Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL REPORT

MK. PROFESI PENDIDIKAN


PRODI S1. PENDIDIKAN SENI RUPA

Skor Nilai:

NAMA MAHASISWA : HENRI JOKO LUMBAN GAOL


NIM : 2213151020
KELAS : SENI RUPA B 21
DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA MASRI PERANGIN-ANG
IN,S.Pd. M.Pd.
MATA KULIAH : PROFESI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
dalam menyelesaikan Critical Journal Review (CJR), adapun tugas ini dikerjakan
untuk memenuhi mata kuliah Profesi Pendidkan. Saya telah menyusun CJR ini
dengan sebaik-baiknya tetapi mungkin masih ada kekurangan-kekurangan untuk
mencapai kesempurnaan. Kami selaku penulis menerima berbagai kritik yang
sifatnya membangun agar CJR ini menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, saya berharap semoga CJR ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga CJR ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.

Medan, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. RASIONALISASI CJR.......................................................................................
B. TUJUAN CJR......................................................................................................
C. MANFAAT CJR..................................................................................................
D. IDENTITAS CJR................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ISI JURNAL...................................................................
A. JURNAL UTAMA..............................................................................................
B. JURNAL PEMBANDING SATU ......................................................................
C. JURNAL PEMBANDING DUA ……………………………………………..
BAB III KEKURANGAN DAN KELEBIHAN......................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR


Disaat kita membutuhkan sebuah referensi, yaitu jurnal sebagai sumber bacaan
kita selain buku dalam mempelajari mata kuliah startegi pembelajaran, sebaiknya
kita terlebih dahulu mengkritisi jurnal tersebut agar kita mengetahui journal mana
yang lebih relevan untuk dijadikan sumber bacaan. Dan melatih diri untuk berpikir
kritis.

1.2 Tujuan Penulisan CJR


1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Strategi Pembelajaran, Mencari dan
menemukan kekurangan dari jurnal yang diidentifikasi. memberi masukan
kepada jurnal tersebut. Dan menjadikannya menjadi lebih baik untuk
kedepannya.
2. Menilai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing jurnal yang di
Review.
3. Untuk media pembelajaran bagi mahasiswa dan dapat menambah wawasan
mahasiswa.

1.3 Manfaat CJR


1. Memahami secara mendalam isi jurnal yang dikeritik sehingga tidak mudah
lupa dan dapat sebagai bahan diskusi.
2. Menambah pengetahuan dari jurnal yang dikeritik serta mengasah
keterampilan menulis.
3. Memahami bagaimana cara membuat Criticak Jurnal Review dan
membandingkan jurnal dengan benar.
1.4 Identitas Jurnal
a. Jurnal Utama
Judul Artikel Pengembangan profesi guru dalam
meningkatkan kinerja guru

Nama Journal Jurnal Pendidikan Manajemen


Perkantoran

Edisi terbit -

Pengarang Artikel Ayu Dwi Kesuma Putri1, Nani


Imaniyati2*

Penerbit IP Manper

Kota terbit No. 229 Bandung, Jawa Barat Indonesia

Nomor ISSN 2656-4734

Alamat Situs ejournal.upi.edu

b. Jurnal kedua
Judul Artikel PENGARUH PROFESIONALISME GURU
DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA GURU EKONOMI

Nama Journal -

Edisi terbit No.1 (2015)

Pengarang Artikel Tiara Anggia Dewi

Penerbit Universitas Muhammadiyah Metro

Kota terbit Malang

Nomor ISSN 2442-9449

Alamat Situs -
c. Jurnal ketiga
Judul Artikel PERAN GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM MENGATASI
KECENDERUNGAN PERILAKU
AGRESIF PESERTA DIDIK DI SMKN
2

Nama Journal -

Edisi terbit Nopember 2015

Pengarang Artikel Andi Riswandi Buana Putra

Penerbit Universitas Muria Kudus

Kota terbit PALANGKA RAYA

Nomor ISSN 2460-1187

Alamat Situs -
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. JURNAL UTAMA
a. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik untuk kualitas guru dan
pendidikan guru memiliki kebijakan mendorong dan akreditasi lembaga di
Amerika Serikat untuk mengadakan program persiapan guru (TPPs) bertanggung
jawab untuk efektivitas lulusan mereka (Kevin C. Bastian, 2016). Pendidikan
adalah mungkin salah satu kegiatan sosial yang paling penting dal am kehidupan
manusia. Guru dan pendidik memainkan peran penting dalam mendukung dan
memotivasi siswa. Mereka harus selalu memperbaiki diri untuk menjadi visioner
dan baik-bulat di bidang yang mereka ajarkan. Mereka harus disiplin di tempat
kerja (Ninlawan, 2015). Dikarenakan, tujuan utama dari pembelajaran adalah
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi pekerja yang sukses di dunia kerja
(Finch, R, & Crunkilton, 1999).
Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan
penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan
yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih
tergolong relatif rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya
kualitas pendidikan.
Salah satu upaya dalam pengembangan profesi guru dengan cara peningkatan
dan pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui proses pembelajaran.
Pengembangan profesional guru dipelajari dan disajikan dalam sastra relevan di
banyak berbeda cara. Tapi selalu merupakan inti dari upaya tersebut adalah
memahami bahwa pengembangan profesional adalah tentang guru belajar, belajar
cara belajar, dan mengubah pengetahuan mereka praktek untuk kepentingan siswa
mereka (Avalos, 2011). Pada prinsipnya, dapat dikatakan bahwa tujuan utama
dari pendidikan, secara umum, pencapaian persiapan optimal profesional masa
depan.
Mengingat pentingnya kinerja guru dalam pendidikan, maka diperlukan upaya
untuk meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan teori perilaku dari Luthans
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi kinerja guru tersebut diantaranya adalah faktor
pengembangan profesi guru, faktor tersebut yang dijadikan kajian dari penelitian
ini.

b. Deskripsi isi
Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka
menyesuaikan kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan
pengajaran. Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan
pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan
akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi
(Soewarni, 2004). Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan
kualitas kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan
kompetensi profesional (Ana-Maria Petrescu, 2015).
Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi
proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya (Zainal
& Elham, 2007). Pengembangan profesi merupakan peningkatan-peningkatan
pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana profesi (Hani,
2001, hal. 123). Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti
halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Pengembangan profesi guru
merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan
dan besarnya tuntutan terhadap profesi guru yang utamanya ditekankan pada
penguasaan ilmu pengetahuan (Ondi & Aris, 2010) Pengembangan profesional
dapat didefinisikan sebagai proses karir panjang di mana pendidik
menyempurnakan mengajar mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa (Maggioli,
2004).
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah berdasarkan pendapat
dari Abdul Majid (2011, hlm. 8) mengungkapkan terdapat beberapa indikator
pengembangan profesi guru yaitu : (1) Mengikuti informasi perkembangan IPTEK
yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) Mengembangkan
berbagai model pembelajaran, (3) Menulis karya ilmiah, (4) Membuat alat
peraga/media, (5) Mengikuti pendidikan kualifikasi, (6) Mengikuti kegiatan
pengembangan kurikulum.
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting
dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam
suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh
kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh
karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru)
menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnyakualitas
pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses
maupun hasilnya.

Kinerja Guru
Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas
sebagai guru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain,
Ahmedy, & Haider, 2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian
kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli,
Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti produktivitas dan output karyawan
sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja pada akhirnya akan
mempengaruhi efektivitas organisasi (Hameed & Waheed, 2011). Kinerja yang
baik mencerminkan kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya mereka
mengarah pada pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan
atau organisasi (Muda, Rafiki, & Harahap, 2014).
Kinerja guru adalah segala hasil dari usaha guru dalam mengantarkan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, yang meliputi seluruh
kegiatan yang menyangkut tugasnya sebagai guru. Tugas profesional seorang
guru mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru
dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat
dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil
pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan
hasil kerja yang diperoleh oleh seorang guru.
Penilitian ini menitikberatkan terhadap penilaian kirerja guru yang
dipengaruhi oleh faktor, yaitu pengembangan profesi guru. Terdapat beberapa
indikator yang mengukur kinerja guru, yaitu : Penyusunan program belajar,
Pelaksanaan program pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi,
Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Kinerja atau prestasi kerja adalah salah
satu variabel dependen yang paling penting dan telah dipelajari selama satu
dekade panjang (Jankingthong & Rurkkhum, 2012), selama dekade tersebut juga
telah dilakukan penelitian empiris, meskipun pengamatan mengenai kinerja guru
tersedia relatif sedikit (Dee & Wyckoff, 2013). Penelitian mengenai kinerja sangat
menarik dilakukan karena mencapai tingkat tinggi kinerja karyawan dianggap
tujuan umum bagi banyak organisasi (Yvonne, Rahman, & Long, 2014).

B. JURNAL PEMBANDING SATU


a. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan agenda besar pendidikan di
Indonesia. Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tentu tidak
terlepas dari peranan berbagai pihak, salah satunya adalah peran tenaga
kependidikan. Hamalik (2003 : 9) tenaga kependidikan merupakan suatu
komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang kependidikan Dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas
guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan
peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting
bagi peningkatan mutu pendidikan adalah apabila pelaksanaan proses belajar
mengajar dilakukan oleh pendidik-pendidik yang dapat diandalkan
keprofesionalannya.
Agus F. Tamyong dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun
2005 menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Luthans (2008: 158) mengemukakan bahwa “Motivation is a process that
starts with a physiological or psychological deficiency or need that activates a
behavior or a drive that is aimed at a goal or incentive”. Guru yang memiliki
motivasi tinggi akan memandang berbagai kekurangan yang ada di sekolah
sebagai tantangan. Ia akan berusaha sedapat mungkin untuk mengatasi
kekurangan itu. Dengan adanya perhatian yang baik terhadap guru, akan dapat
menimbulkan motivasi para guru untuk berbuat yang terbaik dalam melakukan
tugas sehingga menumbuhkan komitmen dalam melakukan pekerjaan yang
berkualitas dan bertanggung jawab demi kemajuan organisasi.
Kinerja seorang guru dikatakan baik apabila guru tersebut mampu menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kreatif dalam penyampaian pembelajaran,
mampu menunjukkan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, disiplin dalam
pekerjaan, melakukan kerjasama dengan semua warga sekolah, serta memiliki
kepribadian yang menjadi panutan bagi siswa.

b. Deskripsi isi
Komarudin (2000 : 205) mengemukakan bahwa profesional berasal dari
bahasa latin yaitu “profesia”, pekerjaan, keahlian, jabatan, jabatan guru besar.
Seorang yang melibatkan diri dalam salah satu keahlian yang harus dipelajari
dengan khusus. Jarvis dalam Sagala (2006:198) profesional dapat diartikan bahwa
seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai ahli (expert) apabila dia
secara spesifik memperolehnya dari belajar.
Hakikat guru profesional adalah guru yang mampu memberikan pelayanan
yang terbaik bagi para siswanya dengan kemampuan khusus yang dimilikinya,
sehingga siswa dapat menerima dan memahami penyampaian materi yang
diberikan. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan teknis
edukatif dalam melaksanakan tugasnya, tetapi juga harus memiliki karakter yang
dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa, keluarga, dan
masyarakat.
Mulyasa (2008:75) kompetensi yang harus dimiliki guru dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang
dimilikinya.
b. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
c. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
d. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
Kemampuan sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.

Hakikat Motivasi Kerja


Motivasi kerja seorang guru adalah keadaan yang membuat guru mempunyai
kemauan atau keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan
tugastugas keguruan. Motivasi kerja guru akan memberikan kekuatan untuk
melaksanakan aktivitas pekerjaan sehingga menyebabkan seorang guru
mengetahui adanya tujuan yang relevan antara tujuan organisasi dengan tujuan
pribadinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran-
sasaran dalam organisasi sekolah akan tercapai apabila semua komponen
organisasi termasuk guru memiliki motivasi yang tinggi secara optimal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru menurut Roth
et al (2007) yaitu:
a. Motivasi ekstrinsik yang meliputi:
1) Penghargaan atas usaha dan prestasi guru
2) Kepuasan terhadap cara mengajar
3) Pengamatan Kepala Sekolah terhadap pekerjaan guru
b. Motivasi intrinsik yang meliputi:
1) Cara mengajar yang menyenangkan
2) Hubungan dengan orang tua siswa yang harmonis
3) Hubungan dengan siswa yang harmonis

