Anda di halaman 1dari 78

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH : STRATEGI


BELAJAR MENGAJAR

PRODI S1 PGSD-FIP

SKOR/NILAI :

STRATEGI PEMBELAJARAN
(Dr. WAHYUDIN NUR NASUTION, M.Ag)

OLEH :

NAMA : PUTRI BUTAR-BUTAR


NIM : 1193111065
KELAS : REGULER-F 2019
DOSEN PENGAMPU : KHAIRUNNISA, S.Pd., M.Pd.
MATA KULIAH : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Review ini dengan judul: “Strategi Pembelajaran” dengan sebagaimana mestinya
dan tepat waktu.
Dalam penyusunan CBR ini , penulis banyak mendapatkan bantuan berupa
masukan, arahan dan bimbingan serta kritik dan saran yang konstruktif dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
2. Ibu Khairunnisa S.Pd.,M.Pd., sebagai dosen pengampu mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar.
3. Teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan
masukan dan kritikan sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan Critical Book Review ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, supaya penulis dapat melaksanakan tugas ini lagi dengan baik.
Penulis juga berharap kiranya Critical Book Review ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan
pembelajaran bagi teman- teman. Seiring berakhirnya Critical Book Review ini,
maka penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2020

Penyusun
Putri Butar-Butar
1193111065

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................. 1

1.2. Tujuan Penulisan CBR ............................................................................. 2

1.3. Manfaat CBR ............................................................................................ 2

1.4. Identitas Buku ........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

2.1. Jurnal Utama............................................................................................. 4

2.2. Jurnal Pembanding ................................................................................. 39

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 72

3.1. Kelebihan Buku ...................................................................................... 72

3.2. Kelemahan Buku .................................................................................... 73

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 74

4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 74

4.2. Saran ....................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, dunia pendidikan saat
ini dihadapkan pada tuntutan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu hidup dan bertahan di masa ini
maupun di masa yang akan datang. Dalam usaha mempersiapkan siswa agar
mampu menghadapi perubahan dalam kehidupan maka siswa harus dibekali
dengan berbagai ilmu yang dipelajari disekolah.
Mahasiswa adalah salah satu sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap
negara,termasuk Indonesia. Seorang mahasiswa harus peka terhadap
perkembangan zaman dan informasi yang ada disekitarnya. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk mendapatkan informasi,salah satu nya adalah dengan membaca
buku. Membaca buku adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi seorang
mahasiswa dalam proses belajarnya dikampus.
Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu, guru harus menguasi
teknik – teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Setiap materi
yang akan disampaikan harus menggunakan metode yang tepat, karena dengan
metode belajar yang berbeda akan mempengaruhi siswa dalam menerima
pelajaran, terutama pelajaran matematika.
Selain menggunakan metode yang tepat, hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Model – model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks
(pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Dalam mengajarkan suatu
pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

1
Membaca buku dianggap sangat penting karena buku merupakan sumber
ilmu dan informasi yang dapat dipercaya. Kecanggihan teknologi dan
perkembangan zaman juga tidak terlepas dari peran buku dalam kehidupan ini.
Oleh sebab itu seorang mahasiswa harus menjadikan buku sebagai “teman” untuk
mendapatkan ilmu dan informasi. Tidak hanya membaca buku, seorang
mahasiswa juga harus dapat menilai buku yang dibacanya apakah sudah baik atau
belum. Kegiatan penilaian ini dapat kita sebut dengan “Critical Book Review”.
Critical Book Review dapat dilakukan mahasiswa secara sederhana. Sebelum
melakukan penilaian mahasiswa harus terlebih dahulu memahami isi buku yang di
kritik kemudian dapat membandingkannya dengan buku lain sebagai pembanding
untuk menilai buku yang dikritik.

1.2. Tujuan Penulisan CBR


Critical Book Review ini bertujuan :
1. Untuk mengulas, mereview, menganalisa dan membandingkan isi sebuah
buku.
2. Melatih untuk berpikir kritis dan sistematis dalam mencari informasi
yang didapat dari setiap babnya.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekuranga buku
5. Untuk lebih memahami materi-materi yang ada di buku
6. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
oleh setiap bab dari buku.

1.3. Manfaat CBR


Critical Book Review ini bermanfaat :
1. Terpenuhinya tugas dari mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
2. Untuk menambah pengetahuan para pembaca
3. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
4. Menambah wawasan penulis
5. Melatih penulis berpikir kritis

2
1.4. Identitas Buku
Buku Utama
Judul : Strategi Pembelajaran
Edisi : Cetakan Pertama
Pengarang : Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag
Penerbit : Perdana Publishing
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2017
ISBN : 978-602-6462-90-9

Buku Pembanding
Judul : Perencanaan Pembelajaran di SD
Edisi : Cetakan Pertama
Pengarang : 1. Muhammad Alfandi,S.Pd.,M.Pd
2. Badarudin, S.Pd.
Penerbit : Alfabeta
Kota terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2011
ISBN : 978-602-9328-21-9
Ukuran Buku : 16 × 24 cm
Halaman : xi + 152 halaman

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1. Jurnal Utama
Bab I Pendahuluan
Pendidik merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan yang
memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses
pembelajaran, karena tugas utama pendidik tidak hanya mengajar, tapi juga
mendidik, membimbing, melatih, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar dan
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam standar nasional pendidikan disebutkan
bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik adalah kompetensi
pedagogik, yaitu kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran secara
efektif dan efisien.

Bab II Hakikat Strategi Pembelajaran Hakikat Strategi Pembelajaran


A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Kata strategi berasal dari bahasa Latin, yaitu „strategia‟ yang berarti seni
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. (Al Muchtar, dkk., 2007: 1.2) Secara
umum strategi adalah alat, rencana, atau metode yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu tugas (Beckman, 2004: 1). Strategi pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru
secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah,
lingkungan sekitar dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi
pembelajaran terdiri dari metode, teknik, dan prosedur yang akan menjamin
bahwa peserta didik akan betul-betul mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah keseluruhan pola umum kegiatan pendidik dan peserta didik dalam
mewujudkan peristiwa pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan, secara
efektif dan efisien terbentuk oleh paduan antara urutan kegiatan, metode dan
media pembelajaran yang digunakan, serta waktu yang digunakan pendidik dan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

4
B. Komponen-Komponen Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi
pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian
informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan.
Pertama, kegiatan pembelajaran pendahuluan. Kegiatan pembelajaran
pendahuluan dapat dilakukan melalui teknik-teknik berikut ini:
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dapat dicapai oleh
semua peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran.
2. Lakukan appersepsi, berupa kegiatan yang menghubungkan antara
pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
Kedua, penyampaian informasi. Dalam kegiatan ini pendidik akan menetapkan
secara pasti informasi, konsep, aturan, dan prinsip-prinsip apa yang perlu
disajikan kepada peserta didik
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi, yaitu”
Urutan penyampaian.
2. Ruang lingkup materi yang disampaikan.
3. Materi yang akan disampaikan.
Ketiga, partisipasi peserta didik. Partisipasi peserta didik sangat penting dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta
didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Nurani, dkk., 2003: 1.11).
Terdapat beberapa hal penting yang terkait dengan partisipasi peserta didik.
a. Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi
tentang suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b. Umpan balik. Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu
sebagai hasil belajarnya, maka pendidik memberikan umpan balik terhadap
hasil belajar tersebut.
Keempat, tes. Ada dua jenis tes atau penilaian yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan pendidik, yaitu pretest dan posttest (Al Muchtar, 2007: 2.8). Secara
umum tes digunakan oleh pendidik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
khusus telah tercapai atau belum dan apakah pengetahuan, keterampilan dan sikap
telah benar-benar dimiliki peserta didik atau belum.

5
Kelima, kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan atau follow up, secara prinsip ada
hubungannya dengan hasil tes yang telah dilakukan. Karena kegiatan lanjutan
esensinya adalah untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta didik (Winaputra,
2001: 3.43). Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan hasil belajar peserta didik antara lain adalah sebagai berikut.
1. Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah;
2. Menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik;
3. Membaca materi pelajaran tertentu;
4. Memberikan motivasi dan bimbingan belajar.
C. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya ( 2006: 129-131), ada empat prinsip umum yang harus
diperhatikan pendidik dalam penggunaan strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Aktivitas.
3. Individualitas
4. Integritas
Keempat prinsip tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah No. 32 tahun
2013, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satu satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik
D. Prosedur Umum Pembelajaran
Pada dasarnya terdapat tiga komponen prosedur yang lazim dilaksanakan
dalam proses pembelajaran, yaitu komponen pendahuluan, penyajian, dan penutup
(Nurani, dkk., 2003: 4.13).
1. Komponen Pendahuluan
Komponen ini merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan
menumbuhkan motivasi untuk mengarahkan perhatian peserta didik.
Menurut Nurani, dkk., (2003: 4.14), pada komponen pendahuluan dapat
diciptakan berbagai aktualisasi kegiatan pembelajaran dengan berbagai prosedur
misalnya. Prosedur pertama:

6
1. Menjelaskan secara singkat materi pelajaran;
2. Menjelaskan hubungan materi pelajaran dengan apa yang telah diketahui
peserta didik atau yang dilakukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari;
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
Prosedur kedua:
1. Menjelaskan secara singkat materi pelajaran;
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran;
3. Menjelaskan hubungan materi pelajaran dengan apa yang telah diketahui
peserta didik atau yang dilakukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Komponen Penyajian/Inti.
Pada komponen ini pendidik menjelaskan/menguraikan materi yang harus
dipelajari, memberi contoh-contoh yang relevan dan memberi kesempatan untuk
menampilkan kemampuan peserta didik dalam latihan.
Adapun, aplikasi dari kegiatan pembelajaran pada komponen ini, sebagai berikut.
1. Tes formatif. Tes formatif adalah satu set pertanyaan yang diajukan secara
lisan atau tertulis ataupun dalam bentuk seperangkat tugas yang harus
dikerjakan.
2. Umpan balik. Umpan balik adalah kegiatan memberitahukan hasil tes atau
penilaian yang dilakukan setelah peserta didik mengerjakan tes atau tugas.
3. Tindak lanjut. Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik
setelah melakukan tes formatif dan mendapatkan umpan balik.

Bab III Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan Dalam


Standar Proses Pendidikan
A. Sistem
Istilah sistem telah digunakan secara luas. Istilah ini secara umum berarti
benda, peristiwa, kejadian atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-
bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama
berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu (Suparman, 1997: 4).
Ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik sistem, yaitu:
1. Setiap sistem memiliki tujuan;
2. Sistem selalu mengandung proses;

7
3. Proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu (Sanjaya 2006: 48).
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam
bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti pembelajaran adalah menyampaikan pikiran, ide
yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008: 265).
Menurut Warsita (2012: 266-267), ada lima prinsip yang menjadi landasan
pengertian pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku.
2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan
adanya suatu tujuan yang akan dicapai.
5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembelajaran
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sistem pembelajaran,
diantaranya faktor pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, alat dan media
yang tersedia, serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2006: 50).
1. Pendidik. Pendidik merupakan salah faktor yang sangat menentukan dalam
implementasi strategi pembelajaran.
2. Peserta didik. Peserta didik atau siswa atau mahasiswa adalah individu yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
3. Sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah
sesuatu yang tidak langsung mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya jalan menuju sekolah, dan sebagainya (Sanjaya, 2006: 53).
4. Lingkungan. Lingkungan yang ada di sekitar peserta didik adalah salah satu
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara
optimal (Winataputra, dkk., 2001: 5.60)

8
D. Standar Proses Pendidikan
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan (Sanjaya, 2006: 4-5). Secara umum standar
proses pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
1. Alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan
oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut;
2. Sebagai pedoman bagi guru dalam membuat perencanaan program
pembelajaran, baik program untuk priode tertentu maupun program
pembelajaran harian dan sebagai pedoman untuk implementasi program dalam
kegiatan nyata di lapangan;
3. Sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di
sekolah yang dipimpin kepala sekolah dan sebagai sumber utama bagi kepala
sekolah dalam merumuskan berbagai kebijakan sekolah khususnya dalam
menentukan dan mengusahakan ketersediaan berbagai keperluan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan;

Bab IV Keterampilan Dasar Mengajar Keterampilan Dasar Mengajar


Menurut hasil penelitian Turney dalam Winata Putra (2002: 7.2), terdapat
delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap menentukan keberhasilan
pembelajaran. Keterampilan itu adalah sebagai berikut:
A. Keterampilan Bertanya
1. Definisi dan Fungsi Pertanyaan
Pertanyaan adalah segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal
(lisan). Menurut Winataputra ( 2002: 7.6) ada empat alasan mengapa seorang guru
perlu menguasai keterampilan bertanya. Pertama, pada umumnya guru masih
cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya. Kedua, kebiasaan
yang tumbuh dalam masyarakat yang tidak membiasakan anak untuk bertanya,
sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam.
Ketiga, penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran
menuntut keterlibatan peserta didik secara mental dan intelektual.

9
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan hanya
berfungsi untuk menguji pemahaman peserta didik.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Pada dasarnya, keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian besar, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut
(Wardani, 2005: 21). Pertama, keterampilan bertanya dasar. Keterampilan
bertanya dasar terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.
a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan perhatian
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
Kedua, keterampilan bertanya lanjut. Penguasaan keterampilan bertanya
lanjut dibentuk berdasarkan penguasaan keterampilan bertanya dasar. Komponen
bertanya lanjut terdiri atas:
a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
b. Pengaturan urutan pertanyaan
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
3. Prinsip Penggunaan
Dalam menerapkan pertanyaan-pertanyaan, pendidik hendaknya
memperhatikan prinsip penggunaan yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan
sebagai berikut: kehangatan dan keantusiasan, menghindari kebiasaan
(mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban peserta didik, menjawab
pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.
B. Keterampilan Memberikan Penguatan
1. Pengertian dan Tujuan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan
yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya
perilaku/perbuatan yang dianggap baik itu (Winataputra, dkk., 2001: 7.29).
Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, tujuan pemberian penguatan
adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan perhatian peserta didik;

10
b. Membangkitkan dan memelihara motivasi peserta didik;
c. Memudahkan peserta didik belajar;
2. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis, yaitu penguatan
verbal dan non verbal (Sanjaya, 2006: 36-37).
a. Penguatan verbal, yaitu penguatan yang diungkapkan dengan katakata, baik
kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi.
b. Penguatan non verbal, yaitu penguatan yang diungkapkan melalui bahasa
isyarat. Misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju.
3. Prinsip Memberi Penguatan
Agar penguatan yang diberikan pendidik dapat berfungsi secara efektif,
pendidik hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip memberikan penguatan, yaitu
kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, variasi, dan segera (Winataputra,
dkk.,: 2001: 7.33-7.35).
a. Kehangatan dan keantusiasan
b. Kebermaknaan
c. Gunakan penguatan yang bervariasi
C. Keterampilan Mengadakan Variasi
1. Pengertian dan Tujuan
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi
dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan untuk memberikan kesan yang unik. Winataputra (2002: 7.46)
mengatakan bahwa variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan:
a. Menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar;
b. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu;
c. Mengembangkan keinginan peserta didik untuk mengetahui hal-hal baru;
2. Komponen-Komponen dalam Mengadakan Variasi
Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses pembelajaran;
Ada beberapa teknik yang harus dilakukan:
1) Penggunaan variasi suara

11
2) Pemusatan perhatian
3) Kebisuan pendidik
b. Variasi dalam menggunakan media/alat bantu pembelajaran
Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dilakukan sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat seperti
menggunakan gambar, slide, foto, bagan, dan lain sebagainya;
2) Variasi alat atau media yang dapat didengar seperti menggunakan radio,
musik, deklamasi, puisi, dan lain sebagainya;
3) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan.
c. Variasi dalam melakukan interaksi (Sanjaya, 2006: 37)
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. Pendidik perlu membangun interaksi secara penuh dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik berinteraksi dengan
lingkungannya.
D. Keterampilan Menjelaskan
1. Pengertian dan Tujuan Keterampilan Menjelaskan
Dari segi etimologis kata menjelaskan mengandung makna membuat
sesuatu menjadi jelas (Winataputra, dkk., 2001: 7.60). Dalam kegiatan
menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara sistematis sehingga
yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas.
Keterampilan menjelaskan bertujuan untuk:
a. Membantu peserta didik memahami berbagai konsep hukum, dalil, dan
sebagainya secara objektif dan bernalar;
b. Membimbing peserta didik menjawab pertanyaan yang muncul dalam proses
pembelajaran;
c. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam memecahkan berbagai masalah
melalui cara berpikir yang lebih sistematis;
2. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan memberikan penjelasan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Keterampilan merencanakan penjelasan. Merencanakan penjelasan mencakup
dua sub komponen, yaitu yang berkaitan dengan isi pesan atau materi
pembelajaran yang akan dijelaskan dan yang berkaitan dengan peserta didik.

12
b. Keterampilan menyajikan penjelasan. Keterampilan menyajikan penjelasan
berperan penting dalam pelaksanaan rencana penjelasan yang sudah baik.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam memberikan penjelasan, pendidik memperhatikan hal-hal berikut.
a. Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan, yang mendengarkan dan
bahan yang dijelaskan;
b. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, tergantung
dari munculnya kebutuhan akan penjelasan;
c. Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran;
E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1. Pengertian dan Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan
dengan usaha pendidik dalam memulai kegiatan pembelajaran; sedangkan
keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha
pendidik dalam mengakhiri pelajaran (Winataputra dkk., 2002: 8.3).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kegiatan membuka dan
menutup pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan peserta didik untuk
memasuki inti kegiatan, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan
untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang telah dibahas.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka
pelajaran adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan mental peserta didik untuk memasuki kegiatan inti pelajaran;
2) Membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik dalam mengikuti
pelajaran;
3) Memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus
dikerjakan peserta didik;
4) Menyadarkan peserta didik akan hubungan antara pengalaman/bahan yang
sudah dimiliki dengan yang akan dipelajari.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup
pelajaran adalah sebagai berikut.
1. Memantapkan pemahaman peserta didik terhadap kegiatan belajar yang telah
berlangsung;

13
2. Mengetahui keberhasilan peserta didik dan pendidik dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dijalani;
3. Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampan yang baru saja
dikuasai (Winataputra, dkk., 2001: 8.4).
2. Komponen-Komponen dalam Keterampilan Membuka Pelajaran
Komponen yang perlu dikuasai pendidik dalam membuka pelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Menarik perhatian peserta didik.
b. Menimbulkan motivasi
c. Memberi acuan
3. Komponen-Komponen dalam Keterampilan Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akhir penggal kegiatan.
Agar kegiatan penutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif, pendidik
diharapkan dapat menguasai cara menutup pelajaran sebagai berikut:
a) Meninjau kembali (mereview)
b) Menilai
4. Prinsip Penggunaan
Penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus mengikuti
prinsip yaitu Bermakna serta berurutan dan berkesinambungan.
F. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
1. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut
harus dipenuhi.
a. Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang;
b. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal
c. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja
sama untuk mencapainya;
2. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Agar pendidik dapat membimbing diskusi kelompok secara efektif, ada 6
komponen keterampilan yang perlu dikuasai pendidik. Keenam komponen
tersebut adalah sebagai berikut;

14
a. Memusatkan perhatian dapat dilakukan dengan cara : 1) merumuskan tujuan
diskusi dengan jelas, 2) merumuskan kembali masalah, jika terjadi
penyimpangan;
b. Memperjelas masalah atau uraian pendapat dengan cara : 1) menguraikan
kembali atau merangkum uraian pendapat peserta, 2) mengajukan pertanyaan
pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain.;
c. Menganalisis pandangan peserta didik, dengan cara: 1) meneliti apakah alasan
yang dikemukakan punya dasar yang kuat, dan 2) memperjelas hal-hal yang
disepakati dan yang tidak disepakati;
3. Prinsip Penggunaan
Agar keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dapat diterapkan
secara efektif, maka pendidik perlu memperhatikan prinsip penggunaan diskusi,
baik sebelum, maupun sesudah berlangsungnya diskusi. Prinsip-prinsip
penggunaan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Diskusi dapat dilaksanakan dalam semua bidang studi di jenjang kelas yang
peserta didiknya mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan;
b. Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah topik/masalah yang
memerlukan informasi/pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau
memecahkannya.
c. Diskusi kelompok di sekolah dasar masih memerlukan bantuan pendidik untuk
membimbingnya.
G. Keterampilan Mengelola Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat didefinisikan dengan berbagai cara tergantung dari
pendekatan yang dianut:
a. Pendekatan otoriter. Pengelolaan kelas sebagai perangkat kegiatan yang
dilakukan pendidik untuk menegakkan dan memelihara aturan di dalam kelas.
b. Pendekatan permisif, pengelolaan kelas adalah usaha pendidik untuk
memaksimalkan kebebasan peserta didik.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:

15
Pertama, keterampilan yang bersifat preventif. Keterampilan ini mencakup
kemampuan pendidik untuk mencegah terjadinya gangguan.
Kedua, keterampilan yang bersifat repressif. Keterampilan ini berkaitan dengan
kemampuan pendidik mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan,
3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Agar mampu mengelola kelas secara efektif, pendidik harus memperhatikan
berbagai hal sebagai berikut.
a. Kehangatan dan keantusiasan pendidik sangat berperan dalam menciptakan
kelas yang menyenangkan;
b. Kata-kata dan tindakan pendidik yang dapat menggugah peserta didik untuk
belajar dan berperilaku baik akan mengurangi kemungkinan munculnya
perilaku menyimpang;
c. Penggunaan variasi dalam mengajar dapat mengurangi terjadinya gangguan;
d. Keluwesan pendidik dalam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya
gangguan.
H. Keterampilan Mengelola Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian
Pendidikan kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh ciri-ciri berikut:
a. Terjadi interaksi yang akrab dan sehat antara pendidik-peserta didik dan
peserta didik dengan peserta didik;
b. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minatnya
sendiri;
c. Peserta didik mendapat bantuan dari pendidik sesuai dengan kebutuhannya;
d. Peserta didik dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan
ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan dan bahkan tujuan yang akan
dicapai (Winataputra dkk., 2002: 8.56-8.57)
2. Variasi Pengorganisasian
Penerapan belajar dalam kelompok kecil dan perorangan, di samping
menuntut perubahan peran pendidik, juga perubahan dalam pengelolaan.
Kebiasaan pendidik yang hanya mengelola kelas besar harus diimbangi dengan
kebiasaan lain, yaitu memberi kesempatan peserta didik untuk belajar dalam
kelompok kecil dan perorangan.

16
3. Komponen Keterampilan
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari 4
komponen pokok, yang sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu: berkaitan dengan penanganan orang dan berkaitan dengan penanganan
tugas. Keempat kelompok komponen tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
b. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.
4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pendidik yang sudah biasa dengan pendidikan klasikal, sebaiknya mulai
dengan pendidikan kelompok kecil, kemudian perorangan.
b. Topik-topik yang bersifat umum seperti pengarahan, informasi umum
sebaiknya diberikan secara klasikal, sedangkan pengolahannya lebih lanjut
dapat dilakukan dalam bentuk kelompok kecil atau perorangan;
c. Sebelum pendidikan kelompok kecil/perorangan dimulai, pendidik harus
melakukan pengorganisasian peserta didik, sumber, materi, ruangan, serta
waktu yang diperlukan;

Bab V Media Dalam Proses Media Dalam Proses Pembelajaran


A. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar (Winataputra, dkk., 2001: 5.3). Makna umumnya
adalah apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke
penerima informasi.Berdasarkan teori-teori di atas dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si peserta didik
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan,
dan terkendali.
B. Manfaat Media dalam Proses Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dan hal ini pada
gilirannya akan membantu peserta didik belajar secara optimal.

17
C. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Bretz sebagaimana dikutif Sadiman, dkk (2006: 20), media dapat
digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu media suara, media bentuk visual, dan
media gerak. Media bentuk visual dibedakannya menjadi tiga pula, yaitu gambar
visual, garis (grafis), dan simbol verbal. Selain itu, Bretz membedakan antara
media transmisi (telekomunikasi) dan media rekaman. Sehingga terdapat delapan
klasifikasi media, yaitu media audio visual gerak, media audio visual diam, media
audio semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media audio, dan media
cetak.
D. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan
sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Menurut Arsyad
(1997: 75) pemilihan media seyogyanya bersumber dari konsep bahwa media
merupakan komponen dari instruksional secara keseluruhan.
E. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Miarso (1986: 102-104). Prinsip-prinsip umum dalam
menggunakan media pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada satu media yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain.
2. Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dipakai dalam menyajikan suatu
unit pelajaran daripada media lain.
3. Tidak ada satu mediapun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan
belajar
4. Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus justru akan
membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran.
5. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup untuk menggunakan media
pembelajaran (Miarso, 2004: 461).
F. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Al Muchtar, dkk (2005: 5.63) bahwa langkah-langkah penting
dalam penggunaan media adalah sebagai berikut.
a. Persiapan sebelum menggunakan media. Langkah awal penggunaan adalah
membuat persiapan sebaik-baiknya.

18
b. Pelaksanaan Penggunaan Media
c. Evaluasi
d. Tindak Lanjut

Bab VI Pembelajaran Efektif Pembelajaran Efektif


A. Pengertian dan Indikator Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar
yang bermanfaat dan terfokus pada peserta didik melalui penggunanaan prosedur
yang tepat. Menurut Wotruba and Wright, ada tujuh indikator yang menunjukkan
pembelajaran yang efektif yaitu:
1) Pengorganisasian kuliah yang baik;
2) Komunikasi secara efektif;
3) Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah;
4) Sikap positif terhadap mahasiswa;
5) Pemberian ujian dan nilai yang adil;
B. Prinsip-prinsip Belajar pada Pembelajaran Efektif
Menurut Nurani, dkk. (2003: 5.12-5.15) secara umum terdapat beberapa
prinsip dasar, berikut ini adalah prinsip dasar tersebut dan implikasinya pada
pembelajaran efektif:
1. Perhatian dan motivasi.
2. Keaktifan.
3. Keterlibatan langsung.
4. Pengulangan.
5. Tantangan.
C. Pendidik yang Efektif
Menurut Gary A. Davis dan Margareth A Thomas dalam Suyanto (2001),
paling tidak ada empat kelompok besar ciri pendidik yang efektif.
Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas
yang kemudian dapat dirinci kembali menjadi:
1. Memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan dalam
menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik serta ketulusan;
2. Memiliki hubungan yang baik dengan para peserta didiknya;

19
3. Mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan peserta didik secara adil dan
tulus dan tanpa mengharapkan imbalan apa pun;
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi pengelolaan pembelajaran
yang meliputi:
1. Memiliki kemampuan untuk mengahadapi dan menagani peserta didik yang
tidak memiliki perhatian terhadap materi pelajaran, suka mencela, dan
mengalihkan pembicaraan;
2. Mampu mentransfer substansi materi ke dalam proses pembelajaran;
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik
dan penguatan, yang terdiri dari:
1. Mampu memberi umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik;
2. Mampu memberikan respon yang membantu peserta didik memiliki
kemampuan yang terbatas dalam menerima materi pelajaran;
3. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang
memuaskan;
Keempat, memiliki kemampuan yang berkaitan dengan peningkatan diri,
yang terdiri dari:
1. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;
2. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metodemetode
pembelajaran;

Bab VII Cara Belajar Siswa Aktif


A. Hakikat Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA merupakan salah satu aplikasi dari pendekatan pembelajaran inovatif.
CBSA menurut Sriyono (1995) adalah suatu cara atau usaha mempertinggi atau
mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Joni (1977) hakikat CBSA itu sendiri adalah pemberian penalaran
(pemikiran) dengan menyikapi cara atau usaha mengoptimalkan kegiatan belajar
peserta didik untuk membentuk manusia yang dapat menyesuaikan diri dan dapat
hidup di tengah-tengah masyarakat. Ciri CBSA dilihat dari proses belajar adalah
sebagai berikut.

20
1. Peserta didik aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam
membuat kesimpulan;
2. Adanya suasana pembelajaran yang interaktif;
3. Adanya kesempatan bagi peserta didik untuk menilai hasil kerjanya sendiri;
B. Prinsip- Prinsip CBSA
1. Prinsip Utama CBSA:
a. Mendesain pendidikan yang dapat membuat peserta didik aktif sepenuhnya
dalam proses belajar.
b. Membebaskan peserta didik dari ketergantungan yang berlebihan pada
pendidik.
c. Menilai hasil belajar dengan cara berikut, yaitu bahwa setiap hasil pendidikan
sarat dengan berbagai macam kegiatan belajar.
2. Prinsip CBSA dalam Dimensi Program Pembelajaran
a. Penentuan tujuan dan isi pelajaran.
b. Pengembangan konsep dan aktivitas peserta didik.
3. Prinsip CBSA pada Dimensi Situasi Belajar Mengajar
a. Komunikasi yang bersahabat antara pendidik dan peserta didik.
b. Kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.

Bab VIII Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Jenis-Jenis Strategi


Pembelajaran
A. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Istilah ekspositori berasal dari konsep eksposisi, yang berarti memberikan
penjelasan. Dalam konteks pembelajaran eksposisi merupakan strategi yang
dilakukan pendidik untuk mengatakan atau menjelaskan faktafakta, gagasan-
gagasan, dan informasi-informasi penting lain kepada para peserta didik .
Salah satu tujuan dari strategi pembelajaran ekspositori adalah memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik (Ausubel, Novak, Hanesian,
1978: 171-172). Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk
peserta didik seperti informasi-informasi yang berkaitan dengan sains,
matematika, kajian sosial, kesehatan, keselamatan dan lainlain sering dapat
dilakukan secara efisien dan efektif dengan strategi pembelajaran ekspositori.

21
Berdasarkan pendapat-pendapat para pakar pendidikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses deduksi. Strategi pembelajaran ini
merupakan strategi yang sering atau biasa digunakan pendidik dalam praktek
pembelajaran secara aktual dilapangan.
B. Strategi Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian Strategi
Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 194).
2. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Secara garis besar langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut.
a) Orientasi.
b) Merumuskan masalah.
3. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
1) Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri SPI ini memiliki beberapa
keunggulan sebagai berikut.
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan tiga sasaran pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pelaksanaan pembelajaran melalui
SPI menjadi lebih bermakna;
b. SPI dapat melayani peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka;
c. SPI merupakan salah satu strategi yang sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern.
2) Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Disamping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan,
diantaranya:
a. Dalam pelaksanaan SPI, masih sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan peserta didik;

22
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi
SPI, karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar;
C. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
1. Pengertian dan Karakteristik SPBM
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang difokuskan kepada proses penyelesaian
masalah/problema secara ilmiah.
Ada tiga karakteristik penting dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam pelaksanaan SPBM, peserta didik
tidak hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi
pelajaran, tetapi juga peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi mencari dan
mengolah data, serta menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran difokuskan
untuk menyelesaikan masalah. Masalah harus ada dalam implementasi SPBM.
Sebab tanpa adanya masalah dalam SPBM, maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.
2. Tahapan-Tahapan dalam SPBM
John Dewey dalam Sanjaya (2006: 215) menjelaskan langkah SPBM yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah peserta didik menentukan masalah yang
akan dipecahkan;
2) Menganalisis masalah, yaitu langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang;
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya;
3. Langkah-Langkah Starategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Secara umum langkah-langkah strategi pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut.
1) Menyadari masalah
2) Merumuskan masalah.
3) Merumuskan hipotesis
4. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

23
1) Keunggulan. Ada beberapa keunggulan dari strategi pembelajaran berbasis
masalah, yaitu :
a. Peserta didik lebih memahami materi pelajaran;
b. Menantang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan;
c. Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik;
2) Kelemahan. Kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Jika peserta didik tidak memiliki minat dan tidak mempunyai
kepercayaan diri, maka peserta didik tidak mau untuk mencoba;
b. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk persiapan pelaksanaan
SPBM;
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar tentang yang mereka pelajari.
D. Starategi Pembelajaran Kooperatif
1) Definisi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dalam implementasinya mengarahkan para peserta didik untuk
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan kelompok yang berhasil
mencapai tujuan pembelajaran akan diberikan penghargaan.
2) Ciri Pembelajaran Kooperatif
Ada empat ciri penting dari sistem pembelajaran kooperatif. Pertama,
heterogenitas.Kedua, jenis-jenis tugas diberikan pada kelompok. Ketiga,
tanggungjawab individu. Keempat, sistem penghargaan. Individu menerima
penghargaan didasarkan usaha individu dan prestasi kelompok.
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga tujuan pembelajaran penting yang ingin dicapai melalui
pengembangan pembelajaran kooperatif, yaitu prestasi akademis, penerimaan
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1998: 313).
4) Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui
berbagai penelitian. Ada tiga strategi pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan pada hampir semua subjek dan tingkatan, yaitu; (1) Student Team

24
Achievement Division (STAD), (2) Team Games Tournament, dan Jigsaw II.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran kooperatif tersebut secara umum
adalah sebagai berikut.:
1) Persiapan, yang meliputi; (1) penentuan bahan/materi ajar sesuai dengan
kurikulum, pembuatan lembar kerja peserta didik, lembar jawaban kerja
peserta didik, dan kuis untuk setiap bagian pelajaran, (2) pembentukan
kelompok berdasarkan peringkat peserta didik.
2) Penyajian pelajaran. Penyajian pelajaran melibatkan kuliah, pertunjukan film,
atau pengarahan kepada sumber-sumber belajar seperti teks atau bahan-bahan
bacaan.
3) Kerja kelompok merupakan kegiatan inti yang bertujuan agar peserta didik
belajar bersama untuk memahami materi. Setelah pendidik menyajikan
materinya, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi
yang lain.
E. Strategi Pembelajaran Afektif
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif (Sikap)
Strategi pembelajaran afektif adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada pembentukan sikap yang positif pada diri peserta didik.
Douglas Graham melihat empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan
seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu:
a) aNormativist. Biasanya kepatuhan pada norma-norma hokum.
b) Integralist. Kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan-
pertimbangan yang rasional;
c) Fenomalist. Kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekadar basa basi;
d) Hedonist. Kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri.
2. Model Strategi Pembelajaran Afektif
a. Model Konsiderasi
Model konsiderasi dikembangkan oeh Mc. Paul, seorang Humanis. Paul
menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan
kognitif yang rasional. Pembelajaran moral peserta didik menurutnya adalah
pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Aplikasi dari model
konsideransi ini adalah sebagai berikut.

25
1) Menghadapkan peserta didik pada suatu masalah yang mengandung konflik,
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari;
2) Menyuruh peserta didik untuk menganalisis masalah tersebut baik yang
tersurat (yang tampak) maupun yang tersirat (yang tidak tampak);
3) Menyuruh peserta didik untuk menuliskan hasil analisisnya terhadap
permasalahan yang dihadapi.
b. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg.
Menurut Kohlberg, moral manusia berkembang melalui tiga tingkat dan setiap
tingkat terdiri dari dua tahap:
1) Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral
berdasarkan kepentingannya sendiri.
2) Tingkat konvensional. Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada
hubungan individu-masyarakat.
3) Tingkat post konvensional. Pada tingkat ini bukan hanya didasarkan pada
kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi
didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya
secara individu.
c. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Teknik mengklarifikasi nilai atau value clarivication technique (VCT)
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik ketika menghadapi suatu persoalan
melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta
didik. Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap
adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh pendidik.
VCT sebagai suatu teknik pembelajaran moral bertujuan:
1) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu
nilai;
2) Membina kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik
tingkatannya maupun sifatnya untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan
pembetulannya;

26
3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada peserta didik melalui cara yang
rasional dan diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan
menjadi milik peserta didik;
F. Strategi Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 253).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
kontekstual adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan keaktifan
dan keterlibatan siswa untuk mencari dan menemukan materi yang harus dikuasai
dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga pada gilirannya siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Sanjaya (2006: 254), terdapat lima karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
b) Pemerolehan dan penambahan pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu
diperoleh dengan cara deduktif.
c) Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihapal tetapi untu dipahami dan diyakini.
3. Aplikasi Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu:
a. Konstruktivisme,
b. Inkuiri,
c. Bertanya,
d. Masyarakat belajar,
e. Pemodelan,

27
Menurut Depdiknas dalam Trianto (2009: 111), dikatakan bahwa sebuah
kelas dikatakan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual jika menerapkan
ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar langkah-
langkah penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam kelas adalah sebagai
berikut.
a. Mengembangkan pemikiran peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya;
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang akan
diajarkan;
c. Mengembangkankan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
G. Strategi Pembelajaran Aktif
1. Card Sort (Sortir Kartu)
Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta, tentang objek atau mereview
informasi. Langkah-Langkah strategi ini adalah sebagai berikut
a) Setiap peserta didik diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh
yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.
b) Mintalah peserta didik untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk
menemukan kartu dengan kategori yang sama.
c) Peserta didik dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori
masing-masing di depan kelas;
2. The Power of Two (Kekuatan Dua Kepala)
Strategi pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran
kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Langkah-
langkah strategi pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a) Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
b) Mengapa terjadi perbedaan faham dan aliran di kalangan umat Islam?
c) Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang-orang baik?
3. Team Quiz (Kuis Kelompok)

28
Strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab belajar peserta didik
dalam suasana yang menyenangkan (Zaini, Munthe, Aryani, 2007: 57). Langkah-
langkah strategi ini adalah sebagai berikut.
a) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen;
b) Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok, misalnya A, B, C;
c) Sampaikan kepada peserta didik format pelajaran yang anda sampaikan
kemudian mulai presentasi.
4. Jigsaw
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi
yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut
tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain (Zaini, Munthe, Aryani, 2007: 59). Langkah-langkah strategi ini adalah
sebagai berikut.
a) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi kedalam beberapa bagian (segmen);
b) Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen
yang ada;
c) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran
yang berbeda-beda;
5. Every One is a Teacher Here (Semua Bisa Jadi Pendidik)
Strategi ini memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan
sebagai pendidik bagi kawankawannya. Langkah-langkah strategi ini adalah
sebagai berikut.
a) Bagikan secarik kertas kepada seluruh peserta didik.
b) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap
peserta didik
c) Minta peserta didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut
dan menjawabnya;
d) Setelah jawaban diberikan, mintalah peserta didik untuk menambahkan;
6. Snow Balling

29
Strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari
diskusi peserta didik secara bertingkat. Langkah-langkah strategi ini adalah
sebagai berikut.
a) Sampaikan topik materi yang akan diajarkan;
b) Minta peserta didik untuk menjawab pertanyaan berpasangan (dua orang);
c) Setelah peserta didik yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban,
pasangan tadi digabungkan dengan pasangan disampingnya.
d) Kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam kelompok
dua orang
e) Setelah kelompok berempat selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok
digabungkan satu kelompok yang lain.
7. Search (Mencari Informasi)
Strategi ini sama dengan ujian open book. Secara berkelompok peserta didik
mencari informasi (biasanya tercakup dalam pelajaran) yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka (Zaini, Munthe, Aryani,
2007: 51). Metode ini sangat membantu pelajaran untuk lebih menghidupkan
materi yang dianggap kering. Langkah-langkah strategi ini adalah sebagai berikut.
a) Buatlah beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dengan cara mencari
informasi yang dapat ditemukan dalam bahan-bahan sumber yang bisa diakses
peserta didik.
b) Handout;
c) Dokumen;
d) Buku teks.
8. Peer Lessons (Belajar dari Teman)
Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik
untuk mengajarkan materi kepada temannya. Langkah-langkah strategi ini adalah
sebagai berikut.
a) Bagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil sebanya segmen materi
yang akan disampaikan;
b) Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk memperlajari satu topik
materi, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.

30
c) Minta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi
kepada teman-teman sekelas. Sarankan kepada merekea untuk tidak
menggunakan metode ceramah atau seperti membaca laporan.
9. Index Card Match (Mencari Pasangan)
Strategi ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi
yang telah diberikan sebelumnya. Langkah-langkah strategi ini sebagai berikut.
a. Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di dalam kelas;
b. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama;
c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada
setengah bagian kertas yang telah disiapkan.
d. Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
tadi dibuat;
e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban;
10. The Learning Cell (Sel Belajar)
Strategi ini merupakan salah satu sistem terbaik untuk membantu pasangan
peserta didik belajar dengan lebih efektif. Langkah-langkah strategi ini adalah
sebagai berikut.
a) Sebagai persiapan peserta didik diberi tugas membaca sebuah bacaan
kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang
muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya
b) Pada awal setiap pertemuan kelas, peserta didik ditunjuk untuk berpasangan
secara acak dengan seorang partner. Peserta didik A mulai dengan pertanyaan
pertama dan dijawab oleh peserta didik B
c) Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi
tambahan informasi, giliran peserta didik B mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab oleh peserta didik A.
H. Strategi Pembelajaran Quantum
1) Pengertian dan Landasan Strategi Pembelajaran Quantum
Strategi pembelajaran quantum merupakan sebuah program percepatan
pembelajaran yang ditawarkan learning forum, yaitu sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis
dan keterampilan pribadi.

31
2) Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Quantum
Strategi Pembelajaran Quantum memiliki lima prinsip (DePorter, 2007: 1).
Pertama, segalanya berbicara, termasuk lingkungan kelas, bahasa tubuh, desain
pelajaran, dan lain-lain. Kedua, segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam
penggubahan anda mempunyai tujuan. Ketiga, pengalaman sebelum pemberian
nama. Keempat, akui setiap usaha. Kelima, jika layak dipelajari maka layak
dirayakan.
3) Nilai-Nilai Strategi Pembelajaran Quantum dalam Pengembangan Proses
Pembelajaran
Nilai-nilai strategi pembelajaran quantum dalam pengembangan proses
pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi, yaitu konteks dan isi. Dari sisi konteks,
nilai-nilai strategi pembelajaran quantum dalam pengembangan pembelajaran
mencakup beberapa hal sebagai berikut.
a) Suasana yang memberdayakan
b) Landasan yang Kukuh
c) Lingkungan yang mendukung
d) Rancangan
Adapun kerangka perancangan Quantum Teaching adalah sebagai berikut:
1) Tumbuhkan minat dengan cara sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan
AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
2) Alami, artinya berikan mereka pengalaman belajar, “tumbuhkan kebutuhan
untuk mengetahui”, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pemelajari.
3) Namai artinya berikan “data” tepat saat minat memuncak. Sediakan kata kunci,
model, rumus, strategi; sebuah „masukan‟.

Bab IX Jenis-Jenis Metode Pembelajaran


Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara
mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Metode pembelajaran
adalah cara menyajikan materi kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu (Budiarjo, 2005: 1).
A. Metode Ceramah

32
1. Pengertian dan Tujuan Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian atau penyampaian bahan
pelajaran secara lisan dari pendidik kepada sekolompok peserta didik (Sanjaya,
2006: 145). Tujuan khusus pemilihan metode ceramah bagi pendidik untuk:
a) Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yang
ditulis peserta didik
b) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang
terdapat dalam isi pelajaran;
c) Merangsang peserta didik untuk dapat belajar mandiri dan menumbuhkan rasa
ingin tahu melalui pengayaan belajar;
d) Meningkatkan daya dengar, konsentrasi dan keterampilan menyimpulkan
peserta didik;
2. Alasan Penggunaan Metode Ceramah
Adapun alasan digunakannya metode ceramah dalam kegiatan proses
pembelajaran, yaitu:
a) Peserta didik benar-benar memerlukan penjelasan dari pendidik;
b) Bahan pelajaran yang disampaikan berupa fakta atau pendapat yang tidak
terdapat pada bahan bacaan lainnya;
c) Pendidik merupakan pembicara yang bersemangat dan dapat memotivasi
peserta didik untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
3. Kelemahan dan Keuntungan Metode Ceramah
Kelemahan metode ceramah antara lain adalah sebagai berikut.
a) Sulit untuk peserta didik yang tidak terbiasa mendengarkan dan mencatat;
b) Sangat kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik;
c) Pendidik sebagai buku pelajaran;
d) Menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik, apalagi bila pendidik kurang dapat
mengorganisasikannya.
Kelebihan metode ceramah antara lain adalah sebagai berikut.
a) Efisien dalam pemanfaatan waktu dan biaya;
b) Bahan pelajaran sudah dipilih dan dipersiapkan;
c) Dapat disajikan dengan mudah, sesuai dengan keterbatasan waktu.
4. Meningkatkan Keefektifan Metode Ceramah

33
Untuk meningkatkan keefektivan metode ceramah perlu mempersiapkan
kemampuan pendidik dan kondisi peserta didik yang optimal. Kemampuan
pendidik tersebut diantaranya:
a) Teknik ceramah memungkinkan dapat membangkitkan minat dan motivasi
peserta didik;
b) Memberikan ilustrasi yang sesuai dengan bahan pelajaran;
c) Menguasai materi pelajaran;
B. Metode Tanya Jawab
1. Pengertian dan Tujuan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah atau two way traffic dari
pendidik ke peserta didik atau sebaliknya dari peserta didik ke pendidik. Beberapa
pertimbangan atau tujuan bagi pendidik untuk mengembangkan metode tanya
jawab dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
a) Untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan;
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kamampuan bertanya suatu masalah yang belum dipahaminya;
c) Memotivasi dan menimbulkan kompetensi belajar di antara mereka.
2. Alasan Penggunaan Metode Tanya Jawab
Ada beberapa alasan digunakannya metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran, antara lain untuk:
a. Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap permasalahan yang sedang
dibicarakan sehingga menimbulkan partisipasi;
b. Menimbulkan proses berpikir reflektif, kreatif, dan kritis peserta didik;
c. Mewujudkan cara belajar aktif peserta didik.
3. Kelebihan dan Keterbatasan Metode Tanya jawab
Kelebihan metode tanya jawab antara lain adalah sebagai berikut.
a. Kelas lebih aktif karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan;
b. Menarik dan dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap materi
pelajaran;

34
c. Pendidik dapat mengetahui sampai dimana penangkapan peserta didik terhadap
segala sesuatu yang diterangkan;
C. Metode Diskusi
1. Pengertian dan Tujuan Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Metode ini
memiliki karakteristik pengalaman belajar sebagai berikut.
a) Pemahaman terhadap persoalan;
b) Belajar bersama;
c) Pemahaman pendapat orang lain;
d) Pembentukan rasa solidaritas;
Metode diskusi bertujuan antara lain:
a) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi,
menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;
b. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional;
2. Alasan penggunaan metode diskusi
Alasan digunakannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a) Topik bahasan bersifat problematis;
b) Merangsang peserta didik untuk terlibat secara secara aktif;
c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka;
3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Diskusi
Kekuatan motede diskusi antara lain adalah sebagai berikut.
a) Peserta didik dapat menghayati permasalahan;
b) Dapat mengembangkan rasa tanggungjawab;
c) Membina kemampuan berbicara;
Keterbatasan metode diskusi antara lain adalah sebagai berikut.
a) Relatif memerlukan waktu yang banyak;
b) Sulit menentukan masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik
dan memiliki kerelevansian dengan lingkungan;
c) Memerlukan waktu yang luas.

35
D. Metode Pemberian Tugas
1. Pengertian dan Tujuan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar
mengajar dengan cara memberikan tugas-tugas kepada peserta didik untuk
dikerjakan secara berkelompok atau secara perorangan. Metode pemberian tugas
ini bertujuan untuk:
a) Merangsang peserta didik untuk aktif di dalam penyelesaian tugas baik secara
individual maupun secara berkelompok;
b) Meningkatkan keefektifan metode ceramah (Halimah, 2008: 75)
2. Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Pendidik perlu memberikan tugas kepada peserta didik dengan berbagai
alasan, yaitu:
a) Untuk pengayaan bahan ajar, dengan cara peserta didik mencari jawaban atas
pertanyaan yang diberikan;
b) Sebagai tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya (Halimah, 2008: 75).
3. Kelebihan dan Keterbatasan Metode Penugasan (Resitasi)
Kelebihan dari penggunaan metode penugasan ini adalah sebagai berikut.
a) Melatih peserta didik aktif dalam kegiatan belajar;
b) Meningkatkan kegiatan belajar peserta didik;
c) Mengembangkan kemandirian peserta didik.
Beberapa keterbatasan dari penggunaan metode penugasan ini adalah
sebagai berikut:
a) Sulit mengontrol apakah peserta didik belajar sendiri / dikerjakan orang lain;
b) Sulit memberikan tugas sesuai dengan perbedaan individu peserta didik;
c) Tugas yang diberikan monoton sehingga dapat membosankan peserta didik.
E. Metode Simulasi
1. Pengertian Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Ada beberapa jenis model simulasi diantaranya adalah
bermain peran, sosiodrama, permainan simulasi dan sebagainya.
2. Prosedur Metode Simulasi
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembelajaran adalah:

36
a) Menetapkan topik simulasi diarahkan oleh pendidik;
b) Melaksanakan simulasi dengan diawali petunjuk dari pendidik tentang
prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan;
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi
Kelebihan metode simulasi antara lain adalah sebagai berikut.
a) Peserta didik dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan
b) Peserta didik terlibat langsung dlaam pembelajaran
c) Peserta didik dapat memahami permasalahan sosial
Kekurangan metode simulasi antara lain adalah sebagai berikut.
a) Relatif memerlukan waktu yang banyak
b) Apabila peserta didik tidak memahami konsep simulasi tidak akan efektif
F. Metode Demonstrasi
1. Pengertian dan Tujuan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau dengan
melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Adapun tujuan dari
metode demonstrasi ini adalah
a) Melatih peserta didik tentang suatu proses atau prosedur yang dimiliki dan
dikuasainya
b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan yang bersifat abstrak
c) Mengembangkan kemampuan pengamatan, pendengaran dan penglihatan
peserta didik secara bersama-sama (Halimah, 2008: 77).
2. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
Beberapa alasan bagi pendidik untuk menggunakan metode demonstrasi
antara lain:
a) Adanya topik bahasan yang tidak dapat diperjelaskan hanya melalui ceramah
atau diskusi
b) Sifat materi ajar yang dipelajari menuntut adanya peragaan
c) Adanya perbedaan tipe belajar peserta didik
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Kelebihan penggunaan metode demonstrasi ini antara lain sebagai berikut.

37
a. Menjadikan bahan pelajaran menjadi jelas dan lebih kongkrit dipahami peserta
didik sehingga dapat menghindari pemahaman yang hanya verbalisme
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik
Metode demonstrasi ini memiliki keterbatasan antara lain:
a. Dapat menimbulkan berpikir konkret saja;
b. Bila jumlah peserta didik banyak efektivitas domonstrasi sulit dicapai;
c. Bergantung pada alat bantu;
G. Metode Eksperimen
1. Pengertian dan Tujuan Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau
pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta
mengamati secara proses (Winataputra, dkk., 2002: 4.26). Tujuan dari
dikembangkannya metode demonstrasi ini dalam kegiatan belajar mengajar adalah
a. Melatih kemampuan peserta didik untuk mampu menyimpulkan faktafakta,
informasi atau data-data yang diperoleh;
b. Melatih peserta didik agar mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan
dan melaporkan hasil percobaan.
2. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Beberapa alasan digunakannya metode eksperimen dalam kegiatan belajar
mengajar antara lain:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik agar mereka mengetahui secara
langsung atau melakukan sendiri dalam mengikuti proses
b. Melalui metode eksperimen dapat mengembangkan cara berpikir rasional dan
ilmiah peserta didik (Halimah, 2008: 80).
3. Kelebihan dan Keterbatasan Metode Eksperimen
Kelebihan dari penggunaan metode eksperimen dalam kegiatan belajar
mengajar, antara lain:
a. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik;
b. Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu;
Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam metode eksperimen antara lain:
a. Memerlukan alat pembelajaran dan biaya
b. Memerlukan waktu yang relatif banyak

38
2.2. Jurnal Pembanding

Bab I Hakikat Perencanaan Pembelajaran


A. Pengertian Perencanaan dan Pembelajaran
Pada hakikatnya perencanaan dapat kita rumuskan yakni suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan
berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk
merancangnya, agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat
memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran, perlunya perencanaan pembelajaran
dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; Pembelajaran
adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan
penataan upaya tersebut agar muncul prilaku belajar. Desain pembelajaran
melibatkan variabel pembelajaran; Desain pembelajaran haruslah mencakup
semua variabel pembelajaran. Ada tiga variabel yang harus dipertimbangkan
dalam merancang pembelajaran yakni (1) Variabel kondisi yang mencakup semua
variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencanaan pembelajaran. yang
termasuk variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi dan
karakteristik siswa. (2) Variabel metode pembelajaran yang mencakup semua cara
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu.
Ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan
metode pembelajaran antara lain; (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang
unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) Metode pembelajaran yang
berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran,
dan (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil
pengajaran.
B. Komponen Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

39
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi
yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi
yang akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu
tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada
pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang
sudah dikuasai atau belum.
C. Teori- teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran
1. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya:
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek
yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai
respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.
2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi
bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.
3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan
Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

40
b. Classical Conditioning Menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning Menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
1) Law of operant conditioning yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
d. Social Learning Menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-
teori belajar lainnya. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi
melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang
didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar.

41
Para ahli teori belajar ini berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental
dan struktur ingatan atau cognition dalam aktivitas belajar.
a. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu: 1) sensory motor; 2) pre
operational; 3) concrete operational, dan 4) formal operational.
Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget:
1) Sensorimotor intelligence (lahir s.d. usia 2 tahun): perilaku terikat
pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.
2) Preoperation thought (2–7 tahun): tampak kemampuan berbahasa,
berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir
konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
3) Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak
berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar
benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas
4) Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai
puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang
situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur
bahasa dan berdialog
b. Kognisi Sosial oleh L.S. Vygotsky
L.S. Vygotsky, mendasari pemikiran bahwa budaya berperan penting
dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan,
tiapindividu berkembang dalam konteks budaya, sehingga proses belajar
individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga. Konsep
dasar teori ini diringkas sebagai berikut:
1) Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu
melalui 2 cara, yaitu melalui (i) budaya dan (ii) lingkungan budaya.
Melalui budaya banyak isi pikiran (pengetahuan) individu diperoleh
seseorang, dan melalui lingkungan budaya sarana adaptasi intelektual
bagi individu berupa proses dan sarana berpikir bagi individu.

42
2) Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses
percakapan) dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan
masalah bersama orang lain, terutama orangtua, guru, saudara
sekandung dan teman sebaya.
3) Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung
jawab membimbing pemecahan masalah; lambat-laun tanggung jawab
itu diambil alih sendiri oleh individu yang bersangkutan.
4) Bahasa adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk
menyalurkan sebagian besar perbendaharaan pengetahuan yang hidup
dalam budayanya.
5) Seraya bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana
primer adaptasi intelektual; ia berbahasa batiniah (internal language)
untuk mengendalikan perilaku.
6) Internalisasi merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan
pengetahuan dan alat berpikir adalah hal yang pertama kali hadir ke
kehidupan individu melalui bahasa.
7) Terjadi zone of proximal development atau kesenjangan antara yang
sanggup dilakukan individu sendiri dengan yang dapat dilakukan
dengan bantuan orang dewasa.
c. Pemprosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut
model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini
tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui
sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang
digabungkan dengan informasi di long-term memory.

43
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di
working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar.
Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan
memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas
isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah
dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses
informasi yang tersimpan di dalamnya.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase


yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4)
penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan
(8) umpan balik.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan
baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses
pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan
untuk mengonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimilikinya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
(1996:20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga
menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan
gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.

44
4. Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif. Salah
seorang tokoh teori belajar humanisme adalah Carl Ransom Rogers (1902–1987)
yang lahir di Oak Park, Illinois, Chicago, Amerika Serikat. Rogers terkenal
sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial,
psikolog klinis dan terapis. Ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalaman-pengalaman terapeutiknya yang banyak dipengaruhi oleh teori
kebutuhan (needs) yang diperkenalkan Abraham H. Maslow.
5. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu:
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and ground relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran,
potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.
b. Kedekatan (proximity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai
satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung
akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung
membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris.
f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan
suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

45
Bab II Model Pengembangan Perangkat Desain Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
A. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model ber-orientasi
kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini Secara singkat, menurut model ini
terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu: Analyze
Learners States Objectives Select Methods, Media, and Material Utilize Media
and materials Require Learner Participation Evaluate and Revise.
1. Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan
digunakan secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri pelajar, isi dari
pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran.
2. Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran
baik berdasarkan buku atau kurikulum.
3. Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan
metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan
tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk
melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan
atau mendesain media yang telah ditentukan.
4. Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media
yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sediakan persekitaran,
pelajar dan pengalaman pembelajaran.
5. Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam
aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau
presentasi.

46
6. Penilaian dan Revisi
Penilaian yang dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai
pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan
media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
B. Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu
model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement Evaluate). Salah satu
fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis, dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni: 1. Analysis (analisa)
;2. Design (disain / perancangan); 3. Development (pengembangan); 4.
Implementation (implementasi/eksekusi); 5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik).
C. Model Hanafin and Peck Model
Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga
fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan
implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain
pembelajaran berorientasi produk. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan.
D. Model Bela H.Banathy
Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (sistem approach),
yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan
langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task)
4. Mendesain sistem pembelajaran (design sistem)

47
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve).
E. Model Pengembangan Perangkat menurut Kemp
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat
merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan
berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini
dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Terdapat sepuluh unsur
rencana perancangan pembelajaran. Kesepuluh unsur tersebut adalah:
1. Identifikasi masalah pembelajaran, tujuan dari tahapan ini adalah
mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan
fakta yang terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pendekatan,
metode, teknik maupun strategi yang digunakan guru.
2. Analisis Siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal
dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengalaman baik
individu maupun kelompok.
3. Analisis Tugas, analisis ini adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi
suatu pengajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi, dan
analisis prosedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman dan
penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang
dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan lembar
kegiatan siswa (LKS).
4. Merumuskan Indikator, Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan
mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa dalam belajar.
5. Penyusunan Instrumen Evaluasi, Bertujuan untuk menilai hasil belajar,
kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini
dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar
yang telah dirumuskan.
6. Strategi Pembelajaran, Pada tahap ini pemilihan strategi belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model,
pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang mampu
memberikan pengalaman untuk mencapai tujuan pembelajaran.

48
7. Pemilihan media atau sumber belajar, Keberhasilan pembelajaran sangat
tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang dipilih,
jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati,
maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran.
8. Merinci pelayanan penunjang yang diperlukan untuk mengembangkan dan
melaksanakan dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh
atau membuat bahan.
9. Menyiapkan evaluasi hasil belajar dan hasil program.
10. Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah
rancangan pembelajaran selalu dihubungkan dengan revisi. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang dibuat.
F. Model Pengembangan Pembelajaran Menurut Dick & Carey
Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan
Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan
dan perencanaan tersebut. Urutan perencanaan dan pengembangan, antara lain:
1. Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goals).
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a goal Analysis).
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/ Karakteristik Siswa (Identity
Entry Behaviors, Characteristic).
4. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)
5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (developing criterion-referenced
test items).
6. Pengembangan strategi Pengajaran (develop instructional strategy).
7. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (develop and select
instructtional materials).
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (design and conduct
formative evaluation).
9. Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation).
10. Revisi Pengajaran (instructional revisions).

49
G. Model Pengembangan 4-D
Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan
perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S.
Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap
utama yaitu:
1. Tahap Pendefinisian (Define). Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis
tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya.
2. Tahap Perencanaan (Design). Tujuan tahap ini adalah menyiapkan
prototipe perangkat pembelajaran.
3. Tahap Pengembangan (Develop). Tujuan tahap ini adalah untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan
masukan dari pakar.
4. Tahap penyebaran (Disseminate). Pada tahap ini merupakan tahap
penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih
luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain.
H. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus
pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengembangan alat
evaluasi, (3) kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5)
pelaksanaan pengembangan.

Bab III Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan kerangka dasar Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar
(KD).

50
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangannya harus berdasarkan
satuan pendidikan, potensi daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat dan peserta didik.
B. Pengertian KTSP
1. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan.
3. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus.
C. Landasan
Secara yuridis KTSP ini dikembangkan berdasarkan:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 38 Ayat 2 “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”.
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 36 Ayat 2 “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik”.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun
2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 17 Ayat 1 “Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/
MA/SMALB/SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat, peserta didik”.

51
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 6 Tahun
2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 “Satuan
pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
bersama unit terkait”.
D. Supervisi KTSP
1. Tim penyusun KTSP di koordinir dan disupervisi oleh dinas pendidikan
atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
2. Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA, dan
SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh Dinas tingkat
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD
dan SMP, dan tingkat Propinsi untuk SMA dan SMK.
3. Dokumen KTSP pada MI,MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh
Madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan
diketahui oleh Departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama
4. Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan
SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan
E. Penyusunan KTSP
1. SD, SMP, SMA dan SMK adalah guru, konselor, kepala sekolah, komite
sekolah, dan nara sumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota, dan disupervisi oleh dinas kabupaten/kota dan
provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. MI, MTs, MA dan MAK adalah guru, konselor, kepala madrasah, komite
madrasah, dan nara sumber dengan kepala madrasah sebagai ketua
merangkap anggota, dan disupervisi oleh departemen yang menangani
urusan pemerintahan di bidang agama.

52
3. SDLB,SMPLB, dan SMALB adalah guru, konselor, kepala sekolah,
komite sekolah, dan nara sumber dengan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota, dan disupervisi oleh dinas provinsi yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
F. Prinsip Pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP ini berpedoman pada prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.
G. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5. Tuntutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
11. Kesetaraan Jender
12. Karakteristik satuan pendidikan
H. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

53
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
3. Kalender Pendidikan
I. Tujuan Pendidikan, Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional adalah Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2. Visi
Sekolah dengan lingkungan belajar yang mampu mengembangkan seluruh
potensi peserta didik secara maksimal yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa.
3. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi sekolah ini adalah:
a. Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan dalam dan
luar sekolah
b. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi,
bekerjasama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan
mandiri
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, dan nyaman
d. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,
komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
e. Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik dan
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan siswa.
f. Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah
air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.

54
4. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan ini adalah sebagai berikut.
a. Setiap guru menentukan target keberhasilan kegiatan belajar mengajar
secara terukur.
b. Semua kelas sudah melaksanakan pendekatan “Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)” pada semua mata
pelajaran.
c. Terciptanya budaya taat asas dan demokratis di lingkungan sekolah.
d. Mengimplementasikan model pembangunan komunitas belajar berbasis
karakter bangsa.
e. Melaksanakan proyek sekolah untuk memecahkan masalah bersama
masyarakat.
f. Menjalin kerjasama lembaga pendidikan dengan media dalam
mempublikasikan program sekolah.
g. Terciptanya lingkungan sekolah yang asri dengan wujud tiap kelas
memiliki taman, baik di depan kelas maupun di tempat tertentu.
h. Memanfaatkan dan memelihara fasilitas untuk sebesar-besarnya dalam
proses pembelajaran.
i. Terciptanya suasana budaya etos kerja dan tanggung jawab penghargaan,
dan hubungan interpersonal yang harmonis.
J. Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan
Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri
2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
3. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.

55
4. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum.
5. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
6. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34–38
minggu.

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas


kelompok-kelompok mata pelajaran seperti berikut:
1. Agama dan Akhlak Mulia
2. Kewarganegaraan dan Kepribadian
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4. Estetika Jasmani Olah Raga dan Kesehatan
K. Beban Belajar
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket. Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah
beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem
Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang
sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang
berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem
Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka
per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan ditetapkan untuk
SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit.
1) Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan
pendidikan adalah sebagai berikut: Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
minggu untuk SD/ MI/SDLB:
a. Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;
b. Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.
Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh

56
pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Kegiatan mandiri tidak
terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk
mencapai standar kompetensi.
2) Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
terdiri dari:
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu
kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. Penyelesaian
program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun
untuk SD/MI/SDLB
L. Kalender Pendidikan
1. Alokasi Waktu
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
2. Penetapan Kalender Pendidikan
a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir
pada bulan Juni tahun berikutnya.
b. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari
raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau
organisasi penyelenggara pendidikan menetapkan hari libur khusus.
c. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur
serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
d. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh
masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu
sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan
memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
M. Sistematika Pembuatan Kurikulum Sekolah (KTSP)
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

57
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan
C. Tujuan Pengembangan Kurikulum
D. Prinsip Pengembangan Kurikulum
E. Mekanisme Penyusunan Kurikulum
F. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
G. Tim Pengembang Kurikulum
H. Pengertian Istilah
BAB II TUJUAN
A. Tujuan Pendidikan Dasar
B. Visi
C. Misi
D. Tujuan Sekolah
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
2. Muatan Lokal
3. Pengembangan Diri
4. Pengaturan Beban Belajar
5. Ketuntasan Belajar
6. Kenaikan Kelas Dan Kelusan
7. Pendidikan Kecakapan Hidup
8. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Dan Global
9. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa
BAB IV KALENDER PENDIDIKAN
BAB V PENUTUP

58
Bab IV Pengembangan Silabus
A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
B. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian KD.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.

59
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
C. Unit Waktu Silabus
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang
disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per
semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang
sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
D. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan
mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/ madrasah
dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak
sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok
guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus .
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI,
menyusun silabus secara bersama.
4. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara
mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/
madrasahmadrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama
mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh
sekolahsekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG.

60
5. Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di
bidangnya masing-masing.
E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Penentuan Jenis Penilaian
6. Menentukan Alokasi Waktu
7. Menentukan Sumber Belajar
8. Menentukan Nilai Karakter
F. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Silabus
1. Alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan sebuah tema.
2. Pencapaian kompetensi setiap aspek saling terkait, sehingga tidak
memungkinkan untuk dipisahkan.
3. Untuk memudahkan keterbacaan dan korelasi antara
komponenkomponen silabus, maka format silabus dibuat sesuai dengan
contoh/ model silabus.
4. Kegiatan pembelajaran dalam silabus bahasa asing diharapkan dapat
mewujudkan akulturasi budaya positif dari kedua pengguna bahasa.
5. Aplikasi kegiatan pembelajaran hendaknya kontekstual, dan
memasukkan unsur-unsur lingkungan serta budaya .
6. Uraian materi yang disajikan merupakan rangkaian materi yang harus
dicapai setiap aspek.
G. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat menggunakan salah satu format yang sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan. Pada dasarnya ada dua jenis, yaitu jenis
kolom (format 1) dan jenis uraian (format 2). Dalam menyusun format urutan KD,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan seterusnya
dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan.

61
Bab V Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A. Pengantar
Pendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan sistematik, karena itu
perencanaannya disusun secara lengkap, dengan pengertian dapat dipahami dan
dilakukan oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir (algoritma) yang
spesifik untuk menyusun suatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya
akan SDA dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan IPTEK.
B. Petunjuk Pengisian Format RPP
1. Identitas
Tuliskan identitas RPP terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran,
Kelas/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan
Alokasi Waktu
2. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran mengacu pengalaman belajar siswa.
3. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan indikator.
4. Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
5. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Kegiatan pendahuluan
a. Orientasi
b. Apersepsi
c. Motivasi
d. Pemberian Acuan
e. Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme
pelaksanaan pengalaman belajar

62
2) Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui siswa untuk dapat
menkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work)
masingmasing.
3) Kegiatan penutup
a. Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/simpulan.
b. Guru memeriksa hasil belajar siswa
c. Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran
6. Sumber Belajar
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
narasumber (tenaga ahli, seperti bidang, lurah, polisi, dsb), alat, dan
bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional.
7. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data.

Bab VI Teknik Penilaian


A. Penilaian Unjuk Kerja
1. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu.
2. Teknik: Pengamatan.
3. Alat atau instrumen pengamatan:
a. Daftar Cek
Menggunakan daftar cek (ya - tidak). Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati.
b. Skala Rentang
Menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai
tengah. Misalnya, sangat kompeten – kompeten – agak kompeten –
tidak kompeten.
4. Contoh Kinerja siswa berikut:

63
Bermain (game) ; Bermain peran; Drama; Memperagakan sesuatu;
Berolahraga; Melakukan senam; Memainkan alat music; Bernyanyi;
Pantomim; Menari dan lain-lain.
B. Penilaian Sikap
1. Pengertian
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen
kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki
oleh seseorang terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.
2. Pentingnya Penilaian Sikap
Domain afektif agak terabaikan sehingga menghasilkan lulusan yang kurang
memiliki sikap positif sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
3. Sikap dan Objek Sikap yang Perlu Dinilai
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Sikap terhadap materi pelajaran.
b. Sikap terhadap guru/pengajar.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran.
d. Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma
4. Teknik Penilaian Sikap
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
C. Penilaian Proyek
1. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
2. Kaidah
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan

64
b. Relevansi
c. Keaslian
3. Teknik
Penilaian cara ini dapat dilakukan terhadap proses selama pengerjaan tugas
atau terhadap hasil akhir proyek.
4. Contoh
Beberapa contoh kegiatan siswa dalam penilaian proyek:
a. penelitian sederhana tentang air di rumah;
b. Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako.
D. Penilaian Produk
1. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat
suatu produk, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
2. Kaidah
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan penilaiannya:
a. Tahap persiapan: merencanakan, mengembangkan gagasan.
b. Tahap pembuatan (produk): menyeleksi bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap penilaian (appraisal), meliputi: membuat produk sesuai
kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
3. Teknik
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
a. Cara holistik yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk.
b. Cara analitik terhadap aspek-aspek produk.
4. Contoh
Patung; Kerajinan tangan; Model; Pesawat sederhana; Alat; Ternak;
Tanaman; dan lain-lain.
E. Penilaian Portofolio
1. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa
dalam satu periode tertentu.

65
2. Kaidah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan portofolio di sekolah, antara lain:
a. Saling percaya antara guru dan siswa
b. Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa
c. Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan guru
d. Kepuasan
e. Kesesuaian
f. Penilaian proses dan hasil
g. Penilaian dan pembelajaran
3. Teknik Penilaian
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa tiap siswa merasa memiliki portofolio
b. Tentukan bersama siswa, sampel karya apa saja yang akan dikumpulkan.
c. Kumpulkan karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder.
d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e. Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel karya siswa beserta
pembobotannya bersama para siswa agar dicapai kesepakatan.
f. Mintalah siswa menilai karyanya secara berkesinambungan.

Contoh karya-karya yang dapat dimasukkan dalam penilaian portofolio


Puisi; Karangan; Gambar/tulisan; Peta/denah; Desain; Paper; Laporan
observasi; Laporan penyelidikan; Laporan penelitian; Laporan eksperimen;
Sinopsis; Naskah pidato/kotbah; Naskah drama; Doa dan sebagainya.

Bab VII Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


A. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik.

66
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan
pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.
B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
1. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.
2. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran.
3. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
4. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan
antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
5. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap
mata pelajaran.
C. Prinsip Penetapan KKM
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar.
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut.
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan
rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran.
6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat
soalsoal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester
(UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS).

67
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
D. Langkah-Langkah Penetapan KKM
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung,
dan intake.
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
E. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan
minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah.
F. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal
Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat
ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Analisis pencapaian kriteria
ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang
telah ditetapkan.
Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria
ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis
pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan
data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran.

68
Bab VIII Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan
usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa
yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu
mengontrol tubuh dan keseimbangannya.
B. Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan
kognitif). Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Konkret
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-
atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar.
2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep
dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks.
C. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan. Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu:

69
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-
sungguh.
3. Efisiensi.
D. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman langsung
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
E. Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:
1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik.
2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi.
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
F. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik
Ada beberapa yang dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2. Perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak
sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.

70
3. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih mengutamakan KD yang akan dicapai dari pada tema.
G. Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:
1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan
konsepkonsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
H. Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang
relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang
diharapkan. Pembelajaran tematik dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu
pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin.
2. Penerapan Pembelajaran Tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan
hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan
semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil
lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap
substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari.

71
BAB III
PEMBAHASAN

4.1. Kelebihan Buku


a. Buku Utama
1. Cover atau sampul buku nya menarik dengan warna yang pas dan cocok,
sehingga memiliki daya tarik untuk dibaca.
2. Penjelasannya sangat rinci dan jelas yang dipaparkan oleh beberapa para
ahli dan terstruktur sehingga pola pikir pembaca menjadi terarah.
3. Tata letak baik rata kanan dan rata kiri pada penulisan kata terlihat rapi
dan teratur.
4. Menggunakan bahasa yang mudah di mengerti atau tidak memakai
bahasa kiasan.
5. Terdapat riwayat hidup penulis buku tersebut sehingga pembaca semakin
mengenal penulis buku tersebut
6. Identitas dari buku ini terlihat lengkap dan jelas
b. Buku Pembanding
1. Buku ini dikhususkan terhadap penerapan pembelajaran di Sekolah
Dasar.
2. Terdapat gambar-gambar yang mendukung pembelajarannya seperti
contoh gambar bagan pembelajaran dan sebagainya.
3. Di dalam buku ini juga terdapat beberapa tabel sehingga pembaca lebih
memahami mengenai penjelasan tabel.
4. Didalam buku ini berisi terdapat beberapa contoh dalam setiap babnya.
Sehingga membantu para pembaca untuk memahami contoh pembahasan
tersebut.
5. Identitas pada buku ini jelas dan lengkap.
6. Letak Layout pada buku ini tersusun rapi dan teratur
7. Penjelasan materi setiap babnya tertera jelas dan lengkap.
8. Terdapat lampiran-lampiran di akhir halaman buku. Dimana berisikan
mengenai keterangan tentang pembahasan dalam buku.

72
4.2. Kekurangan Buku
a. Buku Utama
1. Terdapat lembar yang kosong/ tidak berisi. Contohnya pada halaman x.
2. Tidak terdapat rangkuman buku pada tiap babnya. Sehingga membuat
pembaca kesulitan menemukan inti bacaan setiap babnya.
3. Tidak terdapat latihan atau soal-soal dalam setiap babnya. Sehingga
kemampuan pembaca tidak akan di asah.
4. Pembahasan pada buku di setiap babnya terlalu banyak menjelaskan
kutipan para ahli. Sehingga inti dari pembahasan buku tersebut kurang
dipahami pembaca.
5. Jarak antara judul bab dengan sub bab pada buku tersebut terlalu jauh.
Sehingga lembar pada buku banyak yang tidak terpakai.
b. Buku Pembanding
1. Dalam setiap babnya tidak disertai latihan soal yang untuk menguji
kemampuan para pembaca dalam pemahaman materi
2. Jarak antara judul bab dengan sub babnya terlalu jauh
3. Dibagian akhir materi atau setiap babnya, tidak tertera rangkuman yang
membuat para pembaca akan kesusahan dalam memahami materi yang
baru saja dibahasnya.
4. Adanya beberapa penulisan pada buku tidak berdasarkan aturan
pemakaian EYD.
5. Tidak disertakan daftar pustaka setiap babnya. Sehingga pembaca tidak
mengetahui sumber bacaan tiap bab.
6. Terdapat beberapa halaman yang kosong. Dimana memperbanyak
halaman yang tidak berfungsi.
7. Terdapat beberapa penjelasan dalam tabel tidak jelas.
8. Terdapat awal kalimat pada paragraph yang tidak menjolok ke dalam.
Contohnya pada halaman 1, 9 dan lain-lain.
9. Tidak menggunakan huruf capital di awal kalimat. Contohnya terdapat
pada halaman 10, 66 dan lain-lain.

73
BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru harus mampu mempunyai
strategi tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Strategi-strategi tersebut dapat berupa metode-metode pembelajaran yang
dilaksanakan supaya kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan
efektif. Metode pembelajaran dilakukan oleh seorang guru untuk bisa mengontrol
keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang harmonis. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah hendaknya memperhatikan konsep
dasar strategi pembelajaran yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa metode pembelajaran
tidak hanya dapat dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru.
Untuk itu, pemahaman tentang konsep dasar metode pembelajaran sangat
diperlukan oleh guru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang baik, efektif, dan
efisisien.

5.2. Saran
Dalam penulisan makalah critical book review ini, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam
upaya evaluasi. Ada baiknya buku ini dilengkapi dengan rangkuman materi, agar
pembaca dapat lebih memahami pembahasan materi. Juga dilengkapi dengan
gambar-gambar pada buku utamanya agar dapat menambah dan mendukung
pembelajaran yang dibahas. Penulis berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaannya penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu
yang bermanfaat atau bahkan hikmah dari penulis, pembaca. Sehingga
pembahasan mengenai Strategi Pembelajaran ini bisa menjadi patokan dan dapat
di aplikasikan ketika kita melakukan proses belajar mengajar kelak.

74
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Wahyudin Nur. 2017. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana


Publishing.
Alfandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Bandung: Alfabeta.

75

Anda mungkin juga menyukai