Anda di halaman 1dari 50

CRITICAL BOOK REPORT

(STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar

CRITICAL BOOK REVIEW


MK. STRATEGI BELAJAR-
MENGAJAR
PRODI S1 PENDIDIKAN
FISIKA

MK
Skor Nilai:

NAMA MAHASISWA : NANDA JULFA REZEKI


NIM : 4173121032
DOSEN PENGAMPU : Dr. SONDANG R. MANURUNG, M.Pd
MATA KULIAH : STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat rahhmat-Nya
penulis diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) yang diberikan kepada penulis pada Mata Kuliah Strategi Belajar
Mengajar yang diampu oleh ibu Dr. Sondang r. Manurung, M.Pd.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat dukungan,


bimbingan, serta semangat dari banyak pihak sehingga penulis bisa
menyelesaikannya tepat waktu . Untuk itulah dengan penuh rasa hormat penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis sadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan
masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan agar nantinya dapat diperoleh
hasil yang lebih maksimal dan demi kesempurnaan tugas berikutnya. Dalam
kesempatan ini penulis juga mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam
makalah ini dan proses yang dilalui dalam penyusunannya.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua yang berpartisipasi


demi terselesaikannya tugas ini dan semoga kita terus dalam lindungan Tuhan Yang
Maha Esa.

Medan, 14 September 2018

NANDA JULFA REZEKI

Nim : 4173121032

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1


1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 1

BAB II IDENTIFIKASI BUKU

2.1 Identitas Buku ...................................................................................................... 2


2.2 Ringkasan Isi Buku ............................................................................................ 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku.................................................................................................... 11


3.2 Kelemahan Buku ................................................................................................. 12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................14


4.2 Saran .......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum KKNI yang telah diterapkan oleh Universitas Negeri Medan menuntut
mahasiswanya untuk menyelesaikan 6 tugas pada satu semester, salah satunya yaitu
“Critical Book Review”. Pada mata kuliah Strategi Belajar-Mengajar, Critical Book
Review yaitu laporan tentang membandingkan 2 buku atau lebih yang berisikan
pembahasan materi, kelebihan dan kekurangan pada masing-masing buku tersebut.

B. Tujuan

1. Penyelesaian tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

2. Menambah wawasan tentang teori pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

3. Meningkatkan pemahaman tentang teori dari mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

4. Menguatkan Landasan teori dari Strategi Belajar Mengajar

C. Manfaat

Adapun manfaat dari tugas CBR ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar, menguatkan, menambah wawasan, meningkatkan
pemahaman dan menguatkan landasan dari teori-teori yang ada pada mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar, serta dapat mengetahui isi dari buku yang di kritik.

1
BAB II

IDENTIFIKASI BUKU

2.1 Identitas Buku

Buku Utama

1. Judul : Strategi Belajar Mengajar


2. Edisi :-
3. Pengarang : Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.Si
Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd
4. Penerbit :-
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2018
7. ISBN :-

2. Buku Pembanding 1

1. Judul : Strategi Belajar Mengajar


2. Edisi :-
3. Pengarang : Dr. Hamdani, M.A
4. Penerbit : Pustaka Setia
5. Kota terbit : Bandung
6. Tahun terbit : 2010
7. ISBN : 978-979-076-161-2

2
3. Buku Pembanding 2

1. Judul : Interaksi Dan Komunikasi Efektif Belajar-


Mengajar
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang : N. Ardi Setyanto
4. Penerbit : Diva Press
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-391-351-0

2. Buku Pembanding 3

1. Judul : Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran


2. Edisi : Kesatu
3. Pengarang : Miftahul Huda, M.Pd
4. Penerbit : Pustaka Pelajar
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2013
7. ISBN : 978-602-229-198-5

3
2.3 Ringkasan Isi Buku

2.3.1 Buku Utama

BAB I

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

2. Memahami Peserta Didik untuk Menciptakan Pembelajaran Aktif, Inovatif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM)

Pembelajaran yang aktif artinya peserta didik dan guru sama-sama aktif
terlibat dalam pembelajaran. Pada pendekatan pembelajaran konvensional, hanya
guru yang aktif (monologis), sementara para peserta didik pasif, sehingga
pembelajaran majemuk, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
menakutkan siswa. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan
spiritual.

Pembelajran yang inovatif artinya pembelajaran yang menggunakan metode,


strategi, model, pendekatan, media, perangkat dan sebagainya yang dipandang baru
atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru
lain. Pembelajaran yang kreatif adalah hasil kegiatan yang dihasilkan guru yang
bertindak dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam dan
membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana serta hasil kegiatan
siswa yang juga kreatif dalam hal merancang/membuat sesuatu. Pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang hasil belajarnya merupakan sasaran atau minimal
merupakan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Guru harus menggunakan
model-model pembelajran yang termasuk kelompoj model pembelaharan yang
karakteristiknya SCL dalam mencapai target atau kompetensi dasar yang telah
dirumuskan. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat
dinikmati peserta didik, yakni peserta didik merasa nyaman, aman dan asyik dalam
pembelajaran. Perasaan yang mengasyikkan pada dasarnya harus merupakan hasil

4
motivasi dari dalam diri peserta didik sendiri, yakni dorongan keingintahuan yang
disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Pembelajaran fisika dapat dikembangkan guru menjadi pembelajaran yang


bersuasana PAIKEM jika guru menggunakan model-model pembelajaran yang
termasuk kelompok SCL. Dengan demikian model-model pembelajaran yang
berkarakteristik SCL merupakan model-model pembelajaran yang dapat
menimbulkan PAIKEM.

3. Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Vygotsky

a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Dalam menjelaskan mekanisme perkembangan kognitif, Piaget menjelaskan


fungsi intelek anak/peserta didik dari tiga perspektif. Ketiganya ialah: (1) proses
yang terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungan (yakni: asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi), (2) cara bagaimana pengetahuan disusun (pengalaman fisik dan logiko-
matematik) dan (3) perbedaan kualitatif dalam berpikir pada berbagai tahap
perkembangan (skema tindakan dari berpikir praoperasional, operasi konkert dan
formal).

Konsep strukur kognitif, fungsi dan tahap

 Inteligensi (kecerdasan) adalah kemampuan mengorganisasi dan


mengadaptasi lingkungan.
 Fungsi-fungsi kognitif pengorganisasian dan pengadaptasian berkontribusi
terhadap perkembangan struktur kognitif.
 Fungsi-fungsi kognitif tidak bervariasi terhadap perkembangan.
 Struktur-struktur kognitif bervariasi terhadap perkembangan.
 Suatu himpunan (kumpulan, set) struktur-struktur pada suatu ekuilibrium
relatif disebut tahap.
 Setiap tahap mengintegrasikan struktur kognitif dari tahap sebelumnya ke
orde struktur yang lebih tinggi.

Adaptasi terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengambilan


pengalambilan dari lingkungan dan menggabungkannya dengan cara berpikir

5
yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur
kognitif. Akomodasi adalah penyesuaian (adjustment) struktur kognitif terhadap
situasi baru. Proses pengasimilasian dan pengakomodasian biasanya terjadi
bersama.

Struktur kognitif berubah melalui pengadaptasian. Pengadaptasian


merupakan kecenderungan dasar organisme untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Pengasimilasian terhadap aksi motorik atau kognitif didasarkan pada
struktur kognitif yang dimiliki. Individu menginterpretasikan situasi lingkungan
dalam term(istilah) struktur kognitif yang ada.

Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga aras fungsi kognitif
yang berbeda. Ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam
kehidupan infividu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri
individu, dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan
sosial.

Peranan ekuilibrasi dalam meregulasi asimilasi dan akomodasi adalah


mencegah jangan sampai yang satu terjadi atas kerugian yang lain, serta
mengusahakan keseimbangan antara sub-sub sistem yang berkembang dengan
kecepatan yang berlainan, yang dapat menghilangkan konflik diantara sub-sub sistem
tersebut.

Proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dan
akomodasi yang diatur oleh ekuilibrasi. Selain itu, Piaget menjelaskan bahwa
penyusunan pengetahuan didasrkan pada jenis pengalaman pengetahuan yang
terjadi pada diri individu yang belajar. Sumber pengalaman logiko-matematik
adalah proses berpikir individu yang belajar itu sendiri. Dalam pengalaman logiko-
matematik, kegiatannya berupa refleksi tindakan waktu sekarang dan
mereorganisaiskannya pada tingkat yang logis. Proses-proses berpikir logis
dikarakterisasi sebagai kemampuan memformulasi himpunan-himpunan hipotesis.
Kemudian hipotesis yang kompatibel dengan situasi yang dipelajari dites. Pada
tingkat operasional formal, penalaran individual adalah dari suatu kerangka kerja
(hipotesis) menuju pengujian teori.

6
Ikhtisar empat tahap perkembangan

Tahap Penjelasan umum (overview)


Periode Sensorimotoris Prasimbolik dan praverbal. Inteligensi (kecerdasan)
(lahir sampai usia 1,5-2 mencakup pengembangan skema-skema tindakan. Contoh,
tahun) meraih-menggenggam-menarik dilakukan untuk
mengambil objek yang jauh. Pada tahun kedual: anak
membedakan dirinya dari lingkungan. Anak
mengembangkan identitas tubuhnya dan lainnya dalam
waktu dan ruang serta konsep tentang sifat permanen
objek.
Periode Praoperasional Berpikir sebagian (setengah:partially) logis mulai.
(umur 2-3 tahun sampai Pengertian tentang sifat permanen objek membimbing
umur 7-8 tahun) anak menuju identitas-identitas kualitatif. Anak mengerti,
bahwa air yang dituangkan ke dalam wadah yang lain
adalah air yang sama; atau a=a. Proses berpikir didasarkan
pada isyarat (petunjuk) perseptual dan anak tidak sadar
akan pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan.
Contoh: sabun mengapung karena kecil dan sepotong besi
tenggelam karena tipis. Perkembangan bahasa mulai dan
meningkat cepat; ujaran anak yang spontan didominasi
ujaran monolog.
Periode Operasional Perilaku implusif digantikan setidaknya oleh berpikir
Konkret (umur 7-8 refleksi permulaan; anak dapat melihat pandangan
tahun sampai umur 12- anak/orang lain. Permainan kelompok mencakup
14 tahun) persetujuan terhadap aturan-aturan dan kerjasama
berdasarkan aturan. Cara berpikir logis yang dikaitkan
dengan objek-objek konkret berkembang (operasi
konkret). Berpikir tidak terkait dengan isyarat perseptual;
Contoh: ‘lebih panjang’ tidak sama artinya dengan ‘lebih
jauh’
Periode Operasional Berpikir tentang rencana kehidupan (masa depan) dan

7
Formal (umur di atas 14 mulai berperan orang dewasa. Kecakapan menangani
tahun) secara logis dalam situasi multifaktor mulai (operasi
formal). Individu dapat bernalar dari situasi hipotesis ke
konkret.

Dalam perkembangan kognitif, yang paling penting dicatat adalah pencapaian


tingkat berpikir yang lebih tinggi tidak mudah dicapai. Anak mesti memikirkan
kembali pandangannya tentang dunia. Langkah penting dalam proses ini adalah
pengalaman konflik kognitif (cognitive conflict), yakni anak menjadi tanggap
terhadap fakta bahwa dia memegang dua pandangan yang kontradiktif tentang
situasi dan keduanya tidak dapat sama-sama benar. Langkah ini yang disebut sebagai
langkah terjadinya konflik kognitif atau ketidakseimbangan (disequilibrium).

Pada 1975 “American Association of Physics Teachers” mengadakan workshop


tentang pengajaran fisika dan pengembangan penalaran. Wokshop tersebut
difokuskan pada baimana menerapkan tahap-tahap perkembangan yang telah
didentifikasi Piaget dalam pengajaran fisika. Yang paling menarik pada workshop
tersebut adalah pengembangan cara mengklasifikasikan soal (problem) fisika sebagai
soal konkret dan formal.

Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Konkret Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran konkret melalui pemakaian langsung
definisi atau persamaan.

Collea et al. Menyatakan bahwa Soal Formal Fisika adalah soal fisika yang
hanya dapat dijawab dengan pola penalaran formal, melalui penganalisisan
menyeluruh dan melakukan improvisasi. Lebih lanjut, Collea et al. Menyatakan bahwa
suatu soal fisika adalah soal formal jika terhadap pemecahan soal tersebut dapat
dinyatakan “ya” untuk menjawab salah satu atau beberapa atau semua pertanyaan-
pertanyaan.

b. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

8
Teori Piaget deemphasized (tidak menekankan) pentingnya bahasa sebagai
sumber utama perkembangan kognitif. Teori tersebut ditentang oleh seorang
psikolog Rusia, Lev Semanovich Vygotsky (1896-1934), yang ternyata penelitiannya
belum diketahui di Amerika Serikat sampai karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pada 1960. Sejak itu, karya Vygotsky dikenal luas dalam bidang
perkembangan anak.

Ide penentang yang paling kuat berasal dari Vygotsky yang tidak setuju
dengan ide Piaget yang menyatakan bahsa anak sebagian besar bersifat egosentris
dan nonsosial, dan pembicaraan egosentris tidak berperanan dalam perkembangan
kognitif anak.

Vygotsky menunjukkan bahwa yang dinyatakan Piaget sebagai bersifat


monolog sebenarnya terjadi paling sering dalam situasi tertentu, yang merupakan
fakta yang diyakininya memberi petunjuk penting bagi kesignifikanannya. Pendapat
Vygotsky yang paling kontras dengan pendapat Piaget adalah bahwa bahasa, bahkan
pada usia anak paling muda, sebenarnya secara inheren bersifat sosial, dan bahwa
pembicaraan yang disebut Piaget bersifat egosentris sebenarnya berasal dari awal
komunikasi sosial. Menurut Vygotsky, perilaku anak berbicara terhadap diri tidak
akan hilang dengan bertambahnya usia seperti yang dikatakan Piaget, melainkan
perlahan-lahan menuju ke dalam diri, kontinu menjadi dialog verbal yang masing-
masing kita bahwa ke dalam diri, dan kita pakai membimbing perilaku dalam situasi
sehari-hari.

Menurut Berg, kebanyakan temuan penelitian mendukung Vygotsky, sehingga


kebanyakan peneliti sekarang ini menyebut egosentris sebagai pembicaraan pribadi
(private speech). Temuan studi akhir menolak konklusi Piaget yang menyatakan
bahwa anak-anak yang terlibat dalam pembicaraan pribadi berkelanjutan tinggi,
tidak mahir dalam komunikasi sosial. Temuan tersbut mengungkapkan bahwa anak
prasekolah yang berbicara banyak pada diri mereka sendiri, mempunyai partisipasi
sosial tinggi dan lebih berkompetensi sosial dari pada anak yang sedikit berbicara
pribadi.

9
Vygotsky percaya bahwa semua fungsi mental yang lebih tinggi berasal dari
hubungan sosial dan muncul pertama kali pada suatu daerah 9bidang0 hubungan
interpersonal antara individu, sebelum mereka berada pada suatu daerah (bidang)
intra psikis (intra psychic), dalam individu. Dia menekankan peranan sentral
komunikasi sosial dalam perkembangan berpikir anak, dengan memahami
pembelajaran anak mengambil tempat dalam Zone Proximal Development: ZPD [Zona
Perkembangan (ter)Dekat: ZPD].

Perlu diingatkan di sini bahwa Piaget tentu saja tidak mengabaikan


pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif, tetapi penekanan peranan
interaksi sosial tersebut berbeda dengan yang dinyatakan Vygotsky. Piaget tidak
memikirkan bimbingan verbal orang dewasa sebagai instrumen perubahan kognitif,
melainkan menekankabn pentingnya interaksi dengan kawan sebaya (peer).

Piaget dan Vygotsky sebenarnya menekankan aspek (segi, facet) berbeda dari
pengalaman sosial anak, yang dalam hal ini keduanya berkontribusi terhadap
perkembangan anak.

Vygotsky memandang pembelajaran dan perkembangan tidak sebagai proses


tunggal, bukan pula sebagai proses gayut, melainkan sebagai satuan pembelajaran
dan perkembangan (learning-and-development) yang berinteraksi secara kompleks.
Menurut Vygotsky, formasi konsep adalah suatu aktivitas sosial-budaya-historis yang
berisi kunci kebulatan (keseluruhan) sejarah perkembangan mental anak.

4. Prinsip-prinsip Kepribadian Peserta Didik

Perbedaan ciri psikologis yang dimiliki setiap individu dan stabil dalam
berbagai situasi disebut kepribadian (personality). Dalam psikologi
kontemporer/modern, dikenal “Lima Faktor Besar” Kepribadian (the “Big Five”
Factors of Personality), yakni: Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman (opennes
to experience), dengan ciri-ciri: cenderung menghargai hal-hal yang bersifat fantasi,
imaginasi, menyukai seni, musik, puisi, menghargai perasaan emosional, senang
mencoba kagiatan baru, senag mengunjungi tempat baru, senang mencoba makanan
baru, memiliki rasa ingin tahu yng intelek, terbuka pada ide-ide baru, senang
mengkaji ulang nilai-nilai tradisional, nilai agama, dan nilai politis; Kedua, kesadaran

10
(conscientiousness), dengan ciri-ciri: hati-hati, tindakannya didorong oleh kesadaran
sendiri, disiplin, tuntas, teratur, berpikir sebelum bertindak, pekerja keras, dapat
dipercaya, dan perfeksionis; Ketiga, ekstraversi (extraversion), dengan ciri-ciri:
senang berinteraksi dan berkomunikasi dengan banyak orang, senang melakukan
kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti berpesta, senang berbicara, antusias,
tidak takut mengambil resiko, dan menunjukkan kemampuan memimpin; Keempat,
kesetujuan (agreeableness), dengan ciri-ciri: memiliki rasa empati, penuh
pertimbangan, ramah, pemurah, suka menolong orang lain, mudah mempercayai
orang lain dan menyenangkan; Kelima, neurotis (neuroticism), dengan ciri-ciri:
cemas, mudah marah, merasa bersalah, mengalami depresi, frustasi, putus harapan,
pemalu, reaktif secara emosional, dan murung.

Dalam pembelajaran fisika, sebaiknya digunakan model-model pembelajaran


yang melibatkan siswa berkelompok agar sifat negatif yang dominan pada
faktor/dimensi neurotis misalnya dapat dikurangi/dihilangkan pada interaksi sosial
pada kelompok belajar.

5. Motivasi Belajar

Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses yang menstimulasi perilaku


manusia atau menggerakkan manusia untuk bertindak. Dalam pembelajaran fisika,
motivasi intrinsik sama pentingnya dengan motivasi eksterinsik. Beberapa teori
tentang motivasi, antara lain :

a. Teori Kebutuhan Maslow


Abraham Maslow, salah seorang psikolog amerika paling terkemuka pada
abad keduapuluh menyatakan ada tujuh tingkatan keinginan dan kebutuhan
manusia. Menurut Maslow, hanya bila kebutuhan-kebutuhan fisik dasar dan
kebutuhan akan cinta dan self esteem terpenuhi, barulahindividu berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Menurut McClelland, karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum, yakni: (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi dimana

11
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-
faktor lain; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
c. Teori Clyton Aldefer (Teori “ERG”)
Teori Aldefer dikenal dengan akronim “ERG”, yang dalam hal ini akronim
“ERG” merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yakni: E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan
pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Teori Alderfer
menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak.

Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Artinya, karena


menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-
hal yang mungkin dicapainya.

a. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Teori yang dikembangkan Herzberg dikenal dengan nama teori “Model Dua
Faktor” motivasi, yakni faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang.
b. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin
dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.

Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Menurut teori ini, berlaku “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa


manusia cenderung untuk mengurangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.
c. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

12
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c)
harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja
yanag dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang
antara lain : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang
bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e)
sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
d. Strategi Memotivasi Siswa
Membangun komunitas belajar yang produktif dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan belajar bermakna adalah tujuan utama pembelajaran,
termasuk pembelajaran fisika.

6. Bekal Ajar Awal Peserta Didik

Berdasarkan temuan penelitiannya, Lawson (1989;16-17) menyimpulkan


bahwa apapun pola penalaran atau satuan set (perangkat) penyatuan pola penalaran
yang diukur suatu tugas (task). Lebih lanjut, Lawson menyimpulkan bahwa peserta
didik yang telah menginternalisasi pola penalaran hipotetiko-deduktif mempunyai
miskonsepsi atau konsepsi keliru yang lebih sedikit dibandingkan dengan peserta
didik yang mempunyai penalaran empiris-deduktif.

Van den Berg (editor) (1991:8) menyimpulkan pengertian konsep sebagai


abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang dipakai untuk mempermudah komunikasi antara
manusia dan yang kemungkinan manusia berpikir. Kesimpulan tersebut didasarkan
pada pengertian konsep yang diajukan Ausubel et al. (dalam Van den Berg (editor),
1991:8), yakni sebagai objek-objek, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau sifat-sifat
yang memiliki atribut-atribut kritis (khas) dan dinyatakan dalam suatu kultur dengan
tanda atau simbol yang diterima.

7. Kesulitan Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mngetahui tingkat kesulitan


belajar peserta didik yang dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan
berat. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang

13
perhatian di saat mengikuti pembelajaran. Pada dasarnya, pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang memberikan perlakuan khusus terhadap peserta
didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan dalam
kegiatan belajar peserta didik dapat berbentuk kurangnya pengetahuan dan
keterampilan prasyarat atau lambat dalam mencapai kompetensi atau terjadinya
miskonsepsi.

Dalam pembelajaran remedial perlu diperhatikan beberapa prinsip yang


sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain :

1) Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2) Interaktif
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik
yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar
diketahui kemajuan belajarnya.

3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian


Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode
mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari
kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan
satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta
didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

14
Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip pembelajaran remedial di
atas, pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatan antara
lain :
1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran
konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.
2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya
3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta
didik menangkap pesan pembelajaran.
4) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik.
Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Agar perhatian
peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media
untuk mengendalikan perhatian peserta didik.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain :
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
4) Pemanfaatan tutor sebaya.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya
mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila
ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik,
diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peseta didik mengulang semua proses
yang harus diikuti.
Tes ulang harus diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti program
pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah peserta didik telah mencapai
ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.
c. Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika
Cara seseorang untuk memahami dan memproses informasi disebut gaya
belajarnya. Pengenalan gaya belajar akan memberikan pelayanan yang tepat

15
terhadap apa dan bagaimana sebaiknya yang disediakan dan yang dilakukan agar
pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara umum gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu
(1) gaya belajar konkrit, (2) gaya belajar abstrak, (3) gaya belajar aktif dan (4) gaya
belajar reflektif.
Pertama, gaya belajar konkrit memperoleh informasi melalui pengalaman
langsung, praktik langsung, dan menggunakan panca indra (melihat, mendengar,
menyentuh, mencicipi, mencium). Kedua, gaya belajar abstrak memperoleh informasi
melaui analysis, observasi, dan pemikiran. Ketiga, gaya belajar aktif memperoleh
informasi melalui pemaknaan pengalaman dengan cara menerapkan langsung
informasi baru tersebut. Keempat, gaya belajar reflektif memperoleh informasi
melalui pemaknaan pengalaman dengan cara merefleksikan dan memikirkan
informasi tersebut.
Selain pengelompokkan diatas, gaya belajar dapat juga dikelompokkan
menjadi tiga gaya belajar, yakni : gaya belajar visual, auditif, dan kinestetik.

BAB II

TEORI-TEORI BELAJAR

A. Teori-Teori Belajar
a) Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme dikembangkan oleh Edward Thorndike, Tolman, Guthrie dan Hull.
Pada intinya ada tiga asumsi dasar yang dianggap benar. Pertama, belajar
dimanifestasi oleh perubahan perilaku. Kedua, lingkungan membentuk perilaku. Dan
ketiga, prinsip-prinsip kedekatan dan penguatan adalah fokus untuk menjelaskan
proses belajar.
16
Ada 2 jenis pengkondisian yang mungkin :

1) Pengkondisian klasik
2) Pengkondisian operant
Menurut teori belajar behavioristik, pembelajaran ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai ativitas yang menuntut peserta didikm
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yan sudah diplajari dalam bentuk
laporan, kuis dan tes.

Tokoh-tokoh aliran behaviristik diantaranya adalah:

a) Teori Belajar Tohrndike


b) Teori Belajar Watson
c) Teori Belajar Clark Hull
d) Teori Blejar Edwin Guthrie
e) Teori Belajar Skinner
b) Teori Belajar Konitivis
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses engembangkan wawasan (insight).
Wawasan (insight) adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam
suatu situasi permasalahan. Menurut Ernest Hilgard, ada enam ciri dari belajar
wawan (insight) yaitu :

a) Wawasan dipengaruhi oleh kemampuan dasar.


b) Wawan dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu
c) Wawasan tergantung kepada pengaturan situasi
d) Wawasan didahului oleh usaha coba-coba
e) Belajar dengan wawasan dapat diulangi
f) Suatu wawaan dapat diaplikasikan bagi wawasan situaasi lain.

1. Teori Belajar Ausubel menyatakakan kelemahan teoi belajar pada umumnya


adalah menekankan pada belajar asosiasi atau menghafal, dimana materi
asosiasi dihafal secara sembarang. Seharusnya belajar harus dipandang
sebagai asimilsi yang bermakna

17
2. Teori Belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuan (dicovery learning)
menganggap bbahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
cara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik
3. Teori Belajar Bandura menyatakan bahwa belajar itu lebih dari sekedar
perubahan perilaku, melainkan belajar adalah pencapaian pengetahuan dan
perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut yang dikemukakan oleh
Albert Bandura yang dikenal dengan teori kognitif sosial.

c) Teori Belajar Konstruktivus


Teori belajar konstrusktivis dikembangkan berdasarkan pada perkembangan
kognitif Piaget dan Vygotsky. Kaitan teori perkembangan kognitif Piaget dengan
proses belajar belajar adalah bahwa dilihat dari perkembangan kognitif, belajar
merupakan tiga proses yakni asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi.

d) Implikasi Konstruktivisme dalam Pelajaran IPA


Belajar dipandang sebagai pengubahan konsepsi, yakni pengkonstruksian dan
penerimaan ide baru atau penstrukturan ide yang ada.

B. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


a. Pendekatan Pembelajaran

a.1 Pendekatan Keterampilan Proses

a.2 Pendekatan Pembelajaran Konstektual

❖ Latar Belakang dan Pengertian CTL


❖ Komponen dan Penerapan CTL
a.2.2 Komponen dan Penerapan CTL

Dalam kaitannya dengan penerapan CTL di kelas, ada tujuh komponen yang
harus diterapkan, yaitu : konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inguiry),
bertanya (Questioning) masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authenic Assessment).

Penerapan CTL dalam kelas dilakukan sebagai berikut:

18
1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
(membangun) sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Hadirkan “model’ sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) dengan berbagai
cara.
a.2.2.1. Konstruktivisme (constructivism)

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)


pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong.

Dalam pandangan konstruktivitis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan


dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.


2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belaajr.
a.2.2.2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.


Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Pada dasarnya siklus inkuiri ada lima, yakni:

 Observasi (Observation)
 Bertanya (Questioning)
 Mengajukan dugaan (Hypothesis)
 Pengumpulan data (Data Gathering)
 Penyimpulan (Conclusion)

19
Langkah-langkah melaksanakn kegiatan menemukan (inkuiri) adalah:

1) Merumuskan masalah (dalam meta pelajaran apapun)


2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
table, dan karya lainnya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain.
a.2.2.3. Bertanya (questioning)

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis


CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inkuiri, yakni menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis


2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon kepada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan perhataian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa
a.2.2.4. Maasyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep Learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh


dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui berbagi (sharing)
antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini,
di kelas ini, di sekitar ini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah
anggota masyarakat-belajar.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam


kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu
yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang

20
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan
siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang ‘ahli’ ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu, teknisi
computer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.

Kalau setiap orang mau belajar dengan orang lain, maka setiap orang lain bisa
menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning
community” ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam
pembelajaran terwujud dalam

 Pembentukan kelompok kecil


 Pembentukan kelompok besar
 Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas
 Bekerja dengan kelas sederajat
 Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
 Bekerja dengan masyarakat
a.2.2.5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan dapat diartikan pembelajaran sebuah keterampilan atau


pengetahuan tertentu yang bias ditiru oleh audiens (peserta didik). Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara mengoperasikan alat misalnya
amperemeter, osiloskop; contoh karya tulis; dan sebagainya. Atau, guru memberi
contoh mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang
‘bagaimana cara belajar’.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat


dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang
programmer bidang fisika sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi
‘model’ cara membuat program untuk bidang fisika, berlatih membuatnya, dan lain
sebagainya.

a.2.2.6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan

21
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa


melakukan refleksi. Realisasinya berupa:

 Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu


 Catatan atau jurnal di buku siswa
 Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
 Diskusi
 Hasil karya
a.2.2.7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan


gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guu
mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru
segera bisa mengambil tindakan yang tepat agat siswa terbebas dari kemacetan
belajar. Karna gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester)
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/EBTANAS
atau UAN), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan)
dari kegiatan pembelajaran.

Karakteristik authentic assessment:

 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung


 Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
 Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
 Berkesinambungan
 Terintegrasi
 Dapat digunakan sebagai feed back
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa

1) Proyek/kegiatan dan laporannya


2) PR

22
3) Kuis
4) Karya siswa
5) Presentasi
6) Demonstrasi
7) Laporan
8) Jurnal
9) Hasil tes tulis
10)Karya tulis
b. Strategi Pembelajaran

b.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Istilah strategi pada awalnya sering dipakai dalam dunia militer. Strategi
berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti Jenderal atau Panglima. Pengertian
strategi tersebut kalau diterapkan dalam dunia pendidikan oleh diartikan sebagai
pola dan urutan umum perbuatan guru-murid dalam mewujudkan kegiatan belajar
dan mengajar.

Strategi belajar mengajar adalah rencana dan cara-cara membawakan


pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif.

 Cara-cara membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum


perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
 Pola dan urutan umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka
umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian
bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pada komponen yang dominan dalam kegiatan pembelajaran dikenal
dua macam strategi belajar mengajar, yaitu:

1. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru; dan


2. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada siswa.
b.2. Strategi Pembelajaran Fisika Berbasis Kegiatan Laboratorium

Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika pada


dasarnya selalu mengandung kegiatan berbasis lab. Alasannya adalah kebenaran
fisika diuji melalui eksperimen. Eksperimen yang dilakukan para fisikawan pada
umumnya dilakukan di lab.

23
b.3. Buzz Groups

Dalam kebanyakan kelas beberapa peserta didik berbicara banyak sekali dan
yang lainnya tak mau bicara sepatah katapun. Untuk mengatasi keadaan ini
disamping menggunakan teknis yang berupa keterampilan guru sendiri, ada juga
strategi yang bisa ‘memaksa’ mereka untuk berpartisipasi. Dalam kesempatan ini,
untuk mengatasi keadaan seperti di atas, akan dikemukakan dua strategi kelompok
atau kolaboratif yang disebut Buzz Group dan Inner Circle.

Satu dari beberapa teknik adalah disebut buzz session atau buzz groups.
Langkah-langkah dari strategi ini biasanya dimulai dengan memilih orang yang akan
melaporkan hasil diskusi atau juru bicara sekaligus mempimpin diskusi. Kemudian
meminta kepada setiap anggota kelompok untuk mengemukakan satu ide untuk
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang di diskusikan. Akhirnya
mereka harus menghasilkan satu ide yang disepakati bersama untuk dilaporkan ke
kelas besar. Untuk strategi ini biasanya kelompok diberi batasan waktu seperti lima
menit, sepuluh menit atau tergantung kompleksitas masalahnya.

b.3. The Inner Circle

Strategi ini berupa kelas di dalam kelas, dimana separuh mahasiswa bertindak
sebagai kelompok diskusi dan separuhnya lagi sebagai observer. Bila kursi dalam
ruang kelas bisa dipindah-pindah, dosen biasanya menyusun tempat duduk
berbentuk dua lingkaran konsentrik. Guru mungkin menjelaskan dulu bahwa ia akan
memberi kesempatan pada siswa yang pendiam untuk mengemukakan idenya. Dari
beberapa pengalaman yang dilakukan, guru sangat terkesan dengan mahasiswa yang
biasanya pendiam menjadi mau berbicara ketika mereka merasa mempunyai
tanggungjawab sebagai anggota Inner Circle.

c. Metode Pembelajaran

c.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Variabel- variable pembelajaran ada tiga jenis, yaitu: (1) variable metode, (2)
variable kondisi, dan (3) variabel hasil.

24
c.2 Metode Ceramah (lecture)

Metode ini tepat untuk diterapkan bila:

a) Kegiatan instruksional baru dimulai;


b) Waktu terbatas;
c) Jumlah pengajar sedikit.
Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
a) Partisipasi siswa rendah;
b) Kemajuan siswa sulit dipantau;
c) Perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau
d) variabel
c.3 Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi tepat digunakan bila:

a) kegiatan instruksional bersifat formal, magang atau latihan kerja


b) materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak psikomotorik
c) pengajar bermaksud menggantikan dan menyederhanakan penyelesaian
kegiatan yang panjang
d) pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan
c.4 Metode Penampilan

Untuk menggunakan metode ini pengajar harus:

a) memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama siswa berpraktik


b) melakukan tindakan pengamatan sebelum kegiatan praktik dimulai
Untuk penampilan tepat digunakan bila:
a) pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan
b) kondisi praktik sama dengan kondisi kerja
Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
a) membutuhkan waktu yang panjang
b) membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal
c) membutuhkan pengajar yang lebih banyak
c.5 Metode Diskusi

Metode ini tampaknya lebih cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal di
bawah ini:

1) Membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberi mereka praktek berfikir.
2) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.

25
3) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh.
Dalam menerapkan metode diskusi, guru harus:

a) Menyediakan bahan
b) Menyebutkan pokok-pokok masalah
c) Menugaskan siswa untuk menjelaskan
d) Membimbing diskusi
e) Sabra terhadap kelompok yang lambat dalam mendiskusikannya

Dalam kelompok diskusi, siswa dihadapkan pada beberapa problem,


diantaranya:
1) Mendapatkan partisipasi dalam diskusi
2) Membuat kemajuan menuju tujuan pembelajaran
3) Mengatasi reaksi-reaksi emosional dari mahasiswa
c.5.1 Tipe Diskusi Perkembangan (Developmental Discussion)

Istilah “diskusi perkembangan” diciptakan oleh Prof. Norman R.F.Maier (1952)


untuk menggambarkan suatu teknik diskusi yang bersifat pemecahan masalah.
Tahap-tahap yang khasnya bisa jadi sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah
2) Mengusulkan hipotesis
3) Mendapatkan data yang relevan
4) Mengevaluasi solusi-solusi alternative
Singkatnya, diskusi perkembangan tidak bersifat tidak mengarahkan tapi juga
tidak bersifat otokratik.

c.5.2 Mengatasi Siswa yang Terlibat Debat Kusir Waktu Diskusi

Cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk hal ini, antara lain:

 Merujuk suatu teks atau sumber lainnya;


 Menggunakan konflik sebagai dasar bagi suatu tugas perpustakaan;
 Jika problemnya menyangkut nilai, maka guru membantu menyadarkan
mahasiswa akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
c.5.3 The Two-Column Method

Strategi lain dari Maier, The Two-Column Method adalah suatu strategi yang
secara khusus menggunakan papan tulis dengan efektif dalam suatu situasi di mana

26
terjadi konflik atau dimana suatu bias yang kuat mengalami pertimbangan terhadap
pandangan alternative. Untuk mengatasinya, Boris (1983) mengajukan suatu yaitu
teknik mengisi catatan setiap kegiatan diskusi. Setiap pelajaran dimulai, selalu
diawali dengan membaca catatan hari sebelumnya.

c.6 Metode Studi Mandiri

Metode ini dilakukan dengan cara:

a) Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai dengan kebutuhannya


b) Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan
studi mandiri
c) Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa
Penerapan metode ini adalah:
a) Pada tahap terakhir proses belajar mengajar
b) Dapat digunakan pada semua mata pelajaran
c) Menunjang metode instruksional yang lain
d) Meningkatkan kemampuan kerja siswa
e) Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat
f) Memberikan kesempatan pada siswa untuk perdalam minatnya tanpa
dicampuri siswa lainnya.
c.7 Metode Kegiatan Instruksional Terprogram

Metode ini menggunakan bahan yang disiapkan secara khusus, untuk


menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Siswa harus benar-benar memiliki seluruh baha dan alat


b) Siswa benar-benar harus tahu bahan itu bukan tes
c) Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila ia mengalami kesulitan
d) Secara periodic, siswa harus di cek kemampuannya untuk membuatnya benar-
benar belajar
Metode ini diterapkan untuk:
a) Semua tahap belajar,
b) Pelajaran formal,
c) Mengatasi kesulitan perbedaan individual,
d) Mempermudah sisa belajar dalam waktu yang diinginkan
Tetapi, metode ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
a) Bahan belajar yang telah dikembangkan dengan baik membuat setiap siswa
melalui urutan kegiatan belajar yang sama.
b) Biaya pengembangan tinggi.
c) Siswa kurang dapat interaksi social.
c.8 Metode Latihan dengan Teman

27
Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Mula-mula seorang siswa memperhatikan seorang siswa lain yang telah


mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah supervise
pelatih.
b) Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam keterampilan
melakukannya.
c) Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya.
Metode ini diterapkan kepada:
a) Semua tahap yang membutuhkan latihan satu per satu
b) Latihan kerja, latihan formal dan magang
Kesulitan penggunaan metode ini adalah:
a) Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam suatu periode tertentu.
b) Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk
memelihara kualitas.
c.9 Metode Simulasi

Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan


proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Untuk menggunakan metode simulasi
perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:

a) Pada tahap permulaan proses belajar, diperlukan tingkat di bawah realitas.


b) Pada tahap pertengahan proses belajar, diperlukan tingkat realitas yang
memadai.
c) Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang tinggi.
d) Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya.
Metode ini diterapkan untuk:
a) Semua tahap belajar,
b) Pendidikan formal atau magang,
c) Memeberikan kejadian-kejadian yang analogis,
d) Memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil,
e) Diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri.
Tetapi, metode ini mempunyai kelemahan sebagai berikut:
a) Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.
b) Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta
mahal harga dan pemeliharaannya.
c) Resiko siswa atau pengajar tinggi.
c.10 Metode Sumbang Pendapat atau Sumbang Saran (Brainstorming)

Metode ini merupakan proses penampungan pendapat dari siswa tanpa


evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat bila digunakan untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini

28
dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karna mereka tidak menemukan
consensus pada akhir proses tersebut. Metode ini dapat pula digunakan dalam
mencari berbagai kemungkinan cara memecahkan masalah.

c.11 Metode Studi Kelas

Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi


tertentu, kemudian siswa ditugaskan mancari alternative pemecahannya. Kesulitan
penggunaan metode ini adalah:

a) Mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian
lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
b) Mengembangkan kasus sangat mahal.
c.12 Metode Computer Assisted Learning (CAL)

Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur
dengan menggunakan metode computer. Metode ini dapat digunakan pada setiap
tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai yang paling kompleks. Kesulitan
penggunaan metode ini:

a) Pengembangan metode CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama.


b) Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
c.13 Metode Insiden

Metode ini merupakan variasi dari metode studi kasus. Kelebihannya dari
metode studi kasus adalah siswa belajar menyusun dan menyelami masalah terlebih
dahulu sebelum belajar berpikir krisis untuk mencari pemecahannya.
Penggunaannya sama dengan metode studi kasus.

c.14 Metode Praktikum

Metode ini berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk menyelesaikan


suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrument tertentu.

c.15 Metode Demonstrasi

29
Guru mendemonstrasikan cara kerja atau prosedur melakukan sesuatu. Dalam
pembelajaran fisika, jika alat praktikum tidak mencukupi guru dapat
mendemonstrasikan cara mengukur atau melakukan praktikum.

c.16 Metode Proyek

Metode ini berbentuk pemberian suatu tugas kepada semua siswa untuk
dikerjakan secara individual. Laporan penyelesaian dituangkan dalam bentuk
makalah.

c,17 Metode Bermain Peran

Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topic
atau situasi. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.

c.18 Metode Seminar

Metode ini berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk


membahas topic atau masalah tertentu. Setiap anggota seminar diharapkan aktif
berpartisipasi. Penyelesaian tugas membahas topic atau masalah tersebut menjadi
tanggungjawab anggota seminar, sedangkan pengajar bertindak sebagai narasumber.

c.19 Metode Simposium

Metode ini mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok


topic dalam bidang tertentu. Ceramah tersebut diberikan oleh beberapa ahli.

c.20 Metode Tutorial

Metode ini berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan


untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara periodic
tentang kemajuan dan masalah yang dialami.

c.21 Metode Deduktif

Metode ini dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsipi-prinsip isi


pelajaran, kemudian disusun dengan penerapannya atau contohnya pada situasi
tertentu. Metode ini tepat digunakan apabila:

30
a) Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari
b) Isi pelajaran meliputi teminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berpikir kritis
c) Pengajaran mengenal pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan
pembicaraan yang baik
d) Waktu yang tersedia singkat
c.22 Metode Induktif

Metode ini dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab
yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Metode ini tepat digunakan apabila:

a) Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan


dengan mata pelajaran tersebut.
b) Yang akan diajarkan berupa keterampilan komunikasi Antara pribadi, sikap,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
c) Pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel,
terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pertanyaan, dan sabra.
d) Waktu yang tersedia cukup panjang.
BAB III

PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. URAIAN MATERI
1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Pengembangan Kurikulum
Wujud pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar mengajar yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi
satuan pendidikan/sekolah tertentu. Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses
siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan
(feed back).
b. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum
b.1 Landasan Filosofis
b.2 Landasan Sosial Budaya
b.3 Landasan Psikologis

31
2. Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Materi
Pembelajaran dalam Kurikulum
Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Materi
Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tercantum dalam silabus.
Silabus mata pelajaran fisika dikembangkan berdasarkan langkah-langkah
berikut:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5) Penentuan Jenis Penilaian
6) Menentukan Alokasi Belajar
7) Menentukan Sumber Belajar

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK

A. KOMPETENSI DAN INDIKATOR ESENSIAL

Kompetensi Inti Guru

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik


5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran

Kompetensi Guru Mata Pelajaran

4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik


4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan didalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan

32
4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai
tujuan
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai
dengan situasi yang berkembang
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang
diampu.

Indikator Esensial

4.1.1 Menjelaskan prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

4.3.1 Menjelaskan salah satu aktivitas guru dalam kegiatan elaborasi pada kegiatan
inti pelaksanaan pembelajaran

4.5.1 Menjelaskan jenis-jenis bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa
untuk belajar

4.6.1 Menentukan saat yang tepat untuk mengambi keputusan memodifikasi


strategi pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP

B. URAIAN MATERI
1) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pembelajaran fisika, kegiatan merancang pembelajaran pada dasarnya


adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan RPP
terkandung kegiatan; merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka,
terstruktur dan mandiri) untuk mencapai kompetensi: memilih dan
mengorganisasikan materi dan bahan ajar; memilih dan merancang media dan
sumber belajar yang diperlukan; serta membuat rancangan penilaian proses dan hasil
belajar.

Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah persiapan pengelolaan


pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tata muka untuk
mencapai kompetensi tertentu. Dengan demikian, komponen perencanaan
pembelajaran sekurang-kurangnya terdiri dari (1) kompetensi dan indikator, (2)
33
pengorganisasian materi pokok, (3) media dan sumber belajar, (4) model, strategi
dan metode pembelajaran, (5) skenario pembelajaran, (6) alokasi waktu dan (7)
penilaian proses dan hasil belajar. Berdasarkan konsep dan komponen RPP di atas,
dapat dinyatakan keefektifan pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung pada
kematangan perencanaan pembelajaran yang disusun sebelumnya oleh guru.
Kematangan perencanaan dalam hal ini adalah keakuratan memahami karakteristik
siswa, pertimbangan kecukupan dan relevansi kompetensi terkait taraf berfikir siswa
dan tuntutan stakeholder, aspek kesahian dan kebermanfaatan materi untuk
pengembangan potensi siswa, ketepatan pemilihan model, strategi, metode agar
pembelajaran terlaksana secara efektif, kebermanfaatan media dan sumber belajar
sebagai sistem pendukung proses pembelajaran, serta ketepatan penilaian proses dan
hasil pembelajaran.

Cakupan bahan ajar setidaknya ada:

1. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)


2. Kompotensi yang akan dicapai
3. Konten atau isi materi pembelajaran
4. Informasi penduduk
5. Latihan-latihan
6. Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja
7. Evaluasi
8. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

Adapun perbedaan bahan ajar dengan teks

Bahan ajar :

 Menimbulkan minat baca


 Ditulis dan dirancang untuk siswa
 Menjelaskan tujuan instruksional
 Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
 Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih
 Mengakomodasi kesulitan siswa
 Memberikan rangkuman

34
 Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
 Dikemas untuk proses instruksional
 Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar

Buku teks :

 Mengasumsikan minat dari pembaca


 Ditulis untuk pembaca (guru,dosen)
 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
 Disusun secara linear
 Struktur berdasar logika bidang ilmu
 Belum tentu memberikan latihan
 Belum tentu memberikan rangkuman
 Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
 Sangat padat
 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip


pembelajaran berikut:

a) Mulai dan yang mudah untuk memahami yang sulit, dan yang konkret untuk
memahami yang abstrak
b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman dalam pembelajaran,
pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep
Bentuk bahan ajar berupa :
 Bahan cetak seperti : handout, buku, modul, LKS dll
 Audio visual seperti : Video atau film, VCD
 Audio seperti : radio, kaset, CD audio
 Visual saja
 Multimedia

35
2.3.2 Buku Pembanding

A. Pengertian Strategi

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi untuk mencapai pada tujuan. Dalam Bahasa Besar Bahasa
Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat untuk kegiatan mencapai sasaran
khusus (yang diinginkan). Joni (1983) menyatakan bahwa strategi yang digunakan
adalah prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada
siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

B. Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang
menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi pengajaran lebih luas daripada metode
atau teknik pengajaran.

C. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar
dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya
mempelajari mata pelajaran, tetapi juge penyusunan, kebiasaan, persepsi,
kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan
cita-cita (Hamalik, 2002 45). Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila
terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui
interaksi dengan lingkungan.Dengan kata lain, metode atau teknik pengajaran
merupakan bagian dari strategi pengajaran.

D. Hakikat Pembelajaran

36
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran
kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang
dipelajari (Darsono, 2000: 24). Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran
sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan
cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004:9).

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan


pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi
edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai metode


pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri maupun bagi
siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan, baik yang dilakukan
guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri berikut.

a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat peren- canaan, proses
pembelajaran, dan evaluasi.

b. Adanya keterlibatan intelektual emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami,


menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap Adanya keikutsertaan siswa secara
kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses
pembelajaran.

c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi cocok untuk
berlangsungnya pembelajaran.

d. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan


belajar siswa, bukan sebagai instruktur), yang mendominasi kegiatan kelas

37
e. Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.

Macam-macam metode pembelajaran

Macam-macam metode pembelajaran di antaranya adalah:

(1) ceramah

(2) tanya jawab;

(3) diskusi (diskusi kelompok);

(4) demonstrasi dan eksperimen;

(5) tugas belajar dan resitasi;

(6) kerja kelompok

(7) sosiodrama (role playing);

(8) pemecahan masalah (problem solving)

(9) sistem regu;

(10) karyawisata (field-trip);

(11) manusia sumber (resource person);

(12) survei masyarakat

(13) simulasi;

(14) studi kasus;

(15) tutorial;

(16) curah gagasan;

(17) studi bebas;

(18) kelompok tanpa pemimpin;

(19) latihan (dril);

38
(20) latihan kepekaan

Dari macam-macam metode di atas, peneliti memilih metode pembelajaran


problem solving, dengan alasan:

(a) dengan menggunakan metode problem solving, siswa belajar lebih aktif

(b) siswa tidak hanya bergantung pada apa yang disampaikan oleh guru, tetapi dapat
memecahkannya sendiri;

(c) metode problem solving dianggap dapat memberikan ingatan yang lebih kepada
siswa daripada menggunakan metode ceramah dan tanya jawab;

(e) siswa dapat mempertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari.

1. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)

a. Pengertian

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan


mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan
dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan seorang ahli didik
berkebangsaan Amerika yang bernama John Dewey. Metode ini dinamakan problem
method. Adapun Crow & Crow dalam bukunya Human Development and Learning
menyebut metode ini dengan nama problem solving method.

2. Discovery dan Inquiry

Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry


(penyelidikan).

Inquiry merupakan merupakan perluasan dari discovery (discovery yang


digunakan lebih mendalam), artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan problema, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis Inquiry data,
membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu


adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-

39
siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan
kegiatan belajar mengajar dari situasi yang didominasi. Guru melibatkan siswa dalam
proses mental melalui tukar pendapat yanq berwujud diskusi, seminar, dan
sebagainya.

3. Metode Ceramah

Ceramah termasuk salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar dengan
cara lisan dari guru ke murid. Metode pengajaran ini sering digunakan oleh guru di
dalam kelas karena tidak memerlukan keperluan khusus dalam menyampaikan
materi

1. Kelebihan Metode Ceramah

Berikut beberapa keunggulan yang diperoleh guru saat menggunakan metode


ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran.

a. Menghemat Waktu dan Biaya

b. Dapat menjelaskan lebih banyak hal kepada murid

c. Memudahkan guru membuat rencana pembelajaran

2. Kelemahan Metode Ceramah

a. Mempersulit murid yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat


dengan baik

b. Cenderung tidak disukai oleh murid karena lebih banyak menghafal

4. Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung
dalam satu kelompok untuk bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-
sama mencari pemecahan untuk mendapatkan kebenaran atas persoalan tertentu.
Adapun metode diskusi dalam pembelajaran ialah cara penyampaian bahan pelajaran
di mana guru memberi kesempatan kepada murid untuk mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

40
A. Kelemahan Metode Diskusi

1. Sulit memprediksi hasilnya

2. Memakan banyak waktu

B. Kelebihan Metode Diskusi

1. Merangsang kreativitas murid

2. Memperluas wawasan murid

3. Mendorong murid untuk selalu bertanggung jawab

5. Metode Praktikum

Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan


arahan, aba-aba, petunjuk pelaksanaannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan
mempergunakan alat-alat tertentu.

6. Metode Proyek

Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untuk


dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti.
Kemudian, diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan kepadanya dalam
bentuk makalah. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.

7. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi ua siswa atau
lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa peran masing-masing sesuai dengan
tokoh yang ia perankan. Metode bermain melakukan peran Mereka be interaksi
sesama mereka melakukan peran terbuka.

