(STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR)
MK
Skor Nilai:
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat rahhmat-Nya
penulis diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) yang diberikan kepada penulis pada Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar yang diampu oleh ibu Dr. Sondang r. Manurung, M.Pd.
Nim : 4173121032
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum KKNI yang telah diterapkan oleh Universitas Negeri Medan menuntut
mahasiswanya untuk menyelesaikan 6 tugas pada satu semester, salah satunya yaitu
“Critical Book Review”. Pada mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar, Critical Book
Review yaitu laporan tentang membandingkan 2 buku atau lebih yang berisikan
pembahasan materi, kelebihan dan kekurangan pada masing-masing buku tersebut.
B. Tujuan
2. Menambah wawasan tentang teori pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
3. Meningkatkan pemahaman tentang teori dari mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
C. Manfaat
Adapun manfaat dari tugas CBR ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar, menguatkan, menambah wawasan, meningkatkan
pemahaman dan menguatkan landasan dari teori-teori yang ada pada mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar, serta dapat mengetahui isi dari buku yang di kritik.
1
BAB II
IDENTIFIKASI BUKU
Buku Utama
2. Buku Pembanding 1
2
3. Buku Pembanding 2
2. Buku Pembanding 3
3
2.3 Ringkasan Isi Buku
BAB I
Pembelajaran yang aktif artinya peserta didik dan guru sama-sama aktif
terlibat dalam pembelajaran. Pada pendekatan pembelajaran konvensional, hanya
guru yang aktif (monologis), sementara para peserta didik pasif, sehingga
pembelajaran majemuk, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
menakutkan siswa. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual.
4
motivasi dari dalam diri peserta didik sendiri, yakni dorongan keingintahuan yang
disertai upaya mencari tahu sesuatu.
5
yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur
kognitif. Akomodasi adalah penyesuaian (adjustment) struktur kognitif terhadap
situasi baru. Proses pengasimilasian dan pengakomodasian biasanya terjadi
bersama.
Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga aras fungsi kognitif
yang berbeda. Ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam
kehidupan infividu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri
individu, dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan
sosial.
Proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dan
akomodasi yang diatur oleh ekuilibrasi. Selain itu, Piaget menjelaskan bahwa
penyusunan pengetahuan didasrkan pada jenis pengalaman pengetahuan yang
terjadi pada diri individu yang belajar. Sumber pengalaman logiko-matematik
adalah proses berpikir individu yang belajar itu sendiri. Dalam pengalaman logiko-
matematik, kegiatannya berupa refleksi tindakan waktu sekarang dan
mereorganisaiskannya pada tingkat yang logis. Proses-proses berpikir logis
dikarakterisasi sebagai kemampuan memformulasi himpunan-himpunan hipotesis.
Kemudian hipotesis yang kompatibel dengan situasi yang dipelajari dites. Pada
tingkat operasional formal, penalaran individual adalah dari suatu kerangka kerja
(hipotesis) menuju pengujian teori.
6
Ikhtisar empat tahap perkembangan
7
Formal (umur di atas 14 mulai berperan orang dewasa. Kecakapan menangani
tahun) secara logis dalam situasi multifaktor mulai (operasi
formal). Individu dapat bernalar dari situasi hipotesis ke
konkret.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Konkret Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran konkret melalui pemakaian langsung
definisi atau persamaan.
Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Formal Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran formal, melalui penganalisisan
menyeluruh dan melakukan improvisasi. Lebih lanjut, Collea et al. Menyatakan bahwa
suatu soal fisika adalah soal formal jika terhadap pemecahan soal tersebut dapat
dinyatakan “ya” untuk menjawab salah satu atau beberapa atau semua pertanyaan-
pertanyaan.
8
Teori Piaget deemphasized (tidak menekankan) pentingnya bahasa sebagai
sumber utama perkembangan kognitif. Teori tersebut ditentang oleh seorang
psikolog Rusia, Lev Semanovich Vygotsky (1896-1934), yang ternyata penelitiannya
belum diketahui di Amerika Serikat sampai karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pada 1960. Sejak itu, karya Vygotsky dikenal luas dalam bidang
perkembangan anak.
Ide penentang yang paling kuat berasal dari Vygotsky yang tidak setuju
dengan ide Piaget yang menyatakan bahsa anak sebagian besar bersifat egosentris
dan nonsosial, dan pembicaraan egosentris tidak berperanan dalam perkembangan
kognitif anak.
9
Vygotsky percaya bahwa semua fungsi mental yang lebih tinggi berasal dari
hubungan sosial dan muncul pertama kali pada suatu daerah 9bidang0 hubungan
interpersonal antara individu, sebelum mereka berada pada suatu daerah (bidang)
intra psikis (intra psychic), dalam individu. Dia menekankan peranan sentral
komunikasi sosial dalam perkembangan berpikir anak, dengan memahami
pembelajaran anak mengambil tempat dalam Zone Proximal Development: ZPD [Zona
Perkembangan (ter)Dekat: ZPD].
Piaget dan Vygotsky sebenarnya menekankan aspek (segi, facet) berbeda dari
pengalaman sosial anak, yang dalam hal ini keduanya berkontribusi terhadap
perkembangan anak.
Perbedaan ciri psikologis yang dimiliki setiap individu dan stabil dalam
berbagai situasi disebut kepribadian (personality). Dalam psikologi
kontemporer/modern, dikenal “Lima Faktor Besar” Kepribadian (the “Big Five”
Factors of Personality), yakni: Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman (opennes
to experience), dengan ciri-ciri: cenderung menghargai hal-hal yang bersifat fantasi,
imaginasi, menyukai seni, musik, puisi, menghargai perasaan emosional, senang
mencoba kagiatan baru, senag mengunjungi tempat baru, senang mencoba makanan
baru, memiliki rasa ingin tahu yng intelek, terbuka pada ide-ide baru, senang
mengkaji ulang nilai-nilai tradisional, nilai agama, dan nilai politis; Kedua, kesadaran
10
(conscientiousness), dengan ciri-ciri: hati-hati, tindakannya didorong oleh kesadaran
sendiri, disiplin, tuntas, teratur, berpikir sebelum bertindak, pekerja keras, dapat
dipercaya, dan perfeksionis; Ketiga, ekstraversi (extraversion), dengan ciri-ciri:
senang berinteraksi dan berkomunikasi dengan banyak orang, senang melakukan
kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti berpesta, senang berbicara, antusias,
tidak takut mengambil resiko, dan menunjukkan kemampuan memimpin; Keempat,
kesetujuan (agreeableness), dengan ciri-ciri: memiliki rasa empati, penuh
pertimbangan, ramah, pemurah, suka menolong orang lain, mudah mempercayai
orang lain dan menyenangkan; Kelima, neurotis (neuroticism), dengan ciri-ciri:
cemas, mudah marah, merasa bersalah, mengalami depresi, frustasi, putus harapan,
pemalu, reaktif secara emosional, dan murung.
5. Motivasi Belajar
11
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-
faktor lain; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
c. Teori Clyton Aldefer (Teori “ERG”)
Teori Aldefer dikenal dengan akronim “ERG”, yang dalam hal ini akronim
“ERG” merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yakni: E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan
pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Teori Alderfer
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak.
12
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c)
harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja
yanag dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang
antara lain : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e)
sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
d. Strategi Memotivasi Siswa
Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan belajar bermakna adalah tujuan utama pembelajaran,
termasuk pembelajaran fisika.
13
perhatian di saat mengikuti pembelajaran. Pada dasarnya, pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang memberikan perlakuan khusus terhadap peserta
didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan dalam
kegiatan belajar peserta didik dapat berbentuk kurangnya pengetahuan dan
keterampilan prasyarat atau lambat dalam mencapai kompetensi atau terjadinya
miskonsepsi.
1) Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2) Interaktif
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik
yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar
diketahui kemajuan belajarnya.
14
Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial di
atas, pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatan antara
lain :
1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran
konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.
2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya
3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta
didik menangkap pesan pembelajaran.
4) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik.
Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Agar perhatian
peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media
untuk mengendalikan perhatian peserta didik.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain :
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
4) Pemanfaatan tutor sebaya.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya
mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila
ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik,
diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peseta didik mengulang semua proses
yang harus diikuti.
Tes ulang harus diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program
pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai
ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.
c. Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika
Cara seseorang untuk memahami dan memproses informasi disebut gaya
belajarnya. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat
15
terhadap apa dan bagaimana sebaiknya yang disediakan dan yang dilakukan agar
pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara umum gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
(1) gaya belajar konkrit, (2) gaya belajar abstrak, (3) gaya belajar aktif dan (4) gaya
belajar reflektif.
Pertama, gaya belajar konkrit memperoleh informasi melalui pengalaman
langsung, praktik langsung, dan menggunakan panca indra (melihat, mendengar,
menyentuh, mencicipi, mencium). Kedua, gaya belajar abstrak memperoleh informasi
melaui analysis, observasi, dan pemikiran. Ketiga, gaya belajar aktif memperoleh
informasi melalui pemaknaan pengalaman dengan cara menerapkan langsung
informasi baru tersebut. Keempat, gaya belajar reflektif memperoleh informasi
melalui pemaknaan pengalaman dengan cara merefleksikan dan memikirkan
informasi tersebut.
Selain pengelompokkan diatas, gaya belajar dapat juga dikelompokkan
menjadi tiga gaya belajar, yakni : gaya belajar visual, auditif, dan kinestetik.
BAB II
TEORI-TEORI BELAJAR
A. Teori-Teori Belajar
a) Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme dikembangkan oleh Edward Thorndike, Tolman, Guthrie dan Hull.
Pada intinya ada tiga asumsi dasar yang dianggap benar. Pertama, belajar
dimanifestasi oleh perubahan perilaku. Kedua, lingkungan membentuk perilaku. Dan
ketiga, prinsip-prinsip kedekatan dan penguatan adalah fokus untuk menjelaskan
proses belajar.
16
Ada 2 jenis pengkondisian yang mungkin :
1) Pengkondisian klasik
2) Pengkondisian operant
Menurut teori belajar behavioristik, pembelajaran ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai ativitas yang menuntut peserta didikm
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yan sudah diplajari dalam bentuk
laporan, kuis dan tes.
17
2. Teori Belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuan (dicovery learning)
menganggap bbahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
cara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik
3. Teori Belajar Bandura menyatakan bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan perilaku, melainkan belajar adalah pencapaian pengetahuan dan
perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut yang dikemukakan oleh
Albert Bandura yang dikenal dengan teori kognitif sosial.
Dalam kaitannya dengan penerapan CTL di kelas, ada tujuh komponen yang
harus diterapkan, yaitu : konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inguiry),
bertanya (Questioning) masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authenic Assessment).
18
1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
(membangun) sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan “model’ sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) dengan berbagai
cara.
a.2.2.1. Konstruktivisme (constructivism)
Observasi (Observation)
Bertanya (Questioning)
Mengajukan dugaan (Hypothesis)
Pengumpulan data (Data Gathering)
Penyimpulan (Conclusion)
19
Langkah-langkah melaksanakn kegiatan menemukan (inkuiri) adalah:
20
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan
siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang ‘ahli’ ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu, teknisi
computer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.
Kalau setiap orang mau belajar dengan orang lain, maka setiap orang lain bisa
menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning
community” ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam
pembelajaran terwujud dalam
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
21
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
22
3) Kuis
4) Karya siswa
5) Presentasi
6) Demonstrasi
7) Laporan
8) Jurnal
9) Hasil tes tulis
10)Karya tulis
b. Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada awalnya sering dipakai dalam dunia militer. Strategi
berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti Jenderal atau Panglima. Pengertian
strategi tersebut kalau diterapkan dalam dunia pendidikan oleh diartikan sebagai
pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar
dan mengajar.
23
b.3. Buzz Groups
Dalam kebanyakan kelas beberapa peserta didik berbicara banyak sekali dan
yang lainnya tak mau bicara sepatah katapun. Untuk mengatasi keadaan ini
disamping menggunakan teknis yang berupa keterampilan guru sendiri, ada juga
strategi yang bisa ‘memaksa’ mereka untuk berpartisipasi. Dalam kesempatan ini,
untuk mengatasi keadaan seperti di atas, akan dikemukakan dua strategi kelompok
atau kolaboratif yang disebut Buzz Group dan Inner Circle.
Satu dari beberapa teknik adalah disebut buzz session atau buzz groups.
Langkah-langkah dari strategi ini biasanya dimulai dengan memilih orang yang akan
melaporkan hasil diskusi atau juru bicara sekaligus mempimpin diskusi. Kemudian
meminta kepada setiap anggota kelompok untuk mengemukakan satu ide untuk
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang di diskusikan. Akhirnya
mereka harus menghasilkan satu ide yang disepakati bersama untuk dilaporkan ke
kelas besar. Untuk strategi ini biasanya kelompok diberi batasan waktu seperti lima
menit, sepuluh menit atau tergantung kompleksitas masalahnya.
Strategi ini berupa kelas di dalam kelas, dimana separuh mahasiswa bertindak
sebagai kelompok diskusi dan separuhnya lagi sebagai observer. Bila kursi dalam
ruang kelas bisa dipindah-pindah, dosen biasanya menyusun tempat duduk
berbentuk dua lingkaran konsentrik. Guru mungkin menjelaskan dulu bahwa ia akan
memberi kesempatan pada siswa yang pendiam untuk mengemukakan idenya. Dari
beberapa pengalaman yang dilakukan, guru sangat terkesan dengan mahasiswa yang
biasanya pendiam menjadi mau berbicara ketika mereka merasa mempunyai
tanggungjawab sebagai anggota Inner Circle.
c. Metode Pembelajaran
Variabel- variable pembelajaran ada tiga jenis, yaitu: (1) variable metode, (2)
variable kondisi, dan (3) variabel hasil.
24
c.2 Metode Ceramah (lecture)
Metode ini tampaknya lebih cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal di
bawah ini:
1) Membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberi mereka praktek berfikir.
2) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.
25
3) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh.
Dalam menerapkan metode diskusi, guru harus:
a) Menyediakan bahan
b) Menyebutkan pokok-pokok masalah
c) Menugaskan siswa untuk menjelaskan
d) Membimbing diskusi
e) Sabra terhadap kelompok yang lambat dalam mendiskusikannya
1) Merumuskan masalah
2) Mengusulkan hipotesis
3) Mendapatkan data yang relevan
4) Mengevaluasi solusi-solusi alternative
Singkatnya, diskusi perkembangan tidak bersifat tidak mengarahkan tapi juga
tidak bersifat otokratik.
Cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk hal ini, antara lain:
Strategi lain dari Maier, The Two-Column Method adalah suatu strategi yang
secara khusus menggunakan papan tulis dengan efektif dalam suatu situasi di mana
26
terjadi konflik atau dimana suatu bias yang kuat mengalami pertimbangan terhadap
pandangan alternative. Untuk mengatasinya, Boris (1983) mengajukan suatu yaitu
teknik mengisi catatan setiap kegiatan diskusi. Setiap pelajaran dimulai, selalu
diawali dengan membaca catatan hari sebelumnya.
27
Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
28
dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karna mereka tidak menemukan
consensus pada akhir proses tersebut. Metode ini dapat pula digunakan dalam
mencari berbagai kemungkinan cara memecahkan masalah.
a) Mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian
lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
b) Mengembangkan kasus sangat mahal.
c.12 Metode Computer Assisted Learning (CAL)
Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur
dengan menggunakan metode computer. Metode ini dapat digunakan pada setiap
tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai yang paling kompleks. Kesulitan
penggunaan metode ini:
Metode ini merupakan variasi dari metode studi kasus. Kelebihannya dari
metode studi kasus adalah siswa belajar menyusun dan menyelami masalah terlebih
dahulu sebelum belajar berpikir krisis untuk mencari pemecahannya.
