Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA

Skor Nilai :

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN


ANALYSIS HIERARCHY PROCES

(Himawan Arif Sutanto, Indah Susilowati , Reni Daharti)

NAMA MAHASISWA : WINDA HUTAGALUNG

NIM : 2181111020

DOSEN PENGAMPU : ERLINDA SIMANUNGKALIT,M.Pd.

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTTAR INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat meyelesaikan Critical Jurnal Review ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Erlinda Simanungkalit, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan yang telah membimbing dan mengarahkan saya
dalam menyelesaikan laporan ini sehingga laporan ini terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan. Akhir kata saya
mengucapkan terima kasih.

Medan, 9Maret 2019

Winda Hutagalung

1
Daftar Isi

Kata pengantar--------------------------------------------------------------------------------------1

Daftar isi ---------------------------------------------------------------------------------------2

BAB I Pendahuluan--------------------------------------------------------------------------------3

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ------------------------------------------------------------3


B. Tujuan Penulisan CJR----------------------------------------------------------------------3
-------------------------------------------------------------------------------------------------
C. Manfaat --------------------------------------------------------------------------------------3
D. Identitas Jurnal ------------------------------------------------------------------------------4

BAB II Ringkasan Isi Jurnal---------------------------------------------------------------------5

Jurnal Utama ----------------------------------------------------------------------------------------8

Jurnal Pembanding I---------------------------------------------------------------------------------10

Jurnal Pembanding II--------------------------------------------------------------------------------11

BAB III Pembahasan------------------------------------------------------------------------------14

A. Pembahasan Isi Jurnal----------------------------------------------------------------------14


B. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal-------------------------------------------------------15

BAB IV Penutup------------------------------------------------------------------------------------16

A. Kesimpulan----------------------------------------------------------------------------------16
B. Saran------------------------------------------------------------------------------------------16

Daftar Pustaka -------------------------------------------------------------------------------------17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.

Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian


pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan
apa yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan; mengambil hasil
dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara singkat, jelas, dan
padat; serta menyimpulkan isi dari jurnal.

1.2 Tujuan Penulisan CJR


Adapun tujuan dari tugas yang saya buat ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan semester II jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan, Dosen Pengampu:
Dra. Erlinda Simanungkalit, M.Pd.
2. Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.
3. Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
4.   Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.
5. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam jurnal.

1.3 Manfaat CJR


Adapun manfaat dari tugas yang saya buat ini yaitu:
1. Untuk menambah wawasan tentang profesi kependidikan untuk meningkatkan kualitas
yang tidak pernah selesai.
2. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat
dalam suatu jurnal.
3. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.

3
1. 4 Identitas Artikel dan Journal yang Direview

A. Jurnal Utama

Judul Artikel : STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS
Nama Jurnal : Journal of Economics and Policy
Edisi Terbit : 2013
Pengarang Artikel : Himawan Arif Sutanto, Indah Susilowati , Reni Daharti
Penerbit : JEJAK
Kota Terbit : Semarang
Nomor ISSN : 1979-715X

B. Jurnal Pembanding Pertama

Judul Artikel : PENGEMBANGAN PROFESI GURU DALAM


MENINGKATKAN KINERJA GURU
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran
Edisi Terbit : 2017
Pengarang Artikel : Ayu Dwi Kesuma dan Nani Imaniyati
Penerbit :-
Kota Terbit : Bandung
Nomor ISSN :-

C. Jurnal Pembanding Kedua

Judul Artikel : To be a teacher ?


Nama Jurnal : FUTURE OF TEACHING PROFESSION
Edisi Terbit : 2012
Pengarang Artikel : Professor John MacBeath
Penerbit : Education International Reaserch Institute
Kota Terbit : Cambridge
Nomor ISSN :-

4
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.1 Jurnal Utama

A. Pendahuluan

Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, yang memerlukan suatu keahlian khusus.
Karena keahliannya bersifat khusus, guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
dalam kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan mutu pendidikan di suatu satuan
pendidikan. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini kedudukan
guru dalam proses pembelajaran di sekolah belum dapat digantikan oleh alat atau mesin
secanggih apapun. Keahlian khusus itu pula yang membedakan profesi guru dengan profesi yang
lainnya. Dimana “perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi yang lainnya terletak
dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan
kemampuan-kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar
tersebut tidak lain adalah kompetensi guru” (Saud, 2009: 44). Guru juga mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan
sertifikat pendidik. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru mendefinisikan
bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

B. Deskripsi Isi

Seorang guru sebagai seorang pendidik merupakan komponen penting dalam proses
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis profil guru SLTP Komwil 05
Kabupaten Tegal, (2) menganalisis prioritas kebijakan dalam meningkatkan kompetensi guru di
daerah penelitian, (3) menentukan strategi untuk meningkatkan kompetensi guru melalui
prioritas kebijakan yang dapat diterapkan di daerah penelitian. Respondennya adalah 33 guru
SLTP Komwil 05 Kabupaten Tegal. Mereka dipilih dengan menggunakan simple random
sampling. Selain itu 15 orang dipilih untuk menjadi keyperson. Statistik Deskriptif dan Analisis
Hierarchy Process digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru adalah moderat
dan guru memiliki kepribadian dan kompetensi sosial yang tinggi. Hal yang harus ditingkatkan
adalah kompetensi guru. Prioritas utama dalam meningkatkan kompetensi guru di Kabupaten
Tegal adalah (1) memilih moralitas calon guru 2) menyaring kualitas guru (3) mengirim guru
untuk mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan karakter mereka.

5
Populasi merupakan kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas-
kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Menurut Cooper (2010). populasi adalah kumpulan
individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas serta ciriciri yang telah ditetapkan, yang
memiliki suatu persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMPN
Komwil 05 Kabupaten Tegal yang telah lulus sertifikasi sebanyak 171. Sampel adalah sebagian
dari populasi yang memiliki karakteristik relatif sama yang dianggap dapat mewakili populasi di
tingkat kesalahan maksimum yang dapat ditoleransi (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini
terdiri dari sampel key person sebanyak 15 orang untuk menentukan strategi peningkatan
kompetensi dengan AHP dan responden Guru sebanyak 33 guru untuk menjawab tujuan
penelitian pertama dengan simpel random sampling terkuota. Untuk menganalisis data dalam
penelitian ini menggunakan Analisis Hierarchy Process (AHP).

Persepsi Guru SLTP Komwil 05 Kabupaten Tegal terhadap kompetensi Peadagogik


sebagaian besar (63,64%) menunjukkan sedang, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan persepsi Guru SLTP Komwil 05 Kabupaten Tegal terhadap kompetensi


Peadagogik sebagaian besar (63,64%) menunjukkan kategori sedang Hal ini menunjukkan
kompetensi guru pada aspek Peadagogik yang teridiri dari memahami peserta didik, merancang
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan mengembangankan
peserta didik di Kabupaten Tegal masih belum optimal sehingga perlu ditingkatkan lagi. Persepsi
Guru SLTP Komwil 05 Kabupaten Tegal terhadap kompetensi Kepribadian sebagaian besar
(66,67%) menunjukkan tinggi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Gambar 2
Persepsi Kompetensi Peadagogik Gambar 3. Kompetensi Kepribadian Berdasarkan persepsi
Guru SLTP Komwil 05 Kabupaten Tegal terhadap kompetensi Peadagogik sebagaian besar
(66,67%) menunjukkan kategori tinggi dan sedang sebesar 30,30%. Hal ini menunjukkan
kompetensi guru pada aspek kepribadian yang terdiri dari kepribadian yang mantap dan stabil,
kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa dan beraklak
muliah sudah cukup baik sehingga perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi agar tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai. Persepsi Kompetensi Profesional Guru SLTP Komwil 05
Kabupaten Tegal dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan hasil Analisis Hierarchi Process (AHP), prioritas utama dalam peningkatan
kompetensi guru di Kabupaten Tegal adalah (1) Melakukan penyaringan terhadap moral calon
guru. (2) melakukan penyaringan terhadap kualitas guru, (3) mengirimkan guru mengikuti
pelatihan membangun karakter. Untuk kompetensi guru di Kabupaten Tegal, maka perlu
dilakukan perbaikan sistem perekrutan guru SMP di Kabupaten Tegal terutama dari moral guru.

6
2.2 Jurnal Pembanding Pertama

A. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik untuk kualitas guru dan pendidikan guru
memiliki kebijakan mendorong dan akreditasi lembaga di Amerika Serikat untuk mengadakan
program persiapan guru (TPPs) bertanggung jawab untuk efektivitas lulusan mereka (Kevin C.
Bastian, 2016). Pendidikan adalah mungkin salah satu kegiatan sosial yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Guru dan pendidik memainkan peran penting dalam mendukung dan
memotivasi siswa. Mereka harus selalu memperbaiki diri untuk menjadi visioner dan baik-bulat
di bidang yang mereka ajarkan. Mereka harus disiplin di tempat kerja (Ninlawan, 2015).
Dikarenakan, tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi pekerja yang sukses di dunia kerja (Finch, R, & Crunkilton, 1999).

Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai
keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi
keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kualitas
guru di Indonesia masih tergolong relatif rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kualitas pendidikan. Maka dari itu, kinerja guru sangat diperhatikan, dan berusaha
untuk terus ditingkatkan (Markos & Sridevi, 2010).

Salah satu upaya dalam pengembangan profesi guru dengan cara peningkatan dan
pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui proses pembelajaran. Pengembangan
profesional guru dipelajari dan disajikan dalam sastra relevan di banyak berbeda cara. Tapi selalu
merupakan inti dari upaya tersebut adalah memahami bahwa pengembangan profesional adalah
tentang guru belajar, belajar cara belajar, dan mengubah pengetahuan mereka praktek untuk
kepentingan siswa mereka (Avalos, 2011). Pada prinsipnya, dapat dikatakan bahwa tujuan utama
dari pendidikan, secara umum, pencapaian persiapan optimal profesional masa depan.

Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji dari sosok seorang guru adalah aspek kinerja,
karena kinerja guru menurut merupakan input yang paling penting dalam penyelenggaraan
pendidikan (Nadeem & et.al, 2011). Akan tetapi berdasarkan Fakta menunjukkan kinerja guru
masih belum optimal. Belum optimalnya kinerja guru, hal tersebut ditunjukkan antara lain guru
tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengabaikan kelengkapan
administrasi guru, memberikan tugas tanpa adanya proses tatap muka, kurangnya bahan ajar
yang menarik penggunaan model dan metode yang monoton, dan evaluasi pembelajaran yang
belum optimal.

Mengingat pentingnya kinerja guru dalam pendidikan, maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan teori perilaku dari Luthans banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja guru. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kinerja guru tersebut

7
diantaranya adalah faktor pengembangan profesi guru, faktor tersebut yang dijadikan kajian dari
penelitian ini.

B. Deskripsi Isi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengembangan profesi


guru, untuk mengetahui gambaran tingkat kinerja guru, dan untuk mengetahui pengaruh
pengembangan profesi guru terhadap kinerja guru. Inti kajiannya difokuskan pada faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja guru, adapun faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah
pengembangan profaesi guru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan angket. Responden dalam
penelitian ini adalah guru tetap yayasan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandung
yang berjumlah 21 orang guru. Teknik analisis data menggunakan regresi sederhana. Hasil
penelitian ini menunjukkan: (1) ) pengembangan profesi guru berada dalam kategori cukup
efektif,dan kinerja guru berada pada kategori cukup tinggi; (2) pengembangan profesi guru
berpengaruh positif terhadap kinerja.

Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan,
teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan
profesionalisme tenaga kependidikan lainnya (Zainal & Elham, 2007). Pengembangan profesi
merupakan peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana profesi (Hani, 2001, hal. 123). Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti
halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting
untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan terhadap profesi guru
yang utamanya ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan (Ondi & Aris, 2010)
Pengembangan profesional dapat didefinisikan sebagai proses karir panjang di mana pendidik
menyempurnakan mengajar mereka untuk memenuhi kebutuhan siswa (Maggioli, 2004).

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah berdasarkan pendapat dari Abdul
Majid (2011, hlm. 8) mengungkapkan terdapat beberapa indikator pengembangan profesi guru
yaitu : (1) Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai
kegiatan ilmiah, (2) Mengembangkan berbagai model pembelajaran, (3) Menulis karya ilmiah,
(4) Membuat alat peraga/media, (5) Mengikuti pendidikan kualifikasi, (6) Mengikuti kegiatan
pengembangan kurikulum.

Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa.
Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa.
Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di
masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru)
menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnyakualitas pendidik akan
mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.

8
Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas sebagai
guru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain, Ahmedy, & Haider,
2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian kualitas, kuantitas, kerjasama,
kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli, Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti
produktivitas dan output karyawan sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja pada
akhirnya akan mempengaruhi efektivitas organisasi (Hameed & Waheed, 2011). Kinerja yang
baik mencerminkan kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya mereka mengarah pada
pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan atau organisasi (Muda, Rafiki, &
Harahap, 2014).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang
diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran,
dan hasil kerja yang diperoleh oleh seorang guru.

Metode dalam peneletian ini menggunakan metode survey. Metode ini dilakukan dengan
dengan mengumpulkan informasi faktual dengan menggunakan kuesioner sebagai alat.
responden dari penelitian ini adalah 21 orang guru tetap yayasan di salah satu SMK di Bandung.
Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Gambaran pengembangan profesi guru sebagaimana digambarkan pada tabel dan


diagram di atas menunjukan bahwa sebesar 53,10% dari keseluruhan responden yang diteliti,
menyatakan cukup efektif. Dengan demikian secara empirik diketahui bahwa efektivitas
pengembangan profesi guru adalah cukup efektif.

Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh gambaran bahwa efektivitas pengembangan


profesi guru di SMK Kencana Bandung berada pada kategori cukup efektif. Hal ini dibuktikan
dengan hasil perhitungan persentase frekuensi jawaban angket dari 21 responden yang
menunjukan hasil sebesar 53,1%. Sedangkan hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan dari
jawaban angket mengenai pengembangan profesi guru yang didalamnya terdapat indikator
mengenai pengembangan profesi guru dapat digambarkan pada diagram.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis di lapangan dapat diperoleh bahwa untuk skor
jawaban tertinggi ada pada indikator mengikuti informasi perkembangan IPTEK dengan skor
3,31, sedangkan skor jawaban terendah ada pada indikator menulis karya ilmiah dengan skor
3,17. Pada indikator mengikuti perkembangan IPTEK sebagai indikator dengan perolehan skor
tertinggi dari data tersebut dibuktikan dengan fakta lapangan. Artinya, guru selalu aktif dalam
mengikuti perkembangan IPTEK dalam mendukung proses kegiatan belajar.

Sementara itu, indikator menulis karya ilmiah sebagai indikator dengan perolehan skor
terendah yakni 3,17 mengandung arti bahwa kenyataan dilapangan telah ditemukan yakni tingkat

9
guru dalam menulis karya masih rendah. Selain itu, guru kurang memahami dan sudah jarang
dalam menulis karya ilmiah. Jika dilihat dari hasil pengolahan data mengenai gambaran
pengembangan profesi guru dinyatakan cukup efektif.

Berdasarkan teori para ahli dapat disimpulkan definisi pengembangan profesi guru adalah
kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk
meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan
lainnya. kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan
untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya. Sedangkan kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja
yang dilakukan oleh seorang guru. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kinerja guru, harus
didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Perhitungan hasil penelitian secara regresi sederhana antara pengembangan profesi guru
terhadap variabel kinerja guru maka di peroleh persamaan regresi Ŷ = 5,576 + 0,817. Persamaan
tersebut mengandung makna jika variabel pengembangan profesi guru efektif maka tingkat
kinerja guru tinggi. Dari model regresi yang di peroleh (a) sebesar 5,576 artinya arah regresi
positif menunjukan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat berjalan satu arah,
dimana setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas (pengembangan profesi guru) akan
diikuti dengan peningkatan/penurunan variabel terikatnya (Kinerja Guru).

Berdasarkan nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini variabel pengembangan


profesi guru terhadap kinerja guru sebagaimana ditujukan pada perhitungan diperoleh sebesar
21,6%. Artinya pengembangan profesi guru mempengaruhi kinerja guru sebesar 21,6%. Sisanya
sebesar 78,4% kinerja guru dipengaruhi oleh faktor lain.

Kinerja seseorang didasarkan pada pemahaman ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian


dan perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik (Amstrong & Kotler,
2003). Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan
kompetensinya baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
sehingga diperoleh hasil yang optimal menurut pandangan (Mulyasa, 2007).

Pengembangan profesi guru yang diukur melalui indikator Mengikuti informasi


perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,
Mengembangkan berbagai model pembelajaran, Menulis karya ilmiah, Membuat alat
peraga/media, Mengikuti pendidikan kualifikasi, Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum
berada pada kategori cukup efektif. Kinerja guru yang yang diukur melalui indikator Penyusunan
program belajar, Pelaksanaan program pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi,
Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan.

