Anda di halaman 1dari 24

logika

Dr. Agus Setiawan, S.H., M.Hum., M.Kn.


Materi ke-10
1. Poli Silogisme
2. 3 (tiga) Cara Berpikir
3. Induksi: Prediksi, Generalisasi, Analogi Induktif, Hubungan
Kausal
4. Deduksi: Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotesis, Silogisme
Disjungtif / Alternatif, Entimeme
5. Abduksi
POLI SILOGISME
• Adalah : Rangkaian beberapa SILOGISME yang di dalamnya KESIMPULAN
dari sebuah SILOGISME menjadi PREMIS dari SILOGISME berikutnya.

• SORITES adalah polisilogisme yang di dalamnya hanya kesimpulan penutup


yang dinyatakan secara eksplisit dan premis-premis diatur sedemikian rupa
sehingga setiap 2 premis yang berurutan memuat term yang sama.

• CONTOH:
Semua mahasiswa adalah orang yang terpelajar;
Semua orang yang terpelajar adalah orang berbudaya;
Semua orang berbudaya adalah orang bermoral;
Semua orang bermoral adalah orang bijak;
Semua orang bijak adalah orang yang menyukai filsafat;
Jadi, Semua mahasiswa adalah orang yang menyukai filsafat
POLI SILOGISME
• Pada SORITES ARISTOTTELIAN, premis minor terlebih dahulu dikemukakan, dan
term yang sama dalam 2 premis yang berurutan muncul mula-mula sebagai
predikat dan kemudian sebagai subyek.

• BENTUK LOGIKAL-nya adalah:

Semua A adalah B

Semua B adalah C

Semua C adalah D

Semua D adalah E

Semua E adalah F

Jadi, Semua A adalah F


• ATURAN Khusus bentuk Silogisme SORITES ARISTOTTELIAN
adalah:

1. Hanya 1 premis, yaitu yang terakhir yang dapat negatif.


Pelanggaran terhadap aturan ini akan menyebabkan
terdapatnya 2 premis negatif dalam salah satu dari
silogisme-silogisme yang mewujudkan sorites yang
bersangkutan.

2. Hanya 1 premis, yaitu yang pertama yang dapat partikular.


Pelanggaran terhadap aturan ini akan menyebabkan
terjadinya Kerancuan Term Tengah Tidak Didistribusi.
• Pada SORITES GOCLENIAN, premis mayornya dinyatakan terlebih dahulu,
dan term yang sama yang terdapat dalam 2 premis yang tersusun secara
berurutan muncul pertama-tama sebagai subyek dan kemudian sebagai
predikat.

• BENTUK LOGIKAL-nya adalah:


Semua E adalah F
Semua D adalah E
Semua C adalah D
Semua B adalah C
Semua A adalah B
Jadi, Semua A adalah F

• Aturan khusus dari bentuk SORITES GOCLENIAN ini adalah:


1. Hanya 1 premis, yaitu yang pertama yang dapat negatif;
2. Hanya 1 premis, yaitu yang terakhir yang dapat partikular.
CARA BERPIKIR
• Cara berpikir:
§ INDUKSI = Cara berpikir dari khusus ke umum.
§ DEDUKSI = Cara berpikir dari umum ke khusus.
§ ABDUKSI à Akan dibahas secara khusus

• Cara berpikir INDUKTIF (prosesnya disebut INDUKSI), Cara


berpikir DEDUKTIF (prosesnya disebut DEDUKSI), Cara berpikir
ABDUKTIF (prosesnya disebut ABDUKSI)

• Abduksi jarang dijelaskan karena tidak disukai terutama oleh mereka


yang berlatar belakang ilmu pasti à Dugaannya: Karena tidak bisa
digunakan untuk menguji validitas suatu pendapat secara absolut.

• Dari proses berpikir bisa ditentukan valid / tidak valid


CARA BERPIKIR
• Seolah-olah INDUKSI & DEDUKSI adalah cara berpikir yang
terpisah, padahal tidak.
• Berpikir INDUKSI & DEDUKSI adalah berpikir dalam suatu
lingkaran yang tidak terpisahkan.
• Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang
mengandaikan fakta, dan kalau berbicara fakta maka kita
sedang mengandaikan teori.
• Kita hanya bisa berpikir DEDUKTIF bila kita sudah berpikir
INDUKTIF terlebih dahulu à Artinya: landasan berpikir
DEDUKTIF adalah hasil dari proses IDUKTIF. Kita tidak bisa
berpikir DEDUKTIF tanpa terlebih dahulu berpikir
INDUKTIF.
• Demikian pula sebaliknya.
• Contoh
• Karenanya, antara INDUKSI dan DEDUKSI bisa dibedakan,
tetapi tidak bisa dipisahkan.
INDUKSI
• INDUKSI adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena individual menuju pada suatu kesimpulan (IKU = Khusus ke
Umum).

• Fenomena individual dapat berupa data atau proposisi yang bersifat faktual
à karenanya setiap fenomena individual tersebut harus diteliti dan
dievaluasi (à tujuan: menjamin keilmiahan).

• Induksi menggunakan premis dari obyek yang diuji untuk menghasilkan


kesimpulan tentang obyek yang belum diuji à Ini ciri dari INDUKSI,
sekaligus kelemahannya. Contoh Angsa putih dan Angsa Hitam.

• Karenanya INDUKSI mengandung kemungkinan benar, bukan benar


sebenar-benarnya à Kesimpulannya tidak berlaku universal.
INDUKSI
• Karenanya bila akan membantah hasil penalaran INDUKTIF à
cukup dengan menunjukkan fakta bahwa ada 1 fakta lain yang
berbeda à Kesimpulannya akan gugur

• Oleh karena itu, dalam proposisi, kesimpulan hasil penalaran


IDUKTIF diRELATIFkan pada KUANTIFIKATOR-nya à Partikular:
Sebagian besar... / Sejumlah... / Tidak seluruhnya... à
Tujuannya: untuk menghaluskan; sekalipun tetap tidak akan
absolut.

• Contoh lain: keluarga broken home à Kecenderungan... / Pada


umumnya... / Trendnya...
INDUKSI
• Dalam praktiknya INDUKSI harus diikuti Deduksi.

• Beberapa variasi INDUKSI:

Ø Prediksi

Ø Generalisasi

Ø Analogi Induktif

Ø Hubungan Kausal
1. PREDIKSI
§ Bentuk penalaran INDUKTIF yang menyimpulkan
sebuah klaim mengenai apa yang akan terjadi di masa
depan, berdasarkan observasi masa lalu atau saat ini.

§ Yang digunakan untuk memprediksi adalah FAKTA.

§ Contoh BMKG.

§ PREDIKSI (based on: DATA) ≠ Ramalan (based on:


perasaan kita)
2. GENERALISASI
• GENERALISASI adalah suatu proses penalaran yang bertolak
dari sejumlah fenomena individual menuju suatu kesimpulan
yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena
tersebut.

• Kesimpulan yang diperoleh harus mencakup semua fenomena


tersebut, juga fenomena lain sejenis yang belum diselidiki.

ØGeneralisasi Sempurna (tanpa loncatan induktif):


Jika fakta yang digunakan cukup banyak dan meyakinkan.
Kesimpulannya KUAT.
ØGeneralisasi Tidak Sempurna (dengan loncatan induktif):
Jika fakta yang digunakan terbatas, dianggap sudah mewakili
suatu persoalan. Kesimpulannya LEMAH.
2. GENERALISASI
• Terlihat bahwa makin banyak fenomena individual-nya, makin
KUAT; makin sedikit = makin LEMAH.

• Akan tetapi, sebanyak apapun fenomena individualnya, tetap


hanya mengandung “kemungkinan benar”, bukan “pasti
benar”.

• Karenanya tetap terbuka untuk dibantah.


3. ANALOGI INDUKTIF
• ANALOGI Induktif atau ANALOGI Logis adalah proses penalaran
yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama
lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk
suatu hal juga berlaku untuk hal lain.

• Proses berpikirnya: mencari unsur-unsur yang sama antara


dua hal yang berbeda.

• Contoh: uang BUMN diambil à Korupsi / Penggelapan?.


4. HUBUNGAN KAUSAL
DASAR: Setiap peristiwa (akibat) dianggap selalu memiliki sebab.

Ø SEBAB KE AKIBAT:
Bertolak dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju
kesimpulan yang merupakan akibat. Akibat bisa tunggal atau
jamak.

Ø AKIBAT KE SEBAB:
Bertolak dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju
peristiwa yang mungkin merupakan penyebab à TEORI
KAUSALITAS dalam hukum. Contoh: PMH – 338.

Ø AKIBAT KE AKIBAT:
Berolak dari suatu akibat menuju pada akibat lain, tanpa
mencari sebab umum yang menimbulkan dua akibat tersebut.
DEDUKSI
• DEDUKSI adalah proses penalaran yang bertolak dari proposisi
yang sudah ada (umum) menuju pada proposisi baru yang
berbentuk kesimpulan (khusus).
[DUK => Umum ke Khusus].

• UNSURNYA:
Ø Proposisi Umum (à Diperoleh proses INDUKSI)
Ø Proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus
(Proposisi yang bertalian dengan proposisi umum).

