Anda di halaman 1dari 14

Critical jurnal review

Mata kuliah:kepemimpinan

Prodi S1 PPKN

Skor nilai:

KEARIFAN LOKAL DALAM INSTITUSI PUBLIK: STUDI GAYA


KEPEMIMPINAN JAWA HASTABRATA PADA SEKOLAH MENENGAH DI
KABUPATEN JEMBER

NAMA MAHASISWA : MANOTAR LERYALDO SINAGA

NIM : 3223111004

DOSEN PENGAMMPU : DR.Reh Bungana Br PA,S.H,M.HUM

MATA KULIAH : Kepemimpinan

PROGRAM STUDI PANCASILA KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Pertama mari kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas
berkat rahmat dan karunia-nya, sehingga saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan CJR
ini
Terima kasih kepada dosen pengampu ibu Dr. Reh Bungana Br PA,S.H,M.Hum yang telah
memberikan bimbingan dan arahan yang baik dalam mengerjakan CJR ini, dan memberi
kesempatan kepada saya dalam menulis CJR ini
Saya masih menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan tugas ini dan
masih belum sempurna. Oleh sebab itu saya menerima kritik dan saran yang membangun
agar menjadi acuan dalam mengerjakan tugas-tugas selanjutnya. Terima kasih.

Medan, september 2022

Manotar sinaga

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................4
A RASIONALISASI PENTINGNYA CJR....................................................................................4
B TUJUAN PENULISAN CJR.......................................................................................................4
C MANFAAT CJR..........................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI ARTIKEL................................................................................................6
2.1 Ringkasan Jurnal Utama..........................................................................................................6
2.2 ringkasan jurnal pembanding.................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS..............................................................................................11
3.1 Pembahasan isi jurnal.............................................................................................................11
3.2 kelebihan dan kekuranga jurnal.............................................................................................12
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................13
A KESIMPULAN..........................................................................................................................13
B SARAN........................................................................................................................................13
Daftar pustaka...................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A RASIONALISASI PENTINGNYA CJR


Mengritik jurnal(Critical Journal Review) merupakan kegiatan mengulas jurnal agar dapat
mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam jurnal tersebut.Tugas CJR ini sangat
penting karena dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan mengevaluasi
pembahasan yang disajikan oleh peneliti.
Pada tugas ini , penulis membahas tentang kelebihan jurnal yang meliputi,segi kata ,tata
bahasa,sistematika penulisan dan lain sebagainnya.Selain itu penulis juga mebahas mengenai
kelebihan dan kekurangan jurnal yang diriview.

B TUJUAN PENULISAN CJR


Tujuan penulisan cjr ini yaitu untuk memenuhi salah satu kewajiban mata kuliah yaitu
kepemimpinan .Untuk menambah wawassan pembaca mengenai cara kepemimpinan untuk
mahasiswa maupun masyarakat umum, dan untuk melatih cara kepemimpinan dan
menambah pengetahuan mahasiswa .

C MANFAAT CJR
1 untuk memenuhi kewajiban tugas matakuliah kepemimpinan
2 untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang kepemimpinan
3 untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 jurnal utama

1 Judul artikel : Kearifan lokal dalam institusi publik: studi gaya


kepemimpinan jawa hastabrata pada sekolah menengah
di kabupaten jember
2 Nama jurnal : Indonesian journal of humanities
3 Edisi terbit : Vol 4 no 2, desember 2014
4 Pengarang : Asri sundari
arikel
5 Penerbit : Indonesian journal of humanities
6 ISSN : 2088-3307.
7 Alamat situs : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/LIT/article/view/6270

2 jurnal pembanding

1 Judul artikel : Kearifan lokal budaya jawa sebagai basis model


kepemimpinan yang efektif
2 Nama jurnal : Jurnal universitas jenderal soedirman
3 Pengarang : Zuhdan A Hudaya, Sigit WD Nugroho
artikel
4 penerbit : Universitas jenderal soedirman
5 Alamat situs : http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/view/
222
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.1 RINGKASAN JURNAL UTAMA