10
2.3 Jurnal Pembanding Kedua

A. Pendahuluan

Pada tahun 2011, dapat ditegaskan dengan keyakinan bahwa sekolah adalah tempat yang
lebih baik untuk anak-anak, lebih baik sumber daya, lebih manusiawi, lebih cerdas dalam hal
keragaman dan individu kebutuhan, lebih mungkin menjangkau orang tua dan komunitas. Anak-
anak, itu semakin diterima, miliki hak juga. Konvensi PBB tentang Hak Anak, diratifikasi oleh
pemerintah di seluruh dunia, mulai berlaku pada tahun 1990. Pasal 19 menetapkan hak untuk
anak-anak tidak harus 'melukai' atau 'diperlakukan salah'. Pasal 37 melarang hukuman
'berbahaya' dan Pasal 12 menegaskan hak anak untuk didengar dan pendapatnya dihormati. Ini
adalah, menyatakan UNICEF, 'satu set standar non-negosiasi dan yang disetujui secara universal
kewajiba didirikan dengan menghormati martabat dan nilai setiap individu, tanpa memandang
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat, asal-usul, kekayaan, kelahiran status
atau kemampuan dan karena itu berlaku untuk setiap manusia di mana pun.

Guru Secara umum, tidak hanya lebih baik kualifikasi tetapi dapat memanggil lebih luas
repertoar alat dan keterampilan. Di negara yang paling istimewa, mereka mengajar di sekolah
dan ruang kelas itu sumber daya yang lebih baik, dengan ukuran kelas yang lebih kecil dan
dukungan para-profesional. Guru nikmati lebih banyak kesempatan untuk terus belajar dan
pengembangan profesional. Strategi penilaian yang mereka miliki lebih canggih dan, seperti
"diperpanjang profesional ”, mereka melakukan yang lebih luas, lebih kompleks dan lebih
profesiona kirim daripada di setiap generasi sebelum mereka.

B. Deskripsi Isi

Bagi para guru, itu berarti perubahan perilaku yang radikal, dari yang otokratik dan
hubungan hukuman dengan siswa untuk sikap yang lebih positif, bermanfaat dan mendorong
perilaku yang baik. Seperti yang secara konsisten ditunjukkan dalam kursus wawancara, guru
telah digunakan untuk merotan, melecehkan, mengintimidasi, dan siswa menghina untuk
mempertahankan disiplin. Setelah Pimpinan untuk Belajar program, ada perubahan besar dalam
pola pikir dengan konsekuensi berdampak pada perilaku siswa. Mulai menunjukkan apresiasi
siswa kerja dan upaya telah menghasilkan pengembalian hampir seketika. Hukuman sudah
terjadi diganti dengan pujian dan hadiah. (Malakulunthu, 2011, hlm. 20) Sekolah menjadi tempat
yang lebih baik untuk anak-anak karena telah berkembang pemahaman tentang:

1. Hubungan kompleks antara sanksi dan insentif, motivasi dan Demotivasi


2. Lingkungan sekolah dan ruang kelas yang dapat mempromosikan dan menghambat
pembelajaran dan pengajaran yang efektif
3. Dampak orang tua, rumah dan kelompok sebaya pada nilai-nilai, sikap anak-anak dan
disposisi untuk belajar
4. Efek merusak diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, kelas dan “kemampuan”
bersama dengan peningkatan peluang untuk akses dan pengembangan

11
5. Kesulitan belajar dan kebutuhan khusus dengan akses ke diagnostik yang lebih baik alat
dan strategi perbaikan.

Sekolah saat ini adalah tempat yang lebih baik untuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus dan kesulitan belajar di negara-negara tempat guru memiliki akses ke penelitian dan
menikmati peluang untuk mengambil bagian dalam pengembangan profesional berkelanjutan.
Gadis-gadis kehilangan haknya dan di bawah pencapaian, sekarang sama dan sering
mengungguli prestasi anak laki-laki di banyak negara.

Undang-undang anti-rasis dan kebijakan tingkat sekolah telah berhasil menghilangkan


atau menipiskan penggunaan bahasa kasar dan meremehkan dan meningkatkan kesadaran
perbedaan budaya dan bentuk-bentuk berbahaya yang dapat diasumsikan oleh rasisme. Ada
pemahaman yang tumbuh dan mendalam tentang perkembangan anak, gangguan fisik dan emosi
dan penemuan yang sedang berlangsung ilmu otak. Bahasa yang mengkategorikan anak-anak
sebagai "lemah pikiran", "tolol" dan "tidak bisa dididik" saat ini hampir secara universal
dianggap dengan kekecewaan. Kita bergerak perlahan tapi progresif untuk mempertanyakan
mitos Platonis tentang anak-anak sebagai emas, perak dan logam dasar. Kami telah memahami
sepenuhnya efek berbahaya dari pelabelan, diferensiasi dan diskriminasi, secara historis tertanam
dalam selektif dan tripartit sistem sekolah. Sekolah saat ini adalah tempat yang lebih baik bagi
orang tua. Hak mereka lebih dikenal luas dan yang terbaik dari sekolah membuat upaya yang
imajinatif dan berkelanjutan untuk berkomunikasi dengan dan melibatkan orang tua. Ada suatu
masa ketika orang tua dijaga di gerbang sekolah, baik secara harfiah maupun simbolis, dengan
sekolah-sekolah menampilkan tanda-tanda seperti, 'Tidak ada orang tua di luar titik ini'.
Orangtua sering berkecil hati dari mengajar anak-anak mereka, mengganggu provinsi guru.

12
BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS

3.1 Pembahasan Isi Jurnal

Guru Secara umum, tidak hanya lebih baik kualifikasi tetapi dapat memanggil lebih luas
repertoar alat dan keterampilan. Di negara yang paling istimewa, mereka mengajar di
sekolah dan ruang kelas itu sumber daya yang lebih baik, dengan ukuran kelas yang lebih
kecil dan dukungan para-profesional. Guru nikmati lebih banyak kesempatan untuk terus
belajar dan pengembangan profesional. Strategi penilaian yang mereka miliki lebih canggih
dan, seperti "diperpanjang profesional ”, mereka melakukan yang lebih luas, lebih kompleks
dan lebih profesional kirim daripada di setiap generasi sebelum mereka. Ada gelombang
yang mengalir menuju hak untuk "pendidikan berkualitas baik" untuk semua (Artikel PBB
18) sekarang diterima secara luas, jika diinterpretasikan secara beragam. Sementara undang-
undang telah memainkan kunci peran dalam praktek dan kebijakan sanksi, sebagian tidak
lebih dari mencerminkan dan mendukung arus pemikiran, dirangsang dan disebarluaskan
oleh para pendidik dan peneliti, guru dan organisasi guru, lobi orang tua, dan oleh orang
yang kurang dikenal dan sosial pergeseran budaya dalam sikap terhadap anak-anak dan
orang muda.
Di mana pun guru telah ditanyai tentang prioritas dan kepuasan mereka, di Selatan
Amerika, Afrika Sub-Sahara, Eropa atau Amerika Utara, mereka mengutip pentingnya
pengakuan dan menghargai tantangan yang mereka hadapi setiap hari. Namun, harapan
mereka menjadi pembentuk profesional dari generasi berikutnya harus bersaing dengan
keberadaan berperan sebagai 'perdagangan', terkait dengan persyaratan pelatihan minimal,
kemudahan masuk, gaji rendah dan manfaat, dan terletak di bagian bawah tangga layanan
sipil, dalam apa yang secara sinis disebut sebagai ‘pekerjaan wanita’ (Cooper, 1992: 15).

Kriteria profesionalisme
1. Pengetahuan teoritis dan keterampilan bersamaan: Profesional diasumsikan memiliki
ekstensif pengetahuan teoritis dan, yang berasal dari itu, keterampilan yang dilakukan
dalam praktek.
2. Persiapan akademik dan profesional pra-jabatan berkualitas tinggi: Profesibiasanya
membutuhkan setidaknya akreditasi akademik tiga tahun plus profesionalinduksi,
bersama dengan persyaratan untuk menunjukkan kompetensi profesional di tempat kerja.
3. Pengakuan hukum dan penutupan profesional: Profesi cenderung mengecualikan mereka
yang belum memenuhi persyaratan mereka atau bergabung dengan badan profesional
yang sesuai.

13
4. Induksi: Periode induksi dan peran peserta pelatihan adalah prasyarat untuk diakui
sebagai anggota penuh dari badan profesional bersama dengan peningkatan
berkelanjutan keterampilan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.
5. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan profesional yang terorganisir oleh
anggota mereka, dimaksudkan untuk meningkatkan status mereka bersama dengan hati-
hati persyaratan masuk dan keanggotaan yang dikontrol.
6. Otonomi kerja: Profesional tetap memegang kendali atas pekerjaan mereka dan juga
memiliki mengendalikan pengetahuan teoritis mereka sendiri.
7. Kode perilaku atau etika profesional: Badan profesional biasanya memiliki kode perilaku
atau etika untuk anggota mereka dan prosedur disiplin bagi mereka yang melanggar
aturan.
8. Pengaturan diri: Badan-badan profesional yang mengatur diri sendiri dan independen
dari pemerintah.
9. Layanan publik dan altruisme: Layanan yang disediakan adalah untuk kebaikan publik
dan altruistik di alam.
10. Otoritas dan legitimasi: Profesi memiliki otoritas hukum yang jelas atas beberapa
kegiatan tetapi juga menambah legitimasi ke berbagai kegiatan terkait.
11. Tubuh pengetahuan yang tidak dapat diakses dan tidak dapat ditentukan: Tubuh
keterampilan profesional relatif tidak dapat diakses oleh yang tidak tahu.
12. Mobilitas: Keterampilan, pengetahuan, dan otoritas adalah milik para profesional
sebagai individu, bukan organisasi tempat mereka bekerja dan, saat mereka bergerak,
mereka membawa bakat mereka

Upaya agar seorang guru tetap mempertahankan sikap keprofesionalannya pada jurnal
direview adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keprofesionalan pada guru
yang menjadi syarat yang sangat penting suatu bangsa di era globalisasi dengan
menggandeng institusi pendidikan dalam mengenalkan dan mensosialisasikan profesional
yang diharapkan akan tumbuh.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku


14
Dari aspek ruang lingkup isi jurnal :

Jurnal yang direview maupun kedua jurnal sudah memiliki ruang lingkup yang bagus
dari segi isi jurnal. Ketiga jurnal menjelaskan secara detail penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Dari ketiga jurnal, jurnal utama atau jurnal yang direview adalah jurnal yang lebih
baik dari kedua jurnal lainnya. Hal tersebut karena jurnal utama mencakup materi yang lebih
luas di bidang pendidikan dibandingkan dengan kedua jurnal lainnya.

Dari aspek tata bahasa :

Jurnal yang direview maupun kedua jurnal kurang memiliki aspek tata bahasa yang
bagus karena terdapat beberapa kalimat yang tidak menggunakan EYD. Sebaiknya ketiga
jurnal menggunakan EYD secara keseluruhan untuk seluruh isi jurnal agar hasil penelitian
yang terdapat dalam jurnal mudah untuk dimengerti dan dianalisis. Selain itu, penulis juga
seharusnya lebih memperhatikan penggunaan tanda baca untuk jurnal karena terdapat
beberapa penggunaan tanda baca yang berlebihan.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya.
Profesional adalah orang yang mempunyai keahlian dan menampilkan keahlian,
kemampuan yang dituntut oleh profesi. Profesionalisasi yaitu proses meningkatkan
keahlian dalam bekerja, sedangkan profesionalisme yaitu seseorang yang mempunyai
komitmen perjanjian atas profesinya.
Dari ketiga jurnal, jurnal utama atau jurnal yang direview adalah jurnal yang lebih
baik dari kedua jurnal lainnya. Hal tersebut karena jurnal utama mencakup materi yang
lebih luas dibandingkan dengan kedua jurnal lainnya. Tetapi, secara keseluruhan jurnal
kurang memiliki aspek tata bahasa yang bagus karena terdapat beberapa kalimat yang
tidak menggunakan EYD.

4.2 Saran

Sebaiknya jurnal menggunakan EYD secara keseluruhan untuk seluruh isi jurnal agar
hasil penelitian yang terdapat dalam jurnal mudah untuk dimengerti dan dianalisis. Selain
itu, penulis juga seharusnya lebih memperhatikan penggunaan tanda baca untuk jurnal
karena terdapat beberapa penggunaan tanda baca yang berlebihan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Eduarts: journal of arts education. Ardian Setiaji. 2014


Jurnal egronomi dalam pembelajaran menunjang profesional Guru di Era Global. Pande Wayan
Mustika, Made Sutajaya. 2016

Jurnal FUTURE OF TEACHING PROFESSION. Professor John MacBeath.2012

Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. Ayu Dwi Kesuma dan Nani Imaniyati. 2017

17

Anda mungkin juga menyukai