ALINEA / PARAGRAF
Adalah penuangan ide/gagasan penulis melalui kalimat yang satu dengan
yang lain berkaitan dan hanya memiliki satu topik atau tema.
B. CIRI/SYARAT PARAGRAF
1. Adanya kesatuan artinya bahwa setiap paragraf hanya
membicarakan satu topik/pokok bahasan.
2. Adanya koherensi artinya bahwa setiap kalimat yang berada dalam
paragraf satu dengan yang lain keterkaitan.
C. FORMAT
Paragraf =
alinea
D. UNSUR-UNSUR PARAGRAF
1. Topik = tema = gagasan utama = gagasan inti =inti masalah =
pokok pembicaraan = pokok pikiran
2. Kalimat utama = kalimat topik = kalimat inti suatu paragraf
(biasanya ada topik/gagasan utama)
3. Kalimat penjelas = kalimat yang mendeskripsikan kalimat utama
4. Judul = titel = predikat = kepala karangan
5. Syarat judul:
• Propokatif = sensasional = menarik = “merangsang”;
• berbentuk frase;
• relevan = sesuai dengan isi.
6. Fungtuasi /tanda baca.
1. INDUKSI
Dalam Induksi, kita mulai dengan mengetengahkan peristiwa-peristiwa
yang khusus untuk menuju pada kesimpulan yang umum. Diagramnya
sebagai berikut:
Khusus
Khusus
Umum
Khusus
Ada tiga macam cara pengembangan paragraf Induksi, antara lain:
Contoh:
Dari hasil tes evaluasi bidang studi Bahasa Indonesia kelas XII SMA
Negeri 1 Cikembar, didapatkan data sebagai berikut:
Santi, Bubun dan Ana mendapat nilai 8. siswa yang lain mendapat
nilai 7, hanya Deni yang mendapat nilai 6. Dapat diatakan bahwa
siswa-siswi SMA Negeri 1 Cikembar cukup pandai dalam Bahasa
Indonesia.
b. Analogi
Membandingkan dua hal yang berbeda tetapi mempunyai beberapa
persamaan. Jadi kesimpulan yang didapat didasarkan pada
persamaan diantara dua hal yang berbeda.
Contoh:
Alam semesta berjalan sangat teratur seperti halnya mesin.
Matahari, bumi, bulan dan bintang yang berjuta-juta jumlahnya
beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit
berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu
ada penciptanya, yaitu manusia. Manusia yang pandai, teliti dan
bijaksana. Tidakkah alam yang maha besar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak pula ada penciptanya? Pencipta Yang
Mahapandai, Mahateliti, dan Mahaagung.
c. Hubungan Sebab-Akibat
Hubungan sebab-akibat dimulai dengan mengemukakan peristiwa-
peristiwa. Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta
yang lain, kita sampai pada kesimpulan yang menjadi sebab dari
fakta itu, atau dapat juga kita sampai pada akibat dari fakta itu.
2. DEDUKSI
Penalaran deduksi merupakan kebalikan dari induksi. Jalan pikiran
bermula dari peristiwa yang umum kemudian ditarik kesimpulan yang
khusus. Diagramnya adalah:
Khusus
Umum
Khusus
Khusus
b. Silogisme Negatif
Silogisme negatif adalah apabila salah satu premisnya negatif.
Karena salah satu premisnya negatif, maka kesimpulannya juga
negatif. Silogisme jenis ini biasanya ditandai dengan kata
pengingkar tidak atau bukan.
Contoh:
PU : Semua penderita Hipertensi tidak boleh makan daging
kambing.
PK : Hadiyanto penderita Hipertensi.
K : Hadiyanto tidak boleh makan daging kambing.
Dalam diktat ini, akan dibicarakan EYD yang berkaitan dengan pokok bahasan
UMPTN
A. PEMENGGALAN KATA
1. Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
Misalnya :
In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkaian dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya :
Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Mentri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari-hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari
Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
9. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
- Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
- Semua kaka dan adik saya sudah berkeluarga.