Dalam kerangka keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas manejerial oeganisasi tentu saja
ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya faktor kepemimpinan. Setiap organisasi
memerlukan dan pasti memiliki seorang pemimpin yang harus menjalankan fungsi
kepemimpinan atau manager bagi keseluruhan aktivitas organisasi. Mengingat peran penting
seorang pemimpin, pengembang tanggung jawab tugas dan jabatan ini tentu harus senantiasa
berusaha mengelola segenap sumber daya yang ada guna terlaksananya tugas pokok secara
efektif, efisien, dan berhasil. Salah satunya di dalam dunia pendidikan.
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam proses kegiatan pendidikan, guru merupakan
kelompok profesional yang penting dalam proses belajar di sekolah. Karena itu, tidak dapat
dipungkiri bahwa aktivitas guru di sekolah sangat menentukan keefektifan proses belajar
mengajar dan pencapaian pendidikan di sekolah (Masyud Sultan 2012:4). Apabila guru
memiliki dedikasi dan semangat kerja yang tinggi serta terlibat secara penuh dalam proses
belajar mengajar di sekolah, dapat dipastikan tujuan pendidikan di sekolah tersebut akan
dapat dicapai secara efektif dan berkualitas. Sebaliknya, jika guru kurang semangat, tidak
kreatif, dan kurang fokus dalam melakukan tugasnya di sekolah, pencapaian tujuan sekolah
tersebut kurang optimal. Meskipun demikian, optimalisasi kinerja guru selain didorong oleh
kesadaran pribadi tentu saja akan sangat tergantung kepada pemimpin, dalam hal ini kepala
sekolah.
Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi organisasi di sekolah. Pola kepemimpinannya
sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. sebagai kepala sekolah,
tugas pokoknya adalah memimpin dan mengelola segala aspek yang ada di sekolah, meliputi
pengelolaan kesiswaan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sarana, prasarana, fasilitas,
pengelolaan SDM, dan pengelolaan kekuasaan yang bermuara pada pencapaian tujuan
sekolah. Berdasarkan pada Peraturan Menteri nomor 28 tahun 2010 tersebut di atas, jelas
bahwa tugas/peran kepala sekolah yakni sebagai pemimpin tertinggi lembaga sekolah dan
pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan
sekolah. Namun kenyataan di lapangan jika dicermati dengan baik, menunjukkan bahwa
peran penting kepala sekolah nampaknya belum diimbangi dengan kemampuan profesional
yang memadai. Dalam kondisi seperti ini, kepala sekolah cenderung tampil sebagai penata
laksana sekolah daripada sebagai pemimpin yang menahkodai sekolah sebagai lembaga yang
bermisi menjemput masa depan (Joni, 1998 dalam Muliati).
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu sekolah menengah di Jember memang sudah
banyak dilakukan, baik oleh pemerintah melalui berbagai regulasi yang diterbitkan
maupunpenyelenggaraan pelatihan kepala sekolah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Akan
tetapi masih saja ada permasalahan yang terjadi antara lain: kepala sekolah melakukan
pelanggaran penggunaan wewenang melakukan pungutan sekolah,atau mendesain nilai dalam
pelaksanaan ujian nasional agar menguntungkan nilai siswanya. Fakta-fakta tersebut
setidaknya merupakan serangkaian bukti bahwa peristiwa tersebut menjadi tanggung jawab
kepala sekolah. Jika selama ini dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah sudah mengacu
pada Peraturan Menteri nomor 28 tahun 2010 namun belum membuahkan kinerja yang baik
tentu ada masalah di balik capaian tersebut. Sebaliknya, ternyata ada beberapa sekolah di
Kabupaten Jember yang sudah mengacu pada Peraturan Menteri No. 28 tahun 2010, kepala
sekolah tampak membuahkan kinerja. Setelah penulis teliti ternyata, kepala sekolah tersebut
di samping menerapkan kepemimpinan legal formal dalam Peraturan Menteri No 28 tahun
2010, mereka juga menerapkan kepemimpinan kearifan lokal dalam kepemimpinan Jawa
hastabrata, yaitu konsep 8 elemen alam.

2.2 RINGKASAN JURNAL PEMBANDING

Budaya Jawa dari zaman dahulu terkenal sebagai budaya adiluhung yang menyimpan banyak
nilai yang sangat luhur mulai dari etika dan sopan santun di dalam rumah sampai sopan
santun di ranah publik. Bagaimana mengeluarkan pendapat, berbicara kepada orang tua,
berpakaian, makan, memperlakukan orang lain dan sebagainya semuanya telah ada dalam
budaya Jawa. Bahasa dijadikan sebagai alat untuk memahami budaya, baik yang sekarang
ada maupun yang telah diawetkan dan yang akan datang (dengan cara mewariskannya).
Tanpa bahasa tidak akan ada budaya. Setiap masyarakat budaya mempertahankan konsepnya
melalui nilai budaya dan sistem budaya dengan mempertahankan fungsi, satuan, batas,
bentuk, lingkungan, hubungan, proses, masukan, keluaran, dan pertukaran (Purwadi, 2012)
Menurut Sartini (2009), salah satu wujud kearifan lokal yang banyak dikenal adalah
peribahasa. Peribahasa adalah perkataan atau pernyataan yang dikenal luas dan sering
dipakai. Mentransformasikan nilai, pemikiran atau ajaran di masa lalu untukditarik ke masa
kini, memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Ketika menjadi pemimpin, Sikap dan
pandangan dari seorang pemimpin harus dapat hamangku, hamengku, hamengkoni.
Hamangku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus berani bertanggung jawab
terhadap kewajibannya, hamengku diartikan sebagai sikap dan pandangan yang harus berani
ngrengkuh (mengaku) sebagai kewajibannya dan hamengkoni dalam arti selalu bersikap
berani melindungi dalam segala situasi. Berdasarkan pandangan di atas, seorang pemimpin
akan semakin berwibawa dandapat menyelesaikan segala persoalan tanpa menimbulkan
persoalan baru. Karena kewibaannya itulah seorang pemimpin memiliki kekuatan sehingga
akan berani nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, artinya segala persoalan dapat
diselesaikan sendiri dengan baik tanpa harus merendahkan martabat orang lain yang
bermasalah dengan dirinya. Karena kewibaan itu pulalah. Seorang pemimpin harus selalu
bersikap dermawan kepada orang lain yang kekurangan.
Kepemimpinan merupakan hasil budidaya masyarakatnya (Koentjaraningrat, 2000). Hasta
Brata merupakan watak atau sifat utama yang diambil dari sifat alam. Hasta mempunyai arti
delapan sedangkan Brata mempunyai arti laku. Dapat diartikan juga bahwa Hasta Brata
adalah delapan laku, watak atau sifat utama yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh
seorang pemimpin atau siapa saja yang terpilih menjadi pemimpin (Yasasusastra, 2011).
Berdasarkan konsep tersebut maka seorang pemimpin harus memiliki delapan sifat alam
yaitu :
1. Bumi
Sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan semua kebutuhan dasar makhluk hidup.
Bumi merupakan tempat yang kokoh dan senantiasa memberi pada semua makhluk.
Seperti bumi, pemimpin harus mampu untuk memberi dan kokoh. Memberi tanpa pamrih
pada masyarakat yang ia ayomi dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan.
2. Matahari
Lewat cahaya matahari makhluk di bumi mampu hidup dan beraktivitas. Senantiasa
mendapat energi dari matahari, memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan
berkembang. Pemimpin memberi energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap tindak
keputusan.
3. Api
Api memiliki hukum yang jelas, ia membakar apa saja yang menyentuhnya. Walaupun
bersifat merusak, ia merupakan unsur alam paling adil di antara yang lain. Sifat api yang
spontan namun stabil mencerminkan keberanian dan keyakinan kuat. Berani dan yakin
untuk ‘menghancurkan’ masalah-masalah yang timbul di kemudian hari. Selain itu, sifat
api yang muncul ketika menghadapi masalah juga merepresentasikan ketegasan dalam
pengelolaan serta keberanian mengambil keputusan.
4. Samudra
Hilir untuk semua sungai. Padahal tidak semua sungai membawa air yang bersih.
Walaupun begitu, samudra menerima air dari sungai manapun, entah itu kotor atau bersih.
Seperti samudra, pemimpin adalah sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas.
Menerima pendapat dari sekitar sebagai tanda respek seorang pemimpin pada orang lain.
Samudra juga mengolah semua konten air sungai di kedalaman airnya. Begitu juga dengan
pemimpin. Ia tidak menelan mentah-mentah masukan yang datang. Dengan memikirkan
baik-baik semua pendapat yang ada, pemimpin mampu mendapatkan pengetahuan baru
dari sekitarnya.
5. Langit
Berbeda dengan horison atau kaki langit, karena horison hanya ilusi optik dari keterbatasan
organ sensoris manusia. Langit merupakan sebenar-benarnya atap bagi bumi. Langit
adalah cakrawala. Ia adalah simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Sosok yang
menyimbolkan langit memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat
diajarkan pada orang lain.
6. Angin
Angin dapat berhembus di mana saja. Ia terbentuk ketika ada perbedaan tekanan udara.
Pemimpin yaitu seseorang keberadaan dan pengaruhnya bisa dirasakan oleh sekitarnya.
Keberadaan pemimpin bukan sebagai simpol dari kekuasaan. Ia adalah orang yang terjun
menghadapi masalah dan peduli pada kondisi yang dihadapi.
7. Bulan
Bulan hanya bisa dipandang di malam hari. Ketika memandang bulan, ada rasa damai
dalam gelap. Pemimpin harus menjadi sosok yang memberikan kedamaian pada
sekitarnya. Rasa damai yang nyaman dan membuat hati gembira.Juga memberikan
harapan pada sekitar ketika semua kondisi memberikan keputusasaan.
8. Bintang Satu unsur alam paling indah yang dapat dilihat ketika malam. Tidak hanya indah,
ia memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Pemimpin menjadi
pengarah dan pedoman bagi lingkungannya. Menjadi inspirasi bagi yang lain
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS

3.1 PEMBAHASAN ISI JURNAL


Jurnal utama membahas mengenai Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya
Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember. Yang
dimana setelah di observasi menerapkan konsep kepemimpinan jawa hastabrata dapat
menanamkan nilai keluhuran, nilai moral, dan nilai budi pekerti. Dan juga konsep kearifan
lokal kepemimpinan hastabrata ini mengajarkan tentang bagaimana konsep memimpin yang
benar.
Setelah itu, konsep kearifan lokal kepemimpinan jawa hastabrata ini bisa diterapkan juga oleh
kepala sekolah yang bukan hanya berpacu pada peraturan menteri pendidikan no 28 tahun
2010 yang tidak membuahkan hasil kinerja. Tetapi dibalik itu semua ada beberapa sekolah
yang membuahkan sebuah kinerja yang baik selain berpacu pada peraturan menteri
pendidikan no 28 tahun 2010. Dan setelah diteliti sekolah-sekolah tersebut mengikuti gaya
kepemimpinan jawa hastabrata ini. Hal ini dapat dilihat pada saat penulis melakukan
penelitian ke kabupaten jember dan mendatangi satu sekolah bernama SMA NEGERI 1
PARKUSARI yang dimana sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang mengikuti gaya
kepemimpinan hastabrata. Hal ini dapat dilihat dari para siswa disana yang realitanya mereka
tidak pernah terdengar ikut tawuran atau coret-coret baju setelah ujian kelulusan. Hal tersebut
dapat terlaksana karena kepemimpinan kepala sekolah yang membuat peraturan bahwa baju
sekolah harus dikumpilkan pada hari kelulusan. Dari fakta tersebut dapat dilihat bahwa
kepala sekolah yang menerapkan konsep hastabrata ini dapat membuahkan kinerja bagi
sekolahnya juga dapat menjalin hubungan baik kepada warga sekolah
Jurnal pembanding yang berjudul kearifan lokal budaya jawa sebagai basis model
kepemimpinan yang efektif. Kearifan lokal budaya jawa tentang kepemimpinan hastabrata ini
memberikan pandangan baru dalam kepemimpinan baik secara internal maupun eksternal.
Dengan mengkombinasikan konsep hartabrata dan gaya kepemimpinan modern maka bisa
membuat konsep kepemimmpinan yang bersifat dinamis dan efektif. Dari pembahasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep hastabrata ini merupakan konsep kepemimpinan
yang mempunyai kualitas dan lebih akurat
3.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGA JURNAL

A Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Utama


 Kelebihan jurnal utama

1 pada jurnal tersebut dibuat hasil penelitian penulis sehingga pembaca dapat
melihat penulisan tersebut bukan hanya sekedar tulisan belaka
2 jurnal tersebut tersusun secara sistematis dan bahasanya mudah dipahami
3 jurnal tersebut juga memiliki kesimpulan yang menarik
 Kelemahan jurnal utama

1 pada jurnal tidak terdapat metode penelitian yang digunakan oleh si penulis
2 pada aspek penulisan jurnal, terdapat beberapa kalimat yang terpisah-pisah
sehingga penulis agak sulit membaca jurnal

B Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal Pembanding

 Kelebihan jurnal pembanding


1 sistematika penyusunan konsep materi jurnal pembanding sangat
baik sehingga pembaca mudah memahami isi jurnal
2 jurnal ini memiliki banyak referensi di daftar pustaka sehingga
jurnal menyajikan informasi yang akurat
3 dari segi bahasa jurnal sudah menggunakan EYD yang baik

 Kelemahan jurnal pembanding

1 jurnal hanya mencatumkan informasi-informasi tetapi tidak


mencatumkan metode penelitian
2 pada aspek penulisan jurnal, ada beberapa kalimat yang
menggunakan bahasa daerah tetapi tidak mempunyai arti
BAB IV
PENUTUP

A KESIMPULAN
Konsep kepemimpinan hastabrata ini dapat dijadikan pandangan dalam sebuah konsep
kepemimpinan. Kepemimpinan hastabrata ini memberikan filosofis terhadap cara
kepemimpinan yang bersifat dinamis.dalam dunia pendidikan kepala sekolah bisa mengikuti
konsep hastabrata ini supaya menjadi landasan agar dapat menciptakan dan menanamkan
nilai-nilai keluhuran, nilai moral, dan budi pekerti di sekolah. eksistensi konsep hastabrata ini
dalam kepemimpinan dapat dikombinasikan dengan konsep kepemimpinan modern agar
dapat terus berkembang dan memnuculkan konsep baru yang jauh lebih efektif

B SARAN
Penulis diharapkan memperbaiki jurnal dari segi penulisan kata-kata sampai bahasa yang
kurang jelas. Metode penelitian yang tidak dicantumkan didalam jurnal hendaknya
dicantumkan. Dan dari segi penelitian yang dilakukan jurnal utama dan jurnal pembanding
diharapkan dapat diperluas supaya lebih maksimal lagi hasil yang didapatkan. Bagi pembaca
jurnal ini cocock untuk dijadikan referensi dalam mencari konsep kepemimpinan
DAFTAR PUSTAKA

Asri sundari (2014) . Kearifan Lokal dalam Institusi Publik: Studi Gaya
Kepemimpinan Jawa Hastabrata pada Sekolah Menengah di Kabupaten Jember.
Indonesian journal of humanities, vol. 4 no. 2 tahun 2014

Zuhdan A. Hudaya, Sigit W. D. Nugroho. KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA


SEBAGAI BASIS MODEL KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF. Jurnal universitas
Jenderal soedirman, vol. 3 no. 1 tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai