Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yosep Wahyu Trisaputro

NPM : 03052012013

Generalisasi yang salah

Kita telah mengetahui bahwa tingkat keterpercayaan suatu generalisasi tergantung bagaimana
tingkat terpenuhinya jawaban atas evaluasi sebagaimana tersebut diatas. Semakin terpenuhinya
syarat-syarat tersebut semakin tinggi tingkat keterpercayaan generalisasinya dan begitu pula
sebaliknya.

Bagaimanapun juga ada kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan fenomena
yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk dibuat generalisasi.

 Dalam kehidupan sehari-hari kekeliruan seperti ini sering sekali terjadi. Kita mendengar
ungkapan seperti:

 Dia adalah mahasiswa kenapa memecahkan masalah seringan itu tidak bisa; kalau begitu dia
adalah bodoh;

 Dia orang Islam mengapa korupsi kalau begitu orang Islam memang jahat; Dia memang tidak
suka membayar utang terbukti uangku tidak dikembalikannya.

Empirik dan Generalisasi dengan Penjelasan

Generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan mengapanya atau generalisasi berdasarkan
fenomenanya semata-mata disebut generalisasi empirik.

Sebagaimana telah disebut bahwa generalisasi (sudah barang tentu generalisasi tidak sempurna)
tidak pernah mencapai tingkat keterpercayaan mutlak namun kesimpulan yang dihasilkannya
menjadi terpercaya manakala memenuhi empat syarat yang telah kita ketahui. Apabila generalisasi
ini kemudian disertai dengan penjelasan ‘mengapanya’ maka kebenaran yang dihasilkannya akan
lebih kuat lagi.

Kebanyakan generalisasi pada kehidupan kita adalah generalisasi empirik, yang berjalan bertahun-
tahun dan bahkan berabad-abad sampai akhirnya dapat diterangkan. Telah diketahui berdasarkan
generalisasi bahwa tanah yang ditanami secara bergantian dengan jenis lain secara teratur akan
menghasilkan panen yang lebih baik dibandingkan jika ditanami dengan tanaman yang selalu sejenis.

Generalisasi Ilmiah

Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun
permasalahannya. Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam
perumusannya.

Generalisasi dikatakan sebagai penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai
sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak diobservasi, pada masalah yang
sejenis; atau apa yang terjadi pada sejumlah kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang
lain bila kondisinya yang sama terjadi.

BAB X ANALOGI
Pengertian

Analogi adalah proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan materinya
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu jalan

Tujuan analogi adalah meramalkan topik, menyingkap kekeliruan dan menyusun sebuah klasifikasi.

Penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu:

1. Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi.

2. Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat.

3. . Fenomena yang hendak kita analogikan.

Macam-macam analogi

 Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif
sangat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.

 Analogi argumentatif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang
ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan
analogi induktif.

Analogi yang Pincang

Analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi
merupakan penalaran induktif yang benar. Kekeliruan ini terjadi karena membuat
persamaan yang tidak tepat.

BAB IX HUBUNGAN KAUSALITAS

Pengertian

Kausalitas adalah hukum sebab akibat atau dengan bahasa yang lebih umum adalah
butterfly effect karya Edward Lorenz dimana teorinya diangkat menjadi sebuah film, konsep
game, buku dan banyak hal lain. Satu kepakan sayap kupu-kupu di suatu tempat dan waktu
dapat menyebabkan badai di suatu tempat dan waktu yang lain, hal tersebut mungkin
membutuhkan waktu yang lama tetapi koneksinya nyata. Jika kupu-kupu tidak mengepakkan
sayapnya pada titik yang tepat dalam ruang / waktu, badai tidak akan terjadi. Hal yang
menghubungkan antara persitiwa A yang memunculkan peristiwa B, lalu peristiwa B yang
memunculkan peristiwa C, peristiwa C memunculkan peristiwa D dan dapat selalu berlanjut.
Peristiwa A menyebabkan D secara tidak langsung tetapi bukan suatu kebetulan semata,
persitiwa A sebagai cikal bakal dari peristiwa B,C,D dan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai