• CONTOH:
Semua mahasiswa adalah orang yang terpelajar;
Semua orang yang terpelajar adalah orang berbudaya;
Semua orang berbudaya adalah orang bermoral;
Semua orang bermoral adalah orang bijak;
Semua orang bijak adalah orang yang menyukai filsafat;
Jadi, Semua mahasiswa adalah orang yang menyukai filsafat
POLI SILOGISME
• Pada SORITES ARISTOTTELIAN, premis minor terlebih dahulu dikemukakan, dan
term yang sama dalam 2 premis yang berurutan muncul mula-mula sebagai
predikat dan kemudian sebagai subyek.
Semua A adalah B
Semua B adalah C
Semua C adalah D
Semua D adalah E
Semua E adalah F
• Fenomena individual dapat berupa data atau proposisi yang bersifat faktual
à karenanya setiap fenomena individual tersebut harus diteliti dan
dievaluasi (à tujuan: menjamin keilmiahan).
Ø Prediksi
Ø Generalisasi
Ø Analogi Induktif
Ø Hubungan Kausal
1. PREDIKSI
§ Bentuk penalaran INDUKTIF yang menyimpulkan
sebuah klaim mengenai apa yang akan terjadi di masa
depan, berdasarkan observasi masa lalu atau saat ini.
§ Contoh BMKG.
Ø SEBAB KE AKIBAT:
Bertolak dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju
kesimpulan yang merupakan akibat. Akibat bisa tunggal atau
jamak.
Ø AKIBAT KE SEBAB:
Bertolak dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju
peristiwa yang mungkin merupakan penyebab à TEORI
KAUSALITAS dalam hukum. Contoh: PMH – 338.
Ø AKIBAT KE AKIBAT:
Berolak dari suatu akibat menuju pada akibat lain, tanpa
mencari sebab umum yang menimbulkan dua akibat tersebut.
DEDUKSI
• DEDUKSI adalah proses penalaran yang bertolak dari proposisi
yang sudah ada (umum) menuju pada proposisi baru yang
berbentuk kesimpulan (khusus).
[DUK => Umum ke Khusus].
• UNSURNYA:
Ø Proposisi Umum (à Diperoleh proses INDUKSI)
Ø Proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus
(Proposisi yang bertalian dengan proposisi umum).
v Silogisme Kategorial
v Silogisme Hipotesis
v Silogisme Disjungtif/Alternatif
v Entimeme
VALIDITAS DAN KEBENARAN (valid ≠ Benar)
• SILOGISME KATEGORIAL
(1) Semua sarjana adalah manusia bijaksana.
(2) Semua dosen adalah sarjana.
(3) Jadi, semua dosen adalah manusia bijaksana.
• UNSURNYA:
Ø Terdiri dari tiga proposisi: (1) (2) (3)
Ø Terdapat tiga term: sarjana, manusia bijaksana, dosen.
Ø Tiap Term muncul dalam dua proposisi.
Ø Term Predikat dari konklusi (manusia bijaksana) adalah term mayor.
Ø Subyek dari konklusi (dosen) adalah term minor.
Ø Term yang muncul dalam dua premis dan tidak muncul dalam konklusi (sarjana) disebut term
tengah.
Ø Premis yang mengandung term mayor disebut Premis Mayor, yang mengandung Term Minor
disebut Premis Minor.
2. SILOGISME HIPOTESIS
• Penalaran Deduktif yang mengandung pengandaian, ada kemungkinan yang disebut
dalam proposisi tidak ada atau tidak terjadi.
• Premis mayornya berupa pernyataan yang bersifat hipotetis => (jika P, maka Q).
• CONTOH
(1) Jika tidak turun hujan maka panen akan gagal.
(2) Hujan tidak turun
(3) Sebab itu panen akan gagal.
• Proposisi minornya harus proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
• Konklusisnya tergantung premis minor: menolak satu alternatif dan menolak alternatif lain, atau
menerima satu alternatif dan menolak alternatif lain.
• CONTOH:
(1) Ayah ada di kantor atau dirumah.
(2) Ayah ada di kantor.
(3) Sebab itu, ayah tidak dirumah
• Meski tidak disebut diangap tetap ada dalam pikiran dan diketahui oleh
orang lain.
FORMAL:
(1) Mahasiswa yang mendapat beasiswa adalah mahasiswa berprestasi.
(2) Ali mendapat beasiswa.
(3) Ali adalah mahasiswa berprestasi.
ENTIMEM:
Ali adalah mahasiswa yang berprestasi karena ia mendapat beasiswa.
ABDUKSI
• Penalaran ABDUKSI adalah penalaran yang menerima berbagai
kemungkinan benar.
• Hal ini berbeda dengan penalaran INDUKSI / DEDUKSI yang bisa
dinilai valid / tidak valid-nya.
• Pada penalaran ABDUKSI ada kemungkinan kita MENERIMA
SEMUA JAWABAN à Artinya: Bila ada 1 pendapat yang benar,
bukan berarti yang lain menjadi salah [Ini yang kemungkinan sulit
diterima oleh mereka yang ada pada bidang ilmu pasti].
• Uniknya justru Penalaran ABDUKSI ini digunakan oleh Yuris. à
Hal ini terjadi karena misalnya dalam suatu kasus hukum ada 2
pendapat yang bertolak belakang, tetapi dengan kemungkinan 2-2-
nya benar. Contoh dalam kasus pidana à Akhirnya OTORITATIF
(Jadi bukan mana yang paling benar, tapi mana yang berlaku / paling
otoritatif, sekalipun menurut kita ada yang paling benar) à
Bandingkan dengan model berpikir problematik (topikal)
tersistematis (aksiomatik/sistemik).