Anda di halaman 1dari 26

PENALARAN INDUKTIF

Oleh : Melaniawati
Pengertian Penalaran Induktif

Penalaran Induktif adalah suatu proses


berpikir yang bertolak dari suatu atau
sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi).
Macam-macam Penalaran Induktif
 A. Generalisasi
 Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum
yang mencakup semua fenomena tadi.
 Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang
penting kalau kesimpulan yang diturunkan dari
sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup
semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada
fenomena – fenomena lain yang sejenis dan belum
diselidiki.
Contoh: Generalisasi

Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam


kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan
kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi
juga. Dari macam- macam tipe kendaraan dengan
ciri-ciri tertentu, ia mendapatkan sebuah gagasan
mengenai mobil, sedangkan dari bermacam-macam
alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi
yang lebih tinggi ( = generalisasi lagi) mengenai
kendaraan pengangkut.
Contoh – contoh diatas menunjukkan bahwa bila
pada suatu waktu kita menghadapi suatu
fenomena individual, kita segera
menghubungkannya dengan pengalaman-
pengalaman kita pada masa lampau.
Semua pengalaman itu secara alamiah
menciptakan dalam pikiran kita suatu generalisasi
yang mencoba menghubungkan semua peristiwa
itu melalui ciri – ciri yang menonjol.
Macam-Macam Generalisasi

1. Loncatan Induktif: bertolak dari beberapa


fakta, namun fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Jadi loncatan induktif adalah sebagai
loncatan dari sebagai evidensi kepada
suatu generalisasi yang jauh melampaui
kemungkinan yang diberi oleh evidensi –
evidensi itu.
2. Tanpa loncatan induktif adalah suatu
generalisasi tidak mengandung loncatan
induktif bila fakta – fakta yang diberikan
cukup banyak dan menyakinkan, sehingga
tidak terdapat peluang untuk menyerang
kembali.
Skema Penalaran Induktif

GENERALISASI

Peristiwa A Peristiwa B Peristiwa C Peristiwa D


 Karena generalisasi itu sering mendahului
observasi atau sejumlah peristiwa yang
cukup menyakinkan, maka perlu diadakan
evaluasi yang terdiri dari:
1. Harus diketahui apakah sudah cukup banyak
jumlah peristiwa yang diselidiki sebagai
dasar generalisasi tersebut.
2. Apakah peristiwa – peristiwa itu merupakan
contoh baik, bagi semua jenis peristiwa –
peristiwa yang diselidiki.
3. Memperhitungkan pengecualian –
pengecualian yang tidak sejalan dengan
generalisasi itu.
4. Perumusan generalisasi itu sendiri juga
harus absah.
B. Hipotesa dan Teori
Hipotesa adalah semacan teori atau
kesimpulan yang diterima sementara waktu
untuk menerangkan fakta – fakta tertentu
sebagai penuntun dalam meneliti fakta –
fakta lain lebih lanjut, atau dalam defininsi
lain yaitu suatu dugaan yang bersifat
sementara mengenai sebab-sebab atau
relasi antara fenomena – fenomena.
 Teori adalah azas – azas yang umum dan
abstrak yang diterima secara ilmiah dan
sekurang – kurangnya dapat dipercaya untuk
menerangkan fenomena – fenomena yang
ada. Di dalam pengertian yang lain teori
adalah hipotesa yang telah diuji dan yang
dapat diterapkan pada fenomena –
fenomena yang relevan atau sejenis.
Cara merumuskan hipotesa yang baik:

1. Secara maksimal memperhitungkan semua


evidensi yang ada. Semakin banyak
evidensi yang digunakan semakin kuat
hipotesa yang diajukan (ciri kuantitatif).
2. Bila tidak alasan – alasan lain, maka antara
dua hipotesa yang mungkin diturunkan,
lebih baik memilih hipotesa yang sederhana
dari pada yang rumit.
3. Sebuah hipotesa tidak pernah terpisah dari
semua pengetahuan dan pengalaman
manusia.
4. Hipotesa bukan hanya menjelaskan fakta –
fakta yang membentuknya, tetapi juga
harus menjelaskan juga fakta – fakta lain
sejenis yang belum diselidiki.
C. Analogi
 Analogi adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip
satu sama lain, kemudian menyimpulkan
bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal
akan berlaku pula untuk hal yang lain.
 Analogi sering disebut juga dengan analogi induktif
atau logis sebagai suatu proses penalaran bertolak
dari suatu kesamaan aktual antara dua hal,
berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat
menurunkan suatu kesimpulan bahwa karena kedua
hal itu mengandung kemiripan dalam hal – hal yang
penting, maka mereka akan sama pula dalam aspek
– aspek yang kurang penting.
Dengan demikian analogi mempunyai tujuan
tujuan, diantaranya :
 Untuk meramalkan kesamaan
 Untuk menyingkapkan kekeliruan.
 Untuk menyusun sebuah klasifikasi
 Sebagai ilustrasi mengenai analogi ini perhatikan contoh berikut:
 Nina adalah tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan
PT. Sanbe Farma, tempat ia bekerja. Ia telah mengajukan banyak
usul mengenai cara pemecahan atas kesulitan – kesulitan yang
dihadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai-
pegawai baru, Direktur Perusahaan langsung menerima Reno,
karena Reno adalah seorang alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma, seperti halnya Nina. Semua pelamar –
pelamar lain diabaikan begitu saja. Menurut logika Direktur,
karena Reno tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma,
maka pasti ia memiliki juga kecerdasan dan kualitas yang sama
atau sekurang-kurangnya sama dengan Nina.
 d. Hubungan Kausal
 Hubungan Kausal adalah hubungan antara
sebab dan akibat. Untuk tujuan praktis dapat
diterima sebagai dasar bahwa semua
peristiwa mempunyai sebab yang mungkin
dapat diketahui, bila manusia berusaha
menyelidiknya dan memiliki pengetahuan
yang cukup untuk melakukan penyelidikan
itu.
 Pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung
dalam tiga pola:
1. Sebab ke Akibat: hubungan ini mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab
yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju
kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat
yang terdekat. Efek yang ditimbulkan oleh sebab tadi
dapat merupakan efek tunggal, tetapi dapat juga
berbentuk sejumlah efek bersama-sama atau
serangkaian efek.
 Contoh: Kalau Novi menekan tombol lampu menyala; menekan
tombol sebagai satu sebab akan menimbulkan satu efek yaitu
lampu menyala. Tetapi hujan sebagai satu sebab akan
menimbulkan sejumlah efek serentak, yaitu: tanah-tanah menjadi
becek dan berlumpur, selokan penuh banjir, pakaian yang dicuci
tidak lekas kering, mereka yang tidak tahan udara lembab atau
dingin akan jatuh sakit.
 Sebaliknya sebab akibat berantai terjadi: misalnya kenaikan
harga minyak menyebabkan biaya transpor naik, biaya transpor
naik menyebabkan para penyalur bahan makanan menaikkan
harga-harga bahan makanan, harga bahan makanan naik
menimbulkan kesulitan hidup, kesulitan hidup dalam semua
bidang menyebabkan kaum buruh menuntut kenaikan upah, dan
seterusnya.
2. Akibat ke Sebab: Hubungan ini bertolak dari
suatu peristiwa yang dianggap sebagai
akibat yang diketahui, kemudian bergerak
menuju sebab – sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat tadi.
 Contoh :
 Ada seorang pasien pergi ke dokter karena sakit
yang dideritanya. Fenomena ini adalah sebuah
akibat. Dokter yang diminta bantuannya harus
menemukan sebabnya untuk memberikan
pengobatan yag tepat. Ia menetapkan bahwa sakit di
dada pasien disebabkan oleh kanker. Jadi jalan
pikiran ini bertolak dari akibat yang diketahui (sakit di
dada) menuju kepada sebuah sebab (kanker).
3. Akibat ke Akibat: proses penalaran yang
bertolak dari suatu akibat menuju suatu
akibat yang lain, tanpa menyebut atau
mencari sebab umum yang menimbulkan
kedua akibat tadi.
Contoh:

 Dari contoh yang dikemukakan dalam hubungan sebab ke akibat,


terjadilah sejumlah kibat karena turun hujan, tanah-tanah menjadi
becek dan berlumpur selokan penuh banjir, pakaian yang sudah
kering basah kembali.
 Ketika seorang ibu kembali dari belanja di daerah Glodok ke
rumahnya di daerah Jatinegara, ia melihat tanah menjadi becek
dan penuh lumpur, saluran – saluran masih kebanjiran. Melihat
ini semua, ia lantas mengambil kesimpulan bahwa jemurannya
yang seharusnya sudah kering, juga sudah basah semuanya.
 Dalam hal ini ia sama sekali tidak berpikir bahwa jemurannya
menjadi basah karena tanah yang becek dan penuh lumpur, atau
karena selokan penuh banjir, tetapi semuanya merupakan efek
dari suatu sebab umum yang sama, yaitu hujan.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai