Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah: Statistik Data Science

Dosen: Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd.

The Grammar Of Science


CHAPTER V

Ketidakpastian dan Korelasi – Ketidakcukupan Kausalitas

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


2020
POKOK BAHSAN
SISTEMATIKA BAHASAN

Sub Chapter-5-5
Sub Chapter-5-1
01 05 Jagat Raya Jika diatur oleh
Prosedur Persepsi bersifat Kausalitas dan Jika Diatur oleh
relatif dan tidak absolut Ketidakpastian

Sub Chapter-5-2 Sub Chapter-5-6


Partikel elementer penyusun 02 06 Klasifikasi A dan B Melalui
alam organik dan anorganik Pengukuran. Fungsi Matematis
mungkin berbeda-beda

SUB
Sub Chapter-5-3 Sub Chapter-5-7
CHAPTER
Pengelompokan Hubungan 03 07 Tentang ‘sebab’ yang Banyak
Sebagai Pengganti Kausalitas

Sub Chapter-5-4 09 Sub Chapter-5-8


Ukuran Simbolis dari Intensitas 04 08 Jagat Raya Sebagai
Hubungan atau Kontingensi Sub Chapter-5-9 Kompleksitas Ketidakpastian,
Ukuran Korelasi dan Bukan Hubungan Kausalitas
Hubungannya dengan
Ketidakpastian

www.free-powerpoint-templates-design.com
1. Prosedur Persepsi bersifat relatif dan tidak absolut

Berpikir mungkin menjadi implikasi dari Hal aneh juga terjadi ketika kita ingin
Tidak ada kebutuhan yang melekat pada eksistensi, tetapi bertindak dan menganalisis kategori sebab dan akibat
prosedur persepsi tetapi kegagalan menjalani hidup membutuhkan prosedur pada praktik actual, kita sering terpeleset
dalam prosedur persepsi menjadikan rutin membangun persepsi. Kebutuhan memasuki konsep abstrak dibanding
eksistensi sebagai manusia rasional praktis ini kita definisikan sebagai mengalami fenomena aktual. Itulah
dengan kemampuan berperilaku menjadi kebutuhan yang melekat dalam diri dan batas konsepsi yang didasarkan pada
tidak mungkin menjadi kebutuhan mendasar dalam pengalaman, bukan fenomena itu
konsep sebab dan akibat sendiri.

Bagi manusia rasional, prosedur dari Para ilmuwan membuat kesimpulan


persepsi adalah hal yang esensial dan ilmiahnya berdasarkan pengalaman rata- Kesalahan-kesalahan kemudian
tanpanya perilaku rasional menjadi tidak rata karena tidak pernah menemui dua dihilangkan dengan cara merata-
mungkin. Prosedur tersebut bukan kejadian (eksperimen) yang hasilnya ratakan. Dengan demikian, kita
sekedar kerangka tetapi juga sama persis. Hasil-hasil eksperimen berpindah dari perseptual (hasil
mengandung nilai-nilai yang menandai selalu mengandung kesalahan (errors) pengamatan nyata) ke dunia konsep dan
kesamaan pada level tertentu yang dapat disebabkan oleh kesalahan membangun dunia model, bukan dunia
(kesamaan relatif) namun bukan pengamatan, ketidakmurnian bahan nyata.
kesamaan mutlak percobaan dan pengaruh lingkungan
2. Partikel elementer penyusun alam organik dan anorganik mungkin berbeda-beda

Setiap orang (kaum terpelajar) saat itu Dalam pendekatan sistem, kesamaan
sangat mengenal model atom sehingga tersebut hanya bersifat rata-rata,
setiap mendengar kata unsur, akan tidak identik secara absolut.
terbayang ruang kosong yang diisi oleh Ilustrasinya butir-butir pasir di pantai
molekul yang berjumlah sangat banyak terlihat sama namun dari dekat akan
dan identik, memiliki pola geometri dan ditemukan perbedaan-perbedaan dan
karakteristik fisik yang sama. tidak ada yang benar-benar identik.

Demikian pula bintang-bintang di langit


yang pada era Yunani hanya Demikian pula klasifikasi makhluk
dikelompokkan berdasarkan magnitudo, hidup dalam ilmu Biologi. Hewan
dua bintang yang menurut pengamatan dalam satu kelas memiliki
filusuf Yunani kuno adalah identik sejumlah kesamaan, namun ada
kemudian diketahui banyak perbedaan
3. Pengelompokan Hubungan Sebagai Pengganti Kausalitas
Pada sub-bab ini penulis mengajukan Dua kejadian yang mempunyai
argumen bahwa kejadian-kejadian di efek mutlak itulah yang kita
alam semesta ini bervariasi antara
kenal sebagai hubungan sebab-
sama sekali tidak berhubungan (no
effect on phenomena) sampai akibat (kausalitas). Hubungan
dengan mempunyai efek yang mutlak antara dua kejadian diberi nilai
(absolute effect on phenomena). antara 0 (nol) sampai 1 (satu).

Nilai nol diberikan untuk dua Pengelompokan tingkat


kejadian yang tidak hubungan antara
berhubungan sama sekali dan
nilai satu diberikan untuk dua
fenomena-fenomena
kejadian yang memiliki efek dapat dinyatakan dalam
4. Ukuran Simbolis dari Intensitas Hubungan atau Kontingensi

Hubungan kontingensi
antara dua fenomena yang
diamati dapat digambarkan
dalam tabel kontingensi
sebagai berikut 

Dalam tabel kontingensi di atas Dikatakan B tidak berkorelasi


digambarkan korelasi antara variasi (independent) dengan A jika
fenomena A yang berkorelasi dengan
apapun tipe atau variasi fenomena
variasi fenomena B. Frekuensi kejadian
A1 yang diikuti oleh kejadian B1 terjadi A yang dipilih, hal tersebut tidak
sebanyak n11, kejadian A1 yang diikuti mengubah proporsi atau frekuensi
pada masing-masing tipe
5. Jagat Raya Jika diatur oleh Kausalitas dan Jika Diatur oleh Ketidakpastian

Selama ini, hukum kausalitas Konsep tersebut terbukti gagal


telah mencoba mengkategorikan karena semua fenomena yang
fenomena di alam semesta ini kita amati bersifat saling terkait.
ke dalam dua batasan Masalah sebenarnya adalah
konseptual, saling tergantung seberapa besar hubungan antara
atau tidak saling tergantun fenomena-fenomena tersebut

Jika hukum kausalitas mengatakan dua


sebab yang sama akan menghasilkan
dua akibat yang sama pula, penulis lebih
memilih untuk mengatakan dua kejadian
yang mirip akan diikuti dan berkorelasi
6. Klasifikasi A dan B Melalui Pengukuran Fungsi Matematis
Apakah kita sering Seharusnya pertanyaan itu adalah
mendengar: ‘Apakah ‘Berapa derajat asosiasi fenomena
ini dengan fenomena lainnya?’
penyebab kejadian ini?’
Pertanyaan terakhir ini akan
Sesungguhnya itu adalah memudahkan mencari solusi dan
pertanyaan yang mustahil menghasilkan pengetahuan yang
untuk dijawab. berharga.

Pengamatan yang dilakukan Misalnya pada suatu


terhadap fenomena alam percobaan dengan input satu
semesta selalu menghasilkan angka tertentu pada sumbu
sekumpulan kejadian-kejadian mendatar tidak selalu
yang mirip namun tidak berkorelasi dengan satu angka
7. Tentang ‘sebab’ yang Banyak

Pada sub-bab ini penulis Jika para ilmuwan sebelumnya


mengungkapkan argumennya tentang mengatakan kejadian B terjadi
kejadian yang memiliki banyak ‘sebab.’ karena kejadian A, penulis buku ini
Penulis menggunakan tanda ‘…’ pada memandang bahwa sebenarnya
kata ‘sebab’ karena beliau tidak yang terjadi adalah kejadian B
mempercayai hubungan sebab-akibat. berkorelasi dengan kejadian A.

Ketika fenomena B dikatakan Dalam hal ini pun penulis menyebutkan


terjadi karena kejadian A, C, D dan bahwa seharusnya kejadian di atas tidak
lainnya, kita biasa mengatakan dapat dipahami demikian, melainkan
bahwa fenomena yang menyertai banyak
kejadian B memiliki banyak sebab ‘sebab’ bukan merupakan jumlah dari
dan merupakan gabungan atau akibat masing-masing ‘sebab’ karena
8. Jagat Raya Sebagai Kompleksitas Ketidakpastian, Bukan Hubungan Kausalitas

Dalam sub-bab ini penulis Yang ada adalah hubungan


secara lebih tegas menyatakan
kontingensi di mana setiap
bahwa di alam semesta ini
fenomena saling
tidak ada hubungan sebab-
akibat antara fenomana satu mempengaruhi dengan
dengan lainnya, pengaruh yang bervariasi.

Permasalahan yang kita Setiap fenomena mempunyai


hadapi adalah bagaimana keterkaitan dengan fenomena
cara menghitung tingkat dengan nilai lebih dari nol
(independent) dan kurang
9. Ukuran Korelasi dan Hubungannya dengan Ketidakpastian

Pada sub-bab ini penulis


menjelaskan tentang rasio korelasi Rasio kolerasi bernilai antara
antara dua buah kejadian 0 dan 1. Rasio korelasi yang
(correlation ratio) yang merupakan bernilai 1 menunjukkan
perbandingan antara standar deviasi hubungan kausal
dari rata-rata dengan standar
deviasi seluruh set data (semesta). (ketergantungan absolut).

Rasio korelasi (h) sama persis


Rasio korelasi yang dengan koefisien kontingensi
bernilai 0 menunjukkan C yang juga menggunakan
kebebasan absolut (tidak nilai antara 0 dan 1 untuk
Kesimpulan

Prosedur dalam persepsi bersifat relatif, ide hubungan sebab-


akibat diturunkan dari proses konseptual dari sebuah proses,
bukan kebutuhan logis maupun pengalaman nyata. Kita dapat
mengelompokkan hal-hal yang mirip, kita tidak dapat mengulang
hal yang sama, tetapi kita dapat mengukur bagaimana kemiripan
diikuti dengan kemiripan berikutnya. Tinjauan lebih luas
terhadap jagat raya memandang semua fenomena saling
berkaitan, namun tidak berhubungan sebab-akibat.

Suatu klasifikasi baik dalam fenomena kualitatif maupun kuantitatif dapat


dimasukkan dalam tabel kontingensi (tabel ketidakpastian/kebolehjadian),
dan dari tabel tersebut kita dapat mengukur ketergantungan antara dua
fenomena. Kausalitas terjadi ketika dalam satu tabel kontingensi yang
memiliki sel yang banyak namun hanya ada satu sel yang terisi (kejadian
berulang sama persis). Hal yang sama ketika representasi grafik menyatakan
korelasi satu data di sumbu horisontal dengan satu data di sumbu vertical
sehingga membentuk garis. Pada kenyataannya, pengulangan percobaan
selalu menghasilkan sabuk (area) kemungkinan kejadian yang tidak
akan sama persis.

Keuntungan intelektual dari kontingensi ini terletak pada pandangan


bahwa variasi adalah faktor fundamental dalam setiap fenomena.
Determinasi mendorong kita melihat fenomena-fenomena sebagai suatu
kesamaan, bukan suatu kemiripan. Cara pandang variasi dan korelasi
juga melibatkan kausalitas dan determinisme, yaitu sebagai suatu
kejadian khusus jika benar-benar mungkin ada kejadian nyatanya.
Sampai saat ini, kami percaya bahwa tidak ada kejadian yang benar-
benar nyata menunjukkan kausalitas dan determinisme. Jadi, dapat
dikatakan bahwa hal tersebut adalah sekedar batasan konseptual.
PowerPoint Presentation

Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

http://www.free-powerpoint-templates-design.com

Anda mungkin juga menyukai