Anda di halaman 1dari 12

Penalaran dalam

Proses Ilmiah
Bab ini menjelaskan hakikat penalaran dalam karangan,
jenis penalaran, dan salah nalar. Hal tersebut penting
dalam penulisan karangan ilmiah berkaitan dengan
sifatnya yang sistematis.
APA ITU PENALARAN?

Penalaran merupakan proses berpikir untuk


menafsirkan fakta sebagai dasar untuk menarik
suatu simpulan yang dapat diterima akal sehat.

Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi,


dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan simpulan.

Pembahasan mengenai suatu simpulan


berupa pengetahuan atau pengertian baru.
PROSES PENALARAN

• Penalaran merupakan proses penyimpulan yang


didasarkan pada sejumlah proposisi yag
diketahui dan dianggap benar sehingga
diperoleh proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui.

• Penalaran merupakan proses berpikir sistematik


untuk memperoleh simpulan. Dari prosesnya,
penalaran dapat dibagi menjadi bentuk
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
PROPORSI

Penalaran bukan hanya dilakukan dengan menggunakan fakta


yang masih polos, tetapi juga dapat menggunakan fakta yang
telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk
pendapat atau kesimpulan.

Kalimat semacam itu di dalam hubunganya dengan proses


berpikir disebut PROPORSI

PROPORSI adalah pernyataan yang dapat


dibuktikan kebenarannya atau dapat
ditolak karena kesalahan yang terkandung
di dalamnya.
Contoh Proporsi :

1. Semua makhluk hidup akan mati.


2. Sebagian orang Indonesia kaya raya.
3. Kota Purwokerto dibom atom pada Perang Dunia II.

Ketiga kalimat tersebut merupakan proposisi.


Kalimat 1 dan 2 dapat dibuktikan kebenarannya,
dan kalimat 3 ditolak karena tidak mengandung kebenaran.

Jadi, proposisi selalu berbentuk


kalimat, tetapi tidak semua kalimat
adalah proposisi.
PENALARAN INDUKTIF
• Penalaran induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari
satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan
suatu kesimpulan (interfensi).
• Merupakan corak berpikir ilmiah karena semua fenomena
harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif atau
hubungan kausal.
• Bersifat empiris dan mengembangkan paham yang disebut
empirisme, yaitu pengalaman yang dipakai sebagai dasar
kebenaran.
• Penalaran induktif membahas tiga hal, yaitu :

generalisasi Analogi Hubungan


induktif kausal
generalisasi
Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah
gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan umum.

Tetap bertolak dari beberapa fakta, namun


Loncatan fakta yang digunakan belum mencerminkan
sebuah fenomen yang ada dan mengandung
induktif
kelemahan dan mudah ditolak jika terdapat
pendapat yang bertentangan.
Contoh : Semua laki-laki mata keranjang.
generalisasi

Dapat terjadi apabila fakta yang diberikan


Loncatan cukup memadai dan meyakinkan. Jadi,
tanpa persoalannya adalah jumlah fenomena yang
induktif diperlukan dan berapa jumlahnya untuk
merumuskan sebuah generalisasi yang kuat.
analogi induktif

Analogi induktif adalah proses penalaran yang bertolak


dari dua peristiwa khusus yang mirip, kemudian
menyimpulkan bahwa hal tersebut berlaku bagi semua hal.

Tujuan analogi induktif :

Meramalkan kesamaan
Menyingkap kekeliruan
Menyusun klarifikasi
hubungan kausal
Hubungan kausal dapat dijadikan sebagai prinsip bahwa
segala peristiwa terjadi berdasarkan sebab dan akibat.

Hubungan kausal dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu :

Bermula dari peritiwa yang dianggap sebagai


Sebab ke akibat sebab kemudian bergerak maju kepada
kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.

Termasuk proses berpikir induktif dengan bertolak


Akibat ke sebab pada peristiwa yang dianggap sebagai akibat
menunju sebab yang mungkin menimbulkan akibat
tadi.

Akibat ke akibat Bertolak dari suatu akibat ke akibat berikutnya


tanpa melihat apa yang menjadi sebab umum.
PENALARAN DEDUKTIF
Proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada
menuju suatu proposisi baru yang berbentuk suatu
kesimpulan. Penulis tidak perlu mengumpulkan fakta.

Proses berpikir deduktif dalam berbentuk SILOGISME dan ENTIMEM

Proses penalaran yang berusaha


Silogisme menghubungkan dua proporsi yang
berlainan untuk menurunkan kesimpulan
dan merupakan proposisi ketiga.
Berikut contohnya:
1. Semua buruh manusia pekerja (premis mayor)
2. Tukang batu adalah buruh (premis minor)
3. Jadi, tukang batu manusia pekerja (kesimpulan)

PREMIS : Pernyataan yang dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan.


PREMIS MAYOR : Premis yang bersifat umum,
PREMIS MINOR : Premis yang bersifat khusus.
Entimen pada dasarnya adalah
Entimem silogisme, namun salah satu
premisnya dihilangkan karena sama-
sama sudah diketahui.
Contoh:
Ia menang dalam perlombaan tersebut, karena itu ia berhak
memperoleh hadiah.

Kalimat tersebut dapat dikembalikan dalam bentuk formal dengan


melengkapi salah satu premisnya sehingga bentuknya seperti berikut:

Premis mayor : Semua orang yang menang perlombaan


berhak memperoleh hadiah
Premis minor : Ia menang dalam perlombaan tersebut
Kesimpulan : Karena itu ia berhak memperoleh hadiah
SALAH NALAR
Salah nalar merupakan kesalahan dalam menyampaikan
pernyataan yang terjadi karena gagasan, struktur kalimat,
atau cara menarik kesimpulan.
Salah nalar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Dapat terjadi apabila:


Kesalahan induktif • Generalisasi terlampau luas
(semua laki-laki mata keranjang)
• Penilaian hubungan sebab-akibat yang salah
(Konidin membuat batuk sebagai senyuman),
• Kesalahan analogi (Dani akan menjadi orang pintar,
karena ia bergaul dengan orang-orang cerdas).

Terjadi karena:
Kesalahan deduktif • premis mayor tidak dibatasi,
• kesalahan term keempat,
• kesimpulan terlalu luas,
• kesalahan penarikan kesimpulan premis-premis
negatif.

Anda mungkin juga menyukai