Hakikat Kinerja Guru


Kinerja merupakan terjemah dari bahasa inggris work performance atau job
performance atau performance saja. Dalam kamus besar bahasa indonesia
“Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dalam kemampuan
kerja” (Depdiknas, 2003). Kinerja sangat berkaitan dengan hasil kerja. Hasibuan
(2003:94) menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Ivor K. Davies (1987:35) mengatakan bahwa seorang mempunyai empat
fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.
b. Mengorganisasikan Yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan
belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis mungkin.
c. Memimpin Yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong,
dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan
belajar.
d. Mengawasi Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya
dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam
mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan,
maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukunya
mengubah tujuan.
Pada tingkatan institusional dan instruksional guru berada di lapisan terdepan
yang berhadapan langsung dengan peserta didik dan masyarakat. Guru sebagai
sebuah profesi yang akan mengantarkan anak-anak penerus bangsa untuk
mencapai keberhasilan memiliki peran dan fungsi yang akan semakin kompleks di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru membutuhkan
penanganan yang lebih serius. Profesi guru menuntut adanya kesadaran dan
tanggung jawab yang lebih kuat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai
guru.
JURNAL PEMBANDING DUA
a. Pendahuluan
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam
keseluruhan program pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian
bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang seyogyanya dilakukan
oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah tersebut. Bimbingan dapat
diartikan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman
diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Bimbingan tidak
hanya diberikan kepada peserta didik yang bermasalah saja, akan tetapi setiap
peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan dari guru bimbingan
dan konseling.
Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi
anak remaja. Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi
interaksi antara remaja dengan pendidikan. Interaksi yang mereka lakukan
disekolah sering kali menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi
perkembangan mental anak remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan
sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau
lingkungannya. Seiring dengan perubahan yang dialami remaja mereka cenderung
menonjolkan perilaku yang tidak stabil. Berbagai bentuk permasalahan peserta
didik di sekolah berupa perilaku agresif baik agresif fisik dan verbal.
Agresif verbal seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat, sedangkan
untuk perilaku agresif non verbal atau bersifat fisik langsung seperti memukul,
mencubit, menendang, mendorong, ataupun menjambak. Untuk mengatasi
perilaku tersebut maka peran guru BK sangatlah penting di sekolah. Berdasarkan
fenomena diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kecendrungan
Perilaku Agresif Peserta Didik.

b. Deskripsi isi
Peran Guru Bimbingan dan Konseling
Tugas guru bimbingan dan konseling /konselor terkait dengan pengembangan
diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, potensi bakat, minat dan kepribadian
siswa disekolah. Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan
dan konseling atau konselor yang ditemukan oleh Salahudin (2010: 206 ) antara
lain:
a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan
sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelengara maupun aktivitas-aktivitas
lainya.
b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karirserta semua jenis layanan termasuk kegian
pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan
termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.
e. Menyelengarakan bimbingan terhadap siswa, baik yang bersifat preventif,
perservatif maupun yang bersisifat korektif atau kuratif.
f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau konselor yang
membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, sebaliknya dihargai
sebagai bonus. Dapat disimpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling
sangat diperlukan keberadaannya sebagai penunjang proses belejar dan termasuk
penyesuaian diri siswa, tugas guru BK merupakan tugas yang sangat berat, oleh
karena itu untuk melaksanakannya diperlukan adanya sikap profesional dari guru
BK.

Perilaku Agresif
Istilah agresi sering kali disama artikan dengan agresif. Agresif adalah kata
sifat dari agresi. Istilah agresif sering kali digunakan secara luas untuk
menerangkan sejumlah besar tingkah laku yang dimiliki dasar motivasional yang
berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat
disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya.
Agresif menurut Baron (dalam Kulsum, 2014:241) adalah “Tingkah laku yang
dijalankan oleh individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain”.
Selanjutnya menurut Baron dan Byrne (dalam Nurtjahyo dan Matulessy, 2013 :
226) dalam perilaku agresi terdapat empat faktor yang mendukung definisi
perilaku agresif diantaranya :
a. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban
b. Tingkah laku individu pelaku
c.Tujuan untuk melukai dan mencelakakan (termasuk membunuh atau
mematikan)
d. Ketidak inginan korban untuk menerima perilaku pelaku.
Penjelasan-penjelasan pengertian perilaku agresif yang telah diuraikan oleh
beberapa ahli tersebut pada akhirnya dapat memberikan pemahaman tersendiri,
yakni perilaku agresif adalah suatu tindakan sengaja dengan maksud menyerang
yang dapat menyakiti seseorang baik itu fisik maupun mental.
Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan,
mempengaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, seperti faktor biologis,
temperamen yang sulit, pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba,
pengaruh tayangan kekerasan, dan lain sebagainya.

