Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN MORAL DENGAN PENILAIAN PENDIDIKAN

Makalah Landasan Nilai dan Moral Pendidikan


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Landasan Nilai dan
Moral Pendidikan yang di ampu oleh
Prof. Dr. Juntika, M.Pd.
Dr. H. Babang Robandi, M.Pd.

OLEH
DINDA AYU WULANDARI [1803377]
ANGGI RESTU PRATAMA [2002058]
KIKI (HUANG MINGJING) [2010373 ]

PEDAGOGIK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur tak pernah hentinya dipanjatkan kehadirat Allah SWT dan
shalawat serta salam kepada imam seluruh umat manusia, nabi Muhammad SAW.
Berkat rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Hubungan Moral dengan Penilaian Pendidikan”.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi nilai mata
kuliah Landasan Nilai dan Moral Pendidikan. Penulisan makalah ini tidak terlepas
dari hambatan, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Allah SWT
2. Prof. Dr. Juntika, M.Pd dan Dr. H. Babang Robandi, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Landasan Nilai dan Moral Pendidikan.
3. Rekan sejawat Pedagogik.
4. Seluruh pihak yang membantu dalam penulisan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik berbagai pihak untuk
memperbaiki makalah ini di masa mendatang.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca
pada umumnya dan bagi penulis khususnya yang akan menjadi pengalaman
berharga untuk langkah selanjutnya.

Bandung, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penilaian Pendidikan....................................................................................3
B. Hubungan Moral dengan Penilaian Pendidikan...........................................9

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1. Kesimpulan............................................................................................11
2. Rekomendasi..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Moral sudah menjadi salahsatu ciri khas manusia, yang mana moral tidak
dapat ditemukan pada makhluk selainnya. Dengannya, kesadaran manusia
terlatih untuk membedakan hal-hal yang baik dan buruk, boleh dan tidak, dan
tentang yang harus dilakukan dan yang tidak pantas dilakukan.
Pendidikan adalah aspek universal yang selalu harus ada dalam kehidupan
manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah berkembang dan
berbudaya. Disamping itu, kehidupan juga akan menjadi statis tanpa ada
kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran dan kepunahan.
Oleh karena itu, menjadi fakta yang tak berbantahkan bahwa pendidikan
adalah sesuatu yang niscaya dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan
sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan bahwa
pendidikan adalah yang membentuk peradaban, dan tanpa peradaban manusia
bisa saja punah. Dalam ranah pendidikan, meningkatkan kemampuan
intelektual saja tidak cukup. Kejujuran, kebenaran serta pengabdian kepada
masyarakat adalah hal yang penting dalam dunia pendidikan.
Proses pendidikan dapat diukur melalui penilaian pendidikan. Adapun
penilaian pendidikan ini berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu
proses pendidikan. Namun dalam praktik dilapangan, seringnya terjadi
kecurangan dalam penilaian pendidikan seperti contohnya: kecurangan saat
ulangan, kecurangan terhadap nilai raport siswa, hingga kecurangan terhadap
nilai UN. Tentunya hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh kurangnya
moral pada diri manusia. Sehingga kejujuranpun sudah menjadi hal yang
langka dewasa ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam kesempatan kali ini penulis akan
membahas permasalahan tersebut dengan judul “Hubungan Moral dengan
Penilaian Pendidikan”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penilaian pendidikan?
2. Apa hubungan antara moral dengan penilaian pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami penilaian pendidikan
2. Memahami hubungan antara moral dengan penilaian pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pemahaman penulis mengenai hubungan moral
dengan penilaian pendidikan.
2. Menambah wawasan dan pemahaman pembaca mengenai hubungan moral
dengan penilaian pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Pendidikan
Nilai adalah sesuatu yang menunjuk kepada tuntunan perilaku yang
membedakan perbuatan yang baik dan buruk atau dapat diartikan sebagai
kualitas kebaikan yang melekat pada sesuatu. (Sulfemi, 2019, hlm. 1).
Adapun istilah penilaian dalam bahasa Inggris adalah Evaluation,
bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan
pendidikan dan pengajaran, dalam melaksanakan tugas profesinya, seorang
guru tidak akan terlepas dari kegiatan penilaian. Kedudukan penilaian
sangat penting bagi penunaian tugas keberhasilan melaksanakan
utamanya, yakni melaksanakan pembelajaran. Pada akhir program
pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan pada umumnya diadakan
penilaian. Tujuannya untuk mengetahui apakah program pendidikan,
pengajaran ataupun pelatihan itu telah dikuasai oleh pesertanya atau
belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan patokan untuk
penguasaan program tersebut. (Jihad, 2012, hlm. 53)
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian
hasil belajar siswa dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan
yang berlaku secara nasional. Standar penilaian pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar siswa.
Dasar hukum standar penilaian pendidikan adalah Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 23 Tahun 2016 bahwa
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

3
1. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sahih
Sahih dalam hal ini berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif
Objektif dalam hal ini berarti penilaian didasarkan pada prosedur
dan kriteria yang jelas dan tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil
Adil dalam hal ini berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi,
dan gender.
d. Terpadu
Terpadu dalam hal ini berarti penilaian oleh pendidik merupakan
salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
e. Terbuka
Terbuka dalam hal ini berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian,
dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Dalam hal ini berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan
kemampuan siswa.
g. Sistematis
Dalam hal ini berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

4
h. Beracuan kriteria
Dalam hal ini berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel
Dalam hal ini berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

2. Standar Penilaian Pendidikan


Adapun standar penilaian pendidikan yang relevan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah meliputi :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil, dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian tersebut di atas digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi siswa, dan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, serta untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
1) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan kepribadian siswa.
2) Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif siswa.

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu


pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan,
dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang
dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika
dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi

5
psikomotorik siswa. Penilaian hasil belajar kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui:

1) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk


menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi siswa.
2) Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
siswa.

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan merupakan
penilaian akhir yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
menentukan kelulusan siswa, dengan mempertimbangkan hasil
penilaian siswa oleh pendidik. Penilaian tersebut bertujuan untuk
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran, yang dilakukan melalui Ujian Sekolah (US). Siswa yang
mengikuti Ujian Sekolah harus mendapatkan nilai sama atau lebih
besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh
BSNP.
Kegiatan penilaiannya meliputi:
1. Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan harus
memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata
pelajaran, dan satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.
2. Pengkoordinasian ulangan yang terdiri atas UTS, UAS dan
UKK.
3. Penentuan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pengdidikan
yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik,
atau penentuan kriteria program pembelajaran bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui
rapat dewan pendidik.
4. Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahrag dan Kesehatan
melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil
penilaian oleh pendidik.

6
5. Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik
dengan mempertimbangkan hasil penilaia oleh pendidik dan
nilai hasil ujian sekolah/madrasah.
6. Penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah dan penentuan
kelulusan siswa dari ujian sekolah/madrasah bagi satuan
pendidikan penyelenggara ujian sesuai dengan POS Ujian
Sekolah/Madrasah.
7. Penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik sesuai dengan kriteria:
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran.
c) Lulus Ujian Sekolah/Madrasah
d) Lulus Ujian Nasional

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah


Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam bentuk Ujian Nasional (UN).
Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk:
1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan.
2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
3) Penentuan kelulusan siswa dari program dan/atau satuan
pendidikan.
4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah


setelah:

7
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran.
c. Lulus Ujian Sekolah (US).
d. Lulus Ujian Nasional (UN).

3. Teknik dan Instrumen Penilaian


Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan siswa. Adapun teknik
penilaiannya dapat berupa:
a. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja
b. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran
c. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan atau proyek;
Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik
memenuhi persyaratan:
a. Substansi
Dalam hal ini adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai,
b. Konstruksi
Dalm hal ini adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrumen yang digunakan,
c. Bahasa
Dalam hal ini adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dan
pemerintah dalam bentuk ujian sekolah atau madrasah harus
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta
memiliki bukti validitas empirik. Sedangkan instrumen penilaian yang

8
digunakan oleh pernerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik
serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah,
antardaerah, dan antar tahun.

B. Hubungan Moral dengan Penilaian Pendidikan


Zuriah (2008, hlm. 12) mengemukakan bahwa moral menuntut
pelaksanaan apa yang baik dan penolakan apa yang buruk. Moral selalu
mengacu pada baik buruk manusia. Dalam moral diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai
tidak baik dan perlu dihindari. Sehingga moral adalah bidang kehidupan
manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma moral dipakai sebagai tolok
ukur segi kebaikan manusia.
Adapun pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengantarkan generasi muda
menemukan kepribadiannya. Yaitu sebagai usaha menyiapkannya agar
dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmainah maupun rohania. Jadi
kepribadian yang diharapkan adalah pribadi yang beriman dan bertaqwa,
berbudi pekerti (berakhlak) luhur, cerdas, terampil, percaya diri, mandiri,
dan tanggungjawab. Sehingga esensi dari pendidikan sebenarnya adalah
memanusiakan manusia.
Persoalan moral seyogyanya menjadi tanggungjawab setiap elemen
dalam masyarakat. Baik itu keluarga, sekolah, lembaga keagamaan
maupun lembaga sosial lainnya.Dalam artian harus ada komitmen dan
Langkah secara bersama dalam usaha pemberian bimbingan moralitas
kepada anak bangsa.
Sehingga, dalam hal ini, idealnya penilaian pendidikan harus
mencakup tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi keluasan pengetahuan
b. Dimensi keshalehan vertical
c. Dimensi keshalehan horizontal

9
Dalam hal ini, artinya bahwa hasil dari penilaian pendidikan tidak hanya
mencerminkan keluasan pengetahuan yang diperoleh siswa, akan tetapi
juga mencerminkan sosok pribadi yang shaleh, yakni sosok pribadi yang
memiliki kesadaran untuk mengabdi kepada Tuhannya dan juga
berperilaku yang terpuji dengan sesame manusia. Sehingga penilaian
pendidikan harus mengarahkan pada tercapainya Kesehatan jasmani,
kecerdasan akal, dan pembentukan karakter dan moral.
Dengan demikian, moral dan penilaian pendidikan memiliki
hubungan yang sangat erat. Moral dapat dijadikan suatu landasan dalam
melaksanakan penilaian pendidikan. Moral diharapkan mampu menjadi
benteng yang sangat kuat dalam meminimalisir praktik kecurangan dalam
pelaksanaan penilaian pendidikan. Demikian sebaliknya, apabila manusia
sudah bermoral, maka penilaian pendidikan pun dilaksanakan secara jujur
dan terbuka sehingga mampu menghasilkan tolak ukur yang akurat sesuai
dengan yang terjadi dilapangan.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa
istilah moral lebih sering digunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku,
adat, atau kebiasaan dari individu atau kelompok, seperti apabila seseorang
membicarakan tentang moral orang lain. Moral selalu mengacu pada baik
buruk manusia.
Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha
menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah
maupun rohaniah. Adapun penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan berdasarkan standar penilaian
pendidikan yang berlaku secara nasional. Standar penilaian pendidikan adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar siswa.
Hasil dari penilaian pendidikan tidak hanya mencerminkan keluasan
pengetahuan yang diperoleh siswa, akan tetapi juga mencerminkan sosok
pribadi yang shaleh, yakni sosok pribadi yang memiliki kesadaran untuk
mengabdi kepada Tuhannya dan juga berperilaku yang terpuji dengan sesame
manusia. Sehingga penilaian pendidikan harus mengarahkan pada tercapainya
Kesehatan jasmani, kecerdasan akal, dan pembentukan karakter dan moral.
Dengan demikian, moral dan penilaian pendidikan memiliki hubungan
yang sangat erat. Moral dapat dijadikan suatu landasan dalam melaksanakan
penilaian pendidikan. Moral diharapkan mampu menjadi benteng yang sangat
kuat dalam meminimalisir praktik kecurangan dalam pelaksanaan penilaian
pendidikan. Demikian sebaliknya, apabila manusia sudah bermoral, maka
penilaian pendidikan pun dilaksanakan secara jujur dan terbuka sehingga

11
mampu menghasilkan tolak ukur yang akurat sesuai dengan yang terjadi
dilapangan.

B. Rekomendasi
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi konten maupun gaya penyajian penulis.
Keterbatasan penulis dalam menemukan sumber-sumber yang relavan menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konten makalah ini, dan kualitas
konten dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan penulis dalam
menginterpretasi berbagai sumber rujukan. Sedangkan, gaya penyajian penulis
dalam memaparkan konten dipengaruhi oleh faktor kurangnya pengalaman
penulis dalam menulis. Atas dasar itu, penulis mengharapkan adanya tindak
lanjut bagi pembaca demi penyempurnaan tulisan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barakatu, Abdur Rahman. (2008). Pendidikan Moral: Antara harapan dan


Realitas. Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.11 No.2 Desember 2008.

Jihad Asep. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Konsep, Nilai, Moral dan Norma (KNMN) dalam
Hubungan Warga Negara dengan Negara. Bogor: STKIP Muhammadiyah
Bogor.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang


Standar Penilaian Pendidikan.

Zuriah. (2008). Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai