Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PEND. ADM


PERKANTORAN-FE

Skor Nilai :

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Nama Mahasiwa : Muhammad Ridwan

NIM : 7193144007

Dosen Pengampu : Dr. Yasaratodo Wau M.Pd

Mata Kuliah : Profesi Kependidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. dimana atas segala nikmat
dan rahmat- Nya saya dapat menyelesaikan tugas Critical journal review untuk
pemenuhan tugas pada mata kuliah profesi kependidikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas ini, serta kepada Bpk. Dr. Yasarotodo Wau, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah Profesi Kependidikan di Universitas Negeri Medan yang telah
memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.

Penulis sadar bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih terdapat kekurangan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis
sendiri khususnya

Medan, 17 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. RASIONALISASI CJR.......................................................................................1
B. TUJUAN CJR......................................................................................................1
C. MANFAAT CJR..................................................................................................1
D. IDENTITAS CJR................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ISI JURNAL...................................................................4
A. JURNAL UTAMA..............................................................................................4
B. JURNAL PEMBANDING SATU ......................................................................7
C. JURNAL PEMBANDING DUA ……………………………………………..11
BAB III KEKURANGAN DAN KELEBIHAN......................................................15
BAB IV PENUTUP................................................................................................16
A. KESIMPULAN...................................................................................................16
B. SARAN...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR

Disaat kita membutuhkan sebuah referensi, yaitu jurnal sebagai sumber bacaan

kita selain buku dalam mempelajari mata kuliah startegi pembelajaran, sebaiknya

kita terlebih dahulu mengkritisi jurnal tersebut agar kita mengetahui journal mana

yang lebih relevan untuk dijadikan sumber bacaan. Dan melatih diri untuk berpikir

kritis.

1.2 Tujuan Penulisan CJR

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Strategi Pembelajaran, Mencari dan

menemukan kekurangan dari jurnal yang diidentifikasi. memberi masukan

kepada jurnal tersebut. Dan menjadikannya menjadi lebih baik untuk

kedepannya.

2. Menilai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing jurnal yang di Review.

3. Untuk media pembelajaran bagi mahasiswa dan dapat menambah wawasan

mahasiswa.

1.3 Manfaat CJR

1. Memahami secara mendalam isi jurnal yang dikeritik sehingga tidak mudah

lupa dan dapat sebagai bahan diskusi.

2. Menambah pengetahuan dari jurnal yang dikeritik serta mengasah keterampilan

menulis.

3. Memahami bagaimana cara membuat Criticak Jurnal Review dan

membandingkan jurnal dengan benar.


1.4 Identitas Jurnal

a. Jurnal Utama

Judul Artikel Pengembangan profesi guru dalam

meningkatkan kinerja guru

Nama Journal Jurnal Pendidikan Manajemen

Perkantoran

Edisi terbit -

Pengarang Artikel Ayu Dwi Kesuma Putri1, Nani

Imaniyati2*

Penerbit IP Manper

Kota terbit No. 229 Bandung, Jawa Barat Indonesia

Nomor ISSN 2656-4734

Alamat Situs ejournal.upi.edu

b. Jurnal kedua

Judul Artikel PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN


MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU
EKONOMI

Nama Journal -

Edisi terbit No.1 (2015)

Pengarang Artikel Tiara Anggia Dewi

Penerbit Universitas Muhammadiyah Metro

Kota terbit Malang

Nomor ISSN 2442-9449

Alamat Situs -
c. Jurnal ketiga

Judul Artikel PERAN GURU BIMBINGAN DAN

KONSELING DALAM MENGATASI

KECENDERUNGAN PERILAKU

AGRESIF PESERTA DIDIK DI SMKN 2

Nama Journal -

Edisi terbit Nopember 2015

Pengarang Artikel Andi Riswandi Buana Putra

Penerbit Universitas Muria Kudus

Kota terbit PALANGKA RAYA

Nomor ISSN 2460-1187

Alamat Situs -
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. JURNAL UTAMA

a. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik untuk kualitas guru dan
pendidikan guru memiliki kebijakan mendorong dan akreditasi lembaga di
Amerika Serikat untuk mengadakan program persiapan guru (TPPs) bertanggung
jawab untuk efektivitas lulusan mereka (Kevin C. Bastian, 2016). Pendidikan adalah
mungkin salah satu kegiatan sosial yang paling penting dal am kehidupan manusia.
Guru dan pendidik memainkan peran penting dalam mendukung dan memotivasi
siswa. Mereka harus selalu memperbaiki diri untuk menjadi visioner dan baik-bulat
di bidang yang mereka ajarkan. Mereka harus disiplin di tempat kerja (Ninlawan,
2015). Dikarenakan, tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi pekerja yang sukses di dunia kerja (Finch, R, & Crunkilton,
1999).

Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting
untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang
baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Namun,
kenyataan menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih tergolong relatif
rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualitas pendidikan.

Salah satu upaya dalam pengembangan profesi guru dengan cara peningkatan
dan pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui proses pembelajaran.
Pengembangan profesional guru dipelajari dan disajikan dalam sastra relevan di
banyak berbeda cara. Tapi selalu merupakan inti dari upaya tersebut adalah
memahami bahwa pengembangan profesional adalah tentang guru belajar, belajar
cara belajar, dan mengubah pengetahuan mereka praktek untuk kepentingan siswa
mereka (Avalos, 2011). Pada prinsipnya, dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
pendidikan, secara umum, pencapaian persiapan optimal profesional masa depan.

Mengingat pentingnya kinerja guru dalam pendidikan, maka diperlukan upaya


untuk meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan teori perilaku dari Luthans
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi kinerja guru tersebut diantaranya adalah faktor
pengembangan profesi guru, faktor tersebut yang dijadikan kajian dari penelitian
ini.
b. Deskripsi isi

Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka


menyesuaikan kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan
pengajaran. Pengembangan profesi guru di lingkungan pendidikan diarahkan
pada kualitas profesional, penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan
akuntabilitas, serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi
(Soewarni, 2004). Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan
kualitas kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,dan kompetensi
profesional (Ana-Maria Petrescu, 2015).

Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam pengamalan ilmu dan


pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi
proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya (Zainal &
Elham, 2007). Pengembangan profesi merupakan peningkatan-peningkatan pribadi
yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana profesi (Hani, 2001, hal.
123). Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan
pekerjaan-pekerjaan lain. Pengembangan profesi guru merupakan hal penting
untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan besarnya tuntutan
terhadap profesi guru yang utamanya ditekankan pada penguasaan ilmu
pengetahuan (Ondi & Aris, 2010) Pengembangan profesional dapat didefinisikan
sebagai proses karir panjang di mana pendidik menyempurnakan mengajar mereka
untuk memenuhi kebutuhan siswa (Maggioli, 2004).

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan adalah berdasarkan pendapat


dari Abdul Majid (2011, hlm. 8) mengungkapkan terdapat beberapa indikator
pengembangan profesi guru yaitu : (1) Mengikuti informasi perkembangan IPTEK
yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) Mengembangkan
berbagai model pembelajaran, (3) Menulis karya ilmiah, (4) Membuat alat
peraga/media, (5) Mengikuti pendidikan kualifikasi, (6) Mengikuti kegiatan
pengembangan kurikulum.

Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan


suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting
dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam
suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh
kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh
karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru)
menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnyakualitas
pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses
maupun hasilnya.
Kinerja Guru

Kinerja guru adalah hasil kerja yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas
sebagai guru profesional (Wahyuni, Christiananta, & Eliyana, 2014) (Hussain,
Ahmedy, & Haider, 2014). Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian
kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli,
Abdullah, & Yaakob, 2011), kinerja berarti produktivitas dan output karyawan
sebagai hasil dari pengembangan karyawan. Kinerja pada akhirnya akan
mempengaruhi efektivitas organisasi (Hameed & Waheed, 2011). Kinerja yang baik
mencerminkan kemampuan untuk berkontribusi melalui karya-karya mereka
mengarah pada pencapaian perilaku yang sesuai dengan tujuan dari perusahaan
atau organisasi (Muda, Rafiki, & Harahap, 2014).