Penggunaannya sama dengan metode studi kasus.
29
Guru mendemonstrasikan cara kerja atau prosedur melakukan sesuatu. Dalam
pembelajaran fisika, jika alat praktikum tidak mencukupi guru dapat
mendemonstrasikan cara mengukur atau melakukan praktikum.
Metode ini berbentuk pemberian suatu tugas kepada semua siswa untuk
dikerjakan secara individual. Laporan penyelesaian dituangkan dalam bentuk
makalah.
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topic
atau situasi. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
30
a) Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari
b) Isi pelajaran meliputi teminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berpikir kritis
c) Pengajaran mengenal pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan
pembicaraan yang baik
d) Waktu yang tersedia singkat
c.22 Metode Induktif
Metode ini dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab
yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Metode ini tepat digunakan apabila:
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. URAIAN MATERI
1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Pengembangan Kurikulum
Wujud pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi
satuan pendidikan/sekolah tertentu. Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses
siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan
(feed back).
b. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum
b.1 Landasan Filosofis
b.2 Landasan Sosial Budaya
b.3 Landasan Psikologis
31
2. Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Materi
Pembelajaran dalam Kurikulum
Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Materi
Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tercantum dalam silabus.
Silabus mata pelajaran fisika dikembangkan berdasarkan langkah-langkah
berikut:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5) Penentuan Jenis Penilaian
6) Menentukan Alokasi Belajar
7) Menentukan Sumber Belajar
BAB IV
32
4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai
tujuan
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai
dengan situasi yang berkembang
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang
diampu.
Indikator Esensial
4.3.1 Menjelaskan salah satu aktivitas guru dalam kegiatan elaborasi pada kegiatan
inti pelaksanaan pembelajaran
4.5.1 Menjelaskan jenis-jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa
untuk belajar
B. URAIAN MATERI
1) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Bahan ajar :
34
Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
Dikemas untuk proses instruksional
Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar
Buku teks :
a) Mulai dan yang mudah untuk memahami yang sulit, dan yang konkret untuk
memahami yang abstrak
b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman dalam pembelajaran,
pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep
Bentuk bahan ajar berupa :
Bahan cetak seperti : handout, buku, modul, LKS dll
Audio visual seperti : Video atau film, VCD
Audio seperti : radio, kaset, CD audio
Visual saja
Multimedia
35
2.3.2 Buku Pembanding
A. Pengertian Strategi
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi untuk mencapai pada tujuan. Dalam Bahasa Besar Bahasa
Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat untuk kegiatan mencapai sasaran
khusus (yang diinginkan). Joni (1983) menyatakan bahwa strategi yang digunakan
adalah prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada
siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
B. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang
menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas daripada metode
atau teknik pengajaran.
C. Pengertian Belajar
D. Hakikat Pembelajaran
36
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran
kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang
dipelajari (Darsono, 2000: 24). Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran
sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan
cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004:9).
1. Metode Pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat peren- canaan, proses
pembelajaran, dan evaluasi.
c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi cocok untuk
berlangsungnya pembelajaran.
37
e. Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.
(1) ceramah
(13) simulasi;
(15) tutorial;
38
(20) latihan kepekaan
(a) dengan menggunakan metode problem solving, siswa belajar lebih aktif
(b) siswa tidak hanya bergantung pada apa yang disampaikan oleh guru, tetapi dapat
memecahkannya sendiri;
(c) metode problem solving dianggap dapat memberikan ingatan yang lebih kepada
siswa daripada menggunakan metode ceramah dan tanya jawab;
a. Pengertian
39
siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan
kegiatan belajar mengajar dari situasi yang didominasi. Guru melibatkan siswa dalam
proses mental melalui tukar pendapat yanq berwujud diskusi, seminar, dan
sebagainya.
3. Metode Ceramah
Ceramah termasuk salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar dengan
cara lisan dari guru ke murid. Metode pengajaran ini sering digunakan oleh guru di
dalam kelas karena tidak memerlukan keperluan khusus dalam menyampaikan
materi
4. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung
dalam satu kelompok untuk bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-
sama mencari pemecahan untuk mendapatkan kebenaran atas persoalan tertentu.
