MASYARAKAT
DISUSUN OLEH
NIM : 1192471001
T. A 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya, saya dapat
menyelesaikan Critical Book Report ini. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tagihan
tugas KKNI yaitu Critical Book Report pada mata kuliah Analisis kebijakan pendidikan
masyarakat ini. Saya berusaha semaksimal mungkin dalam membuat Critical Book Report ini,
sekiranya dapat diterima dengan baik oleh dosen pengampu ataupun para pembaca.
Dengan penyajian yang sistematis, saya penulis berharap agar pembaca dapat mengambil
hal yang baik di dalamnya. Atas kekurangan dalam laporan ini, saya mohon maaf sebesar-
besarnya. Oleh karena itu, semua kritikan dan saran yang membangun sangat saya harapkan
untuk menjadi lebih baik lagi dalam membuat laporan ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kaih dan semoga Critical Book Report ini dapat
menambah wawasan para pembaca.
Lidia Nainggolan
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan pendidikan merupakan suatu hal yang pokok untuk menentukan arah dan
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu negara. Dalam penyelenggaraan
pendidikan di setiap lembaga pendidikan tidak akan pernah lepas dari suatu kebijakan yang
dibuat oleh pemerintahan dalam negera tempat lembaga pendidikan itu ada.
Di Indonesia, yang merupakan negara hukum juga menitikberatkan sektor
pendidikan sebagai wahana untuk memajukan negaranya. Bagaimana tidak? Kebijakan
demi kebijakan dibongkar pasang untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal,
meski realitanya masih jauh dari harapan.
Dimulai dari kebijakan pengalokasian 20% APBN untuk anggaran pendidikan yang
sampai saat ini masih belum 100% terlaksana, hingga kurikulum yang berubah-ubah.
Inkonsistensi pemerintah dalam memutuskan kebijakan pendidikan sering menimbulkan
tanda tanya dan kontroversi di masyarakat dan dunia pendidikan.
Tuntutan paling mendesak dalam memacu pembangunan pendidikan yang bermutu
dan relevan ialah peningkatan kemampuan dalam melakukan analisis kebijakan. Para
analisis kebijakan dalam bidang pendidikan tidak hanya dituntut untuk menguasai isu-isu
pendidikan yang relevan baik isu pendidikan secara internal maupun isu-isu pendidikan
dalam kaitannya secara lintas sektoral.
Dalam makalah kami ini, kami hendak memaparkan konsep kebijakan, konsep
kebijakan pendidikan, dan analisis kebijakan pendidikan.
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam Pengerjaan Critical Book Report ini mempunyai Tujuan :
1) Mempermudah para pendidik dalam menganalisis kebijkan pendidikan
2) Memberikan pemahaman dan wawasan dalam kebijakan pendidikan yang
diterapkan.
1
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan memahami Critical Book Report Analisis Kebijakan Pendidikan Masyarakat
seorang pendidik masyarakat diharapkan mampu menganalisa kebutuhan pendidikan di
dalam masyarakat dan mencapai tujuan dan program masyarakat.
1.4 Identitas Buku
1. Buku Utama
1. Judul Buku : Analisis Kebijakan Pendidikan
2. Penulis : Dr. Abd. Madjid
3. Penerbit : Samudra Biru ( Anggota IKAPI )
4. Tahun terbit : November 2018
5. Cetakan :1
6. Jumlah Halaman : 185 halaman
7. ISBN : 978 – 602 – 5960 – 77 - 2
2
2. Buku Pembanding 1
1.Judul Buku : Analisis Kebijakan Pendidikan Kajian Teoritis, Eksploratif, dan
Aplikatif
2. Penulis : Dr. Arwildayanto, M.Pd.
Dr. Arifin Suking, M.Pd.
Dr. Warni Tune Sumar, S.Pd. M.Pd.
3. Penerbit : CV Cendikia Press
4. Tahun terbit : Desember 2018
5. Cetakan :1
6. Jumlah Halaman : 300 halaman
7. ISBN : 978-602-51920-9-8
3
3. Buku Pembanding 2
1. Judul Buku : Kebijakan Pendidikan Proses, Tema, dan Dampak
2. Penulis : Less Bell dan Howard Steven Soon
3. Penerbit : Roudledge, 270 Madison Ave, New York, NY 10016
4. Tahun terbit : 2006
5. Cetakan :1
6. Jumlah Halaman : 201 halaman
7. ISBN : 9–78–0–415–377872–0
4
BAB II
RINGKASAN BUKU
BAB 1 PENDAHULUAN
Kata kebijakan (Hasbullah, 2015: 37) adalah terjemahan dari kata “policy”
dalam bahasa Inggris yang berarti mengurus masalah atau kepentingan umum,
sehingga penekanannya bertuju kepada tindakan (produk). Kata “kebijakan”
jika disandingkan dengan “pendidikan” maka merupakan hasil terjemahan
dari kata “educational policy” yang berasal dari dua kata, sehingga
(Hasbullah, 2015: 40) mengatakan kebijakan pendidikan memiliki arti yang
sama dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Jika dilihat lagi
maka kebijakan pendidikan ini adalah hasil produk dari orang/satuan yang
terpilih, produk dari beberapa masukan dari semua pihak demi perbaikan mutu
pendidikan.
7
Dasar dan Tujuan Kebijakan Pendidikan
dan/atau jenjang pendidikan (TK, SD, SLTP, SMU/SMK, PT, Kursus, dan
sebagainya).
2. Implementasi Kebijakan
11
Formulasi berarti perumusan (Daryanto, 1997: 206), sedangkan
kebijakan secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan
untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu
kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor
dalam suatu bidang kegiatan tertentu (Abdul Hamid, 2015: 625).
Kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang mengarah dengan adanya
hambatan-hambatan dan kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
yang akan dibuat dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Abdul
Hamid, 2015: 625). Dalam undang-undang pendidikan Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I
dijelaskan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Aktor adalah orang atau pelaku yang terlibat dalam proses merumuskan
formulasi kebijakan yang akan memberikan dukungan maupun tuntutan serta
menjadi sasaran dari kebijakan yang dihasilkan oleh sistem kebijakan. Aktor
yang paling dominan dalam tahap perumusan kebijakan dengan tuntutan yang
bersifat intern, dalam artian mempunyai kekuasaan atau wewenang untuk
menentukan isi dan memberikan legitimasi terhadap rumusan kebijakan
tersebut, disebut pembuat kebijakan (policy maker). Suatu keputusan
kebijakan merupakan hasil dari interaksi antar aktor kebijakan yang masing-
13
masing memiliki keterampilan untuk mempengaruhi, kemauan untuk
menggunakan sumber daya, dan memiliki sumber- sumber pengaruh (Wibowo,
2011: 1).
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Administrator
7. Perguruan tinggi
8. Tokoh perorangan.
16
BAB IV LEGITIMASI DAN KOMUNIKASI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
Proses Legitimasi
1. Pengertian Legitimasi
Legitimasi berasal dari kata “legitimacy” yang berarti memberi kuasa dan
kewenangan (otorisasi) pada dasar bekerjanya sistem politik, proses penyusunan
perencanaan, usul untuk memecahkan problema-problema yang tumbuh di
masyarakat. Selain itu, legitimasi juga berasal dari kata “legitimation” yang
berarti suatu proses spesifik di mana program-program pemerintah diotorisasikan
atau diabsahkan (Hasbullah, 2015: 83). Sedangkan Nor Hadi (2011:87) dalam
bukunya Corporate Social Responsibilty (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
mengartikan legitimasi sebagai keadaan psikologis keberpihakan orang yang
sangat pekaterhadap gejala lingkungan sekitarnya berupa fisik maupun non fisik.
Teori legitimasi penting bagiorganisasi karena teori legitimasi didasari oleh
norma-norma, nilai-nilai dan peraturan sosial,sehingga organisasi merasa
keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.
Tipe Legitimasi
Model komunikasi satu arah ini, umumnya beasal dari arah atas menuju
ke bawah. Model komunikasi kebijakan demikian lazim dikenal
dengan top down. Komunikasi yang terjadi ialah sepihak. Pembuat
kebijakan sebagai komunikatornya, sementara pelaksana dan khalayak
menjadi komunikannya.
