Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengkaji hubungan khusus antara peristiwa tertentu dengan peristiwa yang lainnya. Jadi kalau satu peristiwa terjadi, maka peristiwa yang lain pasti terjadi atau mengikuti. Atau kalau peristiwa yang satu terjadi, maka peristiwa yang lain sudah terjadi mendahuluinya. Hubungan diantara kedua peristiwa ini kemudian ditemukan sebagai hubungan sebab akibat, yaitu bahwa ternyata peristiwa yang satu menjadi sebab dari peristiwa yang lain atau bahwa yang satu menjadi akibat dan yang lain menjadi sebabnya.1 Hubungan sebab akibat dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti kemudian dalam ilmu pengetahuan hubungan ini disebut dengan hukum. Tujuan utama dari ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum ilmiah yang bisa menjelaskan suatu peristiwa yang menjadi sebuah masalah. Hukum ilmiah merupakan hasil akhir yang bersifat sementara dari suatu proses kegiatan ilmiah. Hukum sebab akibat sudah ada dan terjadi sebagaiamana adanya dalam alam ini. Hukum ini berguna sebagai problem solving. Jadi jika ada masalah maka masalah tersebut dapat di temukan penyebabnya. Dengan di temukan penyebab tadi maka bisa di cari jalan keluarnya. Demikian pula untuk melahirkan keadaan tertentu yang di inginkan cukup dengan di ciptakan kondisi tertentu yang menjadi sebab agar kejadian tertentu yang di inginkan bisa muncul dengan sendirinya. Hubungan sebab-akibat atau hukum ilmiah sering dipahami sebagai hubungan susul-menyusul dianggap mempunyai hubungan sebab-akibat. Dua peristiwa atau lebih hanya bisa dianggap mempunyai hubungan sebab-akibat, yang menjadi sebuah hukum ilmiah, kalau keduanya terjadi secara susul-menyusul dan punya kaitan langsung tanpa kecuali. Contoh, es dipanaskan (peristiwa A) dan es mencair (peristiwa B). Hubungan antara peristiwa A dan B adalah hubungan sebab-akibat dan dengan demikian adalah sebuah hukum ilmiah. Karena, keduanya terjadi secara susul- menyusul tanpa terkecuali. Artinya, setiap kali peristiwa A terjadi, peristiwa B pasti akan terjadi dengan sendirinya. Tapi tidak semua peristiwa yang terjadi susul- menyusul adalah peristiwa sebab-akibat atau mengungkapkan hukum ilmiah, 1 Keraf, A.S dan Mikhael D, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta : KANISIUS, 2001), hlm 118-119 contohnya kelahiran dan kematian. Keduanya terjadi secara susul-meyusul, tetapi kematian bukan disebabkan oleh kelahiran. B. Sifat Sifat Hukum Ilmiah Macam-macam sifat hukum ilmiah, yaitu: a. Lebih pasti: Sifat hukum ilmiah bersifat lebih pasti karena terbukti benar dan di dukung dengan fakta dan data yang tidak terbantahkan. Namun perlu di ingat bahwa setiap hukum ilmiah bagaimanapun juga tetap mengandung unsur hipotesis, jadi walau pun bersifat lebih pasti selalu saja kebenarannya bersifat sementara atau tidak definitif, Selalu saja ada kemungkinan, meski sangat kecil sekali, bahwa hukum tersebut kelak akan dibantah atau gugur oleh penemuan ilmiah yang baru. b. Berlaku umum atau universal : Karena hukum lebih pasti sifatnya, dengan sendirinya akan lebih universal pula keberlakuannya. Hukum bersifat umum karena mengungkapkan hubungan yang bersifat universal antara dua peristiwa. Hubungan ini sejauh merupakan sebuah hukum ilmiah tidak hanya terjadi pada kasus partikular tertentu, yaitu antara dua peristiwa khusus dalam kurun waktu dan tempat tertentu saja. Melainkan, berlaku untuk semua peristiwa sejenis lainnya kapan saja dan di mana saja. Jadi, di mana saja dan kapan saja hubungan sebab akibat diungkapkan, hukum ilmiah tadi akan dengan sendirinya terjadi. Sejauh merupakan hukum ilmiah, siapaun akan menyetujui bahwa memang benar ada hubungan sebab- akibat antara peristiwa sejenis yang satu dengan peristiwa sejenis lainnya. c. Punya daya terang yang lebih luas : Hal yang paling membedakan hukum dengan hipotesis adalah bahwa hukum memiliki daya terang yang lebih luas. Dengan hukum, peristiwa dialam ini yang tadinya terlihat hanya berdiri sendiri menjadi semakin jelas bahwa memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Berkat adanya hukum, manusia secara bebas dapat meramalkan berbagai peristiwa tertentu yang belum terjadi dan dapat merencanakan hidupnya secara lebih pasti dan teratur. Sumber :
Keraf, A.S dan Mikhael D. (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta : KANISIUS.