ILMIAH
PENALARAN ILMIAH
LATAR BELAKANG MASALAH
PENALARAN DEDUKTIF Manusia fitrahnya berkemampuan
menalar, yaitu mampu untuk berpikir
secara logis dan analistis, dan diakhiri
PENALARAN INDUKTIF
dengan kesimpulan. Kemampuan ini
berkembang karena didukung bahasa
PERBEDAAN PENALARAN INDUKTIF sebagai sarana komunikasi verbalnya,
DAN DEDUKTIF
sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak
sekalipun mampu mereka kembangkan,
SALAH NALAR
hingga akhirnya sampai pada tingkatan
yang dapat dipahami dengan mudah.
KESIMPULAN Karena hal inilah mengapa dalam istilah
Aristoteles manusia ia sebut sebagai
animal rationale.
PENGERTIAN PENALARAN ILMIAH MENURUT BEBERAPA AHLI
Menurut Suhartono Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis.
Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk
mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai
pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar yang berarti pertimbangan baik
buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari pengertian tersebut terdapat kata akal yang merupakan sarana untuk
berfikir. Kemampuan menalar hanya di miliki oleh manusia. Dengan kemampuan menalar manusia dapat
mengembangkan pengetahuan lain yang kian hari kian berkembang.
Suparno dan Yunus (2006:41) mendefinisikan penalaran adalah proses berpikir sistematik dan logis untuk
memperoleh sebuah simpulan (pengetahuan atau keyakinan). Penalaran juga merupakan kegiatan berpikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran atau suatu proses penemuan kebenaran
dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
PENGERTIAN PENALARAN ILMIAH MENURUT BEBERAPA AHLI
Filosofi penalaran, ialah: sebuah cara untuk melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan/
statements propositions yang sistematis yang dicari keterkaitannya untuk memperoleh kesimpulan atau
konklusi (Jody Moenandir, 2011). Konklusi adalah juga sebagai sebuah pernyataan/statemen.
Menurut Dr. Asep Hermawa, M.Sc. (2005) mengatakan bahwa penalaran ilmiah merupakan gabungan dari
penalaran deduktif (deduction) dan induktif (induction).
pada dasarnya berpikir ilmiah itu menggabungkan dua pola berpikir yakni berpikir deduktif atau berpikir
rasional dan berpikir induktif atau berpikir empiris (Sudjana dan Ediyono, 1991:8).
Penalaran deduktif (deductive reasoning)
merupakan sebuah proses yang masuk
akal dari pengembangan prediksi spesifik Menarik simpulan secara Menarik simpulan secara
dari prinsip umum. Salah satu cara berfikir langsung. tidak langsung.
logis dan analistik, yang tumbuh dan Simpulan secara tidak langsung
Simpulan secara langsung ditarik
berkembang dengan adanya pengamatan membutuhan dua premis sebagai
dari satu premis. Contohnya :
yang semakin intens, sistematis, dan kritis data baru dihasilkan simpulan.
disebut juga penalaran deduktif. Tipe • (premis) semua ikan berdarah
Satu premis bersifat umum dan
penalaran ini berjalan dari umum ke dingin
satunya bersifat khusus. Terdiri
• (simpulan) sebagian yang
khusus. Cara untuk memperoleh ilmu atas :
dengan menalar secara deduktif dengan berdarah dingin adalah ikan • Silogisme kategori
hasil kesimpulan yang benar yang • Silogisme hipotesis
dikembangkan oleh Aristoteles (384 -322 • Silogisme Alternatif
SM) disebut juga silogisme (Syllogism. • Silogisme Entimen
Penarikan simpulan (konklusi) secara
deduktif dapat dilakukan secara langsung
dan dapat pula secara tidak langsung
Silogisme Kategori, ialah: Sebuah proses berfikir dengan penentuan kesamaan atau perbedaan dari
dua konsep objektif dengan membandingkan dengan konsep ketiga, secara berturut-turut.
Contohnya:
• Semua orang yang rajin bekerja dan suka menabung dapat menjadi kaya.
• Handoyo ialah seorang yang rajin bekerja dan suka menabung
• Maka Handoyo dapat menjadi kaya.
Silogisme Hipotesis, ialah silogisme yang premis 1 (mayornya) ialah sebuah proposisi/ Statement
pernyataan yang hipotetis. Sedangkan premis 2 (minornya) adalah pengakuan atau penolakan pada
Sebuah bagian dari premis mayornya. Silogisme terdiri atas :
• Silogisme Hipotesis kondisional
• Silogisme disjungtif (disjunctive syllogism)
• Silogisme konjungtif (conjunctive syllogism)
Silogisme hipotetis kondisional, ialah silogisme dengan premis (mayor) nya mempunyai
bentuk suatu keputusan bersyarat (jika.....maka......). Contohnya :
• Jika seorang yang rajin bekerja dan suka menabung, akan menjadi kaya.
• Hartono ialah seorang yang rajin bekerja dan suka menabung, maka Hartono akan dapat menjadi kaya.
• Jika Harsono seorang yang boros dan malas bekerja, maka Harsono tidak akan menjadi seorang yang kaya.
• Bila Harmoko ialah seorang yang kaya, maka Harmoko ialah seorang yang tidak boros dan tidak malas bekerja.
Silogisme konjungtif (conjunctive syllogism), ialah silogisme yang premise I mayor nya
berbentuk proposisi/ statement/ pernyataan konjungtif (pernyataan dengan kata
penghubung). Contohnya :
Tidak mungkin Handoyo seorang yang boros dan malas bekerja dapat menjadi kaya.
Handoyo seorang yang kaya, maka Handoyo bekerja.
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minor nya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contohnya:
• Dia salah seorang kiai atau professor.
• Dia seorang kiai.
• Jadi, dia bukan seorang professor.
Silogisme entimen : Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor
karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contohnya:
• Semua sarjana adalah orang cerdas
• Ali adalah seorang sarjana
• Jadi, Ali adalah orang cerdas
Generalisasi
Penalaran induktif (Inductive
reasoning), ialah: Sebuah Bentuk
proses penalaran yang penalaran ilmiah Analogi A. Sebab – akibat
dipergunakan untuk
pengembangan aturan yang
induktif
lebih umum dari observasi
spesifik. Tipe penalaran ini Hubungan
berjalan dari yang spesifik B. Akibat-sebab
menuju ke yang umum.
Kausal
C. Akibat-akibat
Generalisasi adalah proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang
mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan
kesimpulan yang bersifat umum.
Contohnya:
• Jika dipanaskan, besi memuai
• Jika dipanaskan, tembaga menuai
• Jika dipanaskan, emas memuai
• Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Analogi adalah cara penarikan pemalaran
secara membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama,
Contohnya:
• Nina adalah Lulusan akademi A
• Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik
• Ali adalah tuhan akademi A
• Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya
dengan baik
Sebab-akibat ini berpola A • Angin hujan lemparan mangga jatuh
menyebabkan B. disamping • (A) (B) (C) (E)
• Angin hujan mangga tidak jatuh
itu, hubungan ini dapat • (A) (B) (E)
berpola A menyebabkan B,C,D • Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh
Hubungan dan seterusnya. • (C) (E)
kausal
adalah
penalaran
yang Akibat-sebab ini dapat kita • Ke dokter merupakan akibat
diperoleh lihat pada peristiwa seseorang
yang pergi ke dokter. • sakit merupakan sebab
dari gejala-
gejala
yang
saling
berhubung Akibat-akibat adalah suatu • hujan menyebabkan tanah becek
• (A) (B)
an. penalaran yang menyiratkan • Hujan menyebabkan kain jemuran basah
penyebabnya Peristiwa • (A) (C)
"akibat" langsung disimpulkan • Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah
pada suatu akibat" yang lain. • (B) (C)
PENALARAN PENALARAN
DEDUKTIF INDUKTIF
POPULASI SAMPEL
SAMPEL POPULASI
UMUM KHUSUS
TEORI OBSERVASI
HIPOTESIS POLA
maka bila menendang bola ke maka bila suatu ketika
atas akan kembali ke bawah. menendang ke atas harus
OBSERVASI HYPOTESIS TENTATIF kembali ke bawah
KONFIRMASI TEORI
jika salah satu atau
Penggunaan Penarikan kesimpulan keduanya premisnya,
Cocok digunakan yang dibatasi salah maka kesimpulan
waktu bisa lebih pada media yang didapat
pembelajaran pada ruang lingkup
efisien karena tertentu berdasarkan premis
tersebut akan salah
Kelebihan Kekuranga
n
Penalara Penalaran
n Deduktif
Deduktif
Kesimpulannya
Poin-poin yang merupakan suatu Sulit diperoleh
ingin dicapai konsekuensi kemajuan ilmu
sudah jelas logis dari pengetahuan
premis-
premisnya
tidak memberikan
Dapat Lebih jaminan bagi
Kesimpulannya bukan
memberikan ilustrasi- mudah menemukan merupakan suatu kebenaran
ilustrasi pola-pola tertentu konsekuensi logis dari kesimpulannya
tentang ragam suatu ilustrasi yang meskipun premis-
premis-premisnya premisnya semua
pengetahuan yang ada
akan dituju benar
Kelebihan Kekuranga
n
Penalara Penalaran
n Induktif
Induktif
efektif untuk memicu
keterlibatan yang Besarnya ada
lebih mendalam kemungkinan
dalam suatu proses ketidaktelitian di
pencapaian dalam pengamatan
kesimpulan
Deduksi yang Salah
SALAH NALAR
Penyamarataan Generalisasi Terlalu
Gagasan, pikiran, kepercayaan, Para Ahli Luas
atau simpulan yang salah, keliru,
atau cacat disebut salah nalar.
Salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti
tata cara pikirannya.
Meniru-niru yang Macam-macam Pemilihan Terbatas
Sudah Ada pada Dua Alternatif
salah nalar
- Penalaran ilmiah terbagi menjadi 2 yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif