Anda di halaman 1dari 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Sebab Akibat


Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengkaji hubungan khusus antara peristiwa
tertentu dengan peristiwa yang lainnya. Jadi kalau satu peristiwa terjadi, maka
peristiwa yang lain pasti terjadi atau mengikuti. Atau kalau peristiwa yang satu
terjadi, maka peristiwa yang lain sudah terjadi mendahuluinya. Hubungan diantara
kedua peristiwa ini kemudian ditemukan sebagai hubungan sebab akibat, yaitu bahwa
ternyata peristiwa yang satu menjadi sebab dari peristiwa yang lain atau bahwa yang
satu menjadi akibat dan yang lain menjadi sebabnya.1
Hubungan sebab akibat dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti
kemudian dalam ilmu pengetahuan hubungan ini disebut dengan hukum. Tujuan
utama dari ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum ilmiah yang bisa
menjelaskan suatu peristiwa yang menjadi sebuah masalah. Hukum ilmiah merupakan
hasil akhir yang bersifat sementara dari suatu proses kegiatan ilmiah. Hukum sebab
akibat sudah ada dan terjadi sebagaiamana adanya dalam alam ini. Hukum ini berguna
sebagai problem solving. Jadi jika ada masalah maka masalah tersebut dapat di
temukan penyebabnya. Dengan di temukan penyebab tadi maka bisa di cari jalan
keluarnya. Demikian pula untuk melahirkan keadaan tertentu yang di inginkan cukup
dengan di ciptakan kondisi tertentu yang menjadi sebab agar kejadian tertentu yang di
inginkan bisa muncul dengan sendirinya.
Hubungan sebab-akibat atau hukum ilmiah sering dipahami sebagai hubungan
susul-menyusul dianggap mempunyai hubungan sebab-akibat. Dua peristiwa atau
lebih hanya bisa dianggap mempunyai hubungan sebab-akibat, yang menjadi sebuah
hukum ilmiah, kalau keduanya terjadi secara susul-menyusul dan punya kaitan
langsung tanpa kecuali. Contoh, es dipanaskan (peristiwa A) dan es mencair
(peristiwa B). Hubungan antara peristiwa A dan B adalah hubungan sebab-akibat dan
dengan demikian adalah sebuah hukum ilmiah. Karena, keduanya terjadi secara susul-
menyusul tanpa terkecuali. Artinya, setiap kali peristiwa A terjadi, peristiwa B pasti
akan terjadi dengan sendirinya. Tapi tidak semua peristiwa yang terjadi susul-
menyusul adalah peristiwa sebab-akibat atau mengungkapkan hukum ilmiah,
1
Keraf,  A.S dan Mikhael D, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta : KANISIUS, 2001),
hlm 118-119
contohnya kelahiran dan kematian. Keduanya terjadi secara susul-meyusul, tetapi
kematian bukan disebabkan oleh kelahiran.
B. Sifat Sifat Hukum Ilmiah
Macam-macam sifat hukum ilmiah, yaitu:
a. Lebih pasti:
Sifat hukum ilmiah bersifat lebih pasti karena terbukti benar dan di dukung
dengan fakta dan data yang tidak terbantahkan. Namun perlu di ingat bahwa setiap
hukum ilmiah bagaimanapun juga tetap mengandung unsur hipotesis, jadi walau
pun bersifat lebih pasti selalu saja kebenarannya bersifat sementara atau tidak
definitif, Selalu saja ada kemungkinan, meski sangat kecil sekali, bahwa hukum
tersebut kelak akan dibantah atau gugur oleh penemuan ilmiah yang baru.
b. Berlaku umum atau universal :
Karena hukum lebih pasti sifatnya, dengan sendirinya akan lebih universal
pula keberlakuannya. Hukum bersifat umum karena mengungkapkan hubungan
yang bersifat universal antara dua peristiwa. Hubungan ini sejauh merupakan
sebuah hukum ilmiah tidak hanya terjadi pada kasus partikular tertentu, yaitu
antara dua peristiwa khusus dalam kurun waktu dan tempat tertentu saja.
Melainkan, berlaku untuk semua peristiwa sejenis lainnya kapan saja dan di mana
saja. Jadi, di mana saja dan kapan saja hubungan sebab akibat diungkapkan,
hukum ilmiah tadi akan dengan sendirinya terjadi. Sejauh merupakan hukum
ilmiah, siapaun akan menyetujui bahwa memang benar ada hubungan sebab-
akibat antara peristiwa sejenis yang satu dengan peristiwa sejenis lainnya. 
c. Punya daya terang yang lebih luas :
Hal yang paling membedakan hukum dengan hipotesis adalah bahwa hukum
memiliki daya terang yang lebih luas. Dengan hukum, peristiwa dialam ini yang
tadinya terlihat hanya berdiri sendiri menjadi semakin jelas bahwa memiliki
hubungan satu dengan yang lainnya. Berkat adanya hukum, manusia secara bebas
dapat meramalkan berbagai peristiwa tertentu yang belum terjadi dan dapat
merencanakan hidupnya secara lebih pasti dan teratur.
Sumber :

Keraf,  A.S dan Mikhael D. (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta : KANISIUS.

Anda mungkin juga menyukai