• Kalau proposisinya benar dan identifikasi yang dilakukan


benar maka kesimpulan dalam Deduksi PASTI BENAR.
DEDUKSI
KRITIK:
Sangat formal: kesimpulan valid tapi abai
terhadap material (empiri) à Dua hal yang tidak
benar bisa menghasilkan kesimpulan yang valid.

Beberapa Corak DEDUKTIF:

v Silogisme Kategorial
v Silogisme Hipotesis
v Silogisme Disjungtif/Alternatif
v Entimeme
VALIDITAS DAN KEBENARAN (valid ≠ Benar)

•Validitas (keabsahan) tergantung pada


bentuk logisnya. Konklusinya didukung
premis, atau premisnya
mengakibatkan konklusi.

•Kebenaran (truth) tergantung pada


fakta yang mendukung proposisi à
Evidensi à Benar / Tidak benar.
1. SILOGISME KATEGORIAL
• SILOGISME adalah suatu proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang berlainan
untuk suatu kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga.

• SILOGISME KATEGORIAL
(1) Semua sarjana adalah manusia bijaksana.
(2) Semua dosen adalah sarjana.
(3) Jadi, semua dosen adalah manusia bijaksana.

• UNSURNYA:
Ø Terdiri dari tiga proposisi: (1) (2) (3)
Ø Terdapat tiga term: sarjana, manusia bijaksana, dosen.
Ø Tiap Term muncul dalam dua proposisi.
Ø Term Predikat dari konklusi (manusia bijaksana) adalah term mayor.
Ø Subyek dari konklusi (dosen) adalah term minor.
Ø Term yang muncul dalam dua premis dan tidak muncul dalam konklusi (sarjana) disebut term
tengah.
Ø Premis yang mengandung term mayor disebut Premis Mayor, yang mengandung Term Minor
disebut Premis Minor.
2. SILOGISME HIPOTESIS
• Penalaran Deduktif yang mengandung pengandaian, ada kemungkinan yang disebut
dalam proposisi tidak ada atau tidak terjadi.

• Premis mayornya berupa pernyataan yang bersifat hipotetis => (jika P, maka Q).

• Premis Minor dan Konklusi harus kategorial.

• CONTOH
(1) Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal.
(2) Hujan tidak turun
(3) Sebab itu panen akan gagal.

(1) Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal


(2) Hujan turun,
(3) Sebab itu, panen tidak akan gagal.
3. SILOGISME ALTERNATIF/DISJUNGTIF
• Proposisi Mayor berupa proposisi alternatif yang mengandung pilihan-pilihan.

• Proposisi minornya harus proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.

• Konklusisnya tergantung premis minor: menolak satu alternatif dan menolak alternatif lain, atau
menerima satu alternatif dan menolak alternatif lain.

• CONTOH:
(1) Ayah ada di kantor atau dirumah.
(2) Ayah ada di kantor.
(3) Sebab itu, ayah tidak dirumah

(1) Ayah ada di kantor atau di rumah.


(2) Ayah tidak ada di kantor.
(3) Sebab itu, ayah ada di rumah.
4. ENTIMEME
• Corak silogime dimana salah satu premisnya (premis mayor) tidak disebut
secara eksplisit.

• Meski tidak disebut diangap tetap ada dalam pikiran dan diketahui oleh
orang lain.

FORMAL:
(1) Mahasiswa yang mendapat beasiswa adalah mahasiswa berprestasi.
(2) Ali mendapat beasiswa.
(3) Ali adalah mahasiswa berprestasi.

ENTIMEM:
Ali adalah mahasiswa yang berprestasi karena ia mendapat beasiswa.
ABDUKSI
• Penalaran ABDUKSI adalah penalaran yang menerima berbagai
kemungkinan benar.
• Hal ini berbeda dengan penalaran INDUKSI / DEDUKSI yang bisa
dinilai valid / tidak valid-nya.
• Pada penalaran ABDUKSI ada kemungkinan kita MENERIMA
SEMUA JAWABAN à Artinya: Bila ada 1 pendapat yang benar,
bukan berarti yang lain menjadi salah [Ini yang kemungkinan sulit
diterima oleh mereka yang ada pada bidang ilmu pasti].
• Uniknya justru Penalaran ABDUKSI ini digunakan oleh Yuris. à
Hal ini terjadi karena misalnya dalam suatu kasus hukum ada 2
pendapat yang bertolak belakang, tetapi dengan kemungkinan 2-2-
nya benar. Contoh dalam kasus pidana à Akhirnya OTORITATIF
(Jadi bukan mana yang paling benar, tapi mana yang berlaku / paling
otoritatif, sekalipun menurut kita ada yang paling benar) à
Bandingkan dengan model berpikir problematik (topikal)
tersistematis (aksiomatik/sistemik).

Anda mungkin juga menyukai