ke pada masyarakat
untuk dapat lebih berperan aktif mengawas pendidikan yang terdapat di daerahnya
masing- masing.
Otonomi pendidikan adalah merupakan angin segar dalam rangka untuk
memberikan dan menjadikan mutu pendidikan lebih baik dan sempurna. Hal ini didukung
oleh bahwa masyarakat secara umum telah dapat berbuat banyak dalam memberikan
sumbangsih terhadap dunia pendidikan. Kemarjinalan selama ini bisa dihilangkan dan di
buang jauh-jauh.
B. Saran
Sebaiknya para aparatur pemerintah daerah dibekali dengan pendidikan yang cukup
yang dapat dimiliki oleh aparatur daerah dalam menjalankankan tugas dan wewenangnya
masing-masing. Dan dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan bijaksana dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Arun and Jesse Ribot, ‘Accountability in Decentralization, A Framework with South
Asian and West African Cases’, Yale University: Departemen of Political Science, 2000
Arifudin, Iis, ‘Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Madrasah’, Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 1.1 (2014), 39–49
Daryono, D, Menuju Manajemen Berbasis Sekolah (Lembaga Academic & Research Institute,
2020)
Freeman, Andrew R., ‘The Network Nation —The Relevance of This For Possible Education
and General Administrative Structure and Strategiesin the 1980s— And 90s, Master of
Education Minor Thesis’, University of Melboure, 1983 <%0Aafreeman@pcug.org.au.>
Gusti, Gusti, and Masduki Masduki, ‘Regulasi Penjaminan Mutu Pendidikan Di Indonesia’,
Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 11.1 (2022), 35–40
Rahmat, Abdul, and Rusmin Husain, Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Perbaikan Mutu
Pendidikan Sekolah Dasar (Zahir Publishing, 2020)
Ridwan, Iwan, and Iin Ratna Sumirat, ‘Kebijakan Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi
Daerah’, Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius,
Akuntabel), 7.1 (2021)
Rozak, Abdul, and A Islam Az-Ziyadah, ‘Kebijakan Pendidikan Di Indonesia’, Alim| Journal of
Islamic Education, 3.2 (2021), 197–208
Salman, Ibnu, Warjio Warjio, and Isnaini Isnaini, ‘Analisis Bantuan Operasional Sekolah
Kepada Yayasan Perguruan Almanar Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang’, Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal), 8.1
(2018), 18–38
Suryono, Yoyon., Arah Kebijakan Otonomi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah.
(Yogyakarta: FIP UNY, 2000)
Umiarso, Iman Gojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan (Yogyakarta:
24
IRCiSoD, 2010)
Widianto, Aan, ‘Peran Humas Dalam Pengembangan Pendidikan Pada Era Otonomi’, Vol, 3
(2018), 159–73
Yanti, Novia, and Nursyamsi Nursyamsi, ‘Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional:
Telaah Mengenai UU NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dan PP
NO. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Keagamaan’, Mauizhah: Jurnal
Kajian Keislaman, 10.1 (2020), 139–70