Adapun metode diskusi dalam pembelajaran ialah cara penyampaian bahan pelajaran
di mana guru memberi kesempatan kepada murid untuk mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
40
A. Kelemahan Metode Diskusi
5. Metode Praktikum
6. Metode Proyek
Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi ua siswa atau
lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa peran masing-masing sesuai dengan
tokoh yang ia perankan. Metode bermain melakukan peran Mereka be interaksi
sesama mereka melakukan peran terbuka.
8. Metode Deduktif
41
Metode ini tepat dipergunakan apabila:
b. isi pelajaran meliputi terminologi, teknis, dan bidang yang kurang membutuhkan
proses berpikir kritis;
9. Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau
sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian, siswa dibimbing
untuk berusaha keras menyintesiskan, merumuskan, atau menyimpulkan prinsip
dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini disebut metode discovery atau socratic.
42
BAB III
PEMBAHASAN
1. Dilihat dari segi penyajian materi, buku utama sudah cukup lengkap,
sehingga sudah cocok untuk di gunakan sebagai buku referensi
mahasiswa untuk belajar tentang strategi dalam proses belajar-
mengajar pada mata kuliah strategi belajar-mengajar khususnya bagi
mahasiswa dengan jurusan kependidikan.
2. Dilihat dari penggunaan kata-kata pada buku utama ini sudah cukup
bagus karena isi buku ini mudah untuk di mengerti, tidak perlu
membacanya berulang-ulang kali.
3. Buku memiliki cover depan yang menarik sehingga dapat membuat
para mahasiswa tertarik untuk membacanya
4. Buku juga tidak terlalu tebal sehingga untuk mahasiswa yang tidak
menyukai buku tebal yang cenderung berat buku ini sangat cocok
43
4. Kata-kata yang digunakan pada buku ini juga sudah baik karena
pembaca tidak perlu mengulang-ulang membaca untuk mengerti isi
dari buku pembanding ini.
5. Dari jenis kertas yang dipilih buku ini sudah sangat bagus karena kertas
yang dipilih adalah kertas dengan kualitas yang bagus daripada buku
utama.
C. Pada buku pembanding 2 :
1. Pada buku pembanding yang kedua ini jika dilihat dari covernya, cover
pada buku ini cukup menarik sehingga membuat pembaca tertarik
untuk membacanya, Jika buku ini dibandingkan pada buku utama
menurut saya buku utama lebih menarik untuk dibaca daripada buku
pembanding yang kedua ini.
2. Dilihat dari segi pemilihan jenis font dan spasi pada buku ini sudah
cukup bagus sehingga tidak membuat orang yang membaca buku ini
bosan dan jenuh dalam membaca buku ini, jika dibandingkan pada
buku utama, buku ini lebih baik penulisannya dibandingkan dengan
buku utama.
3. Dilihat dari isi buku yang disajikan isi pada buku ini sudah lengkap,
sehingga buku ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi lain
bagi mahasiswa dengan jurusan kependidikan, hanya saja jika
dibandingkan dengan buku utama buku ini dilengkapi dengan isu-isu
metodis dan paradigmatis.
4. Buku pembanding kedua ini juga dilengkapi dengan tabel dan gambar-
gambar yang mendukung buku ini untuk lebih menarik pada saat
dibaca, jika dibandingkan buku utama, pada buku utama tidak
dilengkapi dengan gambar dan tabel.
45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu tentunya setiap buku memiliki kelemahan
dan kelebihannya masing-masing sehingga pembaca harus menyesuaikan buku mana
yang nyaman dan menurutnya pas untuk dibaca sebagai sumber ilmu
pengetahuannya.
4.2 Saran
Saya menyadari bahwa dalam CBR yang saya susun ini masih banyak yang
kurang atau dikatakan masih jauh dari sempurna oleh karena itu, saya berharap para
pembaca memberikan saran atau masukannya untuk penyempurnaannya.
46
DAFTAR PUSTAKA
47