Model ini mempunyai aliran dua arah sekaligus, ialah aliran dari atas ke
18
bawah dan dari bawah ke atas. Ada kebutuhan yang sama antara
perumus kebijakan yang bekapasitas sebagai sumber pesan dengan
para pelaksana kebijakan yang berkapasitas sebagai penerimanya. Ada
kebutuhan yang sama antara pelaksana kebijakan sebagai sumber pesan
ke dua (setelah pembuat kebijakan) dengan khalayak sebagai penerima
pesan. Komunikasi dua arah dapat juga berupa komunikasi yang
konsulatif, di mana sumber pesan dengan penerima pesan memberikan
kontribusi yang seimbang.
19
dirumuskan, dan diterapkan dengan sebaik- baiknya. Hal ini karena
kebijakan di bidang pendidikan juga menjadi salah satu faktor penentu
tercapainya kesejahteraan publik (Torjman, 2002:6).
20
2) pejabat-pejabat pelaksana di lapangan (the periphery); dan
Pelatihan guru dalam jabatan sangat penting. Banyak bukti empirik dan contoh-
contoh best practice yang bisa ditampilkan, salah satunya yaitu Finlandia sebagai
negara dengan prestasi tertinggi di bidang pendidikan. Prestasi Finlandia di bidang
pendidikan ditunjukkan dari capaian peringkat 1 pada tes berstandar internasional
Programme for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan
oleh OECD pada tahun 2015. Prestasi membanggakan Finlandia ini tidak terlepas
dari peranan guru-guru dan tenaga pendidik di sekolah-sekolah Finlandia.
Pendidikan dalam jabatan bagi guru Finlandia merupakan hal yang sangat
terorganisasi, dan diatur oleh Kementerial Pendidikan serta Dewan Pendidikan
Nasional di sana. Selain itu, pendidikan dalam jabatan bagi guru-guru juga
mencakup peranan kewenangan pendidikan lokal pada berbagai level,
27
30
Nilai-nilai yang mendasari karakter antara lain: (1) Religius, (2) Jujur,
(3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta
Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
Sosial, dan (18) Tanggung Jawab (Kemdiknas, 2011:8). Meskipun ada 18
nilai yang sudah disebutkan, satuan pendidikan dapat menentukan nilai
yang diprioritaskan untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah
dikembangkan. Pemilihan nilai prioritas didasarkan pada kepentingan dan
kondisi satuan pendidikan masing-masing.
Strategi yang dilakukan dalam pengembangan karakter mencakup
sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama.
Tujuan dari pengembangan karakter itu sendiri adalah membentuk
31
32
33
BAB III
PEMBAHASAN
Buku Analisis Kebijakan Buku ajar analisis Buku ajar Analisis kebijakan
Pendidikan ini terdiri pendidikan ini lebih tertuju pendidikan ini memusatkan
dari 7 bab yang akan kepada riset. Ini pada upaya kebijakan dalam
menguraikan berbagai hal sengaja direncanakan impelementasi kebijakan
yang menyangkut; dan disusun bersentuhan, pendidikan di bidang
Pendahuluan, Konsep beririsan dengan internasional dan membuat
Dasar Kebijakan materi perkuliahan pada hubungan penting antara
Pendidikan, Formulasi beberapa pokok bahasan. kerangka teoritis analisis
Kebijakan Pendidikan, Di dalam pembahasan kebijakan dan kebutuhan untuk
mulai dari tahapan- materi Analisis Kebijakan melakukan penelitian
tahapan formulasi, aktor- Pendidikan ditulis lebih implementasi kebijakan dan
aktor yang terlibat, dan menuju ke bagian riset agar perencanaan strategis di dunia
pendekatan-pendekatan selalu menghadirka materi- internasional.
dalam formulasi kebijakan, materi perkuliahan, relevan
Proses Legitimasi dan dengan kondisi
Komunikasi,Implementasi lingkungan sendiri, isu-isu
Kebijakan Pendidikan, terkini dan kebijakan
dan beberapa contohkasus yang diambil bagi
kebijakan pendidikan yang pihak-pihak terkait.
dimana menambah wawasan Sehingga memberikan
pembaca sehingga bukan pengalaman meneliti,
hanya berguna untuk mengorganisasikan kegiatan
menganalisa namun juga
secara komprehensif.
menambah pengetahuan dan
konsep pola pikir.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Madjid, 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta. Penerbit samudra Biru
Less Been dan Howard Stevensoon, 2006. Kebijakan Pendidikan : Proses, Tema, dan