Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK.PROFESI KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN EKONOMI

SkorNilai:

JURNAL PROFESI KEPENDIDIKAN

(Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kecenderungan


Perilaku Agresif Peserta Didik Di SMKN 2 Palangaka Raya T.A. 2014/2015 dan
Andi Riswandi Buana Putra, dan 2015)

NAMA MAHASISWA : Putri Nurul Ani Panggabean

NIM : 7193141015

DOSEN PENGAMPU : Dra. Risma,M.Pd.

MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI B

FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2020
Executive Summary

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk

meningkatkan kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Masalah yang

dihadapi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan

sangat kompleks, banyak factor yang harus dipertimbangkan karena

pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dapat diabaikan yang jelas disadari

bahwa pendidikan merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Bagi suatu bangsa pendidikan

merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih

mampu beradaptasi dengan lingkungan, dengan pendidikan manusia juga akan

mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu

membangun pendidikan menjadi suatu keharusan, baik dilihat dari perspektif

internal (kehidupan intern bangsa) maupun dalam perspektif eksternal (kaitannya

dengan kehidupan bangsa-bangsa lain).

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan

pengkondisian situasi pembelajaran bagi peserta didik guna memungkinkan

mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang dapat bermanfaat bagi

kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini sejaln dengan fungsi

pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu factor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan

kualitas SDM melalui pendidikan adalah tenaga Pendidik (guru/dosen), melalui


mereka pendidikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa

bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada

bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada

bagaimana pendidik pendidik melaksanakan tugasnya secara profesional serta

dilandasi oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil namun

juga nilai- nilai transenden yang dapat mengilhami pada proses pendidikan

kearah suatu kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik,

pendidik serta masyarakat secara keseluruhan

Dengan demikian, terlihat bahwa pendidik diharapkan mempunyai

pengaruh yang signifikan pada pembentukan sumber daya manusia dalam aspek

kognitif, afektif, maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik,mental maupun

spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik

serta pendidik yang profesional, agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar

berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut

untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri dalam membangun dunia

pendidikan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review (CJR) tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dibuatnya tugas ini untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan dan

untuk menambah wawasan baik dari penulis maupun pembaca. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Risma,M.Pd. selaku dosen pengampu

profesi kependidikan di Universitas Negeri Medan dan semua pihak teristimewa

kepada orangtua yang telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikannya. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih

banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya.

Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis.

Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan tugas ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tugas ini

dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Senin, 13 April 2020

Putri Nurul Ani


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR

Disaat kita membtuhkan sebuah referensi, yaitu journal sebagai sumber

bacaan kita selain buku dalam mempelajari mata kuliah profesi

kependidikan, sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi journal tersebut

agar kita mengetahui journal mana yang lebih relevan untuk dijadikan

sumber bacaan.

B. Tujuan penulisan CJR

 Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah profesi kependidikan.

 Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas,

menganalisa, dan membandingkan serta memberi kritik pada jurnal.

 Memperkuat pemahaman pembaca terhadap pentingnya peranan

guru dalam bimbingan konseling dalam kehidupan.

C. Manfaat CJR

 Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jounal

dan mencari sumber bacaan yang relevan.

 Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam

mengkritisi sebuah journal.

 Untuk menambah pengetahuan tentang peranan guru dalam

bimbingan konseling

D. Identitas Artikel dan Journal yang diriview


1. Judul Artikel : Peran Guru Bimbingan dan Konseling

DalamMengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Di

SMKN 2 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Nama Journal : Journal Konseling GUSJIGANG

3. Edisi terbit : -

4. Pengarang artikel : Andi Riswandi Buana Putra

5. Penerbit : FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

6. Kota terbit : Palangkaraya

7. Nomor ISSN : 2460-1187

8. Alamat situs :

https://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=peran+guru+bimbingan+dan+konseling&o

q=peran+guru+bimbi#d=gs_qabs&u=%23p%3DsdmElQF8vvEJ
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Pendahuluan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang

seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

sekolah tersebut. Bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan

terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri

yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal

kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Bimbingan tidak hanya

diberikan kepada peserta didik yang bermasalah saja, akan tetapi setiap

peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan bimbingan dari guru

bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan pekerjaannya di sekolah,

guru Bimbingan dan Konseling dipengaruhi oleh persepsi kepala sekolah

dan rekan sejawatnya terhadap pekerjaannya.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke

masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai

kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Seiring dengan perubahan

yang dialami remaja mereka cenderung menonjolkan perilaku yang tidak

stabil. Berbagai bentuk permasalahan peserta didik di sekolah berupa

perilaku agresif baik agresif fisik dan verbal.