8. Metode Deduktif

Metode deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang p prinsip isi


pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapan as contoh-contohnya dalam
situasi tertentu. Metode ini menjelaskan teori bentuk realitas atau menjelaskan hal-
hal yang bersifat umum pada hal- yang bersifat khusus.

41
Metode ini tepat dipergunakan apabila:

a. siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari;

b. isi pelajaran meliputi terminologi, teknis, dan bidang yang kurang membutuhkan
proses berpikir kritis;

c. pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan


pembicaraan yang baik

d. waktu yang tersedia sedikit.

9. Metode Induktif

Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau
sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian, siswa dibimbing
untuk berusaha keras menyintesiskan, merumuskan, atau menyimpulkan prinsip
dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini disebut metode discovery atau socratic.

a. siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan


dengan mata pelajaran tersebut

b. materi yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,


pemecahan, dan pengambilan keputusan;

c. guru mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan,


terampil mengulang pertanyaan, dan sabar

d. waktu yang tersedia cukup panjang.

42
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku

A. Pada buku utama :

1. Dilihat dari segi penyajian materi, buku utama sudah cukup lengkap,
sehingga sudah cocok untuk di gunakan sebagai buku referensi
mahasiswa untuk belajar tentang strategi dalam proses belajar-
mengajar pada mata kuliah strategi belajar-mengajar khususnya bagi
mahasiswa dengan jurusan kependidikan.
2. Dilihat dari penggunaan kata-kata pada buku utama ini sudah cukup
bagus karena isi buku ini mudah untuk di mengerti, tidak perlu
membacanya berulang-ulang kali.
3. Buku memiliki cover depan yang menarik sehingga dapat membuat
para mahasiswa tertarik untuk membacanya
4. Buku juga tidak terlalu tebal sehingga untuk mahasiswa yang tidak
menyukai buku tebal yang cenderung berat buku ini sangat cocok

B. Pada buku pembanding 1 :


1. Pada buku pembanding jika dilihat dari covernya, cover pada buku ini
cukup menarik sehingga membuat pembaca tertarik untuk
membacanya, Jika buku ini dibandingkan pada buku utama menurut
saya buku ini lebih menarik untuk dibaca pada saat awal saya
melihatnya.
2. Dilihat dari segi pemilihan jenis font dan spasi pada buku ini sudah
cukup bagus sehingga tidak membuat orang yang membaca buku ini
bosan dan jenuh dalam membaca buku ini, jika dibandingkan pada
buku utama yang jenis font dan spasinya yang terbilang kurang
menarik dan membuat pembaca jenuh
3. Dilihat dari isi buku yang disajikan isi pada buku ini sudah lengkap,
sehingga buku ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi lain
bagi mahasiswa dengan jurusan kependidikan, hanya saja jika
dibandingkan dengan buku utama buku ini lebih membahas materi
cara interaksi dan komunikasi yang efektif antara guru dan siswanya.

43
4. Kata-kata yang digunakan pada buku ini juga sudah baik karena
pembaca tidak perlu mengulang-ulang membaca untuk mengerti isi
dari buku pembanding ini.
5. Dari jenis kertas yang dipilih buku ini sudah sangat bagus karena kertas
yang dipilih adalah kertas dengan kualitas yang bagus daripada buku
utama.
C. Pada buku pembanding 2 :
1. Pada buku pembanding yang kedua ini jika dilihat dari covernya, cover
pada buku ini cukup menarik sehingga membuat pembaca tertarik
untuk membacanya, Jika buku ini dibandingkan pada buku utama
menurut saya buku utama lebih menarik untuk dibaca daripada buku
pembanding yang kedua ini.
2. Dilihat dari segi pemilihan jenis font dan spasi pada buku ini sudah
cukup bagus sehingga tidak membuat orang yang membaca buku ini
bosan dan jenuh dalam membaca buku ini, jika dibandingkan pada
buku utama, buku ini lebih baik penulisannya dibandingkan dengan
buku utama.
3. Dilihat dari isi buku yang disajikan isi pada buku ini sudah lengkap,
sehingga buku ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi lain
bagi mahasiswa dengan jurusan kependidikan, hanya saja jika
dibandingkan dengan buku utama buku ini dilengkapi dengan isu-isu
metodis dan paradigmatis.
4. Buku pembanding kedua ini juga dilengkapi dengan tabel dan gambar-
gambar yang mendukung buku ini untuk lebih menarik pada saat
dibaca, jika dibandingkan buku utama, pada buku utama tidak
dilengkapi dengan gambar dan tabel.

D. Pada buku pembanding 2 :


1. Pada buku pembanding yang ketiga ini jika dilihat dari covernya, cover
pada buku ini cukup menarik sehingga membuat pembaca tertarik
untuk membacanya, Jika buku ini dibandingkan pada buku utama
menurut saya buku utama lebih menarik untuk dibaca daripada buku
pembanding yang kedua ini.
44
2. Dilihat dari isi buku yang disajikan isi pada buku ini sudah lengkap,
sehingga buku ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi lain
bagi mahasiswa dengan jurusan kependidikan
3. Buku pembanding ketiga ini juga dilengkapi dengan tabel dan gambar-
gambar yang mendukung buku ini untuk lebih menarik pada saat
dibaca, jika dibandingkan buku utama, pada buku utama tidak
dilengkapi dengan gambar dan tabel.
3.3 Kelemahan Buku
A. Pada Buku Utama :
4. Pada buku utama ini tidak dilengkapi dengan kata pengantar
5. Pada buku ini tidak dibuat identitas buku yang jelas sehingga pada saat
mereview buku ini, terkendala pada identitas buku karena tidak
dijelaskan penerbit, tahun terbit dan tempat terbitnya
6. Buku ini juga belum berISBN.
B. Pada Buku Pembanding 1:
1. Dilihat dari spasi yang digunakan pada penulisan buku ini, spasinya
terlalu rapat di dalam penulisan buku ini sehingga dapat membuat
pembaca mudah bosan membacanya.
2. Pemilihan kertas yang terlalu tipis, sehingga membuat tulisan
dibelakangnya berbayang dan menghasilkan efek tulisan yang
bertimpah, hal ini tentu membuat pembaca merasa terganggu pada saat
membacanya.
3. Tulisan di dalam buku utama ini banyak yang tidak jelas, karena
sebagian tinta kelihatan hilang.
C. Pada Buku Pembanding 2:
1. Pada buku pembanding yang pertama ini tidak dilengkapi dengan tabel-
tabel dan gambar sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa bosan
pembacanya.
D. Pada Buku Pembanding 3 :
1. Pemilihan kertas pada buku pembanding kedua ini kurang bagus
sehingga kurang nyaman pada saat dibaca oleh pembacanya.
2.

45
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu tentunya setiap buku memiliki kelemahan
dan kelebihannya masing-masing sehingga pembaca harus menyesuaikan buku mana
yang nyaman dan menurutnya pas untuk dibaca sebagai sumber ilmu
pengetahuannya.

4.2 Saran

Saya menyadari bahwa dalam CBR yang saya susun ini masih banyak yang
kurang atau dikatakan masih jauh dari sempurna oleh karena itu, saya berharap para
pembaca memberikan saran atau masukannya untuk penyempurnaannya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sondang. 2018.Strategi Belajar Mengajar Fisika. Medan.

Hamdani.2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

Huda, Miftahul. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Setyanto, N. Ardi. 2017. Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar-Mengajar.Yogyakarta


: Diva

47

Anda mungkin juga menyukai