Mengatasi Tindakan Agresif


Menurut Koeswara (dalam Kulsum, 2014:278), cara atau teknik sebagai
langkah konkret yang dapat diambil untuk mencegah kemunculan atau
berkembangnya tingkah laku agresif adalah sebagai berikut: a. Penanaman moral
merupakan langkah yang paling tepat untuk mencegah kemunculan tingkah laku
agresi. b. Pengembangan tingkah laku nonagresi. Untuk mencegah
berkembangnya tingkah laku agresi, yang perlu dilakukan adalah
mengembangkan nilai-nilai yang mendukung perkembangan tingkah laku
nonagresi, dan menghapus atau setidaknya mengurangi nilainilai yang mendorong
perkembangan tingkah laku agresi. c. Pengembangan kemampuan memberikan
empati. Pencegahan tingkah laku agresi bisa dan perlu menyertakan
pengembangan kemampuan mencintai pada individu-individu.
Setiap individu berbeda cara dalam menentukan dirinya untuk menjauhi
perilaku agresif atau mendekati perilaku agresif. Proyeksi dari individu dalam
mengatasi situasi yang mengancam tersebut, masing-masing individu memiliki
sifat karakteristik bergantung dari proses belajar mereka. Jika orang tersebut
percaya bahwa mereka mampu mengendalikan hidup untuk tidak berperilaku
agresif maka dinamakan internal locus of control. Sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Rotter (dalam Hadi, 2012:88) menyatakan bahwa :
“Orangorang dengan internal locus of control percaya bahwa mereka bertanggung
jawab atas hasil-hasil dalam hidup mereka dan tidak ada yang bisa menahan
mereka selain diri mereka sendiri”. Selain itu, seseorang yang memiliki keyakinan
pada diri sendiri bahwa mereka mampu mengendalikan tindakan sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS
Di jurnal utama di jelaskan Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian
kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli,
Abdullah, & Yaakob, 2011), sedangkan di jurnal ke dua menurut Agus F.
Tamyong dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Dan di jurnal ke tiga lebih detail di sampaikan oleh
Salahudin (2010: 206 ) Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru
bimbingan dan konseling atau konselor antara lain:
a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan
sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelengara maupun aktivitas-aktivitas
lainya.
b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karirserta semua jenis layanan termasuk kegian
pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan
termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

b. Kelebihan & Kekurangan

 Berdasarkan Aspek Isi Jurnal


Di jurnal utama penjelasan sangat bagus dan jelas akan tetapi terdapat
kekurangan seperti kerapihan paragraf. Di jurnal Pembanding Pertama
dalam jurnal ini juga sangat bagus dalam pemaparan materi serta adanya
penyertaan tokoh dan kekurangan di jurnal pembanding pertama yaitu
kurangnya contoh-contoh yang di berikan. Di jurnal pembanding kedua
dalam jurnal ini penjelasan tentang keprofesian guru hanya di jelaskan
hanya secara umum dan lebih ke inti dari guru bimbingan konseling.
 Berdasarkan Aspek Tata Bahasa
Di dalam jurnal utama penggunaan bahasa di sini sangat bagus tetapi
seharusnya ada tanda kutip yang berisi penjelasan dengan bahasa yang
lebih sederhana agar lebih dapat di pahami oleh orang yang
pemahamannya kurang bagus. Dalam jurnal pembanding pertama aspek
bahasa di sini baik tidak terlalu rumit untuk di pahami. Dalam jurnal
pembanding kedua tata bahasa dalam jurnal ini menggunakan bahasa
yang sederhana karena jurnal ini mengenai prilaku seorang siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan profesi guru yang diukur melalui indikator Mengikuti
informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai
kegiatan ilmiah, Mengembangkan berbagai model pembelajaran, Menulis karya
ilmiah, Membuat alat peraga/media, Mengikuti pendidikan kualifikasi, Mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum berada pada kategori cukup efektif. Kinerja
guru yang yang diukur melalui indikator Penyusunan program belajar,
Pelaksanaan program pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi,
Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Kelima indikator tersebut berada pada
kategori cukup tinggi.

B. Saran

Guru di garapkan dapat untuk meningkatkan kompetensi pedagigik khususnya


pada aspek memahami wawasan atau landasan kependidikan. Memahami wawasan
atau landasan kependidikan mutlak di perlukan guru karena darisitu guru harus
memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanannya.
DAFTAR PUSTAKA

Imaniyati Nani. 2017. Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru:
IP Manper.

Dewi Anggia Tiara. 2015. PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI


KERJA TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI : Universitas Muhammadiyah Metro

Putra Andi. 2015. Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi kecendrungan
perilaku agresif peserta didik : Universitas Muria Kudus

Anda mungkin juga menyukai