Agresif verbal seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat,

sedangkan untuk perilaku agresif non verbal atau bersifat fisik langsung

seperti memukul, mencubit, menendang, mendorong, ataupun menjambak.

Untuk mengatasi perilaku tersebut maka peran guru BK sangatlah penting

di sekolah. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti sangat tertarik

untuk mengkaji lebih dalam mengenai Peran Guru Bimbingan dan

Konseling Dalam Mengatasi Kecendrungan Perilaku Agresif Peserta Didik.


B. Deskripsi Isi

1. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Tugas guru bimbingan dan konseling /konselor terkait

dengan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan,

potensi bakat, minat dan kepribadian siswa disekolah. Adapun

tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan dan

konseling atau konselor yang ditemukan oleh Salahudin (2010: 206 )

antara lain :

a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau

keadaan sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelengara

maupun aktivitas-aktivitas lainya.

b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi

sosial, bimbingan belajar, bimbingan karirserta semua jenis layanan

termasuk kegian pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua

jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak

18 jam.

d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua

jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak

6 jam.

e. Menyelengarakan bimbingan terhadap siswa, baik yang bersifat

preventif, perservatif maupun yang bersisifat korektif atau kuratif.

f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau

konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18

jam, sebaliknya dihargai sebagai bonus.

2. Perilaku Agresif
Istilah agresi sering kali disama artikan dengan agresif.

Agresif adalah kata sifat dari agresi. Istilah agresif sering kali

digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkah

laku yang dimiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama

sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat disebut

agresif dalam pengertian yang sesungguhnya.

Agresif menurut Baron (dalam Kulsum, 2014:241) adalah

“Tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan tujuan melukai

atau mencelakakan individu lain”. Selanjutnya menurut Baron dan

Byrne (dalam Nurtjahyo dan Matulessy, 2013 : 226) dalam perilaku

agresi terdapat empat faktor yang mendukung definisi perilaku

agresif diantaranya :

a. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban

b. Tingkah laku individu pelaku

c. Tujuan untuk melukai dan mencelakakan (termasuk membunuh

atau mematikan)

d. Ketidak inginan korban untuk menerima perilaku pelaku.

Penjelasan-penjelasan pengertian perilaku agresif yang telah

diuraikan oleh beberapa ahli tersebut pada akhirnya dapat

memberikan pemahaman tersendiri, yakni perilaku agresif adalah

suatu tindakan sengaja dengan maksud menyerang yang dapat

menyakiti seseorang baik itu fisik maupun mental.

Bentuk-bentuk perilaku agresif yang paling tampak adalah

memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti

perintah atau permintaan, menangis atau merusak. Anak yang

menunjukkan perilaku ini biasanya kita anggap sebagai pengganggu

atau pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak mengalami


masalah emosi atu perilaku juga menampilkan perilaku seperti yang

disebutkan diatas, tetapi tidak sesering atau seimpulsif anak yang

memiliki masalah emosi atau perilaku. Anak dengan perilaku agresif

biasanya mendapatkan masalah tambahan seperti tidak terima oleh

teman- temannya (dimusuhi, dijauhi, tidak diajak bermain) dan

dianggap sebagai pembuat masalah oleh guru.

Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor

yang menyebabkan, mempengaruhi, atau memperbesar peluang

munculnya, seperti faktor biologis, temperamen yang sulit,

pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba, pengaruh

tayangan kekerasan, dan lain sebagainya. Bringham (dalam

Tentawa, 2012:163) menyatakan bahwa “Ada tiga faktor yang

mempengaruhi perilaku agesif yaitu proses belajar, penguatan

(reinforcement) dan imitasi peniruan terhadap model”.

Menurut Walgito (dalam Abdillah, 2014:414) ada tiga cara

pembentukan perilaku yakni:

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan.

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan

kondisioning atau kebiasaan dengan cara membiasakan bangun

pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, membiasakan diri untuk

datang tidak terlambat di sekolah dan sebagainya.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Pembentukan

perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight misalnya

kuliah jangan sampai terlambat, karena hal tersebut dapat

mengganggu teman-teman yang lain.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunkan model. Pembentukan

perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau

contoh. Selanjutnya, Bandura (dalam Feist, 2008:226) menyatakan


bahwa : “Perilaku agresif didapatkan melalui observasi dari orang

lain, pengalaman langsung dengan penguatan negatif dan positif,

latihan atau instruksi dan keyakinan yang abstrak”.

Dampak dan pengaruh yang paling sering terjadi dari

perilaku agresif peserta didik adalah sulitnya untuk bersosialisasi

dengan lingkungan sekitarnya karena cenderung dijauhi atau

dikucilkan oleh teman-temannya sehingga proses perkembangannya

terganggu dan ditakutkan akan semakin bersikap agresif,

terganggunya proses belajar mengajar peserta didik sehingga ia

kurang optimal dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru

disekolah.

3. Mengatasi Perilaku Agresif

Menurut Koeswara (dalam Kulsum, 2014:278), cara atau

teknik sebagai langkah konkret yang dapat diambil untuk mencegah

kemunculan atau berkembangnya tingkah laku agresif adalah

sebagai berikut:

a. Penanaman moral merupakan langkah yang paling tepat untuk

mencegah kemunculan tingkah laku agresi.

b. Pengembangan tingkah laku nonagresi. Untuk mencegah

berkembangnya tingkah laku agresi, yang perlu dilakukan adalah

mengembangkan nilai-nilai yang mendukung perkembangan

tingkah laku nonagresi, dan menghapus atau setidaknya

mengurangi nilai-nilai yang mendorong perkembangan tingkah laku

agresi.

c. Pengembangan kemampuan memberikan empati. Pencegahan

tingkah laku agresi bisa dan perlu menyertakan pengembangan

kemampuan mencintai pada individu-individu.


Setiap individu berbeda cara dalam menentukan dirinya untuk

menjauhi perilaku agresif atau mendekati perilaku agresif. Proyeksi

dari individu dalam mengatasi situasi yang mengancam tersebut,

masing-masing individu memiliki sifat karakteristik bergantung

dari proses belajar mereka.


BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan Isi

1. Masa Remaja

Masa remaja menurut artikel yang di riview adalah masa peralihan

antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja

mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental,

sosial, dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa

yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau

lingkungannya.

Sedangkan menurut jurnal Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang

masa remaja disebut juga sebagai masa pubertas. Pada masa-masa ini

remaja mengalami banyak pengaruh-pengaruh dari luar yang

menyebabkan Ia kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan

yang selalu berubah-ubah sehingga tidak semua remaja dapat

berperilaku seperti yang diharapkan oleh masyarakat.

2. Perilaku Agresif

Perilaku agresif menurut artikel yang di riview adalah suatu tindakan

sengaja dengan maksud menyerang yang dapat menyakiti seseorang

baik itu fisik maupun mental.

Sedangkan menurut jurnal Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang

perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu

ataupun kelompok yang dimaksudkan untuk menyakiti, melukai,

dan merugikan orang lain baik individu maupun kelompok dengan

niat atau kesengajaan baik secara verbal maupun nonverbal.

3. Perilaku agresif secara verbal dan non-verbal


Perilaku agresif secara verbal menurut artikel yang diriew adalah

seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat. sedangkan

untuk perilaku agresif non verbal atau bersifat fisik langsung seperti

memukul, mencubit, menendang, mendorong, ataupun menjambak.

Sedangkan menurut jurnal Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang

agresif verbal yaitu menggunakan kata-kata lisan seperti mengolok

untuk menyakiti orang lain termasuk terhadap teman sekelas, teman

di luar kelas maupun terhadap Guru. Sedangkan non verbal yaitu

dengan menggunakan tindakan seperti menjahili atau mengganggu

teman-temanya yang sedang belajar, membuat keributan di kelas,

dan menendang meja dan tong sampah.

4. Faktor Yang Mendukung Perilaku Agresif

Faktor yang mendukung perilaku agresif menurut jurnal yang diriew

menurut Baron dan Byrne (dalam Nurtjahyo dan Matulessy, 2013 :

226) dalam perilaku agresi terdapat empat faktor yang mendukung

definisi perilaku agresif diantaranya :

a. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban

b. Tingkah laku individu pelaku

c. Tujuan untuk melukai dan mencelakakan (termasuk membunuh

atau mematikan)

d. Ketidak inginan korban untuk menerima perilaku pelaku.

Sedangkan menurut jurnal Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang

a. Perilaku Agresif Verbal (mengolok teman sekelas, teman di luar

kelas, dan Guru)

1. Mengolok teman sekelas, faktor penyebabnya adalah siswa

merasa bosan di kelas karena tidak ada guru, adanya konflik antar
siswa, adanya perbedaan pendapat dalam mengambil keputusan

untuk kegiatan kelas.

2. Mengolok teman di luar kelas, faktor penyebabnya adalah karena

adanya konflik antar kelas akibat kegiatan antar kelas, adanya

konflik perorangan antar siswa dari kelas yang berbeda, serta

rebutan jadwal pelajaran (yaitu salah satu kelas menginginkan

jadwal pagi, tapi kelas lain telah memilih jadwal pagi terlebih

dahulu).

3. Mengolok guru, faktor penyebabnya adalah karena kebiasaan

guru yang unik seperti tidak tepat waktu dan cara mengajarnya

yang tidak biasa, sering bercerita saat mengajar dan karena sering

mengeluarkan candaan yang kelewatan saat mengajar di dalam

kelas.

b. Perilaku Agresif non verbal

1. Menjahili teman dan mengganggu teman yang sedang belajar,

faktor penyebabnya adalah karena siswa tersebut ingin mendapat

perhatian dari teman-temannya, stress yang disebabkan tugas

menumpuk pada mata pelajaran yang tidak disukai, merasa ngantuk

dan bosan sehingga bermaksud untuk menghilangkan kantuknya

dengan menjahili temannya.

2. Menendang meja/tong sampah, faktor penyebabnya adalah karena

siswa tersebut merasa kesal dengan apa yang terjadi di rumahnya

sehingga mengganggu pikirannya hingga ke sekolah dan

melampiaskan kekesalannya pada meja atau tong sampah, merasa

frustasi dan stress yang disebabkan tugas yang menumpuk pada

mata pelajaran yang tidak disukai.

5. Peran Guru BK Dalam Menangani Siswa Yang Berperilaku Agresif


Peran guru BK dalam menangani siswa yang berperilaku agresif menurut

jurnal yang diriew adalah yaitu dengan memberikan konseling.

Peserta didik yang menunjukkan perilaku kecenderungan perilaku

agresif di panggil ke ruang BK, diberikan pengarahan dan nasehat

agar dapat mengubah perilakunya tersebut, kemudian guru

Bimbingan dan Konseling memberikan penjelasan bahwa perilaku

yang peserta didik lakukan dapat menyakiti dan merugikan orang

lain maupun dirinya sendiri.

Sedangkan menurut jurnal Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Dalam Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang

Peran Guru BK dalam menangani siswa yang berperilaku agresif

a. Verbal, peran Guru BK dalam menanganinya adalah dengan

menyelidiki permasalahan siswa tersebut, melakukan pemanggilan,

menjadi mediator antar siswa dan memberikan pengarahan tentang

dampak negatif dan kerugian akibat perilaku agresifnya tersebut.

b. Perilaku agresif nonverbal, Peran Guru BK dalam menanganinya

adalah dengan melakukan pemanggilan terhadap siswa, mencari tau

permasalahannya, bekerja sama dengan Wali Kelas, melakukan

pemanggilan terhadap orang tua atau wali, dan melakukan

kunjungan ke rumah siswa (home visit) untuk membantu

menyelesaikan permasalahannya.

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Journal

1. Dari aspek ruang lingkup artikel : jika artikel utama Cakupan ruang

lingkup dari artikel tersebut sudah cukup luas. Karena artikel

tersebut sudah membahas materi-materi yang berkaitan dengan

peranan guru dalam bimbingan konseling. Sedangkan artikel

pembanding Cakupan ruang lingkup dari artikel tersebut kurang


luas, karena artikel tersebut hanya membahas beberapa materi saja

tentang peranan guru dalam bimbingan konseling.

2. Dari aspek tata bahasa, artikel tersebut adalah : artikel utama dengan

pembanding, Bahasa yang digunakan pada artikel tersebut tidak

berbelit–belit sehingga mudah di mengerti.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling sangat

diperlukan keberadaannya sebagai penunjang proses belejar dan termasuk

penyesuaian diri siswa, tugas guru BK merupakan tugas yang sangat berat,

oleh karena itu untuk melaksanakannya diperlukan adanya sikap

profesional dari guru BK.

B. Rekomendasi

Dari segi aspek ruang lingkup artikel pembanding harus diperbaiki lagi

agar jurnal dapat menjadi sumber referensi yang relevan.


DAFTAR PUSTAKA

Riswandi, Andi. 2015. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam

Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Di SMKN 2

Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015. ISSN 2460-1187. Vol. 01.

Sentana, Bayu. 2019. Peran guru Bimbingan Dan Konseling Dalam

Menangani Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 5 Singkawang . ISSN 2477-

5916. Vol. 04.

Anda mungkin juga menyukai