A. Pendahuluan
Pada bagian ini penulis akan melaporkan identitas buku secara rinci, di
antaranya: judul buku, penyusun, penyunting, penerbit, tahun terbit, cetakan, kota
terbit, tebal buku, jumlah halaman, lebar buku, panjang buku, warna sampul, dan garis
besar isi buku.
Judul Buku : Argumentasi Dan Narasi
Pengarang : Dr. Gorys Keraf
Pencetak : PT Gramedia Pustaka Utama
Disain Sampul : eMTe
Penerbit : Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2007
Cetakan : keenam belas
Kota : Jakarta
Tebal buku : 2 cm
Jumlah halaman : 209 halaman
Lebar : 14 cm
Panjang : 20 cm
Warna sampul : Oren
Garis besar isi buku
Buku ini adalah sebuah pengantar populer tentang Argumentasi dan Narasi untuk
perguruan tinggi. Di dalam buku ini membahas tentang pertama Argumentasi yaitu
Induksi, deduksi, penolakan, tulisan argumentasi, persuasi. Dan bagian kedua Narasi
tentang struktur narasi, makna sebuah narasi, sudut pandang. Buku ini juga ditulis dengan
bahasa yang populer sehingga, dapat dibaca oleh masyarakat biasa. Selain itu buku ini
juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat mempermudah pembaca dalam
memahami konsep yang dimaksud.
B. Laporan Bagian Buku
Pada bagian ini penulis akan melaporkan intisari isi buku yang di dalamnya
membahas tentang pertama Argumentasi yaitu Induksi, deduksi, penolakan, tulisan
argumentasi, persuasi. Dan bagian kedua Narasi tentang struktur narasi, makna sebuah
narasi, sudut pandang. Sebagaimana penulis jelaskan berikut ini.
BAGIAN PERTAMA
ARGUMENTASI
BAB I INDUKSI
1. Pengertian induksi
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi). Proses
penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada.
Pengertian fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan
sebagai data maupun pernyataan yang bersifat factual. Sehingga induksi dapat
bertolak dari fenomena yang berbentuk fakta atau pernyataan.
Proses penalaran yang induktif dapat dibedakan atas bermacam variasi
yang berturut-turut dikemukakan dalam begian-bagian berikut yaitu: generalisasi,
hipotese, teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.
Generalisasi adalah suatu proses yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang
mencangkup semua fenomena. Generalisasi dibedakan menjadi beberapa bagian
yaitu :
Generalisasi yang berbentuk loncatan induktif adalah sebagai loncatan dari
sebagian evidensi kepada suatu generalisasi yang jauh melampaui oleh evidensi
itu.generalisasi semacam ini mengandung kelemahan dan mudah ditolak evidensi
yang bertentangan.
Generalisasi yang berbentuk tanpa loncatan induktif adalah sebuah generalisasi
tidak mengandung loncatan induktif bila fakta yang diberikan cukup banyak dan
meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Perbedaan
kedua generalisasi ini sebenarnya terletak dalam persoalan jumlah fenomena yang
diperlukan.
2. Generalisasi
BAB II DEDUKSI
1. Pengertian deduksi
Kata deduksi berasal dari kata latin deducere ( de yang berarti ‘dari ‘ dan
kata ducere yang berarti ‘ menghantar ‘, ‘memimpin ‘). Dengan demikian
katadeduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ’ menghantar dari sesuatu hal ke
sesuatu hal yang lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan
suatu proses berpikir ( penalaran ) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah
ada. Menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Dalam induksi, untuk menurunkan suatu kesimpulan, penulis harus
mengumpulkan bahan atau fakta terlebih dahulu. Semakin banyak fakta yang
dikumpulkan, semakin baik cirri kualitas faktanya itu, maka akan semakin mantap
pula kesimpulan yang diturunkan itu. Dalam penalaran yang bersifat deduktif,
penulis tidak perlu mengumpulkan fakta itu. Yang perlu baginya adalah suatu
proposisi umum dan suatu proposisi yang bersifat mengidentifikasi suatu peristiwa
khusus yang bertalian dengan proposisi umum.
Uraian mengenai proses berpikir yang deduktif yaitu: silogisme kategorial,
silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternative, dan teknik
pengujian kebenaran atas tiap corak penalaran deduksi.
Silogisme kategorial adalah suatu argument deduktif yang mengandung suatu
rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi yang disusun sedemikian rupa sehingga
ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Silogisme hipotetis adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung
hipotese. Silogisme ini bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
yang terjadi disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
silogisme alternative adalah proposisi yang mengandung kemungkinan-
kemungkinan atau pilihan-pilihan.
2. Proposisi Silogisme
Silogisme hanya terdapat tiga term, yaitu trem mayor, trem minor,
dan trem tengah. Telah dikemukakan pula dalam tiap silogisme terdapat tiga
proposisi, yaitu dua proposisi yang disebut premis, dan sebuah proposisi yang
disebut konklusi. Sehubungan dengan trem-trem yang ada, maka proposisi-
proposisi itu diberi nama trem-trem yang dikandungnya, yaitu ada premis mayor,
ada premis minor, dankonklusi.
Premis mayor adalah premis yang mengandung trem mayor dari silogisme itu.
Premis mayor adalah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas
tertentu.
Premis minor adalah premis yang mengandung trem minor dari silogisme itu.
Premis minor adalah proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa (fenomena)
dan khusus sebagai anggota dari kelas itu.
Kesimpulan adalah proposisi yang mengatakan, bahwa apa benar tentang seluruh
kelas, juga akan benar atau berlaku bagai anggota tertentu. Dalam hal ini, kalau
benar semua buruh adalah manusia pekerja, maka semua tukang batu - yang adalah
anggota dari buruh – juga harus merupakan manusia pekerja.
BAB III PENOLAKAN
1. Pengertian penolakan
Penolakan juga merupakan sebuah proses penalaran dalam kerangka
berargumentasi. Dalam berargumentasi pengarang bukan hanya mencoba
mempengaruhi sikap dan keyakinan para pembaca atau pendengar agar mereka
bersikap dan berpendapat seperti pengarang.
Dalam berargumentasi harus memiliki kemampuan untuk menilai pendapat-
pendapat orang lain, sanggup menunjukkan kelemahan pendapat lawannya, dan
kemudian dapat pula menunjukkan jalan keluar sebaik-baiknya.
Metode penolakan ini dipergunakan untuk menilai dan untuk menolak
pendapat lawan, dapat dipergunakan pula untuk menilai dan kalu perlu menolak
pendapat sendiri yang sudah drumuskan. Semakin obyektif dan semakin jujur
seorang pengarang, lebih berani dia mengatakan koreksi-koreksi atas pendapatnya
sendiri.
2. Prinsip penolakan
Jika seorang pengarang menulis sebuah makalah yang memuat penolakan
atau ketidaksepakatan terhadap sebuah masalah atau pendapat, hendaknya
penolakan itu diarahkan kepada beberapa pokok yang penting saja dari makalah
itu, daripada mengarahkan kepada seluruh pokok persoalan.
Penolakan biasanya dianggap sebagai sebuah proses untuk menyerang
keyakinan orang lain, maka tidak ada alasan untuk tidak mempergunakan proses
yang sama buat menguji sikap atau gagasan penulis. Jadi metode ini dipergunakan
untuk mengadakan evaluasi terhadap argumentasi atau penalaran pengarang
sendiri.
1. Pengertian persuasi
Persuasi adalah untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Karena
tujuan terakhir adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka
persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara untuk mengambil keputusan.
Bentuk persuasi yang dikenal umum adalah propaganda yang dilakukan
oleh golongan atau badan tertentu, iklan dalam surat kabar, majalah, atau media
massa lainnya. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia
berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita
inginkan. Persuasi itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaiaan
atau kesepakatan melalui kepercayaan.
2. Argumentasi dan Persuasi
Banyak orang beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau
istilah yang mempunyai makan yang sama dengan argumentasi, namun kedua
istilah ini terdapat perbedaan yang jelas. Bila kita memperhatikan uraian mengenai
argumentasi maka tampak bahwa cirri khas argumentasi adalah usaha membuktikan
suatu kebenaran sebagai digariskan dalam proses penalaran pembicara atau penulis.
Argumentasi merupakan suatu proses untuk mencapai suatu kesimpulan.
Sebaliknya, persuasi adalah suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau
kesesuaian kehendak pembicara dan yang diajak bicara, ia merupakan proses untuk
meyakinkan orang lain supaya orang itu menerima apa yang diinginkan pembicara
atau penulis.
Perbedaan pertama antara argumentasi dengan persuasi adalah
menyangkutkebenaran atau kesepakatan. Keduanya sama-sama merupakan hasil
dari suatu proses berpikir. Kebenaran merupakan hasil dari proses penalaran
dalam argumentasi, sedangkan kesepakatan merupakan hasil dari proses berpikir
dalam persuasi. Sasaran proses berpikir dalam argumentasi adalah kebenaran
mengenai subyek yang diargumentasikan, sedangkan sasaran proses berpikir dalam
persuasi adalah hadirin yaitu usaha bagaimana merebut kesepakatan dari
para hadirin,untuk itu persuasi memerlukan analisa yang crmat mengenai hadirin
dan seluruh situasi yang ada, sedangkan argumentasi memerlukan analisa yang
cermat mengenai fakta yang ada untuk membuktikan kebenaran itu. dalam
argumentasi semakin banyak fakta yang dipergunakan semakin kuat pula kebenaran
yang dipertahankan, sebaliknya dalam persuasi fakta dipergunakan seperlunya
saja.
3. Dasar- dasar persuasi
Dalam buku Rhetorica, Aristoteles mengajukan tiga syarat yang harus
dipenuhi untuk mengadakan persuasi.
Watak dan kredibilitas pembicara
Kemampuan pembicara mengendalikan emosi para hadirin
Bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran .
Inilah dasar-dasar bagi sebuah persuasi. Bila salah satu syarat tidak dipenuhi maka
kesepakatan akan lebih susah diraih.
4. Teknik–teknik persuasi
Teknik atau metode yang dipergunakan untuk mengadakan persuasi tersebut
digunakan beberapa metode seperti metode yang biasa dipergunakan
adalahrasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi,
proyeksi danpenggantian.
a. Rasionalisasi
Rasionalisasi sebenarnya tidak lain dari suatu argumentasi semu, suatu proses
pembuktian mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya, yang agak lemah, dan
biasanya dipergunakan dalam persuasi. Rasionalisasi sebagai sebuah teknik
persuasi dapat dibatasi sebagai:
Suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada
suatu persoalan, dimana dasar atau alas an itu tidak merupakan sebab langsung
dari masalah itu.
b. Identifikasi
Karena persuasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu,
maka pembicara harus menganalisa hadirinnya dan seluruh situasi yang
dihadapinya dengan seksama. Dengan menganalisa hadirin dan situasi, maka
pembicara dengan mudah dapat mengidentifikasi dirinya dengan hadiri.
c. Sugesti
Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk
menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar
kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi.
Sugesti sering merupakan pembebasan dari suatu polayang sudah ada pada
seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu hal atau pola yang baru. Karena
rangsangan (stimulus) asli mula-mula timbul dalam hubungan dengan orang tua,
maka prestise merupakan factor yang mempu mempengaruhi orang lain. Dan
cenderung untuk percaya bahwa pernyataan-pernyataan dari orang-orang yang
berkedudukan tinggi, orang yang mempunyi reputasi dan mempunyai keunggulan-
keunggulan lainnya,.
d. Konformitas
Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat
diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme
mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan sesuatu yang
diinginkan itu. Konformitas biasanya dianggap sebagai suatu tindakan yang akan
membawa pengaruh positif kea rah kemajuan. Tetapi sama sekali tidak benar kalau
dikatakan bahwa semua kemajuan hanya akan dicapai.
BAGIAN KEDUA
NARASI
BAB I NARASI
1. Pengertian Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah pembaca melihat atau mengalami
sendiri peristiwa itu. sebab itu, unsure yang paling pada sebuah narasi adalah
unsur perbuatan atau tindakan.
Pada dasarnya pengertian narasi memiliki dua unsure dasar yaitu perbuatan
atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi
tidak lain daripada tindak yang dilakukan oleh orang atau tokoh dalam suatu
rangkaian waltu.
Berdasarkan uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk tanduk
yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalani dan dirangkaikan
menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Jadi , narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan jelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
2.Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya
adalah rasio,yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca
kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu
peristiwa.
Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-
tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau
pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian
pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
Narasi bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu
peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah
peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau
kejadian pada suatu waktu tertentu saja.
1. Narasi Sugestif
Narasi segestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian
macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu
makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit
adalah sesuatu yang tersurat mengenai obyek atau subyek yang bergerak dan
bertindak, sedangkan makna baru adalah sesuatu yang tersirat. Makna yang baru
akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena tersirat dalam seluruh
narasi itu.
2. Perbedaan pokok antara Narasi Eksposisi dan Narasi Sugestif
Disamping itu juga narasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi
kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi
ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan
untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yng dikisahkan.
Sedangkan narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan
sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
Perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan 1. menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan informasi 2.Menimbulkan daya khayal
mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran untuk 3.Penalaran hanya berfungsi sebagai
mencapai kesepakatan rasional alat untuk menyampaikan makna.
4. Bahasanya lebih condong ke 4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informative dengan titik bahasa figurative dengan menitik-
berat pada penggunaan kata-kata beratkan penggunaan kata-kata
denotative konotatif.
Pokok perbedaan yang telah dijelaskan diatas merupakan garis yang ekstrim
antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara kedua ekstrim ini masih
terdapat percampuran-pecampuran, dari narasi ekspositoris yang murni berangsur
mengandung cirri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat hingga narasi
sugestif yang murni.
C. KOMENTAR
Pada bagian ini penulis laporan akan memberikan komentar tentang isi buku
dengan menggunakan buku lain sebagai pembanding. Dalam hal ini penulis akan
memberikan penjelasan lebih lanjut serta melihat kelebihan serta kekurangan buku
yang dilaporkan. Penulis laporkan akan menggunakan buku modul yang berjudul
“Pengajaran Wacana” Karangan Prof. Dr. H.G . Tarigan.
Komentar Penulis
No Buku yang Dilaporkan Buku Pembanding
1 Meteri yang disajikan lebih Materi yang disajikan tidak begitu
mendalam dan disertai dengan mendalam namun juga disertai
contoh-contoh. dengan contoh-contoh
D. PENUTUP
Pandangan penulis terhadap buku yang dilaporkan adalah bahwa buku ini sangat
sesuai digunakan bagi setiap orang yang ingin mengetahui bagaimana cara mempengaruhi
dan mengubah sikap dan pendapat orang lain.
Hal ini sesuai dengan pembahasan yang di tuliskan dalam buku tersebut yang
hanya mengupas secara mendalam tentang bagaimana cara mengubah sikap dan
pendapat orang lain tentang berbahasa. Selain itu buku ini juga bisa bergunakan sekali
untuk buku panduan dosen serta mahasiswa perguruan tinggi pada jurusan pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia.
Sarannya adalah buku ini akan lebih baik jika dibahas secara mendalam serta
mendetail, karena bisa memudah pembaca dalam memahami dari dasar hingga akhir
tentang cara membimbing seseorang menuju kepada kemampuan berbahasa dan
menyusun wacana-wacana yang kompleks yang bersifat ilmiah dan alamiah.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Guntur, 1987. Pengajaran wacana. Bandung : Angkasa