Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ulfa Yuherman

NIM : 21161061
Jurusan : Pendidikan Ilmu Sosial (Konsentrasi Sejarah)
Mata Kuliah : Konsep IPS
Jadwal : Jum’at/ 07.00 s/d 08.40
Fakta:
Secara umum, fakta yang beredar dalam kehidupan bermasyarakat, dipahami sebagai
sesuatu hal yang benar benar terjadi, baik itu berbicara tentang peristiwa, maupun fonomena.
Lebih lanjut, fakta dipahami sebagai segala sesuatu yang tertangkap oleh indera manusia. Dalam
istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil yang objektif dan dapat diverifikaasikan secara empiris.
Fakta dalam prosesnya kadang kala dapat menjadi sebuah ilmu. Isdriani (2009:138) mengatakan
bahwa fakta adalah hal, keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang
benar-benar terjadi. Sesuatu dapat dinyatakan fakta apabila dapat dibuktikan kebenarannya dan
memiliki sumber yang jelas. Suryanto (2007:149) mengatakan bahwa fakta adalah keadaan atau
peristiwa yang merupakan kenyataan. Fakta merupakan sesuatu yang secara empiris benar dan
dapat didukung oleh bukti sementara dan bisa juga sebagai suatu pendapat yang berasal dari
sebuah keyakinan yang mungkin didukung atau tidak mungkin didukung dengan beberapa jenis
bukti.
Berbicara fakta adalah berbicara tentang suatu yang vital dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Fakta menjadi dasar sebuah peristiwa maupun fonomena pada akhirnmya dapat
disimpulkan sebagai bagian dari sebuah disiplin ilmu. Karena setiap disiplin ilmu yang ada,
selalu berbicara tentang fakta yang sudah dibuktikan dengan penelitian lebih dalam (sebuah
proses verivikasi yang juga disebut pembuktian). Fakta adalah pembuktian dilapangan demi
kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, setiap disiplin ilmu selalu
berkembang dengan fakta fakta baru yang selalu ditemukan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fakta adalah sebuah peristiwa, fonomena ataupun
benda yang sudah dibuktikan kebenarannya dengan prosedur ilmiah yang sistematis sehingga
menghadirkan pembaruan dan perkembangan bagi setiap disiplin ilmu yang ada. Dengan begitu,
perkembangan setiap disiplin ilmu yang ada dengan adanya fakta fakta baru seiring dinamisnya
hidup ini, telah menghadirkan arah pada kemajuan kehidupan yang lebih baik.
Konsep:
Berbicara tentang konsep adalah berbicara tentang salah satu kebiasaan manusia
dalam keseharian. Manusia hidup dengan konsep dalam setiap interaksi komunikasi yang
dilakukanya. Dalam proses komunikasi tersebut, berserakan konsep-konsep dikeluarkan oleh
manusia. Diantara semua konsep yang dikeluarkan, ada konsep yang sesuai dengan pengertian
secara ilmu, dan tak jarang pula ada konsep yang dipakai tak sesuai dengan pengertian ilmu.
Dalam beberapa pendapat, Konsep memeiliki banyak arti. Konsep bisa digambarkan
sebagai sebuah rumusan dasar untuk sebuah rancangan. Disisi lain, konsep bisa diartikan sebagai
pengertian dari penggambaran sebuah fonomena, peristiwa, dan benda dalam bentuk konkret.
Dalam beberapa hal, konsep seakan kegiatan pengistilahan yang pada akhirnya memberikan
kesingkatan atau kemudahan dalam mengungkapkan tentang sesuatu. Hal ini pada akhirnya
memudahkan para pembelajar dalam hal penyimpulan tentang fonomena, peristiwa, dan benda.
Singarimbun (1990) mengatakan bahwa konsep adalah generalisasi dari sekelompok
fenomena tertentu sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.
Dalam kenyataannya konsep mempunyai tingkat generalisasi tertentu. Semakin dekat dengan
realita semakin mudah konsep itu diukur dan diartikan. Konsep dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu konsep abstrak dan konsep kongkrit. Konsep kongkrit yakni yang dapat diukur
dengan alat ukur fisik, artinya terukur dengan kasat mata. Contohnya konsep meja, panjang,
berat dan lain-lain. Adapun konsep yang abstrak misalnya manajemen, sikap, motivasi, persepsi
dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah kesimpulan dan
penyederhanaan tentang segala hal yang ada dalam kehidupan, baik itu tentang yang
konkret(secara kasat mata) maupun abstrak, sehingga memudahkan kita dalam meyampaikannya
maupun menyebutkannya secara singkat dalam berkomunikasi
Generalisasi:
generalisasi merupakan hubungan beberapa konsep (dua atau lebih) yang berlaku
pada suatu kondisi tertentu. Oleh karena itu generalisasi hanyalah merupakan suatu hipotesa
yang kebenarannya masih perlu diuji dengan bukti-bukti. Seseorang dikatakan menyusun
generalisasi bila orang itu menarik dua atau lebih konsep sedemikian rupa sehingga mereka
saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Ada beberapa perbedaan antara fakta
dengan generalisasi. Fakta dapat diobservasi, lebih konkret, kita dapat menyediakannya, dapat
menyentuhnya, dapat merasakannya. Fakta bersifat berlaku khusus dan terjadi di tempat kita
melakukan observasi. Sebaliknya generalisasi lebih abstrak, tidak dapat dioservasi paling tidak
secara langsung. Kita hanya dapat mengobservasi melalui fakta sebagai substansinya. Fakta
dapat memberi penjelasan, dan melalui penjelasan itu kita dapat menyusun generalisasi
Kemampuan „menggeneralisasi“ merupakan salah satu kemampuan manusia yang
khas. Menurut Hassan & Koentjaraningrat (1977:11), dalam keadaan normal setiap individu
pada suatu saat dalam perkembangannya akan mencapai kesanggupan untuk menemukan
kesamaan-kesamaan umum melalui perangsangan pengamatan yang disebut stimulus
generalization, atau biasa disingkat generalization saja. Penggeneralisasian ini penting artinya
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, karena dengan kemampuan inilah terbuka
kemungkinan untuk membentuk konsepsi-konsepsi yang mengatasi generalisasi itu sendiri dan
sebagai landasan dasar dari suatu kerja ilmiah. Dalam hal ini Harris (1994:66) menyamakan
penggeneralisasian sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri, karena menurutnya ilmu pengetahuan
merupakan definisi bentuk penggeneralisasian dari pengetahuan. Makin baik suatu generalisasi,
makin „mungkin“ untuk dapat digunakan pada suatu kasus khusus, dan makin bergunalah
generalisasi itu. Kaplan&Manners (1999:15-16) secara sederhana mendefinisikan generalisasi
sebagai proposisi yang menjadikan dua atau lebih kelas fenomen saling berhubungan. Dalam
generalisasi terkandung suatu sikap logis yang penting, yaitu bahwa pernyataan yang
dikemukakannya bersifat melampaui hal yang diamati atau direkam, melampaui suatu hubungan
yang teramati dalam sebuah sampel yang terdiri atas kasus-kasus untuk mengacu pada seluruh
anggota kelas yang bersangkutan. Misalnya, pernyataan „semua masyarakat manusia
memperlihatkan adanya tabu incest“ adalah pernyataan deskriptif, bukan generalisasi. Tapi
pernyataan „semua manusia memiliki tabu incest“ adalah generalisasi. Perbedaan yang penting
antara dua pernyataan itu ialah bahwa pernyataan kedua mengacu pada semua masyarakat
manusia, pada masa lampau, kini dan akan datang, baik tercatat atau tidak. Hal tersebut
berdasarkan pengamatan pada masyarakat yang terbatas, kemudian kita menggeneralisasikannya
(secara pukul-rata) menjadi semua masyarakat manusia. Dapat dikatakan bahwa seorang peneliti
dalam meneliti suatu fenomena mempunyai sedikitnya beberapa aturan prosedural, termasuk
konsepkonsep atau definisi, untuk menggeneralisasikan fenomena-fenomena itu.
Lebih lanjut Kaplan&Manners (1999:16-17) mengemukakan bahwa suatu teori
sekalipun merupakan generalisasi pula, tapi generalisasi yang bercorak khusus dan berbeda
dalam beberapa hal penting. Perbedaan dua macam generalisasi tersebut antara lain:
Generalisasi empirik ;
1. Memberikan label pada regularitas alami,
2. Menembus hingga melampaui pengamatan, tapi jangkauan penjelasannya
terbatas,
3. Menunjuk pada hubungan-hubungan yang berlaku dalam kondisi-kondisi
tertentu tanpa peduli ruang dan waktu.
Generalisasi teoritik ;
1. emberikan alasan berlangsungnya regularitas,
2. Menuntun ke arah fakta baru dan membuka jalur-jalur baru dalam penelitian,
3. Mengacu pada hubungan-hubungan yang sangat abstrak yang dapat dipandang
sebagai induk generalisasi empirik di mana pernyataan deskriptif merupakan
kasus khusus.
Demikian pula bagi Pelto&Pelto (1984:2-31), bahwa menghubungkan generalisasi
atau proposisi menjadi rangkaian proposisi yang lebih luas dan kompleks yang memungkinkan
membuat prediksi dan menjelaskan fenomena dalam suatu lingkungan telah menjadi salah satu
tujuan disiplin ilmu pengetahuan. Rangkaian proposisi itulah yang disebut sebagai teori. Dengan
alasan itu pulalah, lanjut Pelto&Pelto, antropologi bisa dianggap sebagai ilmu pengetahuan
karena telah mengakumulasikan pengetahuan yang sistematik dan dapat dipercaya (reliable)
tentang aspek dari alam ini, yang dilakukan dengan mengamati dunia empiris dan
diinterpretasikan sebagai konsep-konsep yang saling terkait yang dapat dirujuk pada pengamatan
empiris. Antropologi merangkum lapangan yang luas, termasuk meneliti dan menggeneralisasi
semua tingkah laku dan proses adaptasi manusia serta hasil budaya mereka. Menurut Corbetta
(2003) generalisasi berhubungan erat dengan pendekatan penelitian kuantitatif yang untuk
beberapa dekade sangat mendominasi penelitian sosial sejalan dengan dominasi paradigma
positivisme di dunia ilmu pengetahuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa generalisasi adalah
serangkaian fakta yang sudah ditafsirkan lalu dikaitkan secara sederhana sehingga menghasilkan
sebuah simpulan kecil yang dianggap sebagai sebuah hipotesa.
Prosedur :
Prosedur adalah tahapan atau langkah langkah suatu kegiatan dalam rangka
mengerjakan atau memecahkan masalah. Jika kita diminta untuk menjelaskan langkahlangkah,
memecahkan masalah, atau mengerjakan sesuatu menurut urutan urutan tertentu maka materi
tersebut termasuk dalam kategori prosedur. Kata-kata untuk prosedur antara lain: langkah-
langkah, cara menghitung, cara memecahkan masalah, cara menggunakan rumus, cara
menggunakan dalil, dan urutan peristiwa. Contoh materi yang berupa prosedur. Prosedur
menabung di bank: calon penabung datang di bank dengan membawa identitas, bisa KTP, SIM.
Mengisi formulir yang telah disediakan, dan menyerahkan fotocopy identitas, kemudian
menyetorkan sejumlah uang. Setelah itu kita akan mendapatkan buku tabungan yang sudah
ditandatangani nasabah di depan petugas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa berbicara prosedur, maka kita akan berbicara langkah
langkah atau tahapan dalam menyelesaikan sesuatu sehingga sesuatu yang dikerjakan dapat
terselesaikan dengan mudah, gampang serta sistematis. Prosedur yang jelas akan membuat kita
menyelesaikan sesuatu lebih teratur dan terkendali sehingga akan lebih meminimalisir waktu
dalam penyelesaiannya.
Konstruk:
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi
yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep dihasilkan
oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan ilmiah. Konstruk dapat diartikan sebagai konsep
yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Konstruk dipahami sebagai sesuatu yang sudah dihasilkan
sehingga diamati diukur.
Aplikasinya dalam IPS:
IPS merupakan terjemahan dari Social Studies, memiliki perkembangan definisi
antara lain dikemukakan P. Mathias (1973) menyatakan bahwa IPS adalah “the study of man in
society” pada tahapan berikutnya dia memberikan definisi “the study of man in society in the
past, present, and future”. Manusia berikut aktivitasnya menjadi obyek kajian IPS termasuk
dasar-dasar karakter sosial, komparasi keragaman ras dan suku bangsa serta lingkungan hidup
manusia yang terdiri lingkungan fisik, sosial dan budaya.
Di Amerika semula IPS merupakan kumpulan kajian dari ilmu sejarah, pemerintahan
(ilmu politik) dan geografi. Kemudian bertambah soisologi, ekonomi, antropologi, psikoogi,
filsafat, dan hukum. IPS didefinisikan sebagai “a pattern of values which imposes a pattern of
behavior on its disciplines”. Konsep tersebut dinilai berhasil mensitesakan berbagai unsur dari
beberapa komponen hingga menjadi suatu kesatuan yang bulat (Depdiknas, 2004).
Selannjutnya EB. Wesley menyebutkan bahwa IPS merupakan penyederhanaan dari
ilmu-ilmu sosial yang sudah diseleksi dan diadaptasi atau disesuaikan untuk diterapkan di
sekolah-sekolah (Husein Achmad, 1981). Untuk menyamakan persepsi pengertian, IPS
didefinisikan sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial: sejarah, ekonomi, geografi,
politik, hukum, dan budaya yang dirumuskan secara Pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial
interdisipliner setelah disesuaikan materinya untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Ruang lingkup kajian IPS sangat luas, seluas obyek kajian Ilmu-Ilmu Sosial yang
menjadi sumber materi pembelajaran IPS.
Melalui pembelajaran IPS, diharapkan dapat membantu para siswa untuk
mendapatkan: (1) jawaban yang bermakna mengenai masalah-masalah yang dijumpai dalam
kehidupan mereka; (2) membina kesadaran terhadap perjuangan manusia dalam memenuhi
kebutuhan pokok mereka; (3) membina kecakapan intelektualnya dalam menarik generalisasi
dari masalah-masalah sosial yang telah diusahakan pemecahannya oleh para ahli (Depdiknas,
2004).
Berdasar pada penjelasan tentang ilmu pengetahuan sosial (IPS) di atas dapat
memberikan pemahaman kepada kita bahwa Fakta, Konsep, Generalisasi, Prosedur, dan
Konstruk adalah hal hal yang akan menunjang kita untuk memahami apa itu IPS. Aplikasinya
atau penerapan dari fakta, konsep, generalisasi, prosedur dan konstruk dalam IPS adalah ketika
dilakukan penelitian tentang kajian dalam ilmu IPS demi pengembangan IPS. Misalnya: ketika
kita melakukan penelitian seputar kajian tentang IPS kita akan bergerak mencari fakta,
menggunakan berbagai konsep demi mengenali lebih jauh keterkaitan kajian kita demi
pengembangan, lalu kita akan melakukan generalisasi tentang berbagai fakta yang kita temukan.
Untuk mendapatkan fakta fakta yang kita cari dalam kegiatan penelitian kita terkait kajian kita
bidang IPS, Maka kita butuh prosedur yang benar dan sistematis demi lancarnya penelitian kita
sehingga sesuai target waktu dan anggaran. Akhir dari yang telah kita lakukan adalah kita
membuat karya(melakukan konstruk) hingga selesai shingga adanya pengembangan lebih luas
dalam bidang kajian IPS. Simpulan akhirnya adalah aplikasinya dalam IPS adalah sebagai
penunjang pengembangan IPS dalam bentuk penelitian.

Anda mungkin juga menyukai