Anda di halaman 1dari 39

CRITICAL BOOK REPORT

ORGANISASI dan KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Eni Yuniastuti S.Pd, M.Sc

Oleh:
HENOK A NABABAN
NIM. 3181131012

KELAS: GEOGRAFI B 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat –Nya yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Organisasi Kebijakan Pendidikan. Tugas ini adalah
tugas individu yang mengkaji dua buku tentang Penjamin mutu pendidikan yang
bertujuan meringkas isi dan membandingkan dengan dua buku atau lebih buku lainnya
dengan relevan.

Saya berharap semoga tugas Critical Book Report ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi untuk senantiasa membaca. Saya menyadari bahwa tugas ini
terdapat banyak kekurangan, untuk itu saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang tepat dalam pembahasan.

Medan, Oktober 2022

Henok Nababan

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................1

Daftar isi................................................................................................................2

Bab i pendahuluan.................................................................................................3

A. Latar belakang...........................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Manfaat......................................................................................................3
Bab ii ringkasan dan pembahasan.........................................................................4

A. Identitas buku............................................................................................4
B. Ringkasan & pembahasan buku................................................................6
1.1 Buku utama..........................................................................................7
1.2 Buku pembanding................................................................................8
1.3 Kelemahan dan kelebihan kedua buku................................................8
Bab iii penutup......................................................................................................8

A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
Daftat pustaka........................................................................................................9

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan pendidikan di era ototnomi daerah menjadi
sedemikian penting. Disamping mengupayakan bagaimana mencari solusi terhadap permasalahan
– permasalahan pendidikan, juga selama ini dirasakan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan masih belum optimal. Masyarakat disini dimaksudkan tidak saja para orangtua dan
msayarakat sekitar, tetapi juga dunia kerja dan dunia industry yang nantinya menjadi pemakai
output lembaga pendidikan yang ada. Dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat tersebut,
sekarang dikenal beberapa badan yang berfungsi mem-back-up penyelenggaraan pendidikan,
seperti Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, Majelis Madrasah, Badan Pertimbangan Pendidikan,
dan sebagainya

Adanya otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para personel, menawarkan partisipasi langsung pihak- pihak terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah “Critical Book Report Organisasi dan
Kebijakan Pendidikan” ini adalah :

1. Apa identitas buku yang kritik ?


2. Bagaimana ringkasan buku yang dikritik ?
3. Apa kelemahan dan kelebihan buku yang dikritik ?
C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah “Organisasi dan Kebijakan Pendidikan” adalah untuk
memenuhi salah satu kriteria penilaian tugas matakuliah dan untuk menjawab yang menjadi
pertanyaan dalam rumusan masalah yaitu mengetahui :

1. Identitas buku yang dikritik.


2. Ringkasan buku yang dikritik.
3. Kelemahan dan kelebihan buku yang dikritik

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Identitas Buku

Buku Utama

Judul : Otonomi Pendidikan Kebijakan Otonomi dan


Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Penulis : Hasbullah

ISBN : 979-769-059-8

Penerbit : PT. RajaGrafindo Persada

Tahun terbit 2006

Dimensi buku : 21 cm

Tebal Buku : 230 Halaman Cover Buku

Buku Pembanding

Judul Buku : Menajemen Organisasi Pendidikan

Pengarang : Prof. Dr. Syafaruddin, M. pd

Penerbit : Perdana Publishing

2
Tahun Terbit : 2015

Kota Terbit :Medan

ISBN : 978-602-6970-54-1

Tebal Buku : 281 halaman

Ukuran Buku : 24 cm

3
B. Ringkasan & pembahasan buku

1.1 Buku Utama

BAB I PENDAHULUAN

Dalam kehadiran UU Nomor 32 tahun 2004 (dimulai dengan UU Nomor 29 Tahun 1999)
tentang pemerintahan Daerah, dimana sejumlah kewenangan telah diserahkan oleh Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah, memungkinkan daerah untuk melakukan kreasi, inovasi, dan
improvisasi dalam pembangunan daerahnya, termasuk dalam bidang pendidikan. Pemberlakuan
otonomi daerah tersebut membawa implikasi terhadap perubahan dalam penyelenggaraan
pendidikan, yang salah satunya adalah berkurangnya peran pemerintah pusat dalam pengelolaan
pendidikan

Dalam upaya memaksimalkan penyelenggaraan desentralisasi pendidikan tersebut,


sekarang dikembangkanlah konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berupaya
meningkatkan peran sekoah dan masyarakat sekitar (stakeholder) dalam pengelolaan pendidikan,
sehingga penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih baik dabn murtu lulusan semakin bisa
ditingkatkan. MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai
seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya pengaihan kewenangan pengambilan keputusan ke
level sekolah, maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah
pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Atau dengan
kata lain, sekolah harus mampu mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat.

Adanya otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para personel, menawarkan partisipasi langsung pihak-pihak terkait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

BAB II KONSEP OTONOMI DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN


Bahwa desentralisasi merupakan adanya penyerahan wewenang urusan- urusan yng
semula menjadi kewenagnag pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan
urusan-urusan tersebut.

4
Secara politis, desentralisasi dalam pengertian devolusi dilakukan untuk memenuhi tuntutan
golongan minoritas yang menuntut otonomi dalam wilayahnya. Semakin tinggi praktik-praktik
diskriminasi, akan semakin kuat menciptakan tuntutan akan otonomi.

Dalam praktiknya, desentralisasi pendidikan berbeda dengan desentralisasi bidang


pemerintahan lainnya, kalau desentralisasi bidang-bidang pemerintahan lain berada pada
pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, maka desentralisasi di bidang pendidikan tida berhenti
pada tingkat kabupaten/kota, tetapi justru samapai pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai
ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Dalam praktik desentralisasi pendidikan itulah maka
dikembangkanlah yang dinamakan MBS

Dalam konteks desentralisai ini, peran serta masyarakat sangat diperlukan. Aparatur
pendidikan baik di pusat maupun di daerah, berperan penting dalam peningkatan peran serta,
efisiensi, dan produktivitas masyarakat untuk membangun pendidikan yang mandiri dan
professional. Slah satu sasaran pembangunan adalah mewujudkan desentralisasi daerah yang
nyata, dinamis, dan bertanggungjawab. Titik berat desentralisasi diletakkan pada kabupaten/kota.
Oleh karena itu peningkatan kualitas aparatur pendidikan di daerah amatlah mendasar
peranannya, terutama pada lapisan terdekat dengan rakyat yang mendapat pelayanan. Efektivitas
pelayanan pendidikan pada tingkat akar rumput (grass root) juga penting untuk pendidikan.

BAB III KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN DAN KENDALA


PELAKSANAANNYA

Belajar dari pengalaman bangsa-bangsa lain dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan,


Supriadi (2003:71) mengelompokkan sistem desentralisasi pengelolaan pendidikan menjadi 4
kemungkinan, yaitu :

a. suatu Negara menganut sistem oengelolaan pendidikan sentralistik tanpa disertai


dengan MBS

b. suatu Negara menganut sistem oengelolaan pendidikan desentralistik (ke tingkat


provinsi atau kabupaten/kota), tetapi tidak diikuti dengan MBS

5
c. suatu Negara menganut sistem pengelolaan pendidikan sentralistik, tetapi pada
saat yang sama mengembangkan MBS

d. suatu Negara menganut sistem pengelolaan pendidikan desentralistik dan


sekaligus melaksanakan MBS

Dari kemungkinan-kemungkinan tersebut, tampaknya sekarang Indonesia


mengimplementasikan sistem keempat, yaitu desentralisasi sistem pengelolaan pendidikan dan
MBS.

Untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan secara nasional di seluruh wilayah Indonesia


tampaknya mengalami banyak kesulitan, karena sejumlah masalah dan kendala yang perlu
diatasi. Masalah-masalah yang berkaitan dengan substansi manajemen pendidikan dan
perundang-undangan adalah sebagai berikut

 Masalah Kurikulum

Kurikulum sekolah yang amat terstruktur dan sarat beban menyebabkan proses pembelajaran
di sekolah menjadi steril terhadap keadaan dan perubahan lingkungan fisik dan soial yang
berkembang dalam masyarakat. Akibatnya, proses pendidikan menjadi rutin, tidak menarik, dan
kurang mampu memupuk kreativitas murid untuk belajar serta guru an pengelola pendidikan
dalam menyusun dan melaksanakan pendekatan belajar yang inovatif. Kurikulum kelembagaan
pendidikan yang baik adalah kurikulum kelembagan pendidikan yang berkembang dari dan untuk
masyarakat, yaitu kelembagan pendidikan yang bersandarkan pada komunitas masyarakat.

 Masalah Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan implementasi
desntralisasi pendidikan. Banyak kekhawatiran dalam bidang kesiapan SDM ini, diantaranya
belum terpenuhinya lapangan kerja dengan kemampuan sumber daya yang ada. Prinsip “the right
man on the right place” semakin jauh dari pelaksnaannya. .

 Masalah Dana, Sarana dan Prasarana Pendidikan

6
Persoalan dana merupakan persoalan yang paling krusial dalam perbaikan dan pembangunan
system pendidikan di Indonesia, dan dana juga merupakan salah satu syarat atau unsur yang
sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Selama ini dikeluhkan bahwa
mutu pendidikan nasional rendah karena dana yang tidak mencukupi, anggaran untuk pendidikan
masih terlalu rendah.

 Masalah Organisasi Kelembagaan


Dalam hal kelembagaan kependidikan antarkabupaten/kota dan provinsi tidak sama dan
terkesan berjalan sendiri-sendiri, baik menyangkut struktur, nama organisasi kelembagaan, baik
menyangkut struktur, nama organisasi kelembagaan, dan lain sebagainya. Menurut UU memang
ada kewenangan lintas kabupaten/kota tetapi kenyataannya itu hanyalah dalam tataran konsep,
praktiknya tidak berjalan

 Masalah Perundang-undangan

Bagaimanapun masalah sentralisasi, dekonsentrasi, dan desntralisasi dalam pemerintahan


mempunyai implikasi langsung terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, terutama
yang berkaitan dengan masalah kebijakan, manajemen, mutu, kontrol, dan sumber-sumber dana
pendidikan. Penyelenggaraan system pendidikan nasional untuk masa kini, selain telah memiliki
perangkat pendukung perundang-undangan nasional, juga dihadapkan sejumlah faktor yang
menjadi tantangan dalam penerapan desentralisasi pendidikan di daerah, seperti tingkat
perkembangan ekonomi dan sosial budaya setiap daerah, tipe dan kualitas kematangan SDM yang
diperlukan oleh daerah setempat, perkembangan IPTEK, perkembangan dunia industri, dan
sebagainya

 Masalah Pembinaan dan Koordinasi

Meskipun desentralisasi sudah ada dalam peraturan dan regulasi otonomi daerah, tetapi dalam
kelembagaan dan sikap akademik guru, kepala sekolah dan jajaran Dinas Pendidikan sebagai
atasannya belum sinkron. Pemerintah daerah belum menunjukkan penampilan dan cara kerja
yang jelas, dan yang mereka lakukan masih pada pemanfaatan dana, bukan pada “academic
activity”.

7
BAB IV IMPLIKASI UMUM DESENTRALISASI PENDIDIKAN

Implementasi otonomi pendidikan, disamping banyak memiliki sisi positifnya, perlu juga
disadari oleh pelaku pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta,
bahwa pelaksanaan otonomi pendidikan akan membawa konsekuensi yang cukup berat,
diantaranya sebagai berikut :

a. Dalam Bidang Pemerintahan

Dalam bidang ini, perlu terjadi pengaturan perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah,
dan masing-masing harus mempunyai komitmen tinggi untuk mewujudkannya. Sebab, berhasil
tidaknya pelaksanaan otonomi daerah paling tidak ditentukan oleh tiga hal, yaitu (1) adanya
political will and political commitment dari pemerintah pusat untuk benar-benar memberdayakan
daerah; (2) adanya iktikad baik dari pemerintah dalam mebantu keuangan daerah; (3) adanya
perubahan perilaku elit local untuk dapat membangun daerah.

b. Dalam Bidang Sosial Budaya

Perlunya memerhatikan persoalan bidang social budaya ini karena adanya gejala munculnya
eksklusivisme kesukuan pada daerah tertentu, yang ingin menunjukkan sebagai daerah khusus,
yang menutup untuk dialog secara plural dan inklusif. Dalam dunia pendidikan, tindakan
“eksklusivisme” semacam ini cukup membahayakan bagi peserta didik. Apabila pengaruhnya
terlalu besar dan mereka menginternalisasi nilai-nilai eksklusivistis yang ditanamkan, hal itu akan
membuat rawan bagi terwujunya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rendahnya wawasan
dan sikap multicultural memungkinkan munculnya tindakan-tindakan anarkis yang pada akhir-
akhir ini agak menggejalan di Indonesia.

c. Dalam Bidang Pembelajaran

Sekolah sebagai ujung tombak proses pendidikan, dimana guru dan siswa secara terus
menerus melakukan kontak pendidikan dan pembelajaran, sebenarnya mrupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
otonomi di bidang pendidikan hendaknya tidak

8
hanya diartikan sebagai pemberian kewenangan daerah untuk mengelola pendidikan, tetapi juga
harus diartikan untuk memberikan kewenangan yang lebih besar kepada sekolah untuk emngurus
keiatan proses pengelolaan pendidikan di sekolah dalam upaya mengoptimalkan hasil
pembelajaran.

d. Anggaran Pendidikan

Menyangkut anggaran pendidikan yang sangat keciltersebut, menimbulkan pertanyaan,


apakah pemerintah benar-benar menempatkan investasi sumber daya manusia menjadi prioritas
utama dalam meningkatkan daya saing di era global yang sangat kompetitif seperti seakarang.
Namun, jika anggaran pendidikan berhasil ditingkatkan, pertanyaan berikutnya akan muncul yaitu
apakah kenaikan anggaran pendidikan yang tiba-tiba tidak akan melahirkan ekses yang buruk,
terutama dilihat dari efisiensi penggunaannya. Ini belum lagi ketika kita lihat realitas akan masih
tingginya anka korupsi yang sangat kronis bagi bangsa ini.

e. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan

Untuk menjalani perannya, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki fungsi yaitu
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan ynag bermutu. Badan itu juga melakukan kerjasama dengan masyarakat, baik
perorangan maupun organisasi, dunia usaha dan dunia industri, pemerintah dan DPRD berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Fungsi lainnya adalah menampung dan
menganalisis aspirasi, pandangan, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
oleh masyarakat.

BAB V PENINGKATAN KAPASITAS OTONOMI SEKOLAH

Titik simpul yang mesti diperhatikan dalam menggulirkan otonomi dan desentralisasi
dalam pendidikan adalah kepala sekolah dan guru. Pada hakikatnya, kepala sekolah dengan
segala fungsi dan tugasnya, mempunyai otoritas pendidikan di institusi yang dipimpinnya.
Selama ini makna tersebut tergadaikan kepada pihak- pihak yang menjadi atasannya. Bahkan
banyak kepala sekolah yang menempatkan diri sebagai birokrat Dinas Pendidikan.
Penyelenggaraan sekolah yang birokratik

9
sentris dan berorientasi pada factor-faktor input-krikulum, guru, siswa, buku, fasilitas belajar-
semakin mendorong kepala sekolah melupakan proses kependidikan.

Dalam upaya membangun otonomisasi pendidikan scara benar, maka dalam bidang
pendidikan kiranya akan terbentuk pola manajemen pendidikan sebagai berikut :

1. Manajemen Berbasis Sekolah

2. Pelibatan Masyarakat

3. Pemberdayaan Sekolah

4. Orientasi pada Kualitas

5. Meniadakan Penyeragaman

BAB VI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UPAYA MEMBANGUN


OTONOMISASI SEKOLAH

MBS berpotensi menawarkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta


manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah. MBS berfungsi untuk menjamin bahwa semakin
rendahnya control pemerintah pusat, tetapi semakin meningkatnya otonomi sekolah untuk
menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang ada disekolah
untuk berinovasi dan berimprovisasi.

Dengan adanya MBS sebagai salah satu program pembangunan bidang pendidikan dan
sekaligus sebagai salah satu sasaran pembinaan pendidikan dasar dan menengah yang akan
diwujudkan di masa dating, maka diperlukan adanya kesamaan persepsi akan pengertian dan
konsep dasar MBS itu sendiri. MBS dapat didefenisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah; memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau
mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Karena

10
itu esensi MBS= otonomi sekolah+fleksibilitas+partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.

Agar implementasi desentraisasi lebih efektif dan efisien yang dipresentasikan melalui
MBS, maka beberapa Negara terutama di Inggris dan Australia, telah memberikan kewenangan
kepada sekolah khususnya dalam hal pengalokasian dan optimalisasi sumber daya yang ada.
System pendidikan di kedua Negara tersebut telah menunjukkan keberhasilan dengan pola MBS
ini. Keberhasilan yang dicapai di samping kualitas out put yang bagus, juga dalam hal
akuntabilitas dan performance nya.

BAB VII PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH

Keberadaan komite sekolah bersama Dewan Pendidikan secara legal formal telah
dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002.Komite Sekolah
yang berkedudukan di setiap satuan pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite sekolah dapat terdiri dari satuan
pendidikan atau berupa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan
pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan
pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan atau karena pertimbangan lain.

Adapun tujuan komite sekolah yaitu (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan disatuan
pendidikan, (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Peran komite sekolah dalam menjembatani kepentingan di antara masyarakat dan


penyelenggara pendidikan senantiasa memerlukan kecermatan identifikasi tersebut. Ketika ada
keluhan masyarakat yang masuk, ada keengganan memanfaatkannya sebagai masukan bagi
koreksi kea rah perbaikan. Pada tingkat apa dan dengan cara bagaimana dialog public, maka
disinilah posisi dan peran

11
komite sekolah yang perlu dikenalkan manfaatnya. Dengan demikian, keberadaan komite sekolah
di samping benar-benar diperlukan, juga diharapkan dapat berjalan efektif dan efisien.

BAB VIII OTONOMI PENDIDIKAN DAN PENGELOLAAN MANAJEMEN


SISTEM PENDIDIKAN

Dengan berjalannya konsep otonomi pendidikan demikian hakikat pendidikan


dikembalikan kepada sekolah, dalam hal ini kepala sekolah dan guru, agar mereka dengan penuh
kebebasan, kesadaran pribadi, suara hati dan imajinasi kreatif harus mengoptimalkan pelaksaan
pembelajaran, pelatihan, pembimbingan, dan pengevaluasian agar peserta didik bisa berkembang
secara optimal.

Keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikannya sangat ditentukan oleh


manajemen pendidikan yang dijalankan disekolah yang bersangkutan. Manajemen pendidikan
merupakan bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerja sama adalah pembentukan kepribadian siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional dan tingkat perkembangannya pada usia pendidikan. Tujuan
ini dijabarkan kedalam tujuan antara, yaitu tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, tujuan
instruksional khusus.

Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)


penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian,
pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, manajemen pendidikan juag merupakan usaha untuk melakukan
pengelolaan system pendidikan. Adapun hal-hal yang di manajemen adalah :

1. Manajemen organisasi pendidikan


2. Manajemen personel
3. Manajemen kurikulum
4. Manajemen sarana dan prasarana
5. Manajemen kesiswaan
6. Manajemen pembiayaan

12
7. Manajemen kehumasan

BAB IX OTONOMI PERGURUAN TINGGI

Dengan adanya otonomi lembaga pendidikan tinggi, maka dapat dipilah- pilah prinsip-
prinsip mana yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan tinggi yang ada. Mengubah
suatu system manajemn pendidikan tinggi tidaklah semudah sebagaimana yang digambarkan.
Terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan suatu system. Selain itu, setiap
perubahan system biasanya menuntut biaya dan persiapan yang matang, apalagi jika tidak
tersedia SDM yang diperlukan, maka setiap penerapan prinsip manajmen baru akan meminta
biaya besar.

Namun demikian, dalam rangka penerapan otonomi perguruan tinggi terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi, yaitu (1) kualitas sumber daya manusia yang terbatas, (2) sikap dan
budaya kerja yang kurang disiplin, (3) terbatasnya sumber daya emerintah untuk menyediakan
biaya operasional tahap awal, (4) terbatasnya kemampuan orang tua untuk menyekolahkan
anaknya dengan pembayaran SPP yang tinggi, (5) kurangnya kesabaran dosen, teknisi, dan tenaga
administrasi untuk berjuang bersama denan penghargaan yang terbatas sebelum perguruan tinggi
menghasilkan cukup dana dari usaha swadayanya. (Sufyarma, 2003:164).

Dalam upaya meningkatkan peran dan kualitas perguruan tinggi ke depan, akuntabilitas
dan kemandirian perguruan tinggi merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, para
penyelenggara pendidikan tinggi sekarang perlu melakukan instropeksi dan retropeksi sejauh
amna hal tersebut sudah dilakukan. Perguruan tinggi yang memerhatikan akuntabilitas sdah pasti
akan melibatkan partisipasi masyarakat.Dalam hal ini, tidak saja dalam bentuk pengelolaan, tetapi
juga program-program yang dikembangkan perguuan tinggi harus menyahuti dan mempunyai
relevansi dengan berbagai kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya.

13
BAB X OTONOMI DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam menjadi salah satu isu penting dalam setiap pembahasan yang
menyangkut kehidupan umat Islam. Itulah sebabnya berbagai pertemuan ilmiah baik yang
berskala lokal sampai internasional mengenai pendidikan Islam sudah sekian banyak
dilaksanakan..

Dari perjalanan historisnya tersebut, meskipun pendidikan Islam tidak jarang


mendapatkan tekanan dan kurang mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah, namun
pendidikan Islam telah berhasil survive di dalam berbagai situasi dan kondisi mengarungi masa-
masa sulitnya. Hal demikian menyebabkan pendidikan Islam menyandang berbagai jenis nilai
luhur, seperti berikut :

1. Nilai historis, di mana pendidikan Islam telah survive baik pada masa kolonial
hingga zaman kemerdekaan. Pendidikan Islam telah menyiapkan nilai-nilai yang sangat
besar di dalam kesinambungan hidup bangsa, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam
perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaanya. I dalam invasi kebudayaan
Barat, pendidikan Islam telah menunjukkan ketahanujiannya sehingga tetap survive.
2. Nilai religius, pendidikan Islam di dalam perkembangannya tentunya telah
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai agama Islam sebagai salah satu nilai budaya
bangsa Indonesia.
3. Nilai moral, pendidikan Islam tiidak diragukan lagi sebagai pusat pemelihara dan
pengembangan nilai-nilai moral yang berdasarkan agama Islam. Sekolah-sekolah
madrasah, pesantren, bukan hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai
pusat atau benteng moral dan kehidupan mayoritas bangsa Indonesia.

14
1.2. Buku Pembanding

BAB I pada buku ini berisi tentang Anatomi Organisasi. Didalam bab ini
menjelaskan tentang fenomena kehidupan organisasi dalam masyarakat. Secara fitra,
manusia menjadi eksistensi yang kreatif. Dalam perannya, berbagai kreativitas muncul,
dan banyak kejadian mengemuka silih berganti. Kekuasaan, kepemimpinan, organisasi,
pengaruh mulai muncul ke permukaan. Faktanya banyak sudah organisasi yang dibangun
dan dikembangkan untuk memudahkan penataan kebutuhan hidup manusia.

Berbagai kedudukan diperankan tokoh atau pimpinan dalam organisasi dan


masyarakat yang dikembangkan umat manusia. Pendekatan manajemen merupakan suatu
keniscayaan, apalagi jika dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Dengan
organisasi yang rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik dari pada yang dilakukan secara
individual. Kelembagaan itu, akan berjalan dengan baik apabila dikelola dengan baik.

Organisasi apapun senantiasa membutuhkan manajemen yang baik. Pada bab ini
juga menjelaskan tentang fenomena manajemen dalam era informasi. Fenomena
perubahan dalam organisasi pendidikan juga menjadi keniscayaan dalam dinamika
kontemporer. Dalam pendidikan, perubahan yang sangat diperhitungkan adalah yang
secara langsung mempengaruhi siswa dan apa yang mereka pelajari. Peningkatan
kapasitas didaerah adalah untuk mendukung perubahan pada bangunan dan level sekolah
menjadi pekerjaan sangat penting bagi pengawas dan orang yang bekerja dikantor
pendidikan kabupaten dan yang seharusnya peduli terutama dewan pendidikan. Pada bab
ini juga menjelaskan peluang pengembangan organisasi.

Peran pendidikan sangat strategis dalam memajukan suatu bangsa. Tegasnya


pendidikan merupakan sesuatu yang sangat vital bagi karakter pembentukan peradaban
dan kemajuan bangsa. Kepala sekolah dan guru sebagai manajer berperan memutuskan
bagaimana semua sumber daya yang ada (in- put) yang mencakup siswa dengan segala
potensinya, ilmu pengetahuan, dan nilai- nilai yang ada dalam disain kurikulum akan
digunakan dan diproses dengan cara tertentu (proses/ cara transportasi) dengan kegiatan
pembelajaran dan manajemen sehingga menghasilkan keluaran (out- put) atau lulusan
sekolah. Pada bab ini juga menjelaskan prinsip kerjasama dan organisasi dalam Islam.

15
Bab II pada buku ini berisi tentang Manajemen dan Organisasi Pendidikan. Pada
bab ini juga menjelaskan tentang konsep organisasi pendidikan, organisasi secara
sistematik adalah sistem yang bersifat terbuka, seperti halnya sistem social. Sebab
organisasi mencakup orang dan tujuan- tujuan yang bergantung atas usaha orang untuk
mencapai kinerja, hasil, yang menjadi arah yang benar sebagai sistem social.

Konsep manajemen pada buku ini terbagi atas sejarah manajemen, perkembangan
awal manajemen, pengertian manajen yaitu manajemen merupakan pencapaian sasaran
organisasi secara efektif dan efisien melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan sumber daya organisasi.

Menurut Winardi (2009: 26) ada beberapa pendekatan pengkajian manajemen yaitu:

- Pendekatan Klasikal

- Pendekatan Perilaku

- Pendekatan Ilmu Manajemen

- Pendekatan Sistem (The System Approach)

- Pendekatan Tugas dan Konstribusi Manajer

Pada bab ini juga menjelaskan tentang antara manajemen dan kepemimpinan.
Menurut Nanus dan Dobbs (2000: 17) focus kepemimpinan diarahkan terhadap empat
hal, yaitu:

1. Didalam organisasi pemimpin berinteraksi dengan dewan, staf, dan sukarelawan


untuk memberi inspirasi, member semangat dan antusias, serta memberdayakan mereka.

2. Didalam organisasi pemimpin berusaha membantu atau mendukung dari para


penyumbang, pejamin, kelompok pendukung, media, atau pemimpin lain dalam bisnis
dan sector public.

3. Untuk pekerjaan masa kini, pemimpin berkenaan dengan mutu pelayanan terhadap
pelanggan dan masyarakat juga struktur organisi, sistem informasi dan aspek lain dari
efektifitas organisasi.

16
4. Untuk peluang masa depan, pemimpin mengantisipasi kecendrungan dan juga
pengembangan yang mendekati untuk kepentingan implikasi bagi arah masa depan
organisasi.

Antara pemimpin dan manajemen sangat berkaitan. Secara fundamental, kepemimpinan


dan manajemen dapat menghasilkan perubahan,dapat menciptakan hasil yang teratur
dengan memelihara kerja sama yang efisien.

Demikian pula dalam kesamaannya kontras bahwa manajemen efektif, suatu


kepemimpinan efektif prosesnya dapat membantu menghasilkan perubahan penting untuk
membawa situasi gawat (chaotic) diatas pengendalian. Pada bab ini juga menjelaskan
tentang hakikat pendidikan. Pendidikan merupakan fenomena kebudayaan manusia.
Proses pendidikan berarti khas pekerjaan dan tindakan manusia.

Kegiatan pendidikan yang berasal dari kreativitas yang membudaya dalam


kehidupan manusia untuk kemanusiaan manusia. Organisasi dan manajemen pendidikan
Islam terbagi menjadi dua, yaitu: jenis- jenis organisasi dan organisasi pendidikan Islam.
Jenis- jenis organisasi terdiri atas organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi
pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan
dengan hasrat dan niat untukmengajarkan ajaran dan nilai- nilai Islam.

Bab III pada buku ini berisi tentang Fungsi- Fungsi Manajemen. Pada bab ini juga
menjelaskan tentang perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan merupakan
tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Dengan begitu,
perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (performance) satu organisasi
dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Dari hasil
perencanaan akan muncul beberapa rencana, yaitu:

- Tujuan- tujuan dan sasaran- sasaran

- Rencana- rencana tetap

- Rencana- rencana terpakai

17
Robbins (1984: 236) berpendapat bahwa: “Decision making is process in wich
one chooses between two or more alternative”. Berdasarkan pendapat diatas dapat
dipahami hakikat pengambilan keputusan ialah proses memilih dua alternative atau lebih.
Biasanya pilihan yang ditetapkan didasarkan pada pertimbangan rasional yang memiliki
keutamaan lebih banyak bagi organisasi daripada alternatif lainnya. Langkah- langkah
pengambilan keputusan sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1995:
113) yang terdiri dari lima langkah yaitu:

- Mengidentifikasi masalah atau peluang

- Membuat alternatif- alternatif

- Mengevaluasi alternatif

- Memiliki dan mengimplemasikan alternatif

- Mengevaluasi alternatif

Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: keputusan strategis dan
keputusan operasional. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan
merupakan langkah yang strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. Menurut
Winadi (1990) pengorganisasian adalah suatu proses pekerjaan yang ada dibagi dalam
komponen- komponen yang dapat ditangani dan aktivitas- aktivitas mengkoordinasikan
hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa konsep dalam
pengorganisasian, yang menurut Mondy dan Premeaux (1995) yaitu tanggung jawab,
wewenang, pendelegasian, dan pertanggung jawaban.

Pengaturan ( Directing), Koontz & O’Donnel (1976: 499) mengemukakan: “


Directing is the interpersonal aspect of managing by which subordinates are led to
understand and contribute effectively and effectively to attainment of enterprise
objectives, directing involves guiding and leading subordinates. Pendapat diatas
menjelaskan bahwa melalui kegiatan pengarahan setiap orang dalam organisasi diajak
atau dibujuk untuk memberikan kontribusinya melalui kerjasama dalam mencapai tujuan
organisasi.

18
Koordinasi (Coordinating) adalah salah satu fungsi manajemen. Koordinasi
merupakan bagian integral dari proses pengorganisasian. Pendapat mengungkapkan
bahwa koordinasi adalah suatu fungsi yang menjamin sumbangan dari satu sub sistem
atau bagian dalam organisasi dibuat sebagai syarat yang mana mereka saling terkait
bersama kedalam suatu situasi yang harmonis secara utuh.

Kepemimpinan (Leadership), Stogdil dalam Keith Grint (1997: 114) menjelaskan


kepemimpinan ialah sebagai tindakan mempengaruhi kegiatan kelompok dalam usaha
menyusun dan mencapai tujuannya. Hersey dan Blanchard (1988) membagi gaya
kepemimpinan menjadi lima bagian berdasarkan penekanan terhadap hubungan
kemanusian dan pelaksanaan tugas. Kelima gaya kepemimpinan kerangka manajerial
yaitu: (1) Pembelot/ pemiskin/deserter/ impoverished, (2) Otokrat/ task, (3) Pelindung
dan penyelamat/ missionary/ country club, (4) Kompromi atau jalan tengah/ middle
road, (5) Eksekutif/ pelaksana “team”.

Pada bab ini juga menjelaskan tentang komunikasi (communicating) ,


pengawasan (controlling), dan prinsip Islam tentang manajemen pendidikan. Menurut
Naceur (2008) ajaran Islam pada umumnya terdiri dari prinsip- prinsip yang universal.
Jadi memungkinkan penyesuaian yang baik. Akan tetapi ada hal-hal dimana Islam
member perintah, yang spesifik dalam hal upacara Agama Islam. Meskipun demikian,
dalam hal ini, Islam memberikan serangkaian kegiatan yang mungkin terjadi dan
kemudian disebut rencana yang mungkin terjadi pada tingkat oprasional atau dalam
wujud cara kerjanya.

Bab IV pada buku ini berisi tentang Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Pendidikan. Perencanaan pendidikan adalah proses menetapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada masa akan datang dalam mencapai tujuan pendidikan, termasuk tujuan
sekolah.

Ada enam fungsi utama rencana atau perencanaan yang dibuat manajer suatu
organisasi, yaitu:

- Penerjemah kebijakan umum.

19
- Perkiraan yang bersifat ramalan.

- Berfungsi ekonomi.

- Memastikan suatu kegiatan.

- Alat koordinasi.

- Alat/ sarana pengawasan.

Proses perencanaan untuk menghasilkan suatu rencana atau rencana- rencana di


lembaga pendidikan dapat dilihat dari beberapa sisi penting, yaitu: strategis dan
operasional. Perencanaan Strategi Pendidikan

Ada beberapa alasan di perlukannya perencanaan strategi bagi sebuah perusahaan


atau institusi yaitu:

A. Perencanaan terhadap perubahan dalam kompleksitas lingkungan yang meningkat

B. Pengelolaan hasil, perencanaan strategik merupakan proses diagnosis, penyusunan


tujuan dan mengembangkan strategi yang secara esensial menjadi bagian dari oerientasi
manajemen hasil.

C. Perencanaan strategik sebagai suatu alat penting manajemen

D. Perencanaan strategik berorientasi kepada masa depan

E. Perencanaan strategik dapat disesuaikan

F. Perencanaan strategik memerlukan dukungan pelanggan

G. Perencanaan strategik memerlukan komunikasi

Ketujuh alasan yang dikemukakan diatas, merupakan hal yang rasional baik
secara empiris maupun secara objektif bagi pentingnya penyusunan perencanaan strategik
organisasi, jika organisasi tesebut ingin berkembang.

Beberapa konsep dasar dari perencanaan pendidikan yang dianggap penting


adalah sebagai berikut:

20
A. Perencanaan harus menjadi satu proses yang asuk akal dan sistematis

B. Di lingkungan masyarakat demokrasi maka orang-orang seharusnya menentukan


keputusan mereka secara bersama-sama dan sesuia cara mendapatkannya.

C. Dalam lingkungan masyarakat demokratis.

Macam-macam perencanaan pendidikan yang saling terkait, yaitu: perencanaan


strategi, dan perencanaan manajemen. Perencanaan strategi pendidikan merupakan proses
menemukan cara yang efektif dan efesien dari penggunaaan sumberdaya keorganisasian
untuk mencapai keinginan pada masa depan. Perencanaan yang strategi menaruh dan
menyediakan relasi yang produktif dan hubungan dengan agen-agen dan kelompok
masyarakat, atau pihak eksternal yang bertanggung jawwab langsung untuk pendidikan.
Termasuk keputusan kebijaksanaan dan hal baru atau tujuan yang telah direvisi. Konsep
ini seharusnya menjadi hal yang menarik untuk pimpinan-pimpinan pendidikan yang
memiliki tanggung jawab besar terhadap perkembangan dan penerapan rencana, karena
ini akan membantu untuk menjamin komitmen dan dukungan yang penting dalam
memfasilitasi kebutuhan perubahan.

Perencanaan manajemen perencanaan ini mengenai pencapaian yang efektif dan


efesien dari tujuan-tujuan dan objek-objek yang telah disepakati dan disetujui.
Pencapaian kesempurnaan dalam administrasi/ manajemen pendidikan adalah yang
berkelanjutan. Sebagai contoh di australia dan hongkong ada sejumlah faktor yang sangat
di perhatikan dalam

1. Perencanaan kegiatan manajemen pendidikan yaitu:

A. Desain dan penyampaian dari pendekatan baru kepada kurikulum dan sertifikasi
guru.

B. Perancanaan tenteng kualitas pendidikan

C. Haarapan ini diselesaikan di bawah tekanan ekonomi.

2. Perencanaan strategi membawa keuntungan yang spesifik bagi kepala sekolah sebagai
berikut:
21
A. Fokus untuk mengklasifikasi seluruh tujuan sekolah

B. Cara-cara mengembangkan layanan pendidikan sekolah yang telah diteliti

C. Syarat-syarat keuangan dari perencanaan diteliti

D. Sekolah mampu untuk mengkomunikasikan tujuan rencana kepada orang yang


berbeda.

E. Rencana yang lengkap menyediakan keperluan dasar untuk pembuatan keputusan

3. Keuangan sepanjang tahun

F. Tugas yang dialokasikan memenuhi keperluan sekolah

4. Proses perencanaan ada 7 langkah kunci yang bisa diikuti yaitu:

A. Menjelaskan masalah perencanaan

B. Menganalisis wilayah masalh perencanaan

C. Mengkonsep dan mendisain rencana

D. Mengevaluasi rencana

E. Menspesifikasi rencana

F. Menerapkan rencana

G. Menunggu hasil rencana

5. Membedakan penjelasan yang diberikan bagaimana strategi-strategi dikembangkan .


Bailey dan jonson telah membuat draf perspektif ini sebagai berikut:

A. Perspektif perencanaan

B. Perspektif penambahan logika

C. Perspektif politk

D. Perspektif kebudayaan

E. Perspektif pandangan

F. Perspektif seleksi alam


22
Dalam Pengambilan Keputusan sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan
pada pilihan-pilihan atau alternatif dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan
dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia
melakukan atau membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-
pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah yakni
upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan
yang diinginkan.

Matlin (1998) menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi


seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan. Setelah
seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan
melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan
menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada.

Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda
sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat segera
menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada juga
individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya.

Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses


pengambilan keputusan. Arroba (1998) menyebutkan 5 faktor faktor yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan, yaitu: (1) informasi yang diketahui perihal permasalahan
yang dihadapi; (2) tingkat pendidikan; (3) personality; (4) coping, dalam hal ini dapat
berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi); dan
(5) culture. Hal senada dikemukakan Siagian (1991) bahwa terdapat aspek-aspek
tertentu bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan.

Adapun aspek internal tersebut antara lain :

23
· Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin
luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.

· Aspek kepribadian. Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar
peranannya bagi pengambilan keputusan.

Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :

· Kultur. Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan
individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

· Orang lain. Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat
contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan
keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada
gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan.

Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan, pada dasarnya dia
telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang ditawarkan kepadanya.
Kendati demikian, hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan yang
tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan kemampuan individu yang
bersangkuran, lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek
psikologis

Seorang pemimpin pendidikan harus mampu menjadi pemecah masalah bagi


dirinya dan orang lain. Ini merupakan konsekuensi logis sebagai seorang pemimpin,
karena mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus berani mengambil keputusan. Karena
posisinya sebagai problem solver, ia harus benar-benar memiliki daya analisis yang
tinggi, sehingga keputusan yang diambilnya sudah dipertimbangkan secara matang, yang
dapat dilakukan melalui studi kasus, pengamatan, maupun wawancara terfokus.

24
Pemimpin pendidikan sebagai problem solver dituntut untuk memiliki kreativitas
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan alternatif penyelesaiannya. Berpikir
kreatif untiuk memecahkan masalah dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:

· Tahap orientasi masalah, yaitu merumuskan masalah dan mengindentifikasi


aspek aspek masalah tersebut. Dalam prospeknya, si pemikir mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan masalahyang dipikirkan.

· Tahap preparasi. Pikiran harus mendapat sebanyak mungkin informasi yang


relevan dengan masalah tersebut. Kemudian informasi itu diproses untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan pada tahap orientasi.

· Tahap inkubasi. Ketika pemecahan masalah mengalami kebuntuan maka biarkan


pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran bawah sadar kita akan bekerja secara
otomatis untuk mencari pemecahan masalah.

· Tahap iluminasi. Proses inkubasi berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan


ilham serta serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan masalah.

· Tahap verifikasi, yaitu melakukan pengujian atas pemecahan masalah tersebut,


apabila gagal maka tahapan sebelummnya harus di ulangi lagi.

Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu yang
lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Setiap orang mempunyai cara
unik dalam mengambil keputusan. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar individu
yang satu dengan yang lain dalam melakukan pengambilan keputusan. Harren (1980)
menyebutkan gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan
seseorang di dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.

Gaya pengambilan keputusan bersifat melekat pada kondisi seseorang. Gaya


pengambilan keputusan dipelajari dan dibiasakan oleh individu dalam kehidupannya,
sehingga menjadi bagian dan miliknya serta menjadi pola respon saat individu

25
menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan juga
menjadi ciri atau bagian unik dari individu

Harren, dkk. Membedakan pengambilan keputusan ke dalam 2 (dua) gaya pengambilan


yang berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif. Penggolongan dua gaya ini di
dasarkan atas:

· Tingkat individu menggunakan strategi pengambilan keputusan yang bersifat


emosional.

· Cara individu mengolah dan menanggapi informasi serta melakukan evaluasi


dalam situasi pengambilan keputusan.

Prinsip Perencanaan Dalam Pendidikan Islam

Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu
memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses
pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan
Islam dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya
bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Integral dan Seimbang

A. Prinsip Integral

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama.
Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta
alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk
mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah,
sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan
pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
26
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar
mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan
ayat yang menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-
Ankabut:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS.
Al-Ankabut : 45)

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia


merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah
memerintahkan agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena
alam (ayat kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada
dilangit dan dibumi”(QS. Yunus : 101)

Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia
membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa
pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)

B. Prinsip Seimbang

Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek


yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan
hubungan dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.

Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. Implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan firmanallah SWT:

“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)

Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus


memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. Selain
mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan
27
profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam
maupun di luar kelas.

Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi yang dilakukan pemimpin dterhadap


pengikut untuk mencapai sasaran melalui perubahan. Pengertian kepemimpinan adalah
faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah
entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi


dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang
pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan
kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku
yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri
melainkan seluruh anggota organisasi.

Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan


konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu
yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong
kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada
personal atau individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah
sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap
anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Menurut wirawan model proses mempengaruhi dalam kepemimpinan meliputi


dimensi-dimensi sebagai berikut:

A. Proses dua arah

B. Kekuasaan adalah potensi untuk memengaruhi

C. Perilaku empengaruhi

D. Loop proses mempengaruhi

28
E. Keluaran mempengaruhi

F. Keluaran kepemimpinan

Lussier menjelaskan bahwa para peneliti yang tidak begitu fokus pada
kepribadian atau sistem pengelompokkan bakat berusaha mengenalkan daftar
bakat/bawaan yang dimiliki pemimpin efektif. Ada beberapa yang mengemukakan dari
sejumlah bawaan yang secara knsisten membedakan satu pemimpin dengan pemimpin
lainnya. Jadi teori bawaan/bakat tidak bermaksud memastikan hal ini menjadi universitas.
Adapun bawaan pemimpin efektif yaitu: dominan, energinya kuat, percaya diri, locus of
control/ rentang kendalli, stabilitas/kestabilan diri, integrasi/kejujuran, kecerdasan,
kecerdasan emosi, fleksibel, dan kepekaan pada orang lain/sensitivitas.

Kepemimpinan Pendidikan

Kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan pendidikan di sekolah merupakan


proses kunci dalam mempengaruhi warga sekolah untuk meakukan sesuatu di sekolah
untuk mendukung pembelajaran. Dalam hal ini peran guru mata pelajaran menjalankan
proses kepemimpinan berlangsung untuk memberjalankan anak di dalam kelas dan di
luar kelas sehingga tercapai pembentukan [ribadi siswa yang muttaqin. Karena hal itu,
eksistensi guru saangat signifikan dalam mempengaruhi siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran secara maksimal.

Kepala sekolah merupakan jabatan yang mendapat amanah dari pemerintah atau
yayasan dalam pengelolaan sekolah. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang
ditunjukkan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain.

29
Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan merupakan tanggung jawab, bukan merupakan fasilitas tetapi


kepemimpinan memerlukan pengorbanan dan melayani orang yang dipimpin. Di dalam
Islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditegskan dalam hadis Nabi. Setelah
menelusuri al-quran dan hadis dapat diperhatikan bahwa ada empat sifat yang harus di
penuhi oleh seorang pemimpin dirujuk kepada kepemimpinan para nabi yang pada
hakikatnya pemimpin umatnya.

Adapu empat sifat tersebut adalah sebagai berikut: ash-shiddiq, amanah, amanah,
dan fathanah.

Unsur kepemimpinan yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin antara lain adalah
sebagai berikut: musyawarah, keberanian dalam kebenaran, optimisme. Adad beberapa
karakter yang sangat dibutuhkan dan harus dipenuhi seorang pemimpin pendidikan, yaitu
sebagai berikut:

A. Hendeknya ia dapat menjadi teladan yang baik

B. Hendaknya ikhls, jujur, tidak materialistis, berilmu, mengetahui prinsip-prinsip


pendidikan dan hendaknya mengetahui masalah halal, haram dan etika pendidikan.

C. Bermurah hati, berlapang dada, dan cermat

D. Mempergunakan begrbagai macam strategi pendidikan untuk mendidik.

Supervisi Pendidikan

Supervisi adalah istilah yang akrab kita dengar sehari-hari. Dalam dunia kerja,
jabatan supervisi seringkali diartikan sebagai jabatan yang berada di atas karyawan biasa,
namun masih lebih rendah daripada jabatan “bos”. Sebenarnya, apa definisi dari
supervisi?

Kata supervisi dapat didefinisikan menurut beberapa kategori. Secara etimologis,


supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision. Super berarti di atas,
sedangkan vision berarti pengelihatan/ melihat. Jika diartikan secara bebas,
maka supervision dapat pula dimaknai sebagai melihat dari atas.
30
Arti kata supervisi ini tidak bisa dimaknai secara harafiah sebagai kegiatan
melihat orang lain dari atas, namun lebih kepada makna mengawasi orang lain yang
dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan tinggi ke orang yang memiliki jabatan lebih
rendah.

Dalam dunia pendidikan, supervisi tetap ada dan dibutuhkan. Bentuk supervisi ini
biasanya dilakukan kepala sekolah kepada guru-guru yang ada di sebuah sekolah.
Supervisi adalah proses bantuan, bimbingan dan pembinaan dari kepala sekolah kepada
guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bantuan dan bimbingan tersebut bersifat
profesional dan dilaksanakan melalui dialog untuk memecahkan masalah pembelajaran.

Kepala Sekolah sebagai supervisi di dunia pendidikan bertugas untuk membantu


dan membina guru sebagai mitra kerjanya agar lebih profesional dalam melaksanakan
tugasnya. Secara singkat, supervisi akademik dapt pula disebut sebagai sebuah kegiatan
yang terencana, terpola dan terprogram dalam mengubah perilaku guru agar dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran.

Adapun tujuan supervisi dibagi menjadi dua, yaitu:

Tujuan Umum

Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada
guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses
pembelajaran.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus supervisi meliputi:

Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing siswa
mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

31
Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung dimilikinya
kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.

Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan
belajar siswa.

Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung


terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi
belajar sebagaimana yang diharapkan.

Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga tercipta


situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah pada umumnya,
khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

Fungsi supervisi menyangkut bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan,


pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi. Pengertian
supervisi tersebut, mempertegas bahwa supervisi dilakukan secara intensif kepada guru.
Hal ini, secara tidak langsung berdampak pada prestasi belajar siswa. Berpijak pada
keterangan ini, maka supervisi pendidikan mempunyai tiga fungsi, yaitu;

1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan


2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yan
terkait dengan pendidikan
3. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing Dari sini, supervisi
pendidikan bisa mencerahkan dan memperbaiki secara konsisten program
lembaga pendidikan sehingga meraih kesuksesan.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Nadhirin, fungsi supervisi yaitu pertama,


fungsi peningkatan mutu pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik yang terjadi di
ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada
siswa. Kedua, fungsi memicu unsur yaitu berfungsi sebagai alat penggerak terjadinya
perubahan yang tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan faktor-faktor

32
yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Ketiga, fungsi membina
dan memimpin yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan diarahkan kepada guru dan tenaga
tata usaha.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, para supervisor terutama pengawasan dapat


memilih dan menggunakan beberapa teknik supervisi: atntara lain kunjungan ke kelas,
kunjungan sekolah/madrasah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen,
wawancara, angket, laporan tertulis dan sebagainya.

Profesi guru harus terus dibina dan ditingkatkan statusnya sebagai profesi penuh
yang dihargai berdasarkan keahlian khusus yangberbeda dengan profesi lain. Pembinaan
staf menjadi tanggung jawab bagi kelangsungan pembelajaran secara sistematik agar
supaya tercapai peningkatan keprofesionalan guru. Supervisi pengajaran tanggung jawab
atas pemantauan setiap hadi dan peningkatan pengajaran dan pembelajaran.

Supervisi mempunyai pengertian luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para
pemimpin sekolah dan supervisor, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-guru dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses
supervsi merupakan dorongan, bimbingan, dan kesepakatan bagi pertumbuhan keahlian
dan kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran pemilihan alat-alat pengajaran dan metode-metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase kesluruhan
proses pengajaran dan sebaginnya. Dengan kata lain: Supervisi ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

33
1.3. Kelebihan dan Kekurangan Buku
- Kelebihan Buku Utama

1. Buku ini memiliki bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami pembaca

2. Buku ini dilengkapi dengan UU Sistem Pendidikan Nasional serta UU Guru dan
Dosen

3. Pembahasan dalam tiap bab dibuku ini saling keterkaitan yaitu dimulai dengan
konsep –konsep tentang desentralisasi pendidikan itu sendiri, peningkatan
kapasitas otonomisasi sekolah, pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
Pemberdayaan Komite Sekolah, pengelolaan system manajemen pendidikan di
sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan otonomi pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam

4. Isi dari buu pada setiap bab menunjukkan permasalahan yang akan diketahui dan
dibahas tuntas bagi para pembaca

5. Memuat beberapa pendapat ahi yang mendukung kebenaran dari isi pembahasan
setiap bab yang ada dibuku

6. Keberadaan buku ini semakin menambah informasi dan ilmu pengetahuan yang
berguna untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang berbagai
perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai akibat
diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah

7. Buku ini sangat cocok menjadi bahan acuan dalam pembelajaran terutama pada
fakultas pendidikan dan keguruan dan pelaku pendidikan.

-Kelemahan Buku Utama

Masih terdapat beberapa kesalahan pegetikan/penulisan dibuku dalam penyampaian


materi

-Kelebihan Buku Pembanding

1. Sampul buku cukup menarik dan sesuai untuk buku pada umumnya. Sehimgga

34
para pembaca senang dan bersemangat untuk membaca buku ini.
2. Buku ini menjelaskan secara terperinci mengenai manajemen organisasi
pendidikan.
3. Setiap topic yang dibahas selalu disertai dengan contohnya sehingga pembaca
akan lebih jelas memahaminya.
4. Materi yang dibahas setiap bab nya memiliki keterkaitan dan sangat
berkesinambungan dengan materi selanjutnya, sehingga sangat sistematis dan
beruntut materi yang disajikan pada setiap bab nya. Agar memudahkan para
pembaca memahami inti sari dari bab ini.
-Kelemahan Buku Pembanding

1. Penulisan konsep bahasa per kata yang digunakan masih terdapat kekeliruan.
2. Terdapat beberapa kata yang sulit untuk di pahami.
3. Seperti yang terdapat pada halaman 94. Seharusnya penulis membuat arti dari
bahasa inggris tersebut. Agar pembaca mudah untuk mengerti.

35
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum buku ini semakin menambah informasi dan ilmu pengetahuan yang
berguna untuk menambah wawasan tentang diimplementasikannya kebijakan otonomi
daerah ini diharapkan mampu membuka wawasan tentang arti pentingnya otonomi di
bidang pendidikan. Konsep-konsep tentang desentralisasi pendidikan, peningkatan
kapasitas otonomisasi sekolah, pelaksanaan MBS, pemberayaan komite seklah,
pengelolaan system manajemen pendidikan di sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan
otonomi pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang diuraikan dalam buku ini sangat
perlu dipahami oleh pemegag kebijakan, pelaku dibidang pendidikan, dan masyarakat
selaku stakeholder dalam pengelolaan pendidikan.

Dan Buku pembanding menyediakan prinsip-prinsip manajemen dan organisasi


dalam pendidikan, tetapi harus melayani hanya sebagai sebuah yayasan. Manajemen
benar-benar tidak dapat diajarkan itu prinsip-prinsip dapat disampaikan, tetapi
manajemen juga harus dipelajari melalui pengalaman. Buku ini akan memperkenalkan
kita dengan prinsip-prinsip dasar, konsep dan teknik manajemen organisasi dalam
pendidikan. Hal ini juga akan mengajarkan kita kosa kata. Jika kita tertarik untuk menjadi
manajer, guru dan lainnya, kita akan perlu untuk terus belaja. Namun diharapkan bahwa
buku ini akan membuat kita mengerti apa itu manajemen, organisasi, kepemimpinan
dalam suatu bidang. Hal ini jelas karena buku ini sangat bagus dan begitu lengkap dan
buku ini akan mendidik kita menjadi seorang pemimpin yang baik.

B. Saran

Penulis berharap agar pembaca dapat memahami isi dari critical book report ini
dan semoga dapat menambah wawasan daripada pembaca

Anda mungkin juga menyukai