C. KATA TURUNAN
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk tangan,garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai
Misalnya : adipati, aerodinamika, antarkota anumerta, audiogram,
awahama, birabonat, biokimia, catur tunggal,dasawarsa, dekameter,
demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektronik,
infrastruktur, inkonvensional, intraspeksi, kolonialisme, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi,
Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka,
purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, suseksi, swadaya,
telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Misalnya :
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan setrusnya
hlm. halaman
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis selurhnya dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret ksts ditulis dengan huruf awal huruf
kapital
Misalnya:
Akabri : Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas : Badan Perncanaan Pembangunan Nasional
Iwapi : Ikatan wanita Pengusaha Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya :
Pemilu : pemilihan umum
Radar : radio detecting and ranging
Rapim : rapat pimpinan
2. Tanda Koma ( , )
1.Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan .
Misalnya:
• Saya membeli tas, pena, dan tinta.
3.a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
• Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
6.Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
• B. Ratulangi, S.E.
• Ny hadijah, M.A.
3. Tanda Hubung ( - )
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya: Disamping cara-cara lam itu ada ju-
ga cara yang baru.
4.Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
abgian tanggal.
Misalnya : P-a-n-i-t-i-a , 8-4-1989
5.Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau
ungkapan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya : Ber-evolusi, dua puluh - lima ribuan (20 x 5.000).
Tanggung jawab dan kesetiakawanan - sosial.
Bandingkan dengan : Ber-evolusi, dua puluh - lima ribuan (20 x
5.000). Tanggung jawab dan kesetiakawanan
sosial.
6.Kata hubung yang dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii)
angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau
kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya : se- Indonsia, se- Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-
PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara.
2. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemapaan.
Misanya:
• Amir menonton drama itu smapai tiga kali.
• Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
• Diantara 72 anggota, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko
3.Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
• Lima belas orang tewa dalam kecelakaan itu.
• Pak Darmo mengundang 300 orang tamu.
B. MORFEM
Adalah satuan bahasa terkecil (tidak dapat dibagi lagi atas unsur-unsurnya)
yang bermakna leksikal atau gramatikal..
1. JENIS MORFEM
a. Morfem Bebas
Adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Contoh: malam, tidur, lari, ibu, kita.
b. Morfem Terikat
Adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri; selalu terikat pada
morfem lain.
Morfem terikat dibagi menjadi:
1) Terikat morfologis : Terikat pada morfem lain
dalam tataran kata
Contoh: me-, di-, -an, anjur, juang, temu.
2) Terikat sintaksis : Terikat pada konstruksi
kalimat.
Contoh: untuk, dari, ke, di, juang, temu.
3) Morfem Unik : Morfem terikat yang mempunyai makna
lesikal (mirip kata) tetapi tidak dapat berdiri
sendiri.
Contoh: juang pejuang,berjuang,
perjuangan.
4) Morfem Kata : Morfem yang terikat pada bentuk tertentu
yang menjadi pasangannya.
Contoh: renta tua renta
Banngka tua bangka
1. PREFIKS
Prefiks dalam bahasa Indonesia adaah meN-, di-, ber-, ter-, peN-, pe-,
per-, se-, ke-
a. Fungsi dan makna meN-
1) Fungsi : membentuk verba / kata kerja.
2) Bentuknya berubah bila bertemu morfem yang diawali
konsonan atau vokal sebagai berikut:
• me- bila ertemu r, l, w, y, m, n, ny, ng.
• mem- bila bertemu b, p, f, v (p luluh, f, v tetap)
• men- bila bertemu d, t (d luluh, t tetap)
• meny- bila bertemu s
• meng- bila bertemu k, g, h, a i, u, e, o
• mengee- bila bertemu morfem yang bersuku satu
seperti tik, cat, bor, dan las.
3) Makna
• Melakukan seperti bentuk dasarnya
Contoh : menulis, membaca, memukul (mekalukan ’tulis’,
’baca’, ’pukul’)
• Menjadi seperti bentuk dasarnya
Contoh : melebar, membesar, menyempit (menjadi ’lebbar’,
’besar’, dst)
• Melakukan perbuatan yang berhubungan dengan
bentuk dasarnya.
Contoh : membabi buta, menepi, merokok
• Dalam keadaan
Contoh : mengantuk, menyendiri.
2. INFIKS
Infiks dalam bahasa Indonesia adalah -el-, -er-, -em- dan –in-. Infiks
termasuk afiks yang tidak produktif karena pemakkaiannya sangat sedikt.
a. Fungsi dan makna –el-
1) Fungsi : Membentuk nomina (kata benda)
2) Bentuknya tidak berubah
3) Makna
• Intensitas
Contoh : geletar
• yang melakukan
Contoh : telunjuk.
3. SUFIKS
Sufiks dalam bahasa Indonesia adalah –an, -kan, -i
a. Fungsi dan makna –an
1) Fungsi : Membentuk nomina (ata benda)
2) Bentuknya tidak berubah
3) Makna
• Alat
Contoh : timbangan, garisan
• Hasil
Contoh : karanga, cucian
• Sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan
yang tersebut pada bentuk dasarnya
Contoh : makanan, minuman
• Tiap-tiap
Contoh : harian, tahunan
• Satuan
Contoh : botolan, literan
• Beberapa
Contoh : ribuan penduduk, puluhan siswa.
• Sekitar
Contoh : tahun 60-an, dsb.
4. KONFIKS
D. REDUPLIKASI (PENGULANGAN)
1. Jenis Reduplikasi
a. Seluruh bentuk dasar / murni (dwilingga)
Contoh : mobil = mobil-mobil
b. Sebagian bentuk dasar
Contoh : membaca = mebaca-baca
c. Disertai dengan pembubuhan afiks (imbuhan)
Contoh : kereta = kereta-keretaan
d. Berubah bunyi
Contoh : lauk = lauk-pauk
2. Makna Reduplikasi
a. Banyak : rumah-rumah, bintang-bintang
b. Meskipun : bagus-bagus, pandai-pandai
c. menyerupai : mobil-mobilan, kuda-kudaan
d. berulang-ulang : berteriak-teriak
e. perbuatan : duduk-duduk, mebaca-baca
f. resiprok : berpandang-pandangan
g. hal : jahit-menjahit
h. agak : kebiru-biruan
i. superlatif : serajin-rajinnya.
A. Frase
Adalah kelompok kata yang bukan merupakan rangkaian subjek atau
predikat tetapi dapat menduduki fungsi subejk, predikat, objek, atau
keterangan.
1. Keberadaan Frase
a. Frase berada dalam kalimat.
Contoh: Beberapa siswa sedang membicaraan hassil rapar OSIS
F1 (S) F3 (P)
b. Berdiri sendiri
Contoh: gadis cantik, akan makan, lari cepat.
1F 1F 1F
2. Inti Frase
Adalah bagian frase yang pokok; dengan kata lain inti frase itu adalah
bagian yang diterangkan.
Contoh:
• Siswa rajin
Inti
3. Pola Frase
Pola frase itu bisa berada dalam kalimat atau dapat pula berdiri sendiri
(iniberkaitan dengan humum DM / MD atau jenis kata)
Contoh:
• suster cantik Hukum
D M
B. KLAUSA
Adalah Kelompok kata yang sudah memiliki subjek dan predikat.
1. Keberadaan Klausa
a. Berada dalam kalimat.
Contoh: Ibu menjerit, sedangkan Ayah tersenyum.
F3 (O)
1 Kl 1 Kl
b. Berdiri Sendiri
Contoh:
• Gadis itu ramah (1 Kl)
• Manisnya senyum nenek (1 Kl)
S P
2. Jenis Klausa / Sifat Klausa
a. Klausa atasan + lausa pokok = induk kalimat
b. Klausa bawahan = anak kalimat = keterangan
Untuk menentukan klausa bawahan/anak kalimat, klausa itu
mempunyai kata hubung berikut:
1) sebab, karena (hubungan sebab/kausal)
2) agar, supaya (hubungan tujuan)
3) ketika, pada (saat, waktu)
4) setelah, sesudah (hubungan waktu)
5) kecuali, selain (hubungan batas)
6) bahwa (perluasan objek)
7) sehingga (hubungan akibat)
8) meskipun, walaupun (hubungan perlawanan)
Contoh:
Ketika berada di Jakarta, Drs. Asep Setiawa menikah lagi.
Kl. Bawahan Kl. Induk
(anak kalimat) (Induk Kalimat)
3. Kalimat
Adalah arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yang
memiliki pesan / tujuan dan diakhiri dngan intonasi final.
a. Pola Kalimat / fungsi kalimat
Pola kalimat maksudnya S – P – O – K; pola S – P – O – K bisa berwujud
aktif, pasif dan jenis kata.
b. Inti Kalimat
Adalah bagian kalimat yang menyampaikan ide pokok dari informasi
yang dilontarkan. Inti kalimat disebut juga dengan kalimat induk
bercirikan tidak berawalan konjungsi, tidak berawalan kata yang, dan
tidak diapit diantara dua koma.
Contoh:
Beberapa siswi SMA Negeri 1 Cikembar akan mengikuti
S
c. Jenis Kalimat
1) berdasarkan jenis predikat
• Kalimat verbal
Contoh: Deni Rahmat akan pergi ke Australia besok.
• Kalimat nominal
Contoh: Saya seorang laki-laki.
• Kalimat transpormasi
Adalah kalimaat inti yang tlah mendapat perluasan.
Contoh: Dia pergi (kalimat inti) dapat dijadikan:
- Dia akan pergi.
- Dia akan pergi dengan saya, dst.
• Kalimat majemuk
Adalah alimat yang teridir dari 2 pola kalimat (klausa) atau lebih
(subjek lebih dari satu atau predikatnya lebih dari satu).
Contoh: Siang tadi ayah pulang, ibu mencuci.
1 pola kalimat 1 pola kalimat
Keterangan:
Ibu memasak (kalusa II) = menduduki jaabatan keterangan
waktu dalam klausa I, sehingga
disebut anak kalimat keterangan
waktu.
Ayah // Pulang (klaausa I) = menjadi Induk kalimat
Keterangan:
/ orang mencuri sepeda / = menduduki jabatan S dalam
kalimat a, sehingga dapat disebut
anak kalimat pengganti S
/ ditangkap polisi / = Induk Kalimat
Keterangan:
/ orang mencuri sepeda / = menduduki jabatan P dalam
kalimat a, sehingga dapat disebut
anak kalimat pengganti P
/ penjahatnya / = Induk Kalimat
• Kalimat Majemuk bertingkat pengganti
Objek
a. Polisi // menangkap // penjahat
S P O
Keterangan:
/ orang mencuri sepeda / = menduduki jabatan O dalam
kalimat a, sehingga dapat disebut
anak kalimat pengganti O
/polisi //menangkap = Induk Kalimat
A. PENGERTIAN
Semantik merupkan ilmu bahasa yang mengupas arti dan makna
3. Denotatif = Makna kata yang sesuai dengan arti kata itu sendiri
Contoh:
• Kata hjau menyatakan warna
• Kata menyuapi mengandung arti memasukan
makanan leewat mulut.
• Bulan bermakna satelit atau kurun waktu 30 hari.
3. Meluas = Cakupan makna kata yang lebih luas dari makna kata
sebenarnya.
Contoh:
• Kata ibu atau bapak (dapat bermana
tidak hanya orang tua, tetapi juga orang yang lebih tua
atau atasan.)
5. Homofon = Kata yang bunyi dan lafalnya sama, tetapi penulisan dan
artinya berbeda.
Contoh:
• Bank, Bang
• Tank, Tang
6. Hiponim = Kata yang sejenis dan maknanya dapat dicakup oleh kata
yang menjadi subordinatnya.
7. Polisemi = Suatu kata yang bbila dirangkai dengan kata alinnya akan
tetap memiliki satu alur makna.
Contoh:
• Puncak:
- Prestasi
- Bukit
- Peristiwa
• Mata:
- Duitan
- Kerangjang
- Sapi
Contoh:
• Kalau tuhan jalan ke hulu
Carikan saya daun kemboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu sorga
Contoh:
• Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
• Pinggan tak retak, nasi tak dingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin.
2) Talibun
Ciri-ciri talibun:
• Tiap-tiap bait terdiri atas: 6,8,10,12 baris atau leebih, tetapi
selalu harus genap jumlahnya.
• Tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, tetapi umumnya
terdiri atas 10 suku kata.
• Sajaknya: a-b-c, a-b-c, atau a-b-c-d dan sebagainya.
• Hubungannya: bagian atas merupaan sampiran dan bagian
bawah merupakan isinya.
Contoh:
2. SYAIR
Adalah sastra lama yang berasal dari Arab (yang berarti perasaan)
• Ciri-ciri Syair:
• Tiap-tiap syair terdiri atas 4 baris
• Tiap-tiap baris terdiri atas 8 hingga 13 suku kata, tapi
biasanya 10 atau 11 suku kata
• Berpola a-a-a-a, kadang-kadang bersajak sempurna atau tidak
sempurna
• Keempat baris syair merupakan satu rangkaian cerita.
3. GURINDAM
Adalah sastra lama yang berasal dari India (yang berarti
perhiasan/bunga)
• Ciri-ciri gurindam:
• Jumlah baris dalam tiap bait terdiri atas 2 baris
4. SONETA
Adalah puisi empat belas baris.
• Ciri-ciri soneta:
• Jumlah baris ada 14 buah
• Keempat beelas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah
terzina
• Kedua buah quatrain merupakan kesatuan yang diseut stanza
atau oktav
• Kedua buah terzina merupakan kesatuan disebut sextet
• Oktav berisi lukisan alam, jadi ifanya objektif
• Sextet berisi curahan/jawaban/kesimpulan dari apa yang
dilukiskan dalam oktav, jadi sifatnya subjektif
• Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan
14 suku kata
• Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Contoh:
• Gembala
• Pelopor:
• Merari Siregar : Azab dan Sengsara (1920)
• Marah Rusli : Siti Nurbaya (1922)
• Nur Sutan Iskandar : Katak Hendak Menjadi Lembu
(1935)
• Pelopor:
• Sutan Takdir Alisjahbana : Layar Terkembang (1936)
• Amir Hamzah (raja pesyair) : Setanggi Timur (1934), Nyanyi sunyi
(1937), Buah Rindu (1941)
• A. Pane : Belenggu (1940)
3. ANGKATAN ’45
• Ciri-ciri Angkatan ’45:
• Bersifat realistis
• Individualistis
• Universal
• Objektif
• Bertema Patriotis
• Pelopor:
• Chairil Anwar : Deru Campur Debu (1943), Aku (1943)
• Idrus : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948), Aki
(1948)
• Usmar Ismail : Puntung Berasap (1950), Mutiara dari Nusa Laut
4. ANGKATAN ’66
• Ciri-ciri Angkatan ’66:
• Realistis
• Kritik sosial
• Masyarakat sentris
• Sosialisme/kesetiakawanan
• objektif
E. PROSA BARU
1. Roman
• Cerita keseluruhan aspek kehidupan (biasanya sejak lahir s.d.
meninggal)
• Alurnya berkembang
• Latarnya bergerak
Contoh:
• Salah Asuhan (tendens) : Abdul Mueis
• Layar Terkembang (masyarakat) : STA
• Belenggu (jiwa) : A. Pane
2. Novel
• Cerita disertai perubahan nasib pelaku
• Alurnya berkembang
• Latarnya bergerak
Contoh:
• Jalan Tak Ada Ujung : Mochtar Lubis
• Aki : Idrus
• Pada Sebuah Kapal : N.H. Dini
3. Cerpen
• Hanya satu episode kehidupan
• Alurnya statis
• Latar tak bergerak
Contoh:
• Kisah Antara Manusia : A. Pane
• Di dalam Lembah Kehidupan : (HAMKA)