Dosen Pengampu:
Eni Yuniastuti S.Pd, M.Sc
Oleh:
HENOK A NABABAN
NIM. 3181131012
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat –Nya yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Organisasi Kebijakan Pendidikan. Tugas ini adalah
tugas individu yang mengkaji dua buku tentang Penjamin mutu pendidikan yang
bertujuan meringkas isi dan membandingkan dengan dua buku atau lebih buku lainnya
dengan relevan.
Saya berharap semoga tugas Critical Book Report ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi untuk senantiasa membaca. Saya menyadari bahwa tugas ini
terdapat banyak kekurangan, untuk itu saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang tepat dalam pembahasan.
Henok Nababan
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................1
Daftar isi................................................................................................................2
Bab i pendahuluan.................................................................................................3
A. Latar belakang...........................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Manfaat......................................................................................................3
Bab ii ringkasan dan pembahasan.........................................................................4
A. Identitas buku............................................................................................4
B. Ringkasan & pembahasan buku................................................................6
1.1 Buku utama..........................................................................................7
1.2 Buku pembanding................................................................................8
1.3 Kelemahan dan kelebihan kedua buku................................................8
Bab iii penutup......................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
Daftat pustaka........................................................................................................9
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan pendidikan di era ototnomi daerah menjadi
sedemikian penting. Disamping mengupayakan bagaimana mencari solusi terhadap permasalahan
– permasalahan pendidikan, juga selama ini dirasakan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan masih belum optimal. Masyarakat disini dimaksudkan tidak saja para orangtua dan
msayarakat sekitar, tetapi juga dunia kerja dan dunia industry yang nantinya menjadi pemakai
output lembaga pendidikan yang ada. Dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat tersebut,
sekarang dikenal beberapa badan yang berfungsi mem-back-up penyelenggaraan pendidikan,
seperti Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, Majelis Madrasah, Badan Pertimbangan Pendidikan,
dan sebagainya
Adanya otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para personel, menawarkan partisipasi langsung pihak- pihak terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah “Critical Book Report Organisasi dan
Kebijakan Pendidikan” ini adalah :
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Identitas Buku
Buku Utama
Penulis : Hasbullah
ISBN : 979-769-059-8
Dimensi buku : 21 cm
Buku Pembanding
2
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978-602-6970-54-1
Ukuran Buku : 24 cm
3
B. Ringkasan & pembahasan buku
BAB I PENDAHULUAN
Dalam kehadiran UU Nomor 32 tahun 2004 (dimulai dengan UU Nomor 29 Tahun 1999)
tentang pemerintahan Daerah, dimana sejumlah kewenangan telah diserahkan oleh Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah, memungkinkan daerah untuk melakukan kreasi, inovasi, dan
improvisasi dalam pembangunan daerahnya, termasuk dalam bidang pendidikan. Pemberlakuan
otonomi daerah tersebut membawa implikasi terhadap perubahan dalam penyelenggaraan
pendidikan, yang salah satunya adalah berkurangnya peran pemerintah pusat dalam pengelolaan
pendidikan
Adanya otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para personel, menawarkan partisipasi langsung pihak-pihak terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
4
Secara politis, desentralisasi dalam pengertian devolusi dilakukan untuk memenuhi tuntutan
golongan minoritas yang menuntut otonomi dalam wilayahnya. Semakin tinggi praktik-praktik
diskriminasi, akan semakin kuat menciptakan tuntutan akan otonomi.
Dalam konteks desentralisai ini, peran serta masyarakat sangat diperlukan. Aparatur
pendidikan baik di pusat maupun di daerah, berperan penting dalam peningkatan peran serta,
efisiensi, dan produktivitas masyarakat untuk membangun pendidikan yang mandiri dan
professional. Slah satu sasaran pembangunan adalah mewujudkan desentralisasi daerah yang
nyata, dinamis, dan bertanggungjawab. Titik berat desentralisasi diletakkan pada kabupaten/kota.
Oleh karena itu peningkatan kualitas aparatur pendidikan di daerah amatlah mendasar
peranannya, terutama pada lapisan terdekat dengan rakyat yang mendapat pelayanan. Efektivitas
pelayanan pendidikan pada tingkat akar rumput (grass root) juga penting untuk pendidikan.
5
c. suatu Negara menganut sistem pengelolaan pendidikan sentralistik, tetapi pada
saat yang sama mengembangkan MBS
Masalah Kurikulum
Kurikulum sekolah yang amat terstruktur dan sarat beban menyebabkan proses pembelajaran
di sekolah menjadi steril terhadap keadaan dan perubahan lingkungan fisik dan soial yang
berkembang dalam masyarakat. Akibatnya, proses pendidikan menjadi rutin, tidak menarik, dan
kurang mampu memupuk kreativitas murid untuk belajar serta guru an pengelola pendidikan
dalam menyusun dan melaksanakan pendekatan belajar yang inovatif. Kurikulum kelembagaan
pendidikan yang baik adalah kurikulum kelembagan pendidikan yang berkembang dari dan untuk
masyarakat, yaitu kelembagan pendidikan yang bersandarkan pada komunitas masyarakat.
Sumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan implementasi
desntralisasi pendidikan. Banyak kekhawatiran dalam bidang kesiapan SDM ini, diantaranya
belum terpenuhinya lapangan kerja dengan kemampuan sumber daya yang ada. Prinsip “the right
man on the right place” semakin jauh dari pelaksnaannya. .
6
Persoalan dana merupakan persoalan yang paling krusial dalam perbaikan dan pembangunan
system pendidikan di Indonesia, dan dana juga merupakan salah satu syarat atau unsur yang
sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Selama ini dikeluhkan bahwa
mutu pendidikan nasional rendah karena dana yang tidak mencukupi, anggaran untuk pendidikan
masih terlalu rendah.
Masalah Perundang-undangan
Meskipun desentralisasi sudah ada dalam peraturan dan regulasi otonomi daerah, tetapi dalam
kelembagaan dan sikap akademik guru, kepala sekolah dan jajaran Dinas Pendidikan sebagai
atasannya belum sinkron. Pemerintah daerah belum menunjukkan penampilan dan cara kerja
yang jelas, dan yang mereka lakukan masih pada pemanfaatan dana, bukan pada “academic
activity”.
7
BAB IV IMPLIKASI UMUM DESENTRALISASI PENDIDIKAN
Implementasi otonomi pendidikan, disamping banyak memiliki sisi positifnya, perlu juga
disadari oleh pelaku pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta,
bahwa pelaksanaan otonomi pendidikan akan membawa konsekuensi yang cukup berat,
diantaranya sebagai berikut :
Dalam bidang ini, perlu terjadi pengaturan perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah,
dan masing-masing harus mempunyai komitmen tinggi untuk mewujudkannya. Sebab, berhasil
tidaknya pelaksanaan otonomi daerah paling tidak ditentukan oleh tiga hal, yaitu (1) adanya
political will and political commitment dari pemerintah pusat untuk benar-benar memberdayakan
daerah; (2) adanya iktikad baik dari pemerintah dalam mebantu keuangan daerah; (3) adanya
perubahan perilaku elit local untuk dapat membangun daerah.
Perlunya memerhatikan persoalan bidang social budaya ini karena adanya gejala munculnya
eksklusivisme kesukuan pada daerah tertentu, yang ingin menunjukkan sebagai daerah khusus,
yang menutup untuk dialog secara plural dan inklusif. Dalam dunia pendidikan, tindakan
“eksklusivisme” semacam ini cukup membahayakan bagi peserta didik. Apabila pengaruhnya
terlalu besar dan mereka menginternalisasi nilai-nilai eksklusivistis yang ditanamkan, hal itu akan
membuat rawan bagi terwujunya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rendahnya wawasan
dan sikap multicultural memungkinkan munculnya tindakan-tindakan anarkis yang pada akhir-
akhir ini agak menggejalan di Indonesia.
Sekolah sebagai ujung tombak proses pendidikan, dimana guru dan siswa secara terus
menerus melakukan kontak pendidikan dan pembelajaran, sebenarnya mrupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
otonomi di bidang pendidikan hendaknya tidak
8
hanya diartikan sebagai pemberian kewenangan daerah untuk mengelola pendidikan, tetapi juga
harus diartikan untuk memberikan kewenangan yang lebih besar kepada sekolah untuk emngurus
keiatan proses pengelolaan pendidikan di sekolah dalam upaya mengoptimalkan hasil
pembelajaran.
d. Anggaran Pendidikan
Untuk menjalani perannya, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki fungsi yaitu
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan ynag bermutu. Badan itu juga melakukan kerjasama dengan masyarakat, baik
perorangan maupun organisasi, dunia usaha dan dunia industri, pemerintah dan DPRD berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Fungsi lainnya adalah menampung dan
menganalisis aspirasi, pandangan, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
oleh masyarakat.
Titik simpul yang mesti diperhatikan dalam menggulirkan otonomi dan desentralisasi
dalam pendidikan adalah kepala sekolah dan guru. Pada hakikatnya, kepala sekolah dengan
segala fungsi dan tugasnya, mempunyai otoritas pendidikan di institusi yang dipimpinnya.
Selama ini makna tersebut tergadaikan kepada pihak- pihak yang menjadi atasannya. Bahkan
banyak kepala sekolah yang menempatkan diri sebagai birokrat Dinas Pendidikan.
Penyelenggaraan sekolah yang birokratik
9
sentris dan berorientasi pada factor-faktor input-krikulum, guru, siswa, buku, fasilitas belajar-
semakin mendorong kepala sekolah melupakan proses kependidikan.
Dalam upaya membangun otonomisasi pendidikan scara benar, maka dalam bidang
pendidikan kiranya akan terbentuk pola manajemen pendidikan sebagai berikut :
2. Pelibatan Masyarakat
3. Pemberdayaan Sekolah
5. Meniadakan Penyeragaman
Dengan adanya MBS sebagai salah satu program pembangunan bidang pendidikan dan
sekaligus sebagai salah satu sasaran pembinaan pendidikan dasar dan menengah yang akan
diwujudkan di masa dating, maka diperlukan adanya kesamaan persepsi akan pengertian dan
konsep dasar MBS itu sendiri. MBS dapat didefenisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah; memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau
mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Karena
10
itu esensi MBS= otonomi sekolah+fleksibilitas+partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.
Agar implementasi desentraisasi lebih efektif dan efisien yang dipresentasikan melalui
MBS, maka beberapa Negara terutama di Inggris dan Australia, telah memberikan kewenangan
kepada sekolah khususnya dalam hal pengalokasian dan optimalisasi sumber daya yang ada.
System pendidikan di kedua Negara tersebut telah menunjukkan keberhasilan dengan pola MBS
ini. Keberhasilan yang dicapai di samping kualitas out put yang bagus, juga dalam hal
akuntabilitas dan performance nya.
Keberadaan komite sekolah bersama Dewan Pendidikan secara legal formal telah
dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002.Komite Sekolah
yang berkedudukan di setiap satuan pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite sekolah dapat terdiri dari satuan
pendidikan atau berupa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan
pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan
pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan atau karena pertimbangan lain.
Adapun tujuan komite sekolah yaitu (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan disatuan
pendidikan, (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
11
komite sekolah yang perlu dikenalkan manfaatnya. Dengan demikian, keberadaan komite sekolah
di samping benar-benar diperlukan, juga diharapkan dapat berjalan efektif dan efisien.
12
7. Manajemen kehumasan
Dengan adanya otonomi lembaga pendidikan tinggi, maka dapat dipilah- pilah prinsip-
prinsip mana yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan tinggi yang ada. Mengubah
suatu system manajemn pendidikan tinggi tidaklah semudah sebagaimana yang digambarkan.
Terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan suatu system. Selain itu, setiap
perubahan system biasanya menuntut biaya dan persiapan yang matang, apalagi jika tidak
tersedia SDM yang diperlukan, maka setiap penerapan prinsip manajmen baru akan meminta
biaya besar.
Namun demikian, dalam rangka penerapan otonomi perguruan tinggi terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi, yaitu (1) kualitas sumber daya manusia yang terbatas, (2) sikap dan
budaya kerja yang kurang disiplin, (3) terbatasnya sumber daya emerintah untuk menyediakan
biaya operasional tahap awal, (4) terbatasnya kemampuan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya dengan pembayaran SPP yang tinggi, (5) kurangnya kesabaran dosen, teknisi, dan tenaga
administrasi untuk berjuang bersama denan penghargaan yang terbatas sebelum perguruan tinggi
menghasilkan cukup dana dari usaha swadayanya. (Sufyarma, 2003:164).
Dalam upaya meningkatkan peran dan kualitas perguruan tinggi ke depan, akuntabilitas
dan kemandirian perguruan tinggi merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, para
penyelenggara pendidikan tinggi sekarang perlu melakukan instropeksi dan retropeksi sejauh
amna hal tersebut sudah dilakukan. Perguruan tinggi yang memerhatikan akuntabilitas sdah pasti
akan melibatkan partisipasi masyarakat.Dalam hal ini, tidak saja dalam bentuk pengelolaan, tetapi
juga program-program yang dikembangkan perguuan tinggi harus menyahuti dan mempunyai
relevansi dengan berbagai kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya.
13
BAB X OTONOMI DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam menjadi salah satu isu penting dalam setiap pembahasan yang
menyangkut kehidupan umat Islam. Itulah sebabnya berbagai pertemuan ilmiah baik yang
berskala lokal sampai internasional mengenai pendidikan Islam sudah sekian banyak
dilaksanakan..
1. Nilai historis, di mana pendidikan Islam telah survive baik pada masa kolonial
hingga zaman kemerdekaan. Pendidikan Islam telah menyiapkan nilai-nilai yang sangat
besar di dalam kesinambungan hidup bangsa, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam
perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaanya. I dalam invasi kebudayaan
Barat, pendidikan Islam telah menunjukkan ketahanujiannya sehingga tetap survive.
2. Nilai religius, pendidikan Islam di dalam perkembangannya tentunya telah
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai agama Islam sebagai salah satu nilai budaya
bangsa Indonesia.
3. Nilai moral, pendidikan Islam tiidak diragukan lagi sebagai pusat pemelihara dan
pengembangan nilai-nilai moral yang berdasarkan agama Islam. Sekolah-sekolah
madrasah, pesantren, bukan hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai
pusat atau benteng moral dan kehidupan mayoritas bangsa Indonesia.
14
1.2. Buku Pembanding
BAB I pada buku ini berisi tentang Anatomi Organisasi. Didalam bab ini
menjelaskan tentang fenomena kehidupan organisasi dalam masyarakat. Secara fitra,
manusia menjadi eksistensi yang kreatif. Dalam perannya, berbagai kreativitas muncul,
dan banyak kejadian mengemuka silih berganti. Kekuasaan, kepemimpinan, organisasi,
pengaruh mulai muncul ke permukaan. Faktanya banyak sudah organisasi yang dibangun
dan dikembangkan untuk memudahkan penataan kebutuhan hidup manusia.
Organisasi apapun senantiasa membutuhkan manajemen yang baik. Pada bab ini
juga menjelaskan tentang fenomena manajemen dalam era informasi. Fenomena
perubahan dalam organisasi pendidikan juga menjadi keniscayaan dalam dinamika
kontemporer. Dalam pendidikan, perubahan yang sangat diperhitungkan adalah yang
secara langsung mempengaruhi siswa dan apa yang mereka pelajari. Peningkatan
kapasitas didaerah adalah untuk mendukung perubahan pada bangunan dan level sekolah
menjadi pekerjaan sangat penting bagi pengawas dan orang yang bekerja dikantor
pendidikan kabupaten dan yang seharusnya peduli terutama dewan pendidikan. Pada bab
ini juga menjelaskan peluang pengembangan organisasi.
15
Bab II pada buku ini berisi tentang Manajemen dan Organisasi Pendidikan. Pada
bab ini juga menjelaskan tentang konsep organisasi pendidikan, organisasi secara
sistematik adalah sistem yang bersifat terbuka, seperti halnya sistem social. Sebab
organisasi mencakup orang dan tujuan- tujuan yang bergantung atas usaha orang untuk
mencapai kinerja, hasil, yang menjadi arah yang benar sebagai sistem social.
Konsep manajemen pada buku ini terbagi atas sejarah manajemen, perkembangan
awal manajemen, pengertian manajen yaitu manajemen merupakan pencapaian sasaran
organisasi secara efektif dan efisien melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan sumber daya organisasi.
Menurut Winardi (2009: 26) ada beberapa pendekatan pengkajian manajemen yaitu:
- Pendekatan Klasikal
- Pendekatan Perilaku
Pada bab ini juga menjelaskan tentang antara manajemen dan kepemimpinan.
Menurut Nanus dan Dobbs (2000: 17) focus kepemimpinan diarahkan terhadap empat
hal, yaitu:
3. Untuk pekerjaan masa kini, pemimpin berkenaan dengan mutu pelayanan terhadap
pelanggan dan masyarakat juga struktur organisi, sistem informasi dan aspek lain dari
efektifitas organisasi.
16
4. Untuk peluang masa depan, pemimpin mengantisipasi kecendrungan dan juga
pengembangan yang mendekati untuk kepentingan implikasi bagi arah masa depan
organisasi.
Bab III pada buku ini berisi tentang Fungsi- Fungsi Manajemen. Pada bab ini juga
menjelaskan tentang perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan merupakan
tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Dengan begitu,
perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (performance) satu organisasi
dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Dari hasil
perencanaan akan muncul beberapa rencana, yaitu:
17
Robbins (1984: 236) berpendapat bahwa: “Decision making is process in wich
one chooses between two or more alternative”. Berdasarkan pendapat diatas dapat
dipahami hakikat pengambilan keputusan ialah proses memilih dua alternative atau lebih.
Biasanya pilihan yang ditetapkan didasarkan pada pertimbangan rasional yang memiliki
keutamaan lebih banyak bagi organisasi daripada alternatif lainnya. Langkah- langkah
pengambilan keputusan sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1995:
113) yang terdiri dari lima langkah yaitu:
- Mengevaluasi alternatif
- Mengevaluasi alternatif
Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: keputusan strategis dan
keputusan operasional. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan
merupakan langkah yang strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. Menurut
Winadi (1990) pengorganisasian adalah suatu proses pekerjaan yang ada dibagi dalam
komponen- komponen yang dapat ditangani dan aktivitas- aktivitas mengkoordinasikan
hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa konsep dalam
pengorganisasian, yang menurut Mondy dan Premeaux (1995) yaitu tanggung jawab,
wewenang, pendelegasian, dan pertanggung jawaban.
18
Koordinasi (Coordinating) adalah salah satu fungsi manajemen. Koordinasi
merupakan bagian integral dari proses pengorganisasian. Pendapat mengungkapkan
bahwa koordinasi adalah suatu fungsi yang menjamin sumbangan dari satu sub sistem
atau bagian dalam organisasi dibuat sebagai syarat yang mana mereka saling terkait
bersama kedalam suatu situasi yang harmonis secara utuh.
Bab IV pada buku ini berisi tentang Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Pendidikan. Perencanaan pendidikan adalah proses menetapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada masa akan datang dalam mencapai tujuan pendidikan, termasuk tujuan
sekolah.
Ada enam fungsi utama rencana atau perencanaan yang dibuat manajer suatu
organisasi, yaitu:
19
- Perkiraan yang bersifat ramalan.
- Berfungsi ekonomi.
- Alat koordinasi.
Ketujuh alasan yang dikemukakan diatas, merupakan hal yang rasional baik
secara empiris maupun secara objektif bagi pentingnya penyusunan perencanaan strategik
organisasi, jika organisasi tesebut ingin berkembang.
20
A. Perencanaan harus menjadi satu proses yang asuk akal dan sistematis
A. Desain dan penyampaian dari pendekatan baru kepada kurikulum dan sertifikasi
guru.
2. Perencanaan strategi membawa keuntungan yang spesifik bagi kepala sekolah sebagai
berikut:
21
A. Fokus untuk mengklasifikasi seluruh tujuan sekolah
D. Mengevaluasi rencana
E. Menspesifikasi rencana
F. Menerapkan rencana
A. Perspektif perencanaan
C. Perspektif politk
D. Perspektif kebudayaan
E. Perspektif pandangan
Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda
sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat segera
menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada juga
individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya.
23
· Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin
luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.
· Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar
peranannya bagi pengambilan keputusan.
· Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan
individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
· Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat
contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan
keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada
gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan, pada dasarnya dia
telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang ditawarkan kepadanya.
Kendati demikian, hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan yang
tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan kemampuan individu yang
bersangkuran, lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek
psikologis
24
Pemimpin pendidikan sebagai problem solver dituntut untuk memiliki kreativitas
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan alternatif penyelesaiannya. Berpikir
kreatif untiuk memecahkan masalah dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu yang
lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Setiap orang mempunyai cara
unik dalam mengambil keputusan. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar individu
yang satu dengan yang lain dalam melakukan pengambilan keputusan. Harren (1980)
menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan
seseorang di dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.
25
menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan juga
menjadi ciri atau bagian unik dari individu
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu
memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses
pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan
Islam dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya
bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
A. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.
Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta
alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk
mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah,
sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan
pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
26
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar
mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan
ayat yang menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-
Ankabut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS.
Al-Ankabut : 45)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia
membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa
pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
B. Prinsip Seimbang
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. Implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan firmanallah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)
C. Perilaku empengaruhi
28
E. Keluaran mempengaruhi
F. Keluaran kepemimpinan
Lussier menjelaskan bahwa para peneliti yang tidak begitu fokus pada
kepribadian atau sistem pengelompokkan bakat berusaha mengenalkan daftar
bakat/bawaan yang dimiliki pemimpin efektif. Ada beberapa yang mengemukakan dari
sejumlah bawaan yang secara knsisten membedakan satu pemimpin dengan pemimpin
lainnya. Jadi teori bawaan/bakat tidak bermaksud memastikan hal ini menjadi universitas.
Adapun bawaan pemimpin efektif yaitu: dominan, energinya kuat, percaya diri, locus of
control/ rentang kendalli, stabilitas/kestabilan diri, integrasi/kejujuran, kecerdasan,
kecerdasan emosi, fleksibel, dan kepekaan pada orang lain/sensitivitas.
Kepemimpinan Pendidikan
Kepala sekolah merupakan jabatan yang mendapat amanah dari pemerintah atau
yayasan dalam pengelolaan sekolah. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang
ditunjukkan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain.
29
Kepemimpinan Pendidikan Islam
Adapu empat sifat tersebut adalah sebagai berikut: ash-shiddiq, amanah, amanah,
dan fathanah.
Unsur kepemimpinan yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin antara lain adalah
sebagai berikut: musyawarah, keberanian dalam kebenaran, optimisme. Adad beberapa
karakter yang sangat dibutuhkan dan harus dipenuhi seorang pemimpin pendidikan, yaitu
sebagai berikut:
Supervisi Pendidikan
Supervisi adalah istilah yang akrab kita dengar sehari-hari. Dalam dunia kerja,
jabatan supervisi seringkali diartikan sebagai jabatan yang berada di atas karyawan biasa,
namun masih lebih rendah daripada jabatan “bos”. Sebenarnya, apa definisi dari
supervisi?
Dalam dunia pendidikan, supervisi tetap ada dan dibutuhkan. Bentuk supervisi ini
biasanya dilakukan kepala sekolah kepada guru-guru yang ada di sebuah sekolah.
Supervisi adalah proses bantuan, bimbingan dan pembinaan dari kepala sekolah kepada
guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bantuan dan bimbingan tersebut bersifat
profesional dan dilaksanakan melalui dialog untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada
guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses
pembelajaran.
Tujuan Khusus
Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.
Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing siswa
mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
31
Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung dimilikinya
kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan
belajar siswa.
32
yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Ketiga, fungsi membina
dan memimpin yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan diarahkan kepada guru dan tenaga
tata usaha.
Profesi guru harus terus dibina dan ditingkatkan statusnya sebagai profesi penuh
yang dihargai berdasarkan keahlian khusus yangberbeda dengan profesi lain. Pembinaan
staf menjadi tanggung jawab bagi kelangsungan pembelajaran secara sistematik agar
supaya tercapai peningkatan keprofesionalan guru. Supervisi pengajaran tanggung jawab
atas pemantauan setiap hadi dan peningkatan pengajaran dan pembelajaran.
Supervisi mempunyai pengertian luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para
pemimpin sekolah dan supervisor, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses
supervsi merupakan dorongan, bimbingan, dan kesepakatan bagi pertumbuhan keahlian
dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran pemilihan alat-alat pengajaran dan metode-metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase kesluruhan
proses pengajaran dan sebaginnya. Dengan kata lain: Supervisi ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
33
1.3. Kelebihan dan Kekurangan Buku
- Kelebihan Buku Utama
1. Buku ini memiliki bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami pembaca
2. Buku ini dilengkapi dengan UU Sistem Pendidikan Nasional serta UU Guru dan
Dosen
3. Pembahasan dalam tiap bab dibuku ini saling keterkaitan yaitu dimulai dengan
konsep –konsep tentang desentralisasi pendidikan itu sendiri, peningkatan
kapasitas otonomisasi sekolah, pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
Pemberdayaan Komite Sekolah, pengelolaan system manajemen pendidikan di
sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan otonomi pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam
4. Isi dari buu pada setiap bab menunjukkan permasalahan yang akan diketahui dan
dibahas tuntas bagi para pembaca
5. Memuat beberapa pendapat ahi yang mendukung kebenaran dari isi pembahasan
setiap bab yang ada dibuku
6. Keberadaan buku ini semakin menambah informasi dan ilmu pengetahuan yang
berguna untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang berbagai
perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai akibat
diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah
7. Buku ini sangat cocok menjadi bahan acuan dalam pembelajaran terutama pada
fakultas pendidikan dan keguruan dan pelaku pendidikan.
1. Sampul buku cukup menarik dan sesuai untuk buku pada umumnya. Sehimgga
34
para pembaca senang dan bersemangat untuk membaca buku ini.
2. Buku ini menjelaskan secara terperinci mengenai manajemen organisasi
pendidikan.
3. Setiap topic yang dibahas selalu disertai dengan contohnya sehingga pembaca
akan lebih jelas memahaminya.
4. Materi yang dibahas setiap bab nya memiliki keterkaitan dan sangat
berkesinambungan dengan materi selanjutnya, sehingga sangat sistematis dan
beruntut materi yang disajikan pada setiap bab nya. Agar memudahkan para
pembaca memahami inti sari dari bab ini.
-Kelemahan Buku Pembanding
1. Penulisan konsep bahasa per kata yang digunakan masih terdapat kekeliruan.
2. Terdapat beberapa kata yang sulit untuk di pahami.
3. Seperti yang terdapat pada halaman 94. Seharusnya penulis membuat arti dari
bahasa inggris tersebut. Agar pembaca mudah untuk mengerti.
35
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum buku ini semakin menambah informasi dan ilmu pengetahuan yang
berguna untuk menambah wawasan tentang diimplementasikannya kebijakan otonomi
daerah ini diharapkan mampu membuka wawasan tentang arti pentingnya otonomi di
bidang pendidikan. Konsep-konsep tentang desentralisasi pendidikan, peningkatan
kapasitas otonomisasi sekolah, pelaksanaan MBS, pemberayaan komite seklah,
pengelolaan system manajemen pendidikan di sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan
otonomi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang diuraikan dalam buku ini sangat
perlu dipahami oleh pemegag kebijakan, pelaku dibidang pendidikan, dan masyarakat
selaku stakeholder dalam pengelolaan pendidikan.
B. Saran
Penulis berharap agar pembaca dapat memahami isi dari critical book report ini
dan semoga dapat menambah wawasan daripada pembaca