Kinerja guru adalah segala hasil dari usaha guru dalam mengantarkan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, yang meliputi seluruh
kegiatan yang menyangkut tugasnya sebagai guru. Tugas profesional seorang
guru mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi pesrta didik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari
prestasi yang diperoleh oleh seorang guru, bagaimana seorang guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta
memberikan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang
diperoleh oleh seorang guru.

Penilitian ini menitikberatkan terhadap penilaian kirerja guru yang dipengaruhi


oleh faktor, yaitu pengembangan profesi guru. Terdapat beberapa indikator yang
mengukur kinerja guru, yaitu : Penyusunan program belajar, Pelaksanaan program
pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan
pengayaan. Kinerja atau prestasi kerja adalah salah satu variabel dependen yang
paling penting dan telah dipelajari selama satu dekade panjang (Jankingthong &
Rurkkhum, 2012), selama dekade tersebut juga telah dilakukan penelitian empiris,
meskipun pengamatan mengenai kinerja guru tersedia relatif sedikit (Dee &
Wyckoff, 2013). Penelitian mengenai kinerja sangat menarik dilakukan karena
mencapai tingkat tinggi kinerja karyawan dianggap tujuan umum bagi banyak
organisasi (Yvonne, Rahman, & Long, 2014).
B. JURNAL PEMBANDING SATU

a. Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan agenda besar pendidikan di


Indonesia. Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tentu tidak
terlepas dari peranan berbagai pihak, salah satunya adalah peran tenaga
kependidikan. Hamalik (2003 : 9) tenaga kependidikan merupakan suatu komponen
yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang kependidikan Dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas
guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan
peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi
peningkatan mutu pendidikan adalah apabila pelaksanaan proses belajar mengajar
dilakukan oleh pendidik-pendidik yang dapat diandalkan keprofesionalannya.

Agus F. Tamyong dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru


profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun
2005 menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Luthans (2008: 158) mengemukakan bahwa “Motivation is a process that starts


with a physiological or psychological deficiency or need that activates a behavior or
a drive that is aimed at a goal or incentive”. Guru yang memiliki motivasi tinggi
akan memandang berbagai kekurangan yang ada di sekolah sebagai tantangan. Ia
akan berusaha sedapat mungkin untuk mengatasi kekurangan itu. Dengan adanya
perhatian yang baik terhadap guru, akan dapat menimbulkan motivasi para guru
untuk berbuat yang terbaik dalam melakukan tugas sehingga menumbuhkan
komitmen dalam melakukan pekerjaan yang berkualitas dan bertanggung jawab
demi kemajuan organisasi.

Kinerja seorang guru dikatakan baik apabila guru tersebut mampu menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kreatif dalam penyampaian pembelajaran,
mampu menunjukkan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, disiplin dalam
pekerjaan, melakukan kerjasama dengan semua warga sekolah, serta memiliki
kepribadian yang menjadi panutan bagi siswa.
b. Deskripsi isi

Komarudin (2000 : 205) mengemukakan bahwa profesional berasal dari bahasa


latin yaitu “profesia”, pekerjaan, keahlian, jabatan, jabatan guru besar. Seorang yang
melibatkan diri dalam salah satu keahlian yang harus dipelajari dengan khusus.
Jarvis dalam Sagala (2006:198) profesional dapat diartikan bahwa seseorang yang
melakukan tugas profesi juga sebagai ahli (expert) apabila dia secara spesifik
memperolehnya dari belajar.

Hakikat guru profesional adalah guru yang mampu memberikan pelayanan


yang terbaik bagi para siswanya dengan kemampuan khusus yang dimilikinya,
sehingga siswa dapat menerima dan memahami penyampaian materi yang
diberikan. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan teknis
edukatif dalam melaksanakan tugasnya, tetapi juga harus memiliki karakter yang
dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa, keluarga, dan
masyarakat.

Mulyasa (2008:75) kompetensi yang harus dimiliki guru dapat dijabarkan


sebagai berikut:

a. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a


dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang
dimilikinya.

b. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b


kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.

c. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c


kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan.

d. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d


Kemampuan sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Hakikat Motivasi Kerja

Motivasi kerja seorang guru adalah keadaan yang membuat guru mempunyai
kemauan atau keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan
tugastugas keguruan. Motivasi kerja guru akan memberikan kekuatan untuk
melaksanakan aktivitas pekerjaan sehingga menyebabkan seorang guru mengetahui
adanya tujuan yang relevan antara tujuan organisasi dengan tujuan pribadinya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran-sasaran dalam
organisasi sekolah akan tercapai apabila semua komponen organisasi termasuk
guru memiliki motivasi yang tinggi secara optimal.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru menurut Roth et


al (2007) yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik yang meliputi:

1) Penghargaan atas usaha dan prestasi guru

2) Kepuasan terhadap cara mengajar

3) Pengamatan Kepala Sekolah terhadap pekerjaan guru

b. Motivasi intrinsik yang meliputi:

1) Cara mengajar yang menyenangkan

2) Hubungan dengan orang tua siswa yang harmonis

3) Hubungan dengan siswa yang harmonis

Hakikat Kinerja Guru

Kinerja merupakan terjemah dari bahasa inggris work performance atau job
performance atau performance saja. Dalam kamus besar bahasa indonesia “Kinerja
adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dalam kemampuan kerja”
(Depdiknas, 2003). Kinerja sangat berkaitan dengan hasil kerja. Hasibuan (2003:94)
menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Ivor K. Davies (1987:35) mengatakan bahwa seorang mempunyai empat fungsi


umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.


b. Mengorganisasikan Yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan
menghubungkan sumber sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar
dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis mungkin.

c. Memimpin Yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan


menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan
belajar.

d. Mengawasi Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya


dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan
tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru
harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukunya mengubah tujuan.

Pada tingkatan institusional dan instruksional guru berada di lapisan terdepan


yang berhadapan langsung dengan peserta didik dan masyarakat. Guru sebagai
sebuah profesi yang akan mengantarkan anak-anak penerus bangsa untuk mencapai
keberhasilan memiliki peran dan fungsi yang akan semakin kompleks di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru membutuhkan
penanganan yang lebih serius. Profesi guru menuntut adanya kesadaran dan
tanggung jawab yang lebih kuat dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai
guru.
JURNAL PEMBANDING DUA

a. Pendahuluan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam


keseluruhan program pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian
bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang seyogyanya dilakukan
oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah tersebut. Bimbingan dapat
diartikan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman
diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Bimbingan tidak
hanya diberikan kepada peserta didik yang bermasalah saja, akan tetapi setiap
peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan dari guru bimbingan
dan konseling.

Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi


anak remaja. Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi
interaksi antara remaja dengan pendidikan. Interaksi yang mereka lakukan
disekolah sering kali menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi
perkembangan mental anak remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan antara
masa anak-anak ke masa

dewasa. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan


fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa yang
sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Seiring
dengan perubahan yang dialami remaja mereka cenderung menonjolkan perilaku
yang tidak stabil. Berbagai bentuk permasalahan peserta didik di sekolah berupa
perilaku agresif baik agresif fisik dan verbal.

Agresif verbal seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat, sedangkan


untuk perilaku agresif non verbal atau bersifat fisik langsung seperti memukul,
mencubit, menendang, mendorong, ataupun menjambak. Untuk mengatasi perilaku
tersebut maka peran guru BK sangatlah penting di sekolah. Berdasarkan fenomena
diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Peran
Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kecendrungan Perilaku Agresif
Peserta Didik.
b. Deskripsi isi

Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Tugas guru bimbingan dan konseling /konselor terkait dengan pengembangan


diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, potensi bakat, minat dan kepribadian
siswa disekolah. Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan
dan konseling atau konselor yang ditemukan oleh Salahudin (2010: 206 ) antara lain:

a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan


sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelengara maupun aktivitas-aktivitas
lainya.

b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi sosial,


bimbingan belajar, bimbingan karirserta semua jenis layanan termasuk kegian
pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi, bimbingan


sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.

d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan


sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

e. Menyelengarakan bimbingan terhadap siswa, baik yang bersifat preventif,


perservatif maupun yang bersisifat korektif atau kuratif.

f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau konselor yang


membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, sebaliknya dihargai
sebagai bonus. Dapat disimpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling
sangat diperlukan keberadaannya sebagai penunjang proses belejar dan termasuk
penyesuaian diri siswa, tugas guru BK merupakan tugas yang sangat berat, oleh
karena itu untuk melaksanakannya diperlukan adanya sikap profesional dari guru
BK.

Perilaku Agresif

Istilah agresi sering kali disama artikan dengan agresif. Agresif adalah kata sifat
dari agresi. Istilah agresif sering kali digunakan secara luas untuk menerangkan
sejumlah besar tingkah laku yang dimiliki dasar motivasional yang berbeda-beda
dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat disebut agresif
dalam pengertian yang sesungguhnya.
Agresif menurut Baron (dalam Kulsum, 2014:241) adalah “Tingkah laku yang
dijalankan oleh individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain”.
Selanjutnya menurut Baron dan Byrne (dalam Nurtjahyo dan Matulessy, 2013 : 226)
dalam perilaku agresi terdapat empat faktor yang mendukung definisi perilaku
agresif diantaranya :

a. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban

b. Tingkah laku individu pelaku

c.Tujuan untuk melukai dan mencelakakan (termasuk membunuh atau


mematikan)

d. Ketidak inginan korban untuk menerima perilaku pelaku.

Penjelasan-penjelasan pengertian perilaku agresif yang telah diuraikan oleh


beberapa ahli tersebut pada akhirnya dapat memberikan pemahaman tersendiri,
yakni perilaku agresif adalah suatu tindakan sengaja dengan maksud menyerang
yang dapat menyakiti seseorang baik itu fisik maupun mental.

Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan,
mempengaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, seperti faktor biologis,
temperamen yang sulit, pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba,
pengaruh tayangan kekerasan, dan lain sebagainya.

Mengatasi Tindakan Agresif

Menurut Koeswara (dalam Kulsum, 2014:278), cara atau teknik sebagai langkah
konkret yang dapat diambil untuk mencegah kemunculan atau berkembangnya
tingkah laku agresif adalah sebagai berikut: a. Penanaman moral merupakan
langkah yang paling tepat untuk mencegah kemunculan tingkah laku agresi. b.
Pengembangan tingkah laku nonagresi. Untuk mencegah berkembangnya tingkah
laku agresi, yang perlu dilakukan adalah mengembangkan nilai-nilai yang
mendukung perkembangan tingkah laku nonagresi, dan menghapus atau
setidaknya mengurangi nilainilai yang mendorong perkembangan tingkah laku
agresi. c. Pengembangan kemampuan memberikan empati. Pencegahan tingkah
laku agresi bisa dan perlu menyertakan pengembangan kemampuan mencintai
pada individu-individu.

Setiap individu berbeda cara dalam menentukan dirinya untuk menjauhi


perilaku agresif atau mendekati perilaku agresif. Proyeksi dari individu dalam
mengatasi situasi yang mengancam tersebut, masing-masing individu memiliki sifat
karakteristik bergantung dari proses belajar mereka. Jika orang tersebut percaya
bahwa mereka mampu mengendalikan hidup untuk tidak berperilaku agresif maka
dinamakan internal locus of control. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Rotter (dalam Hadi, 2012:88) menyatakan bahwa : “Orangorang dengan
internal locus of control percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas hasil-hasil
dalam hidup mereka dan tidak ada yang bisa menahan mereka selain diri mereka
sendiri”. Selain itu, seseorang yang memiliki keyakinan pada diri sendiri bahwa
mereka mampu mengendalikan tindakan sendiri.
BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISIS

Di jurnal utama di jelaskan Kinerja yang baik terkait juga dengan pencapaian
kualitas, kuantitas, kerjasama, kehandalan dan kreativitas (Saleh, Dzulkifli,
Abdullah, & Yaakob, 2011), sedangkan di jurnal ke dua menurut Agus F. Tamyong
dalam Usman (2010:15) menyatakan pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Dan di jurnal ke tiga lebih detail di sampaikan oleh Salahudin (2010:
206 ) Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan dan konseling
atau konselor antara lain:

a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan


sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelengara maupun aktivitas-aktivitas
lainya.

b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi sosial,


bimbingan belajar, bimbingan karirserta semua jenis layanan termasuk kegian
pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi, bimbingan


sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.

d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan


sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk
kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

b. Kelebihan & Kekurangan

 Berdasarkan Aspek Isi Jurnal


Di jurnal utama penjelasan sangat bagus dan jelas akan tetapi terdapat
kekurangan seperti kerapihan paragraf. Di jurnal Pembanding Pertama
dalam jurnal ini juga sangat bagus dalam pemaparan materi serta adanya
penyertaan tokoh dan kekurangan di jurnal pembanding pertama yaitu
kurangnya contoh-contoh yang di berikan. Di jurnal pembanding kedua
dalam jurnal ini penjelasan tentang keprofesian guru hanya di jelaskan hanya
secara umum dan lebih ke inti dari guru bimbingan konseling.
 Berdasarkan Aspek Tata Bahasa
Di dalam jurnal utama penggunaan bahasa di sini sangat bagus tetapi
seharusnya ada tanda kutip yang berisi penjelasan dengan bahasa yang lebih
sederhana agar lebih dapat di pahami oleh orang yang pemahamannya
kurang bagus. Dalam jurnal pembanding pertama aspek bahasa di sini baik
tidak terlalu rumit untuk di pahami. Dalam jurnal pembanding kedua tata
bahasa dalam jurnal ini menggunakan bahasa yang sederhana karena jurnal
ini mengenai prilaku seorang siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan profesi guru yang diukur melalui indikator Mengikuti informasi
perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,
Mengembangkan berbagai model pembelajaran, Menulis karya ilmiah, Membuat
alat peraga/media, Mengikuti pendidikan kualifikasi, Mengikuti kegiatan
pengembangan kurikulum berada pada kategori cukup efektif. Kinerja guru yang
yang diukur melalui indikator Penyusunan program belajar, Pelaksanaan program
pembelajaran, Pelaksanaan Evaluasi, Analisis Evaluasi, Pelaksanaan perbaikan dan
pengayaan. Kelima indikator tersebut berada pada kategori cukup tinggi.

B. Saran

Guru di garapkan dapat untuk meningkatkan kompetensi pedagigik khususnya


pada aspek memahami wawasan atau landasan kependidikan. Memahami wawasan
atau landasan kependidikan mutlak di perlukan guru karena darisitu guru harus
memahami tujuan pendidikan yang sedang dilaksanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Imaniyati Nani. 2017. Pengembangan profesi guru dalam meningkatkan kinerja guru:
IP Manper.

Dewi Anggia Tiara. 2015. PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA GURU EKONOMI : Universitas Muhammadiyah Metro

Putra Andi. 2015. Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi kecendrungan
perilaku agresif peserta didik : Universitas Muria Kudus

Anda mungkin juga menyukai